Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK PBL

SKENARIO 2 BLOK 2
“Kulitku Terluka...”

Kelompok C
Ketua : Sasya Windriya Dhaneswara NIM : 185160100111027
Sekretaris : Risa Fitriana Gisma NIM : 185160100111029
Anggota :
- Yanice Natalia Regar Risnauli NIM : 185160100111025
- Tiara Ayu Septanti Putri NIM : 185160100111026
- Adinda Ghea Wieneva Adrian NIM : 185160100111028
- Celcilia Rivana NIM : 185160100111030
- Hilwa Zahwa Nadira NIM : 185160100111031
- Mohammad Brian Ardiansyah NIM : 185160100111032
- Frantika Agustina NIM : 185160100111033
- Annisa Rif’atul Ulya NIM : 185160100111034
- Astri Damayanti NIM : 185160100111035
- Fauza Hamda NIM : 185160100111036
- Annisa Pramuditha Ardana NIM : 185160100111037
- Jennifer Tania NIM : 185160107111007
- Maria Eugenia Sekar Larasati NIM : 185160107111008

DK 1 : Senin/29 Oktober 2018


DK2 : Kamis/1 November 2018
FASILITATOR : drg. Yuli Nugraeni., Sp. KG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan PBL ini. Adapun laporan
PBL ini disusun untuk memenuhi tugas diskusi kelompok pada sistem pembelajaran blok
dua Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya tahun 2018. Dalam laporan ini akan
dijelaskan hasil learning issues pada diskusi kelompok kami, diantaranya membahas
tentang sistem integumen, saraf sensoris kulit, darah, dan proses penyembuhan tulang.

Terima kasih penyusun ucapkan kepada orang-orang yang berpartisipasi secara


langsung atas penyusunan laporan ini karena penyusunan laporan ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih kepada fasilitator drg. Yuli Nugraeni, Sp.
KG yang telah memfasilitasi kelompok kami sehingga jalannya diskusi kelompok berjalan
dengan lancar.

Penyusun menyadari laporan ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penyusun
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikanya sehingga laporan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca nantinya.

Malang, 4 November 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

ISI ......................................................................................................................... 1

I. SKENARIO “Kulitku Terluka...” ........................................................................ 1

II. ISTILAH ASING/KATA SULIT ......................................................................... 1

III. IDENTIFIKASI MASALAH .............................................................................. 1

IV. HIPOTESIS ...................................................................................................... 1

V. LEARNING ISSUES ........................................................................................... 2

5.1 Sistem Integumen .............................................................................................. 2

5.1.1 Definisi Sistem Integumen................................................................................ 2

5.1.2 Struktur Sistem Integumen .............................................................................. 2

5.1.3 Fisiologi Sistem Integumen............................................................................... 6

5.2 Saraf Sensoris Kulit ............................................................................................. 7

5.3 Darah ................................................................................................................ 8

5.3.1 Definisi Darah .................................................................................................. 8

5.3.2 Pembagian Darah ............................................................................................ 8

5.3.3 Fisiologi Darah ................................................................................................. 15

5.4 Penyembuhan Luka ............................................................................................ 16

VI. LEARNING OUTCOMES ................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 27

ii
ISI

I. SKENARIO

Kulitku Terluka...

Seorang mahasiswa pecinta alam sedang melakukan pendakian gunung. Selama


perjalanan dia menebang beberapa ranting pohon untuk membuka jalan sambil
mengusap keringatnya. Tidak sengaja tangan kirinya terkena pisau. Lukanya dalam
sehingga tampak lapisan kulit bagian dalam, mengeluarkan darah dan terasa perih.
Setelah luka tersebut sembuh daerah bekas luka tampak warna kehitaman.

II. ISTILAH ASING/KATA SULIT


a. Keringat
b. Luka
c. Kulit
d. Darah
e. Perih

III. IDENTIFIKASI MASALAH


a. Mengapa bekas luka bewarna kehitaman?
b. Mengapa bisa dikeluarkan keringat?
c. Lapisan kulit mana yang jika terluka bisa mengeluarkan darah dan terasa perih?
d. Lapisan apa saja yang membangun jaringan kulit?
e. Mengapa saat terjadi luka kita merasakan perih?
f. Bagaimana cara luka sembuh?
g. Komponen darah apa yang keluar saat kita terluka?
h. Berasal dari pembuluh apa darah yang keluar saat terjadi luka?

IV. HIPOTESIS

Mahasiswa mengelap keringat lalu tidak sengaja tangan kirinya terkena pisau
dan terluka yang mengeluarkan darah dan terasa perih. Rasa perih muncul akibat adanya
ujung saraf yang terbuka yang khusus menerima rangsangan sakit dan adanya
nociceptor yang akan menyampaikan rangsangan ke otak dan menimbulkan sensasi rasa
nyeri. Penyembuhan luka diawali proses inflamasi, terjadi vasadilatasi (pembesaran
pembuluh darah), sehingga sel darah trombosit keluar.

Trombosit pecah Trombokinase

Protombin Trombin

Fibrinogen Fibrin

1
V. Learning Issues
1. Sistem Integumen
a. Definisi Sistem Integumen

Integument adalah pelapis atau melapisi tubuh atau kulit beserta lapisan-lapisan dan
struktur aksesorisnya (Dorland, 2015).

System integumen terdiri dari beberapa derivate kulit terspesialisasi tertentu antara
lain rambut, kuku, dan beberapa kelenjar (Sloane, 2004).

b. Struktur Sistem Integumen

Penyusun lapisan sel, antara lain:

1. Keratinosit
Fungsi utama dari keratinosit adalah untuk memproduksi keratin, yaitu protein
berserat yang membantu memberikan perlengkapan perlindungan pada epidermis. Setiap
keratinosit saling merekat erat oleh adanya desmosom. Keratinosit hidup pada bagian
terdalam epidermis dan membentuk lapisan sel (stratum basalis) yang terus mengalami
mitosis. Ketika sel-sel ini terdorong ke atas oleh karena produksi sel baru dibawahnya,
mereka membuat keratin yang mendominasi isi sel mereka. Ketika keratinosit mwncapai
permukaan kulit, sel-sel ini akan mati.

2. Melanosit
Melanosit adalah sel epitel berbentuk menyerupai laba-laba yang mensintesis pigmen
melanin. Sel ini berasal dari sel Krista neural dan dijumpai pada stratum basalis. Bentuk
badan sel Melanosit adalah bulat, tempat bermulanya cabang-cabang panjang ireguler
dalam epidermis yang terletak diantara sel-sel stratum basalis dan stratum spinosum.
Dengan mikroskop electron, sel melanosit terlihat berisi banyak mitokondria kecil,
kompleks golgi yang sangat berkembang, sisterna pendek pada reticulum endoplasma
yang kasar. Melanosit direkatkan pada lamina basalis oleh hemidesmosom.

Pembentukan Pigmen Melanin :


Enzim Tironase berperan penting dalam pembentukan melanin oleh melanosit,
dimana enzim tironase—yang dibentuk dalam ribosom—mengubah tiroksin menjadi 3,4
dihidroksiferil alanin (DOPA) dan kemudian menjadi dopaquinone yang kemudian
dikonversi menjadi melanin dalam vesikel yang dibentuk kompleks golgi.
Ketika melanin dibentuk dan diakumulasikan ke melanosom, melanin-melanin ini
ditransfer ke keratinosit-keratinosit terdekat. Granula melanin berakumulasi di bagian
atas dari nucleus keratinosit, membentuk tameng pigmen yang melindungi nukleus dari
efek merusak radiasi sinar ultraviolet (UV) yang berasal dari sinar matahari.

3. Langerhans
Sel berbentuk bintang ini berasal dari sumsum tulang dan bermigrasi ke epidermis.
Sel ini disebut juga epidermal dendritic cells, yang adalah makrofag-makorfag yang
membantu mengaktifkan system imun. Jika dalam tubuh, sel limfosit berguna untuk
melawan antigen, maka pada epidermis, sel langerhanslah yang memerankan peran
tersebut.
4. Sel Merkel

2
Sel merkel adalah sel berbentuk oval dengan diameter 10-15 mikrometer dan terletak
pada lapisan basalis pada epidermis. Sel ini berhubungan dekat dengan saraf terminal
dan lapisan luar pada folikel rambut. Sel merkel berfungsi sebagai penerima rangsang
untuk sentuhan. Sel merkel banyak ditemukan pada telapak tangan dan kaki terutama
pada ujung jari, sedangkan pada bibir mengandung lebih sedikit sel merkel dibanding
ujung jari.

Berdasarkan Lapisan Penyusunnya, Kulit dibagi menjadi 3 daerah, antara lain:

1. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan epitel yang berasal dari ektoderm. Epidermis terdiri dari
epitel pipih berlapis dengan lapisan tanduk. Epidermis tidak punya pembuluh darah
maupun limfa. Oleh karena itu, nutrien dan oksigen diperoleh dari kapiler pada lapisan
dermis. Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu :

a. Stratum korneum (lapis tanduk)

3
Stratum korneum adalah lapisan paling superfisial dan terdiri dari 20-30 lapis
keratinosit. Stratum korneum terisi dengan keratin tanpa inti, gepeng, dan mati. Sel
terluarnya adalah issik zat tanduk yang terdehidrasi dan selalu terkelupas. Fungsi dari
stratum korneum adalah untuk melindungi terhadap gesekan, kuman, dan kehilangan
cairan.

b. Stratum lusidum (lapis bening)

Stratum lusidum terdiri dari 2-3 lapis sel gepeng, mati, tanpa inti, dan tembus
cahaya. Stratum lusidum hanya dapat terlihat jelas pada kulit tebal.

c. Stratum granulosum (lapisan granular, lapis berbutir)

Stratum granulosum terdiri dari 3-5 lapis sel gepeng yang terisi oleh granula
keratohialin padat dan granula lamelar yang terbungkus membran.

d. Stratum spinosum (lapisan spinosa, lapis taju)

Stratum spinosum terdiri dari 8-10 lapisan. Selnya besar berbentuk poligonal dengan
inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan. Terdapat desmosom pada taju yang seolah-olah
menghubungkan sel satu dengan sel lainnya.

e. Stratum basale (germinativum)

Stratum basale adalah lapis paling dalam sel kuboid berangsur menjadi silindris
rendah yang berkontak dengan membran basal, tempat bermitosis, juga terdapat
melanosit dan sel merkel. Selnya melekat melalui desmosom dan hemidesmosom ke
membran basal. Sitoplasmanya basofilik (mudah menyerap warna)

Terdapat 4 jenis sel pembentuk epidermis yaitu :

a. Keratinosit

Keratinosit adalah sel terbanyak yaitu 85-95% dari sel epidermis. Keratinosit
merupakan sel epitel yang mengalami keratinasi yang berlangsung selama 2-3 minggu
mulai dari poliferisasi, mitosis, diferensiasi, kematian sel, dan pengelupasan
(deskuamasi). Keratinosit berasal dari ektoderm permukaan. Dan merupakan sel induk
bagi derivat kulit lain. Keratinosit berfungi untuk membentuk rambut dan kuku.

b. Melanosit

Melanosit merupakan sel kecil dengan cabang dendritik panjang tipis dan berakhir
pada keratinosit di stratum basal dan spinosum. Terletak di antara sel pada stratum
basal, folikel rambut, dan sedikit dalam dermis. Melanosit meliputi 7-10% sel epidermis.
Melanosit berasal dari sel neural crest (krista saraf). Melanosit membentuk pigmen coklat
tua. Fungsi utama melanin adalah untuk melindungi kulit dari efek radiasi uv yang
merusak.

c. Sel Langerhans

Sel langerhans berasal dari sumsum tulang dan berdiam di kulit terutama di stratum
spinosum. Sel langerhans ikut serta dalam respons imun tubuh. Sel langerhans berfungsi
sebagai sel penyaji antigen (APC) dan merupakan bagian dari pertahanan immunologi

4
kulit. Sel langerhans mengenali, memfagosit, dan memproses antigen asing dan
menyajikannya ke limfosit T untuk respon imun.

d. Sel Merkel

Sel merkel merupakan sel besar dengan cabang sitoplasma pendek dan berasal
dari krista neuralis dan dapat ditemukan pada lapisan basal epidermis dan palingbanyak
terdapat pada ujung jari. Badan merkel merupakan mekanoreseptor untuk sensasi kulit.

2. Dermis

Dermis merupakan lapisan epitel yang berasal dari mesoderm. Dermis terdiri dari
2 lapisan yaitu :

a. Stratum papilaris

Stratum papilaris terdiri atas jaringan ikat longgar, dengan fibrobas dan sel
jaringan ikat lainnya, seperti sel mast dan makrofag. Terdapat papila dermis yang
jumlahnya 50-250/mm2. Mengandung turunan epidermis seperti kelenjar keringat,
kelenjar sebasea, dan folikel rambut. Terdapat badan meissner di papila dermis.

b. Stratum retikularis

Stratum retikularis terisi oleh jaringan ikat ireguler padat (terutama kolagen tipe
1) dan kurang selular dibandingkan stratum papilaris. Dapat menahan stres mekanis
yang lebih besar. Mengandung anastomosis arteriovena untuk mengatur suhu. Terdapat
badan pacini. Pada bagian lebih dalam, jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di antaranya
terisi jaringan lemak, kelenjar keringat dan sebasea, serta folikel rambut.

Di lapisan kulit jangat (dermis) terdapat 2 macam kelenjar yaitu:

1. Kelenjar Keringat (Sudorifera)


Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yng melingkar) dan duet yaitu saluran
semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat.
Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat di
permukaan telapak tangan, telapak kaki, kening, dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat
mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.
Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi, dan obat-obat
tertentu.

Ada 2 jenis kelenjar keringat yaitu:

a. Kelenjar keringat ekrin


Kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih yaitu keringat yang mengandung 95 –
97 % air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula
minyak, lusida, dan sampingan dari metabolisme seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di
seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki, sampai ke kulit kepala.
Jumlahnya di seluruh badan sekitar 2 juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam
waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-
gulung, dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada
rambutnya.

5
b. Kelenjar keringat apokrin
Hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin, dan daerah
sekitar dubur. Menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan, dan
berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan bersifat alkali, sehingga
dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada
saluran folikel rambut kelenjar. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak
dan hanya sedikit cairan yang disekresikann dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif
setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi hormon.

2. Kelenjar Palit (Sebacea)


Terletak pada bagian atas kulit, sangat berdekatan dengan kandung rambut. Terdiri
dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel).
Membentuk sebum atau urat kulit. Terdapat di semua bagian tubuh (terutama muka)
kecuali telapak tangan dan kaki. Jika produksi minyak berlebihan, kulit akan berminyak
dan berjerawat.

3. Hipodermis (lapisan subkutan, fasia superfisial)

terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar pada organ-organ di
bawahnya., yang memungkinkan kulit bergeser di atasnya. Mengandung adiposit yang
bervariasu=I jumlahnya pada daerah tubuh yang berlainan dan bervariasi ukuran
tergantung keadaan nutrisinya. Membantu masuknya obat yang disuntikkan kedalam
jaringan ini karena memiliki banyak pembuluh darah.

c. Fisiologi Sistem Integumen

Fungsi umum sistem integumen, antara lain:

1. Proteksi
Kulit melindungi permukaan tubuh dari abrasi. Kulit juga menghalangi
mikroorganisme asing untuk masuk. Diantara sel-sel granulosum ada lapisan
glikolipid yang membuat kulit bersifat impermeable terhadap air sehingga bisa
menghambat pengeluaran cairan tubuh melalui dehidrasi.
2. Regulasi Suhu
Dengan berkeringat, maka akan menurunkan suhu tubuh melalui evaporasi saat
sedang kepanasan. Selain itu juga meningkatkan dilatasi pembuluh darah yang
meningkatkan pengeluaran panas. Sebaliknya, saat suhu dingin, panas tubuh
dihemat, aliran darah ke kulit berkurang, dan panas tertahan di inti tubuh.
3. Persepsi Sensorik
Kulit merupakan organ sensorik yang besar untuk mendeteksi lingkungan eksterrnal.
Terdapat banyak ujung saraf sensorik bebas di kulit yang berespon terhadap
rangsangan seperti suhu, sentuh, nyeri, dan tekanan.
4. Ekskresi

6
Kulit mengekskresikan zat sisa dalam tubuh melalui keringat yaitu air, garam
natrium, urea, dan zat sisa lainnya
5. Pembentukan vitamin D
Vitamin D dibentuk dari molekul yang disintesis di epidermis ketika kulit terpapar
sinar ultra violet dari matahari. Vitamin D berguna untuk menyerap kalsium dari
mukosa usus serta berfungsi untuk metabolism mineral.

2. Saraf Sensoris Kulit

Alat indera mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan


lingkungan. Reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam, misalnya nyeri,
kadar oksigen atau karbondioksida, kadar glukosa dan sebagainya,
disebut interoreseptor. Sedangkan reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan
luar disebut eksoreseptor. Kulit merupakan indera peraba yang mempunyai reseptor
khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Pada kulit terdapat reseptor
yang merupakan percabangan dendrit dari neuron sensorik yang banyak terdapat di
sekitar ujung jari, ujung lidah, dahi, dll.

Kulit berfungsi sebagai indera perasa dan peraba. Kulit peka terhadap rangsang yang
berupa panas, dingin, tekanan, sentuhan dan sakit/nyeri.

a. Corpuscle of Touch/Meissner Corpuscle


Sensor yang terletak dermal pada kulit dengan sedikit rambut, bentuk seperti
telur, peka terhadap rangsangan berupa sentuhan ringan terhadap kulit.
b. Lamellated corpuscle/Pacinian Corpuscle
Aktifitas sensoris yang terletak pada dermis kulit, bentuknya oval besar, dan
rangsangan yang dideteksi adalah sentuhan pada tubuh namun hanya dengan ftrkuensi
tinggi.
c. Corpuscle Ruffini/Meissner Corpuscle
Sensoris pada kulit dengan rangsangan yang dapat ditangkap ialah ketegangan saat
mengganti orange moralis. Saraf sensoris terhadap rangsangan berupa panas

d. Corpuscle Bulbus Krause


Sel saraf sensoris yang merasakan getaran frekuensi rendah dengan kemampuan
untuk mendeteksi dingin dan memiliki kemampuan masing-masing,

7
3. Darah
a. Definisi Darah
Darah adalah cairan yang beredar melalui jantung, arteri, kapiler, dan vena yang
mengangkut nutrien dan oksigen menuju sel-sel tubuh dan mengeluarkan produk-
produk sisa dan karbondioksida. Terdiri dari bagian cair (plasma) dan unsur-unsur
padat (Eritrosit, Leukosit, Trombosit). Setiap orang memiliki kira-kira 70 ml darah tiap
kilogram berat badan atau 3,5 L untuk orang dengan berat badan 50 kg.

b. Pembagian Darah

Unsur Cair

Plasma Darah

Plasma darah adalah larutan berair dengan pH 7,4 dan mengandung bahan
dengan berat moleku rendah / tinggi yang merupakan 7% dari volumenya. Komponen
terlarut sebagian adalah protein plasma, namun juga terdapat elektrolit. Terdiri dari 97%
air dan 7% Protein Plasma, 1% unsur lain. Jenis protein plasma :

a) Albumin : Jumlahnya 55 – 60% dari Protein Plasma, paling banyak dan dibentuk
di hati
b) Globulin : Jumlahnya 30% protein plasma, dibentuk di hati dan sel sel lain
(transferin & faktor transpor lain; fibronektin; Protombin dan faktor pembekuan
fibronektin; protrombin dan faktor pembekuan lain; lipoprotein dan protein lain)
c) Fibrinogen : Jumlahnya 4% Protein Plasma. Protein plasma paling besar dan
dibentuk di hati. Selama pembekuan berpolmerisasi sebagai serat-serat fibrin
berhubungan silang yang menghambat hilangnya darah dari pembuluh – pembuluh
kecil
d) Protein Komplemen : sistem pertahanan penting terhadap peradangan dan
penghancuran mikroorganisme.

8
Unsur Padat

Eritrosit

1) Ciri
a. Mengalami diferensiasi terminal, tidak punya inti, dipenuhi protein Hemoglobin
pembawa O2.
b. Fleksibel, untuk memudahkan eritrosit berubah sesuai dengan bentuk kapiler.
c. Eritrosit mempunyai masa hidup 120 hari dan setelah itu dihilangkan oleh
makrofag limpa, hati, dan sumsum tulang.
d. Terbentuk di sum-sum tulang.
e. Satu eritrosit dipenuhi 250 juta hemoglobin.
f. Terdapat 2 enzim kunci dalam eritrosit yaitu:
a) Glikolitik
Glikolitik menghasilkan energi untuk menjalankan transport aktif untuk
mempertahankan ion dalam sel, karena eritrosit tidak mempunyai
mitokondria untuk menghasilkan energi.
b) Karbonat Anhidrase
Berperan dalam transpor CO2, mengkatalisis suatu reaksi kunci yang
menyebabkan perubahan CO2, HCO3- adalah bentuk utama pengangkutan
CO2.
2) Bentuk
Cakram bikonkaf fleksibel, fungsinya untuk mempermudah pertukaran gas.
3) Fungsi
1. Mengangkut O2.
2. Mengangkut kembali CO2 dari sel ke paru-paru.
3. Menyangga ion H+ dan asam karbonat terionisasi, sehingga asam ini tidak
mengubah pH darah.

9
4. Terdapat Nitrat Oksida yang berikatan dengan hemoglobin untuk membantu
darah O2 mengalir lancar agar tekanan darah stabil.

Leukosit
1) Ciri – ciri
- Tidak berwarna
- Memiliki inti
- Lebih besar ukuranya dari eritrosit
- Dapat berubah dan bergerak denan perantaraan kaki palsu (pseudopodia)
- Dalam keadaan normal terkandung 4x109 hingga 11x109 leukosit dalam 1 liter
darah
2) Letak
Leukosit selain berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan
tubuh manusia. Rentang kehidupan leukosit setelah di produksi di sumsum tulang,
leukosit bertahan kurang lebih satu hari di dalam sirkulasi sebelum masuk ke
jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama beberapa hari, beberapa minggu, bulan,
tergantung eritrositnya.
3) Fungsi
Sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakti atau bakteri
yang masuk ke dalam jaringan RES ( Sistem Retikuloendorsel )
4) Macam – macam leukosit:
A. Agranulosit
Agranulosit terdiri atas:
1. Limfosit:

Merupakan macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe,
bentuknya ada yang besar dan kecil. Sitoplasmanya tidak terdapat glandula dan berinti
besar. Banyaknya 15-20% dan rentang hidupnya beberapa tahun.

Struktur :

10
Nukleus bulat berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma.

Fungsi :

Membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh dan berfungsi
juga dalam reaksi imunologis.

Secara fungsional, Limfosit dibagi menjadi 2:

a. Limfosit T
Limfosit T berasal dari sel stem atau limposit yang bersama aliran darah
meninggalkan sumsum tulang dan dalam perjalanannya ke jaringan, tinggal beberapa
saat dalam Thymus. Selama tinggal disini limfosit membelah dengan hebat, tetapi
kebanyakan limfosit ini mati. Limfosit yang meninggalkan thymus dan kembali lagi ke
aliran darah telah mengalami suatu perubahan, artinya telah mampu bereaksi dengan
antigen tertentu dengan perantaraan reseptor permukaan. Limfosit T tidak membentuk
antibody dan hakekat reseptor permukaan belum diketahui. Struktur reseptor mungkin
mengandung berbagai rantai polipeptida yang mirip dengan yang disebut rantai berat
molekul antibody karena reseptor ini agaknya bereaksi secara stereokimia dengan
determinan antigen pada antigen spesifik dengan cara yang sama seperti pada reaksi
antigen antibodi.

b. Limfosit B
Limfosit B juga berasal dari sel stem dalam sumsum tulang, tetapi berlainan dengan
limfosit T, tempat dimana limfosit B mengalami perkembangan menjadi limfosit B yang
bereaksi spesifik, pada mamalia tidak diketahui. Pada ungags perkembangan ini terjadi
dalam organ yang disebut Bursa Fabricii (sebuah struktur seperti kantong yang buntu
terletak di dinding kloaka). Mungkin organ yang ekuivalen pada mamalia digantikan oleh
sumsum tulang, hal ini tidak mengharuskan untuk mengubah namanya.

2. Monosit

11
Sel darah putih ini terbanyak dibentuk di sum sum merah, lebih besar dari limfosit
dan mencapai 3-8% jumlahnya, sel ini dapat membesar menjadi makrofa.

Struktur :

- Sel darah terbesar


- Protoplasma lebar warna biru abu – abu
- Punya bintik – bintik kemerahan
- Inti selnya bulat dan panjang
- Warnanya lembayung muda
Fungsi :

- Sangat fagositik dan aktif


- Siap bermigrasi melalui pembuluh darah
- Apabila telah meninggalkan aliran darah, sel ini menjadi hitosit jaringan (
makrofag tetap )

B. Granulosit
Granulosit terdiri atas:
1. Neutrofil

12
Disebut juga polimorfonuklear leukosit, banyaknya 50-60%

Struktur :

- Granula kecil
- Warna merah muda
- Sitoplasmanya banyak bintik halus / glandula
- Nukleusnya 3-5 lobus yang terhubung denga benang kromatin tipis
Fungsi :

- Pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri


- Tanggapan pertama infeksi bakteri
- Aktivitas matinya menyebabkan nanah

2. Eusinofil

Jumlahnya 1-3% sel leukosit

13
Struktur :

Memiliki glandula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan pewarnaan oranye
kemerahan. Sel ini memiliki nucleus berlobus dua.

Fungsi :

Merupakan fagosti lemah, jumlahnya akan mengikat saat terjadi alergi atau penyakit
parasite, tetapi akan berkutang selama stress berkepanjangan. Sel ini berfungsi dalam
detoksifikasi hestamin yang di produksi sel mast dan jaringan yang cedera saat inflamasi
berlangsung.

3. Basofil

Jumlahnya 1% sel Leukosit

Struktur :

Memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan dan akan
berwarna keunguan sampai hitam serta memperlihatkan nucleus berbentuk S.

Fungsi :

Bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan
histmain kimia yang menyebabkan peradangan.

14
Trombosit

Platelet darah (trombosit) adalah fragmen sel mirip-cakram, dan tak berinti,
dengan diameter 2-4 μm. Trombosit berasal dari fragmentasi di ujung prosessus
sitoplasma yang terjulur dari sel poliploid raksasa yang disebut megakariosit dalam
sumsum tulang. Trombosit berfungsi untuk mempermudah pembekuan darah dan
membantu memperbaiki robekan atau kebocoran di dinding pembuluh darah, mencegah
hilangnya darah dari mikrovaskulatur tersebut.
Nilai hitung trombosit normal berkisar dari 150.000 sampai 400.000/μL (mm3)
darah. Jangka hidup trombosit dalam darah lebih kurang 10 hari. Setiap trombosit
memiliki zona perifer yang terpulas ringan, yaitu hialomer, dan suatu zona sentral yang
mengandung granul gelap yang disebut granulomer.

c. Fisiologi Darah

Fisiologi darah secara umum, antara lain:


1. Eritrosit:
- Mentranspor oksigen ke seluruh jaringan melalui pengikatan O2 oleh hemoglobin.
- Berperan dalam pengaturan pH darah karena ion bikarbonat dan hemoglobin
merupakan buffer asam-basa.
2. Leukosit: Berperan sebagai Antibodi
3. Trombosit: Berperan dalam proses pembekuan darah
4. Plasma Darah
 Albumin: Mengatur tekanan osmotik koloid darah
 Globulin: Antibodi sebagai molekul pembawa lipid

15
 Fibrinogen: Berperan dalam proses pembekuan darah

4. Penyembuhan Luka

Proses Penyembuhan Luka

Ada tiga fase dalam proses penyembuhan luka, dimana ketiganya saling tumpang
tindih, yaitu fase inflamasi, proliferasi dan remodeling (Lorenz, Longaker, 2006). Pada
setiap fase penyembuhan tersebut terdapat satu jenis sel khusus yang mendominasi.
Fase awal yakni fase inflamasi dimulai segera setelah terjadinya suatu cidera, dengan
tujuan untuk menyingkirkan jaringan mati dan mencegah infeksi. Fase proliferasi
berlangsung kemudian, di mana akan terjadi keseimbangan antara pembentukan
jaringan parut dan regenerasi jaringan. Fase yang paling akhir merupakan fase
terpanjang dan hingga saat ini merupakan fase yang paling sedikit dipahami, yaitu fase
remodeling yang bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan dan integritas struktural dari
luka (Gurtner, 2007).
a) Fase inflamasi (lag phase)
Pada fase inflamasi terjadi proses hemostasis yang cepat dan dimulainya suatu siklus
regenerasi jaringan (Lorenz, Longaker, 2006). Fase inflamasi dimulai segera setelah
cidera sampai hari ke-5 pasca cidera. Tujuan utama fase ini adalah hemostasis, hilangnya
jaringan yang mati dan pencegahan kolonisasi maupun infeksi oleh agen mikrobial
patogen (Gurtner, 2007).

Gambar 2.4 Fase inflamasi (Diambil dari Gurtner, 2007. Grabb and Smith’s Plastic Surgery.6th ed.)

Komponen jaringan yang mengalami cidera, meliputi fibrillar collagen dan tissue
factor, akan mengaktivasi jalur koagulasi ekstrinsik dan mencegah perdarahan lebih

16
lanjut pada fase ini. Pembuluh darah yang cidera mengakibatkan termobilisasinya
berbagai elemen darah ke lokasi luka. Agregasi platelet akan membentuk plak pada
pembuluh darah yang cidera. Selama proses ini berlangsung, platelet akan mengalami
degranulasi dan melepaskan beberapa growth factor, seperti platelet-derived growth
factor (PDGF) dan transforming growth factor-β (TGF-β). Hasil akhir kaskade koagulasi
jalur intrinsik dan ekstrinsik adalah konversi fibrinogen menjadi fibrin (Gurtner, 2007).
Berbagai mediator inflamasi yakni prostaglandin, interleukin-1 (IL-1), tumor necrotizing
factor (TNF), C5a, TGF-βdan produk degradasi bakteri seperti lipopolisakarida (LPS) akan
menarik sel netrofil sehingga menginfiltrasi matriks fibrin dan mengisi kavitas luka.
Migrasi netrofil ke luka juga dimungkinkan karena peningkatan permeabilitas kapiler
akibat terlepasnya serotonin dan histamin oleh mast cell dan jaringan ikat. Netrofil pada
umumnya akan ditemukan pada 2 hari pertama dan berperan penting untuk
memfagositosis jaringan mati dan mencegah infeksi. Keberadaan netrofil yang
berkepanjangan merupakan penyebab utama terjadinya konversi dari luka akut menjadi
luka kronis yang tak kunjung sembuh (Regan, Barbul, 1994; Gurtner, 2007).
Makrofag juga akan mengikuti netrofil menuju luka setelah 48-72 jam dan menjadi
sel predominan setelah hari ke-3 pasca cidera. Debris dan bakteri akan difagositosis oleh
makrofag. Makrofag juga berperan utama memproduksi berbagai growth factor yang
dibutuhkan dalam produksi matriks ekstraseluler oleh fibroblas dan pembentukan
neovaskularisasi. Keberadaan makrofag oleh karenanya sangat penting dalam fase
penyembuhan ini (Gurtner, 2007). Limfosit dan mast cell merupakan sel terakhir yang
bergerak menuju luka dan dapat ditemukan pada hari ke-5 sampai ke-7 pasca cidera.
Peran keduanya masih belum jelas hingga saat ini (Gurtner, 2007).
Fase ini disebut juga lag phase atau fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen
baru sedikit, belum ada tensile strength, di mana pertautan luka hanya dipertahankan
oleh fibrin dan fibronektin (Regan, Barbul, 1994). Sel punca mesenkim akan bermigrasi
ke luka, membentuk sel baru untuk regenerasi jaringan baik tulang, kartilago, jaringan
fibrosa, pembuluh darah, maupun jaringan lain. Fibroblas akan bermigrasi ke luka dan
mulai berproliferasi menghasilkan matriks ekstraseluler. Sel endotel pembuluh darah di
daerah sekitar luka akan berproliferasi membentuk kapiler baru untuk mencapai daerah
luka. Ini akan menandai dimulainya proses angiogenesis. Pade akhir fase inflamasi, mulai
terbentuk jaringan granulasi yang berwarna kemerahan, lunak dan granuler. Jaringan
granulasi adalah suatu jaringan kaya vaskuler, berumur pendek, kaya fibroblas, kapiler
dan sel radang tetapi tidak mengandung ujung saraf (Anderson, 2000).

17
b) Fase proliferasi (fibroplasi, regenerasi)
Fase proliferasi berlangsung mulai hari ke-4 hingga hari ke-21 pasca cidera.
Keratinosit yang berada pada tepi luka sesungguhnya telah mulai bekerja beberapa jam
pasca cidera, menginduksi terjadinya reepitelialisasi. Pada fase ini matriks fibrin yang
didominasi oleh platelet dan makrofag secara gradual digantikan oleh jaringan granulasi
yang tersusun dari kumpulan fibroblas, makrofag dan sel endotel yang membentuk
matriks ekstraseluler dan neovaskular (Gurtner, 2007).

Gambar 2.5 Fase proliferasi (Diambil dari Gurtner, 2007. Grabb and Smith’s Plastic Surgery. 6th ed.)

Faktor setempat seperti growth factor, sitokin, hormon, nutrisi, pH dan tekanan
oksigen sekitar menjadi perantara dalam proses diferensiasi sel punca (Anderson, 2000).
Regresi jaringan desmosom antar keratinosit mengakibatkan terlepasnya keratinosit
untuk bermigrasi ke daerah luka. Keratinosit juga bermigrasi secara aktif karena
terbentuknya filamen aktin di dalam sitoplasma keratinosit. Keratinosit bermigrasi akibat
interaksinya dengan protein sekretori seperti fibronektin, vitronektin dan kolagen tipe I
melalui perantara integrin spesifik di antara matriks temporer. Matriks temporer ini akan
digantikan secara bertahap oleh jaringan granulasi yang kaya akan fibroblas, makrofag
dan sel endotel. Sel tersebut akan membentuk matriks ekstraseluler dan pembuluh darah
baru. Jaringan granulasi umumnya mulai dibentuk pada hari ke-4 setelah cidera (Lorenz,
Longaker, 2006).
Fibroblas merupakan sel utama selama fase ini dimana ia menyediakan kerangka
untuk migrasi keratinosit. Makrofag juga akan menghasilkan growth factor seperti PDGF
dan TGF-β yang akan menginduksi fibroblas untuk berploriferasi, migrasi dan membentuk

18
matriks ekstraseluler. Matriks temporer ini secara bertahap akan digantikan oleh kolagen
tipe III. Sel endotel akan membentuk pembuluh darah baru dengan bantuan protein
sekretori VEGF, FGF dan TSP-1. Pembentukan pembuluh darah baru dan jaringan
granulasi merupakan tanda penting fase proliferasi karena ketiadaannya pembuluh darah
baru dan atau jaringan granulasi merupakan tanda dari gangguan penyembuhan luka.
Setelah kolagen mulai menggantikan matriks temporer, fase proliferasi mulai berhenti
dan fase remodeling mulai berjalan (Gurtner, 2007). Faktor proangiogenik yang
diproduksi makrofag seperti vascular endothelial growth factor (VEGF), fibroblas growth
factor (FGF)-2, angiopoietin- 1 dan thrombospondin akan menstimulasi sel endotel
membentuk neovaskular melalui proses angiogenesis. Hal yang menarik dari fase
proliferasi ini adalah bahwa pada suatu titik tertentu, seluruh proses yang telah
dijabarkan di atas harus dihentikan. Fibroblas akan segera menghilang segera setelah
matriks kolagen mengisi kavitas luka dan pembentukan neovaskular akan menurun
melalui proses apoptosis. Kegagalan regulasi pada tahap inilah yang hingga saat ini
dianggap sebagai penyebab terjadinya kelainan fibrosis seperti jaringan parut hipertrofik
(Gurtner, 2007).

c) Fase maturasi (remodeling)


Fase ketiga dan terakhir adalah fase remodeling. Selama fase ini jaringan baru yang
terbentuk akan disusun sedemikian rupa seperti jaringan asalnya. Fase maturasi ini
berlangsung mulai hari ke-21 hingga sekitar 1 tahun. Fase ini segera dimulai segera
setelah kavitas luka terisi oleh jaringan granulasi dan proses reepitelialisasi usai.
Perubahan yang terjadi adalah penurunan kepadatan sel dan vaskularisasi, pembuangan
matriks temporer yang berlebihan dan penataan serat kolagen sepanjang garis luka
untuk meningkatkan kekuatan jaringan baru. Fase akhir penyembuhan luka ini dapat
berlangsung selama bertahun-tahun (Gurtner, 2007).

19
Gambar 2.6 Fase remodeling (Diambil dari Gurtner, 2007. Grabb and Smth’s Plastic
Surgery. 6th ed).

Kontraksi dari luka dan remodeling kolagen terjadi pada fase ini. Kontraksi luka
terjadi akibat aktivitas miofibroblas, yakni fibroblas yang mengandung komponen
mikrofilamen aktin intraselular. Kolagen tipe III pada fase ini secara gradual digantikan
oleh kolagen tipe I dengan bantuan matrix metalloproteinase (MMP) yang disekresi oleh
fibroblas, makrofag dan sel endotel. Sekitar 80% kolagen pada kulit adalah kolagen tipe I
yang memungkinkan terjadinya tensile strength pada kulit (Gurtner, 2007).
Keseimbangan antara proses sintesis dan degradasi kolagen terjadi pada fase ini.
Kolagen yang berlebihan didegradasi oleh enzim kolagenase dan kemudian diserap.
Sisanya akan mengerut sesuai tegangan yang ada. Hasil akhir dari fase ini berupa
jaringan parut yang pucat, tipis, lemas dan mudah digerakkan dari dasarnya. Kolagen
awalnya tersusun secara tidak beraturan, sehingga membutuhkan lysyl hydroxylase
untuk mengubah lisin menjadi hidroksilisin yang dianggap bertanggung jawab terhadap
terjadinya cross-linking antar kolagen. Cross-linking inilah yang menyebabkan terjadinya
tensile strength sehingga luka tidak mudah terkoyak lagi.

Pembekuaan darah

Hemostasis adalah penghentian pendarahan dari suatu pembuluh darah yang rusak,
berarti juga pencegahan kehilangan darah. Untuk terjadinya pendarahan dari suatu
pembuluh, dinding pembluh harus mengalami kerusakan dan tekanan di bagian dalam
pembuluh harus lebih besar daripada di luarnya.

20
Mekanisme hemostasis, antara lain:

1) Spasme (Konstriksi) pembuluh darah Setelah pembluh darah yang terpotong


menyebabkan dinding pembuluh darah berkonstriksi. Kontraksi akibat refleks saraf.
Sebagian vasokontriksi berasal dari kontraksi miogenik pada pembuluh darah. Pada
pembuluh darah yang lebih kecil, spasme diakibatkan trombosit melepaskan
vasokontriksi tromboksan. Vasokontriksi merupakan proses untuk mencegah tubuh
kehilangan banyak darah oleh karena itu pembuluh darah menyempit agar bagian
tubuh lain mendapatkan aliran darah.
2) Pembentukan sumbat Trombosit Mekanisme nya adalah :
a) Saat trombosit bersinggungan dengan permukaan pembuluh darah yang rusak
misalnya dengan serat kolagen di dinding pembuluh darah atau sel endotel yang
rusak.
b) Maka sesuai interaksi di atas, trombosit menjadi bengkak, ireguler dan adanya
tonjolan-tonjolan yang keluar dari permukaannya
c) Protein kontraktilnya berkontraksi dengan kuat dan berkontraksi dengan kuat
dan kemudian melepaskan granula yang mengandung berbagai faktor aktif.
d) Trombosit menjadi lengket sehingga melekat padda serat kolagen, fungsinya
sekresi ADP dan enzim-enzimnya mensekresi tromboksn A2 disekresikan dalam
darah. 5 ADP dan tromboksan A2 mengaktifkan trombosit yang berdekatan,
karena sifat trombosit lengket ini maka akan menempel pada trombosit yang
sudah aktif dinamakan sumbat trombosit.
3) Pembekuan darah pada pembuluh yang rusak Bekuan darah mulai terbentuk dalam
waktu 15-30 detik bila trauma pembuluh darah sangat hebat, dan 1-2 menit bila
trauma nya kecil. Zat aktivator dari dinding pembuluh darah dan dari trombosit
mengawali awal proses pembekuan darah dan melekat pada dinding pembuluh
darah. Dalam waktu 3-6 menit ujung pembuluh yang terluka akan diisi oleh bekuan
darah setelah 20 menit – 1 jam. Bekuan akan mengalami retraksi ini akan menutup
luka.
4) Pembentukan jaringan ikat atau penghancuran bekuan darah Setelah bekuan darah
terbentuk bisa terjadi 2 proses :
a) Bekuan diinvasi oleh fibroblas kemudian membentuk jaringan ikat pada seluruh
bekuan tersebut.
b) Bekuan dihancurkan. Biasanya perdarahan pada luka pembuluh darah kecil
akan diinvasi oleh fibroblas. Hal ini berlanjut sampai terjadi organisasi jaringan
ikat dalam waktu 1-2 minggu.

21
Mekanisme pembekuan

Pada saat pembekuan darah terjadi 2 jalur yaitu jalu intrinsik dan jalur ekstrinsik. Pada
jalur intrinsik faktor XII diaktifkan oleh kolagen yang masuk dari permukaan pembuluh
yang rusak ataupun dari permukaan tabung reaksi maka akan mengaktifkan faktor XI
yang sudah ada di dalam darah. Lalu dengan bantuan Ca2+(faktor IV) yang dikeluarkan
oleh sumbatan trombosit akan mengaktifkan faktor IX. Dan selanjutnya dengan bantuan
Ca2+ dan Platelet Factor (PF3) yang juga dikeluarkan oleh sumbatan trombosit serta
faktor VIII akan mengaktifkan faktor X. Faktor X ini juga bisa diaktfikan langsung oleh
tromboplastin jaringan (faktor III) yang dikeluarkan pada saat terjadi trauma dengan
bantuan Ca2+ dan faktor VIII. Lalu proses dari jalur intrinsik dan ekstrinsik menjadi sama
yaitu dengan berubahnya protrombin (faktor II) menjadi trombin dengan Ca2+ ,faktor V
dan PF3. Trombin ini selanjutnya berfungsi untuk mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Trombin ini juga dapat mengaktifkan faktor XII yang dapat menstabilkan jala fibrin yang
terbentuk sehingga sel-sel darah terperangkap dan terjadilah bekuan.

VI. LEARNING OUTCOMES

Sistem integumen

Definisi

Integumen membentuk lapisan terluar tubuh. Integumen terdiri dari kulit dan beberapa
derivat kulit terspesialisasi tertentu, antara lain rambut, kuku, dan beberapa kelenjar.

Histologi

1. Keratinosit : berfungsi untuk memproduksi keratin.


2. Melanosit : sel epitel berbentuk menyerupai laba-laba.
3. Langerhans : berfungsi seperti makrofag yang membantu mengaktifkan sistem
imun.

22
4. Merkel : berfungsi sebagai pengerima rangsang untuk sentuhan.

KULIT

Anatomi Kulit

Kulit adalah lapisan pelindung tubuh berupa dermis, epidermis, dan hipodermis.

Epidermis

Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit yang tersusun dari jaringan skuamosa
bertingkat yang mengalami keratinisasi. Lapisan epidermis mengalami stratifikasi menjadi
5 bagian dari bagian teratas ampai terdalam yaitu :

1. Stratum korneum
2. Stratum lucidum
3. Stratum granulosum
4. Stratum spinosum
5. Stratum basalis (germinativum)

Dermis

Dermis terletak dibawah epidermis dan lebih tebal daripada lapisan epidermis. Lapisan
dermis terdiri dari lapisan elastin dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan
folikel rambut. Lapisan ini dipisahkan oleh membran dasar atau lamina. Membran lamina
tersusun dari 2 lapisan jaringan ikat, yaitu :

1. Lapisan papilar
2. Lapisan retikular

Hipodermis

Hipodermis mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ dibawahnya. Mengandung


jumlah sel lemak beragam dan berisi pembuluh darah dan ujung saraf. Merupakan
lapisan kulit terdalam.

Derivat Kulit

Rambut

Rambut terdiri dari benang-benang bertanduk yang berasal dari epidermis, terdiri dari
batang dan akar yang meluas kebawah hingga menyerupai umbi yang bertakik pada
lapisan bawahnya. Rambut terdiri dari 3 lapisan epitel :

1. Medula
2. Kortex
3. Kutikula
Kuku

23
Merupakan modifikasi dari lapisan epidermis.

1. Badan kuku tersusun dari sel-sel pipih jernih.


2. Dinding kuku, lipatan sekeliling proksimal dan lateral dari kuku.
3. Alas kuku, epidermis dibawah badan kuku, tidak memiliki sratum granulosum.

Kelenjar sistem integumen

1. Kelenjar Sebacea (Sebaceous Glands) : Kelenjar minyak yang ditemui diseluruh


tubuh kecuali telapak tangan dan kaki.
2. Kelenjar Keringat (Sudoriferous Glands) : terbagi menjadi kelenjar keringat ekrin
dan kelenjar keringan apokrin.

Fungsi Integumen

1. Perlindungan : melindungi dari sinar UV


2. Pengaturan suhu : pembuluh darah dan keringat berfungsi untuk menjaga suhu
tubuh.
3. Ekskresi : keringat
4. Metabolisme : dengan bantuan sinar UV, proses sintesis vitamin D
5. Komunikasi : lewat suhu, sentuhan tekanan, dan rasa nyeri.

Saraf sensoris pada kulit

Reseptor pada kulit :

1. Merkel’s disk : sentuhan


2. Meissner corpuscle : raba
3. Vater paccini : tekanan, sentuhan , dan vibrasi
4. Free nerved ending : pain dan thermoreceptor
5. Ruffini corp : stretching & pressure
6. Krause : receptor dingin
7. Muscle spindle & golgi tendon : mechanoreceptor

Darah

PEMBAGIAN DARAH

Unsur Cair

Plasma Darah
1. terdiri dari 97% air dan 7% protein plasma serta 1 % unsur lain
2. jenis plasma darah
a. almumin : mengatur tekanan osmotik koloid darah
b. globulin : antibodi (𝛾), sebagai molekul pembawa lipid (𝛼 & 𝛽)
c. fibrinogen : berperan dalam proses pembekuan darah

24
Unsur Padat
Eritrosit
1. bentuknya bikonkaf
2. terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi
3. bertahan selama 120
4. setiap eritrosit mengandung 300 juta hemoglobin
5. jumlah eritrosit
a. Pada pria: 4,2-5,5 juta sel/mm3
b. Pada wanita : 3,2-5,2 juta sel/mm3
6. berfunsi untuk
a. mentransporkan oksigen ke seluruh jaringan melalui pengikatan O 2 oleh
hemoglobin
b. berperan dalam pengaturan pH darah karena ion bikarbonat dan hemoglobin
merupakan buffer asam - basa

Leukosit
1. tidak berwarna tapi mempunyai inti
2. dapat bergerak secara amoboeid (independen)
3. dapat menembus dinding kapiler (diapedesis)
4. jumlah leukosit 5000-10000 sel/mm3
5. jenis leukosit
a. granulosit
b. agranulosit
6. berfungsi sebagai antibodi

Trombosit
1. berasal dari pecahan sel besar pada sumsum tulang merah yang disebut
megacaryocytes
2. tidak punya nuclei
3. bergerak secara amoboied
4. jumlah trombosit 250.000-450.000 sel/mm3
5. berperan dalam proses pembekuan darah

PENYEMBUHAN LUKA
Fase Inflammatory
1. merupakan fase pembekuan darah pada daerah luka (terbentuk scab)
2. sel epitel bermigrasi silang pada luka dan membelah diri untuk membentuk
jaringan baru
3. permeabilitas pembuluh darah meningkat untuk mengantarkan sel fagosit
4. mulai terbentuk fibroblast
Fase Migratory
1. fase dimana sel epitel mulai membentuk jembatan di antara luka (di bawah
scab)
2. fibroblast mulai mensistesa jaringan luka
3. pembuluh darah yang luka mulai diperbaiki oleh trombosit

25
Fase Poliferatif
1. fase dimana pembentukan sel epitel lebih intensif
2. jaringan epidermis yang baru mulai terbentuk
3. fibroblast mulai membentuk kolagen

Fase Maturation
1. scab mengelupas
2. epidermis mulai kembali pada ketebalan normal
3. serat kolagen mulai tersusun normal

26
DAFTAR PUSTAKA

Basri, Muhammad. 2013. Sistem Hematologi. Jakarta (online)


(http://www.academia.edu/8960402/PBL_2_Perdarahan) diakses tanggal 3 november
2018.

Dorland. 2015. Kamus Saku Kedokteran 29th Ed. US: Elsevier.

Eroschenko, V. 2005. Atlas of Histology with Functional correlation. Philadelphia:


Library of congress cataloging.

Mescher, Anthony. L. 2013. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas 13th Edition.
Indiana: McGraw-Hill.

Sherwood, L. 2007. Introduction to Human Physiology. US: Brooks/Cole Cengage


Learning.

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Thorne, Charles H. 2007. Grabb and Smith’s Plastic Surgery 6th Ed. Alphen aan
den Rijn: Wolters Kluwer.

Tortora, G.J., Derrickson, B. 2017. The principle of Human Anatomy and


Physiology 15th Ed. United States: John Willey and Sons, Inc.

27

Anda mungkin juga menyukai