Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

NEUROFISIOLOGI

KELOMPOK 2 :
1. Thessa Julia Neny Markus 2443023053
2. Widya Putri Pratama 2443023061
3. Zara Amanda Gusty Berek 2443023064
4. Safira Maharani 2443023069

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2023/2024
BAB I

A. Latar Belakang
Sistem saraf terdiri dari dua jenis sel utama: neuron dan neuroglia (atau sel
glia). Latihan ini berfokus pada neuron. Neuron merespons lingkungan lokal
mereka dengan menghasilkan sinyal listrik. Sebagai contoh, neuron sensorik di
hidung menghasilkan sinyal (yang disebut potensial reseptor) ketika molekul bau
berinteraksi dengan protein reseptor pada membran neuron sensorik olfaktori ini.
Dengan demikian, neuron sensorik dapat merespons langsung terhadap
rangsangan sensorik. Potensial reseptor dapat memicu sinyal listrik lainnya yang
disebut potensial aksi, yang berjalan sepanjang membran akson neuron sensorik
menuju otak—dapat dikatakan bahwa potensial aksi dihantarkan ke otak.
Potensial aksi menyebabkan pelepasan neurotransmitter kimia ke neuron
di daerah olfaktori otak. Neurotransmitter kimia ini berikatan dengan protein
reseptor pada membran interneuron otak ini. Secara umum, interneuron merespons
neurotransmitter kimia yang dilepaskan oleh neuron lain. Di hidung, molekul bau
dikenali oleh neuron sensorik. Di otak, bau tersebut dipersepsikan melalui aktivitas
interneuron yang merespons neurotransmitter. Setiap tindakan atau perilaku yang
mungkin timbul disebabkan oleh aktivitas berikutnya dari neuron motorik, yang dapat
merangsang otot untuk berkontraksi.
Secara umum, setiap neuron memiliki tiga wilayah fungsional untuk transmisi
sinyal : penerimaan yang sering memiliki ujung reseptif yang khusus untuk
mendeteksi rangsangan sensorik tertentu, seperti bau, cahaya, suara, atau sentuhan.
Badan sel dan dendrit interneuron menerima stimulasi oleh neurotransmitter di
struktur yang disebut sinapsis kimia dan menghasilkan potensial sinaptik.
Wilayah penghantaran biasanya adalah akson, yang berakhir di wilayah output
(terminal akson) di mana neurotransmitter dilepaskan.
Setiap wilayah mengandung protein membran yang berbeda yang menjadi dasar
perbedaan fungsional. Oleh karena itu, ujung penerima memiliki protein reseptor
dan protein yang menghasilkan potensial reseptor, wilayah penghantaran
memiliki protein yang menghasilkan dan menghantarkan potensial aksi, dan
wilayah output memiliki protein untuk mengemas dan melepaskan
neurotransmitter. Protein membran ditemukan di seluruh membran neuron—banyak
dari protein ini mengangkut ion.
Sinyal yang dihasilkan dan dihantarkan oleh neuron bersifat listrik. Dalam
perangkat rumah tangga biasa, arus listrik dibawa oleh elektron. Dalam sistem
biologis, arus dibawa oleh ion yang bermuatan positif atau negatif. Muatan sejenis
saling tolak, dan muatan berlawanan saling tarik. Secara umum, ion tidak dapat
dengan mudah melewati lapisan lipid bilayer membran plasma dan harus melewati
saluran ion yang terbentuk oleh protein membran integral. Beberapa saluran biasanya
terbuka (saluran bocor) dan yang lainnya tergantung pada gat, yang berarti saluran
dapat berada dalam konfigurasi terbuka atau tertutup. Saluran juga dapat selektif
terhadap ion mana yang diizinkan melewati. Misalnya, saluran natrium sebagian besar
dapat ditembus oleh ion natrium ketika terbuka, dan saluran kalium sebagian besar
dapat ditembus oleh ion kalium ketika terbuka. Istilah konduktans sering digunakan
untuk menggambarkan permeabilitas. Secara umum, ion akan mengalir melalui
saluran terbuka dari daerah konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah konsentrasi
yang lebih rendah. Dalam latihan ini, Anda akan menjelajahi beberapa karakteristik
ini yang diterapkan pada neuron.
Meskipun mungkin untuk mengukur arus ionik melalui membran (bahkan arus
yang melewati saluran ion tunggal), lebih umum untuk mengukur perbedaan
potensial, atau tegangan, melintasi membran. Potensial membran ini biasanya
disebut sebagai potensial membran, dan satuan yang digunakan adalah milivolt
(mV). Membran dapat dianggap sebagai baterai, perangkat yang memisahkan dan
menyimpan muatan. Sebuah baterai rumah tangga biasanya memiliki kutub positif
dan negatif sehingga ketika terhubung, misalnya, melalui bola lampu di senter, arus
mengalir melalui bola lampu tersebut. Demikian pula, membran plasma dapat
menyimpan muatan dan memiliki sisi yang relatif positif dan sisi yang relatif negatif.
Oleh karena itu, membran dikatakan terpolarisasi. Ketika kedua sisi ini (intraseluler
dan ekstraseluler) terhubung melalui saluran ion terbuka, arus dalam bentuk ion dapat
mengalir masuk atau keluar melintasi membran dan dengan demikian mengubah
potensial membran.
B. Tujuan Praktikum
Activity 2
1. Mendefinisikan isttilah reseptor sensorik, potensial reseptor, transduksi
sensorik, modalitas stimulus, dan depolarisasi.
2. Menentukan stimulus yang memadai untuk reseptor sensorik yang berbeda.
3. Menunjukkan bahwa amplitudo potensial reseptor meningkat seiring dengan
intensitas stimulus.

Activity 7

1. Menentukan dan mengukur kecepatan konduksi suatu potensial aksi.


2. Menguji pengaruh mielinasi terhadap kecepatan konduksi.
3. Menguji pengaruh diameter akson terhadap kecepatan konduksi.

Avtivity 8

1. Mengetahui neurotransmitter, sinapsis kimia, vesikel sinaptik, dan potensial


postsinaptik.
2. Mengetahui peran ion kalsium dalam pelepasan neurotransmitter.

Activity 9

1. Mengidentifikasi area fungsional (seperti ujung sensorik, akson, dan membran


pascasinaps) dari sirkuit dua neuron.
2. Memprediksi dan menguji respon disetiap area fungsional terhadap stimulus
yang sangat lemah, dibawah ambang batas.
3. Memprediksi dan menguji respon disetiap area fungsional terhadap stimulus
sedang.
4. Memprediksi dan menguji respon disetiap area fungsional terhadap stimulus
intens.
BAB II

A. Landasan Teori
Sistem saraf mengandung dua jenis sel umum yaitu neuron dan neuroglia.
Neuron merespon lingkungan lokal dengan menghasilkan sinyal listrik. Misalnya,
neuron sensorik di hidung menghasilkan sinyal ketika molekul bau berinteraksi
dengan protein reseptor pada membran neuron sensorik penciuman tersebut. Dengan
demikian, neuron sensorik dapat merespon rangsangan sensorik secara langsung.
Potensial reseptor dapat memicu sinyal listrik lain, yang berjalan sepanjang membran
axon neuron sensorik ke otak jadi bisa di katakan bahwa potensial aksi di alirkan ke
otak.
Potensial aksi menyebabkan pelepasan neurotransmitter kimia ke neuron di daerah
penciuman otak. Neurotransmitter kimia ini lalu berikatan dengan protein reseptor
pada memran interneuron otak tersebut. Secara umum, interneuron merespon
neurotransmitter kimia yang di lepaskan oleh neuron lain. Di hidung, molekul bau
dirasakan oleh neuron sensorik. Di otak, bau dirasakan melalui aktivitas interrneuron
yang merespon neurotransmitter. Setiap tindakan yang dihasilkan disebabkan oleh
aktivitas selanjutnya dari neuron motorik, yang dapat merangsang otot untuk
berkontraksi.
Secara umum neuron memiliki tiga wilayah fungsional untuk transmisi sinyal
yaitu wilayah pertama, wilayah penghantar, dan wilayah keluaran (wilayah sekretori).
Neuron sensorik sering kali mempunyai ujung reseptif yang terspesialisasi untuk
mendeteksi stimulus sensorik tertentu contohnya seperti bau, cahaya, suara dan
sentuhan. Badan sel dan dendrit interneuron menerima ragsangan oleh neurotrnsmitter
pada struktur yang disebut sinapsis kimia dan menghasilkan potensi sinaptik. Daerah
penghantar biasanya berupa axon yang berakhir didaerah keluaran tempat pelepasan
neurotransmitter. Meskipun neuron adalah sel tunggal yang di kelilingi oleh membran
plasma kontinu, setiap wilayah mengandung protein membran berbeda yang
memberikan dasar untuk perbedaan fungsional. Dengan demikian, ujung penerima
memiliki protein reseptor dan protein yang menghasilkan potensial reseptor, daerah
konduksi memiliki protein yang menghasilkan dan menghantarkan potensial aksi, dan
daerah keluaran memiliki protein untuk mengemas dan melepaskan neurotransmitter.
Protein membran di temukan di seluruh membran saraf banyak protein ini
mengangkut ion.
Sinyal yang dihasilkan dan dilakukan oleh neuron bersifat elektrik. Pada
perangkat rumah tangga biasa arus listik di bawa oleh elektron. Dalam sistem
biologis, arus dibawa oleh ion bermuatan positif atau negatif. Muatan sejenis saling
tolak menolak dan muatan yang berlawanan tarik menarik. Secara umum, ion tidak
dapat dengan mudah melewati lapisan ganda lipid membran plasma dan harus
melewati saluran ion yang dibentuk oleh protein membran internal. Beberapa saluran
biasanya terbuka (leak channel) dan yang lainnya bersifar gared, artinya saluran
tersebut dapat dalam konfigurasi terbuka atau tertutup. Saluran juga bisa selektif
untuk ion mana yang diizinkan lewat. Misalnya saluran terbuka dari daerah dengan
konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi lebih rendah.
Meskipun dimungkinkan untuk mrngukur ionik melalui membran, lebih
umum untuk mengukur perbedaan potensial, atau tegangan, melintasis membran.
Tegangan membran ini biasanya disebut potensial membran dan satuannya adalah
milivolt (mv). Seseorang dapat menganggap membran sebagai baterai, perangkat
yang memisahkan dan menyimpan muatan. Baterai rumah tangga biasa memiliki
kutub positif dan negatif sehingga ketika di hubungkan, misalnya melalui bola lampu
senter, arus mengalir melalui bola lampu. Demikian pula, membran plasma dapat
menyimpan muatan dan memiliki sisi yang relatif positif dan sisi yang relatif negatif.
Oleh karena itu, membran dikatakan terpolarisasi. Ketika kedua sisi ini dihubungkan
melalui saluran ion terbuka, saru dalam bentuk ion dapat mengalir masuk atau keluar
melintasi membran dan dengan demikian mengubah tegangan membran.
BAB III

A. Alat Praktikum
1. Osiloskop
2. Stimulator listrik
3. Mikroelektroda
4. Neuron
5. Elektroda perekam
B. Bahan Praktikum
1. Pacinian (lamellar) corpuscle
2. Olfactory receptor
3. Free nerve ending
4. Serabut akson A
5. Serabut akson B
6. Serabut akson C
7. Ca2+
8. Mg2+
BAB IV

A. Hasil Praktikum
Activity 2

Gambar 2.1 Tablel hasil pengamatan.

Setelah di lakukan pengamatan terlihat pada data, ketiga sensory reseptor memberikan
efek yang berbeda-beda terhadap stimulus yang di berikan.
1. Reseptor Pacinian corpuscle mencapai amplitude terbesar pada modulitas stimulus
tekanan dengan intensitas tinggi
2. Resptor olffactory receptors mencapai amplitude terbesar pada modulitas stimulus
penciuman bahan kimia dengan intensitas tinggi
3. Resptor free never ending mencapai amplitude terbesar pada modulitas stimulus
panas dengan intensitas tinggi.

Activity 7

Gambar 7.1 hasil kecepatan konduktivitas menggunakan Fiber A


Gambar 7.2 hasil kecepatan konduktivitas menggunakan Fiber B
Gambar 7.3 Kecepatan konduktivitas menggunakan Fiber C
Activity 8

Gambar 8.1 Ekstraseluler Diberi Control Ca2+ Dengan Intensitas Lemah

Ekstraseluler yang di beeri control Ca2+ dengan intensitas lemah dpat melepaskan
neurotransmitter namun dalam jumlah yang sedikit.
Gambar 8.2 Ekstraseluler Diberi Control Ca2+ Dengan Intensitas Tinggi

Ekstraseluler yang di beri control Ca2+ dengan intensitas tinggi dapat melepaskan
neurotransmitter namun dalam jumlah yang banyak.

Gambar 8.3 Ekstraseluler No Ca2+ Dengan Intensitas Lemah

Ekstraseluler No Ca2+ dengan intensitas yang lemah tidak dapat mengeluarka


neurotransmitter.
Gambar 8.4 Ekstraseluler No Ca2+ Dengan Intensitas Tinggi

Ekstraseluler No Ca2+ dengan intensitas yang tinggi tidak dapat mengeluarkan


neurotransimtter.

Gambar 8.5 Ekstraseluler Diberi low Ca2+ Dengan Intensitas Lemah

Ekstraseluler yang diberi low Ca2+ dengan intensitas lemah dapat mengeluarkan
neurotransitter dalam jumlah yang sedikit.
Gambar 8.6 Ekstraseluler Diberi Sedikit Ca2+ Dengan Intensitas Tinggi

Ekstraseluler yang diberi low Ca2+ dngan intensitas yang tinggi dapat mengeluarkan
neurotransmittr dalam jumlah yang sedikit.

Gambar 8.7 Ekstraseluler Diberi Mg2+ Dengan Intensitas Lemah

Ekstraseluler yang diberi pada Mg2+ dengan intensitas yang lemah dapat
mengeluarkan neurotransmitter dalam jumlah yang sedikit.
Gambar 8.8 Ekstraseluler Diberi Mg2+ Dengan Intesitas Tinggi

Ekstraseluler yang diberi pada Mg2+ dengan intensitas yang tinggi dapat
mengeluarkan neurotransmitter dalam jumlah yang banyak dari Mg2+ dengan
intensitas lemah.

Activity 9

Gambar 9.1 Tabel hasil pengamatan

BAB V

A. Pembahasan Hasil Praktikum


Activity 2

Setelah di lakukan pengamatan terlihat pada data, ketiga sensory reseptor memberikan
efek yang berbeda-beda terhadap stimulus yang di berikan.

1. Reseptor Pacinian corpuscle mencapai amplitude terbesar pada modulitas stimulus


tekanan dengan intensitas tinggi
2. Resptor olffactory receptors mencapai amplitude terbesar pada modulitas stimulus
penciuman bahan kimia dengan intensitas tinggi
3. Resptor free never ending mencapai amplitude terbesar pada modulitas stimulus
panas dengan intensitas tinggi.
Activity 7

Kecepatan konduktivitas dapat dipengaruhi oleh 3 hal yaitu :

1. Derajat myelinasi
Semakin tebal derajat myelinasi, maka semakin cepat konduksi impulsnya
karena myelin dapat mencegah ion efluks agar PA tidak cepat hilang Sehingga
tidak terjadi depolarisasi dan impuls akan semakin meningkat.
2. Diameter akson
Semakin kecil luas permukaan serat akson, maka hambatan yang dilalui aliran
impuls akan meningkat, sehingga impuls mengalir lambat pada sepanjang
akson.
3. Suhu
Semakin dingin suatu suhu, maka kecepatan konduktivitas juga akan semakin
cepat.

Di activiy 7, kita mengamati pengaruh kecepatan konduksi listrik pada akson. Di


dalam akson terdapat beberapa serat. Setiap serat pada akson memiiki kecepatan
konduksi yang berbeda beda. Serat serat pada akson yang akan kita uji adalah :

a. Serat A

Seperti pada gambar 7.1, serat A memiliki luas diameter akson yang paling
lebar dan derajat myelin paling tebal daripada serat B dan serat C. Dengan
memiliki luas permukaan serat yang lebar dan diameter myelin yang tebal,
serat A dapat menghantarkan implus lebih cepat daripada serat lainnya. Akson
Pacinian Corpucle biasanya memiliki serat seperti serat A. Biasanya terdapat
pada kulit, dan otot skeletal.

b. Fiber B

Seperti pada gambar 7.2, serat B memiliki luas diameter yang lebih kecil dan
derajat myelin yang lebih tipis daripada serat A. Dengan ini, serat B memiliki
kecepatan konduksi yang lebih lambat daripada serat A. Serat B juga termasuk
Visceral Fiber Sensorik yang di jumpai pada bagian organ dalam dan
Olfaktory sensorik yang ada di hidung atau indra penciuman.

c. Fiber C
Seperti pada gambar 7.3, Serat C memiliki luas permukaan akson yang sempit
dan tidak memiliki myelin. Hal ini mengakibatkan serat C memiliki kecepatan
konduksi impuls yang lebih lambat daripada serat A dan serat B. Serat C juga
termasuk Free Nerve Ending yang dapat kita jumpai pada organ dalam tubuh
seperti organ pencernaan, pernafasan, dan endokrin.

Activity 8

Intensitas stimulus sangat mempengaruhi jumlah pelepasan neurotransmitter


diterminl axon dimana intensitas stimulus secara langsung mempengaruhi
jumlah Ca2+ yang memasuki terminal axon dan intensitas stimulus juga secara
proporsional mempengaruhi jumlah synaptic vesicle yang melepaskan isinya
ke dalam celah sinaps. Ketika intensitas stimulus meningkat, jumlah vesikel
sinaptik atau jumlah neurotransmitter per vesikel yang dilepaskan juga ikut
meningkat. Neurotransmitter dapat keluar atau terlepas dari vesikel sinaptik
jika adanya kalsium yang masuk, sehingga ketika kalsium yang masuk
jumlahnya kecil, maka neurotransmitter yang dilepaskan juga jumlahnya kecil,
begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, eksositosis vesikel sinaptik bergantung
pada kalsium. Ketika ekstraseluler Mg2+ yang masuk, maka pelepasan
neurotransmitter dari vesikel sinaptik akan berkurang, karena magnesium
memblokir saluran kalsium di dalam axon terminal dan menghambat
pelepasan neurotansmitter.

Activity 9
Gambar 9.1 Grafik dan Vesicles Released
Pada saat diberi intensitas rangsangan yang very weak (sangat lemah), maka
respon depolarisasi yang terjadi pada R1 akan sangat kecil hingga pada R2, R3,
dan R4 tidak adanya respon yang diberikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel bahwa
perubahan yang terjadi hanya terdapat pada bagian membrane potensial yaitu
menjadi (-60 mV), dapat diketahui pada intensitas very weak belum membentuk
potensial aksi dan pada bagian vesicles released belum ada vesicle yang melepas
neurotransmitter.

Pada saat diberi intensitas rangsangan moderate (sedang), maka respon


depolarisasi yang terjadi pada R1 akan jauh lebih besar dibandingkan pada saat
intensitas very weak (sangat lemah), hal ini juga dapat mempengaruhi potensial
aksi pada R2, R3, hingga R4 karena pemberian stimulus yang cukup adekuat
terhadap ujung saraf sensorik hingga menghasilkan depolarisasi yang besar dan
dapat tercapainya threshold (ambang batas) yaitu (-40). Terjadinya pembentukan
potensial aksi ini juga dapat dilihat Ketika jumlah vesicle yang merealesed
neurotransmitter ada 4, yang kemudian neurotransmitter ini akan ditangkap oleh
reseptor-reseptor yang berada di dendrit interneuron, sehingga interneuron
mengalami perubahan potensial menjadi (-50).

Pada saat diberi intensitas rangsangat strong (kuat), maka respon depolarisasi
yang terjadi pada R1 dan R3 sangat besar hingga potensial aksi akan terjadi di R2
dan R4. Efek dari frekuensi potensial aksi yang sangat kuat, maka potensial aksi
yang akan mencapai akson terminal akan semakin banyak. Dapat dilihat pada R3
potensial aksi yang besar akan menyebabkan pelepasan neurotransmitter(kanal ion
calcium) dalam jumlah yang banyak yaitu (6), sehingga potensial aksi berikutnya
akan menyalur hingga ke R4.

BAB VI
A. Kesimpulan

Tipe sel saraf dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Neuron adalah sel saraf yang responsive terhadap stimulus dan


mentransmisikan sinyal elektrik.
2. Neuroglia adalah sel yang mengelilingi serta melindungi neyron.

Neuron dapat di klasifikasikan berdasarkan struktur dan fungsinya.

1. Neuron berdasarkan struktur :


a. Multipolar adalah tipe neuron yang paling umum pada manusia, dengan
lebih dari 99% neuron berada di kelas ini. Neuron tipe ini merupakan jenis
neuron utama di sistem saraf pusat.
b. Bipolar, berbeda dengan multipolar, neuron tipe bipolar sangat langka dan
hanya di temui pada beberapa organ Indera khusus seperti di retina mata
dan di mukosa penciuman.
c. Pseudo-unipolar/unipolar berfungsi sebagai neuron sensorik di ganglia
sistem saraf perifer
2. Neuron berdasarkan fungsinya :
a. Sensorik
b. Interneuron
c. Motoric.

sistem saraf memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Sensory input, dengan sensory reseptor yang di miliki oleh sistem saraf dalam
jumlah jutaan digunakan untuk memonitoring perubahan didalam maupun di
luar tubuh.
2. Integrasi, yaitu fungsi sistem saraf memproses sensory input ke sistem saraf
pusat dan menutuskan “apa yang harus di lakukan”
3. Motor output, Sistem saraf pusat mengirimkan implus ke efektor sehingga
menimbulkan suatu respon.

Sensory reseptor dapat mendeteksi perubahan pada lingkungan sekitar. Berdasarkan


tipe stimulus, sensosry respetor di bedakan menjadi
1. Mechanoreceptors adalah jenis sensory reseptor yang peka terhadap
rangsangan mekanis seperti sentuhan, tekanan (termasuk tekanan darah),
getaran dan regangan.
2. Thermoreceptors adalah jenis sensory reseptor yang peka terhadap perubahan
suhu
3. Photoreceptors adalah jenis sensory reseptor yang peka terhadap Cahaya
4. Nociseptor adalah jenis sensory reseptor yang peka terhadap rasa nyeri akbiat
kerusakan fisik dan kimia pada jaringan.
5. Chemoreceptors adalah jenis sensory reseptor yang peka terhadap bahan-
bahan kimia seperti rasa, bau dan cairan tubuh.
Daftar Pustaka

Tortora, G. & Derrickson, B. H. 2009. Principle of Anatomy and Phisiology,

12th Edition. USA: John Wiley & Sons.

Marieb, Elaine N. 2016. Human Anatomy & Physiologi, Tenth Edition.

England: Pearson

Anda mungkin juga menyukai