Anda di halaman 1dari 31

FATHIYYAH MULYAWATI HARA

PEMBIMBING : dr. Sri Utami Fajariyah, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KESEHATAN ANAK DAN REMAJA


RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
JUDUL
P I C O
P
Population: Total 127 pasien, termasuk didalamnya 92 pasien yang secara klinis dicurigai
mengalami demam enterik.

I Intervention: uji imunodiagnostik TPTest, Typhidot, Tubex dan Widal

C Comparision: Kultur darah

O Outcome: kinerja (sensitivitas, spesifisitas)


PENDAHULUAN
PADA DAERAH ENDEMIK,
DEMAM ENTERIC LEBIH
BANYAK TERJADI PADA ANAK-
ANAK

• Meyoritas kasus demam enteric disebabkan oleh S. Typhi, dengan perkiraan 22 juta kasus
demam tifoid terjadi setiap tahun, dan menyebabkan lebihh dari 100.000 kematian setiap
tahun di seluruh dunia.
Beberapa pendekatan diagnosis yang sering digunakan yaitu kultur darah dan
pemeriksaan serologis seperti widal dan uji antigen spesifik

• Pendekatan diagnosis tersebut masih memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah
khususnya di daerah endemic.
• Banyak pasien suspek demam tifoid secara empiris mendapat terapi agen antimikroba,
dan membentuk resistensi mikroba, sehingga pasien terdiagnosa tanpa terapi yang benar
dan paparan terhadap efek samping yang tidak diperlukan.
• Pendekatan diagnosis tersebut masih memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah
khususnya di daerah endemic.
• Banyak pasien suspek demam tifoid secara empiris mendapat terapi agen antimikroba,
dan membentuk resistensi mikroba, sehingga pasien terdiagnosa tanpa terapi yang benar
dan paparan terhadap efek samping yang tidak diperlukan.
Tujuan Penelitian

Untuk membandingkan langsung TPTest dengan kultur darah, widal dan uji
serologis tubex dan typhidot.
METODELOGI
PENELITIAN
Metode

Jurnal ini mengukur sensitivitas dan spesifisitas tiap alat diagnostic menggunakan “Bayesian
framework” dengan model kelas laten
PARTISIPAN PENELITIAN DAN
PENGAMBILAN DARAH

TOTAL 127 PARTISIPAN DALAM PENELITIAN INI, 92DIANTARANYA SECARA KLINIS


SUSPEK DEMAM ENTERIK.
KRITERIA SEBAGAI SUSPEK DEMAM ENTERIK YAITU:
USIA 1-59 TAHUN
TIDAK HAMIL
DEMAM >39°c selama 3-7 hari
Diagnosis demam enteric
menggunakan kultur darah
Kultur mikrobiologi pada penelitian ini menggunakan darah vena dengan metode
system automatis BacT/Alert, subkultur pada agar MacConkey, agar darah dan
agar cokelat. Identifikasi koloni menggunakan uji biokimia terstandar dan uji
aglutinasi dengan antisera Salmonella- spesifik

Resistensi antimikroba dilakukan dengan metode “disc diffusion” dan dilanjutkan dengan
teknik Kirby-Bauer
Uji aglutinasi widal

Uji widal menguji adanya antibody terhadap Salmonella flagellar (H) dan/atau antigen
lipopolisakarida (O);
Dikatakan hasil positif bila terdapat peningkatan titer 4-kali lipat pada fase akut dan
convalescent; atau titer tunggal dengann nilai ≥320

Tubex TF

Merupakan alat uji serologis yang mendeteksi antibodi IgM terhadap S.Typhi O: dan
antigen lipopolisakarida. Pemeriksaan tubex dilakukan pada semua partisipan mengikuti
instruksi produsen alat uji, dengan skor 4 atau lebih dikatakan sebagai positif.
Typhidot

Merupakan dot-Enzyme Immunoassay (EIA) yang mendeteksi respon antibody IgM dan IgG
terhadap protein luar membrane spesifik 50kDa antigen S. Typhi. )

TPTest
• TPTest (Typhoid dan Paratyphoid Test) dilakukan pada seluruh partisipan; sampel diambil
menggunakan tabung heparin.
• Sel mononuklear darah perifer dipidahkan dengan sentrifugasi, dan selanjutnya dikultur
dengan media RPMI pada suhu 37C
• Setelah 48 jam, supernatant kultur sampel diuji IgA spesifik S.Typhi menggunakan metode
ELISA
Pengelompokan partisipan
penelitian
92 partisipan penelitian suspek demam enteric dibagi menjadi 4 kelompok
analisis:
• Kelompok 1: pasien dengan kultur darah positif S. Typhi (n=28)
• Kelompok 2: pasien dengan titer widal naik 4x lipat (n=7)
• Kelompok 3: pasien dengan titer widal 1:320 (n=13)
• Kelompok 4: pasien suspek demam dengan kultur dan widal negative ( n= 44)

35 partisipan sebagai perbandingan:


• Kelompok 5: kontrol sehat (n=20)
• Kelompok 6 : pasien dengan penyakit demam lain (tuberculosis dan
leishmania) (n=15)
Etika Penelitian

Penelitian ini telah disetuji oleh komite etik dan penelitian ICDDR dan

International Review Board of the Massachusetts General Hospital. Informed

consent tertulis didapatkan pada pasien ≥18-59 tahun, dan dari orang tua

pasien yang berusia 1-17 tahun.


HASIL
A. KARAKTERISTIK PARTISIPAN PENELITIAN

• Dari 92 partisipan suspek demam enteric, 48 (52%) partisipan adalah laki


laki.
• Usia median 6 tahun 3 bulan (range: 1-46 tahun)
• Suhu median saat masuk 39,2C
• Durasi demam sebelum masuk RS 4 hari
HANYA KULTUR DARAH POSITIF

• JIKA KITA ANGGAP HANYA KASUS DENGAN KULTUR DARAH TERKONFIRMASI


POSITIF, DAN HANYA PASIEN DENGAN PENYAKIT DEMAM LAIN DAN KONTROL
SEHAT SEBAGAI NEGATIVE, MAKA:
• FOR ENTERIC FEVER, THE ESTIMATED SENSITIVITY AND SPECIFICITY WAS
• 100% (95% CI: 87.9%-100%) AND 97.1% (95% CI: 85.5%-99.5%) FOR THE TPTEST;
• 75% (95% CI: 56.6%-87.3%) AND 88.6% (95% CI: 74.1%-95.5%) FOR THE TUBEX ASSAY;
• 4.3% (95% CI: 45.8%-79.3%) AND 80% (95% CI: 64.1%-90%) FOR THE TYPHIDOT ASSAY
KULTUR DARAH DAN WIDAL POSITIF

• JIKA KITA ANGGAP HANYA KASUS DENGAN KULTUR DARAH DAN WIDAL
TERKONFIRMASI POSITIF, DAN HANYA PASIEN DENGAN PENYAKIT
DEMAM LAIN DAN KONTROL SEHAT SEBAGAI NEGATIVE, MAKA:
• TPTEST 91.7% (95% CI: 80.5%-96.7%) AND 97.1% (95% CI: 85.5%-99.5%);
• TUBEX, 66.7% (95% CI: 52.5%-78.3%) AND 88.6% (95% CI: 74.1%-95.5%);
• TYPHIDOT, 54.2% (95% CI: 40.3%-67.4%) AND 80% (95% CI: 64.1%-90%)
KULTUR DARAH DAN WIDAL POSITIF

• JIKA KITA ANGGAP HANYA KASUS DENGAN KULTUR DARAH DAN WIDAL
TERKONFIRMASI POSITIF, DAN PASIEN DENGAN PENYAKIT DEMAM LAIN,
KONTROL SEHAT, DAN INDIVIDU SUSPEK DEMAM ENTERIK NAMUN HASIL
KULTUR DARAH DAN WIDAL NEGATIF SEBAGAI NEGATIF, MAKA:
• TPTEST 91.7% (95% CI: 80.5%-96.7%) AND 68.4% (95% CI: 57.5%-77.6%);
• TUBEX, 66.7% (95% CI: 52.5%-78.3%) AND 83.5% (95% CI: 73.9%-90.1%);
• TYPHIDOT, 54.2% (95% CI: 40.3%-67.4%) AND 72.2% (95% CI:61.4%-80.8%)
BAYESIAN LATENT CLASS MODELING
• PADA LATENT CLASS MODEL, SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DARI SEMUA METODE DIAGNOSTIK
DI UKUR SECARA SIMULTAN DENGAN HASIL:
• THE SENSITIVITY OF
• TPTEST 96.0% (95% CI: 87.1%-99.8%),
• TUBEX 60.2% (95% CI: 49.3%-71.2%),
• TYPHIDOT 59.6% (95% CI: 50.1%- 69.3%) (TABLE 3).

• SPECIFICITY
• TPTEST 96.6% (90.7%-99.2%)
• TUBEX 89.9% (79.6%-96.8%)
• TYPHIDOT 80.0% (67.7%-89.7%)
PEMBAHASAN
Kultur mikrobiologi darah dianggap sebagai gold standar pemeriksaan
demam tifoid jika tersedia laboratoium dengan kapasitas yang memadai.
Kultur darah juga dapat memberikan hasil profil resistensi antimikroba.
Sayangnya, sensitivitas dan spesifisitaskultur darah hanya sebesar 40-80%
dan dibutuhkan waktu 2-7 hari dalam pengerjaannya.
Uji widal telah digunakan selama lebih dari 100 tahun, namun memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang rendah, khususnya di daerah endemik. Untuk
hasil yang optimal, widal harus membandingkan hasil sampel yang diambil
saat fase akut dan fase konvalescent.
KESIMPULAN
• TPTest memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam men-diagnosis individu

dengan demam tifoid pada daerah endemik dibandingkan uji diagnostic lain yanga

da dan sering digunakan


Thank You

Anda mungkin juga menyukai