Anda di halaman 1dari 7

3.

Lintasan Saraf Sensoris

Fisiologi Reseptor

Pada ujung ujung perifernya, neuron eferen memiliki reseptor yang


memberitahu SSP mengenai perubahan yang dapat dideteksi, atau rangsangan,
baik dari dunia luar maupun lingkungan dalam dengan membangkitkan
potensial aksi sebagai respons terhadap rangsangan. Potensial aksi ini
disalurkan melalui serat aferen ke SSP. Rangsangan terdapat dalam berbagai
bentuk energi, atau modalitas, misalnya panas, cahaya, suara, tekanan, dan
perubahan kimiawi karena satu satunya cara yang dapat digunakan neuron
aferen untuk mengirimkan informasi ke SSP adalah melalui penjalaran
potensial aksi, reseptor harus mengubah bentuk bentuk energi tersebut
menjadi energi listrik (potensial aksi). Proses perubahan energi ini dikenal
sebagai transduksi.

Setiap jenis reseptor mengkhususkan diri untuk lebih mudah berespons


terhadap salah satu jenis rangsangan adekuatnya, daripada rangsangan lain.
Sebagian reseptor dapat berespons secara lemah terhadap rangsangan selain
rangsangan adekuatnya, bahkan jika diaktifkan oleh rangsangan lain, suatu
reseptor tetap menimbulkan sensasi yang biasanya dideteksi oleh jenis reseptor
tersebut. Namun karena reseptor reseptor ni biasanya diaktifkan oleh
rangsangan adekuatnya, sensasi biasanya diaktifkan oleh rangsangan modalitas
rangsangan. Berdasarkan jenis energi yang biasanya mereka tanggapi, reseptor
reseptor dikategorikan sebagai berikut :

Fotoreseptor peka terhadap cahaya.


Mekanoreseptor peka terhadap energi mekanis, termasuk baroreseptor yng
memantau tekanan darah.
Termoreseptor peka terhadap panas dan dingin.
Osmoreseptor mendeteksi perubahan konsentrasi zat zat terlarut dalam
cairan tubuh dan perubahan aktivitas osmotik yang terjadi.
Kemoreseptor peka terhadap zat zat kimia tertentu.
Nosiseptor atau reseptor nyeri peka terhadap kerusakan jaringan akibat
tusukan atau terbakar atau terhadap distorsi jaringan. Rangsangan yang
berlebihan terhadap semua reseptor juga dirasakan sebagai nyeri.

Potensial Reseptor
Stimulasi suatu reseptor akan mengubah permeabilitas membrannya,
biasanya dengan menyebabkan pembukaan nonselektif semua saluran ion
kecil. Pada potensial istirahat gaya dorong elektrokimia untuk Na+ lebih
besar daripada ion ion kecil lainnya, efek yang predominan adalah influks
Na+, yang mendepolarisasi reseptor membran.
Perubahan depolarisasi potensial lokal ini dikenal sebagai potensial
reseptor. Amplitudo dan durasinya dapat bervariasi, tergantung kekuatan dan
frekuensi penerapan atau penghentian rangsangan. Semakin kuat rangsangan,
semakin besar perubahan permeabilitas dan semakin besar potensial reseptor.
Karena daerah reseptor memiliki ambang sangat tinggi, potensial aksi tidak
muncul di reseptor itu sendiri. Untuk transmisi jarak jauh, potensial respetor
harus diubah menjadi potensial aksi yang dapat menjalar di sepanjang serat
aferen.perubahan ini dilakukan dengan membuka saluran saluran Na+ di
membran neuron aferen yang dekat dengan reseptor. Apabila influks Na+
yang terjadi cukup untuk membawa daerahyang dekat dnegan reseptor ini ke
ambang, akan terbentuk potensial aksi yang akan menjalar sendiri di
sepnajang serat aferen ke SSP.

Adaptasi Reseptor
Karena adanya adaptasi, rangsangan dengan intensitas yang sama tidak
selalu akan menimbulkan potensial reseptor dengan kekuatan yang sama.
Sebagian reseptor memiliki kemampuan untuk mengurangi kekuatan
depolarisasi mreka walaupun terus menerus mendapat rangsangan dengan
kekuatan yang sama. Contoh reseptor yang dapat beradaptasi adalah reseptor
taktil (sentuh) di kulit yang memberitahu mengenai perubahan tekanan pada
permukaan kulit. Karena reseptor reseptor ini cepat beradaptasi kita tidak
terus menerus menyadari bahwa kita sedang memakai jam tangan, cincin, dan
baju. Mekanisme adaptasi untuk setiap reseptor berbeda beda.

Jalur Somatosensorik
Apabila informasi yang dideteksi oleh reseptor disalurkan ke tingkat
kesadaran otak, informasi itu disebut informasi sensorik, dan jalur masuknya
dianggap sebagai aferen sensorik. Salah satu golongan informasi sensorik
yaitu sensasi somatik, yang berasal dari permukaan tubuh, termasuk sensasi
somstetik yag berasal dari kulit dan propriosepsi dari otot, sendi, kulit, dan
telinga dalam.
Jalur jalur yang menyampaikan sensasi somatik, jalur somatosensorik,
terdiri dari rantai rantai diskret neuron neuron yang saling berhubungan
melalui sinaps sinaps dalam suatu rangkaian tertentu untuk melaksanakan
pengolahan informasi sensorik. Neuron aferen dengan reseptor perifernya
yang pertama kali mendeteksi rangsangan dikenal sebagai neuron sensorik
ordo pertama. Neuron ini bersinaps dengan neuron sensorik ordo kedua, baik
di korda spinalis atau medula, bergantung pada jalur sensorik yang terlibat.
Neuron ini kemudian bersinaps dengan neuron sensorik ordo ketiga di
talamus, dan seterusnya. Pada setiap langkah, terjadi pengolahan modalitas
lebih lanjut. Modalitas sensorik tertentu yang dideteksi oleh suatu jenis
reseptor khusus dikirim melalui jalur asendens dan aferen tertentu untuk
mengeksitasi daerah tertentu di korteks somatosensorik. Proses ini dikenal
sebagai proyeksi; masukan sensorik tertentu diproyeksikan ke daerah
terntentu di korteks. Dengan demikian, informasi dipertahankan terpisah
pisah dalam jalur berlabel spesifik antara perifer dan korteks. Dengan cara ini,
walaupun semua informasi disalurkan ke SSP melalui jenis sinyal yang sama
(potensial aksi), otak dapat menerjemahkan jenis dan lokasi rangsangan.

Anda mungkin juga menyukai