BAB I
PENDAHULUAN
Lesi meniscus merupakan kelainan pada lutut yang paling sering menyebabkan
pasien datang ke dokter spesialis ortopedi. Pengetahuan mengenai lesi meniskus telah
meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir.1, 2
Meniscus lutut memiliki fungsi $ %1& Menyerap getaran dan menyalurkan beban
yang ada pada sendi' %2& meningkatkan stabilitas sendi' %3& memberikan nutrisi untuk
kartilago sendi' %(& membatasi fleksi dan ekstensi yang berlebihan' dan %)& mengontrol
gerakan sendi lutut.2, (
1
2
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2
3
Meniscus lutut mendapatkan suplai perdarahan dari cabang superior dan inferior
arteri genikulata medial dan lateral menyuplai bagian perifer meniskus melalui pleksus
kapilaris perimeniscus.2
2. Epidemiologi
Lesi meniskus merupakan kelainan pada lutut yang paling sering menyebabkan
pasien datang memeriksakan diri ke dokter spesialis bedah tulang3. 4iantara kedua
meniskus, yaitu meniskus medialis dan lateralis, meniskus medialis merupakan bagian
yang paling sering mengalami cedera, dengan angka kejadian cedera meniskus medialis
sebesar /1 persen dari kasus./
5obekan meniskus terjadi karena suatu gaya geser antara femur dan tibia. Pada
pasien yang lebih muda, hal ini biasanya terjadi karena adanya gaya memutar pada lutut
yang fleksi dengan beban berat. 6al ini sering kali menimbulkan robekan 7bucket
handle”%ambar 2&, dimana terdapat robekan +ertikal atau oblik di bagian posterior
tanduk menuju tanduk anterior, membentuk bagian yang bebas yang masih tetap
melekat pada bagian anterior dan posteriornya. Pada pasien yang lebih tua, robekan
umumnya disebabkan oleh degenerasi yang berkaitan dengan usia dan menimbulkan
robekan hori9ontal. Perbedaan tipe robekan antara populasipopulasi tersebut dapat
dijelaskan dengan struktur jaringan fibrosa tiga dimensi meniskus $ delaminasi
hori9ontal terjadi pada cedera degeneratif, sementara struktur fibrosa ruptur dalam
bentuk +ertikal pada pasien yang lebih muda. :ejadian robekan meniskus
dapat mencapai per 1 populasi dengan 2,)( diantaranya didominasi oleh lakilaki.
Usia
puncak cedera terjadi pada usia 22; tahun. Meniscusektomi parsial %pengangkatan
(
bagian robekan& merupakan salah satu prosedur bedah ortopedi yang paling sering
dilakukan.2
. Klasifikasi
Lesi meniskus medialis %ambar 2& merupakan lesi pada meniskus yang paling sering
terjadi dengan insiden lebih dari /1 persen kasus. Lima persen diantaranya merupakan
lesi meniskus medialis bilateral. Meniscus lateralis lebih jarang mengalami cedera
dibandingkan dengan meniskus medialis karena strukturnya memiliki diameter yang
lebih kecil, lebih tebal disisi perifer, lebih lebar, lebih mobile, melekat pada kedua
ligamentum cruciatum dan stabil secara posterior terhadap condylus femoralis melalui
popliteus.
ambar 2. Tipetipe cedera meniskus %<& 5obekan Longitudinal, %0& 5obekan 5adial, %& 5obekan
6ori9ontal, %4& 0ucket 6andle tear, %=& 5obekan 7parot beak”, dan %>& 5obekan segmental/
. Diagnosis
4iagnosis klinis terhadap lesi meniskus sangat bergantung pada kemampuan dan
pengalaman dari dokter yang menangani, baik dalam melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiografi.
)
.1 Anamnesis
4alam melakukan anamnesis penting kiranya ditanyakan mengenai keluhan dan
gejala yang dialami oleh pasien, dan mekanisme terjadinya cedera %Bagan 1&. Pasien
dengan kelainan meniskus biasanya datang dengan gejalagejala yang timbul pada garis
sendi, baik medial atau lateral. Pada kasuskasus trauma, cedera terjadi ketika lutut
dalam posisi fleksi, menahan beban disertai dengan gerakan rotasi. Suatu letupan dapat
dirasakan ataupun tidak dirasakan. ejala biasanya memburuk ketika pasien melakukan
gerakan fleksi pada lutut dan mendapatakan beban pada sendi lutut, dan pada saat
akti+itas seperti jongkok dan berlutut yang tidak dapat ditoleransi dengan baik. Pasien
sering kali akan mengeluhkan sensasi 7meletup” dan 7lengket” yang terjadi pada saat
menggerakkan lutut yang menyebabkan keterbatasan dalam 5OM.1
Untuk cedera pada meniskus medialis, pasien biasanya mengalami keluhan pada
sendi lutut yang terkena berupa pembengkakan ringan dan rasa nyeri. Pada keadaan
akut, penting untuk diketahui apakah gangguan ekstensi penuh yang dialami terjadi
pada saat cedera terjadi
@locking knee %(& akibat
fragmen yang mengalami
displasiA atau hari
berikutnya setelah cedera terjadi
%pseudolocking akibat
harmstring spasm&.
4alam kondisi kronis, rekuren
locking
biasanya terjadi. 0ila tidak,
gejala yang timbul dapat berupa
slipping atau catching pada garis
sendi.1, 2, )
Mekanisme terjadinya
cedera pada usia muda terjadi
akibat adanya gerakan memutar
atau jongkok,2, ) sedangkan pada
usia tua, fibrosis menyebabkan
menurunnya mobilitas meniskus
dan oleh karena itu robekan
dapat terjadi meskipun dengan
gaya yang kecil. Selain itu, faktor predisposisi yang berperan dalam terjadinya cedera
pada meniskus yaitu bentuk meniskus yang abnormal, stres abnormal yang disebabkan
oleh kelemahan ligamen kronik. /
Sedangkan cedera pada meniskus lateralis, keluhan yang dialami pasien hampir
sama dengan cedera yang terjadi meniskus medialis. Bamun, terkadang rasa nyeri yang
dirasakan lebih hebat, dan menimbulkan gejala mekanik yang lebih sedikit
dibandingkan dengan robekan pada meniskus medialis. Pasien mungkin
memberitahukan adanya ri*ayat lesi kistik secara langsung pada garis sendi lateral.
4an untuk mekanisme terjadinya cedera sama dengan mekanisme cedera pada meniskus
medialis. )
/
.2 Pemeriksaan
.2.1 Pemeriksaan Um$m
Pemeriksaan fisik selalu mulai dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan.
Cndeks masa tubuh pasien sebaiknya dihitung untuk adanya kemungkinan beban yang
didapat oleh lutut dipengaruhi oleh berat badan dan kemungkinan karakteristik robekan
yang terjadi pada masingmasing indi+idu yang berbeda. Sebagai contoh,
robekan meniskus degeneratif terjadi dalam keadaan obesitas. Selanjutnya, *anita
dengan indeks masa tubuh yang tinggi memiliki kecenderungan untuk terjadinya a+ulsi
akar meniskus. Pasien sebaiknya diminta untuk menggunakan celana pendek
sehingga pemeriksaan
pada kedua lutut dapat dilakukan. Pakaian yang digunakan sebaiknya nyaman dan
berada di atas lutut untuk memudahkan pemeriksa selama pemeriksaan berlangsung.D
.2.2 Inspeksi
Cnspeksi pada lutut dimulai dengan menge+aluasi cara berjalan pasien. Lutut
harus digerakkan secara halus sesuai dengan siklus berjalan normal %Gam&ar
&. Selama fase saing, Euadricep berkontraksi untuk mengekstensikan lutut dan
memulai
akselerasi ekstremitas ba*ah dari posisi fleksi. Pada titik tengah fase swing, paha
belakang mulai berkontraksi untuk mendeselerasi tungkai ba*ah mempersiapkan
tapakan tumit. Lutut mencapai ekstensi penuh pada saat tapakan tumit dan kemudian
kembali fleksi pada saat telapak kaki dalam posisi datar dan porsi tengah fase stance.
4orongan kemudian menandai akhir dari fase stance dan mulainya fase swing
berikutnya. Pasien dengan robekan meniskus atau perubahan degeneratif pada lutut
sering kali merasakan nyeri selama fase stance %sikap& siklus berjalan. Push off dapat
D
menjadi suatu masalah bagi pasien dengan kondrosis berat.
Cnspeksi pada lutut juga harus menilai kulit dan tonus otot. :elainan kulit seperti
abrasi, laserasi, ekimosis, dan eritema dapat memberikan informasi penting tentang
etiologi nyeri lutut. :ontur otot di atas lutut, terutama atrofi Euadricep,
dapat mengindikasikan tidak pernah digunakan dan dapat membantu klinisi untuk
menjelaskan suatu kronisitas.D
;
%ambar )& dapat mengindikasikan adanya cedera pada meniskus medialis, ligamen
kolateral medial, atau medial compartment ostheoartritis. Pada bagian posteromedial
lutut, tendon sartorius, gracilis, dan semitendineus dapat dipalpasi yang dapat
mengalami inflamasi dan menyebabkan nyeri pada saat lutut digerakkan. Palpasi
anteromedial garis sendi juga dapat mengindikasikan adanya subluksasi posterior tibia.
Bormalnya, stepoff tibio femoral sekitar 1 mm dengan tibia menjadi anterior terhadap
femur dengan lutut fleksi sebesar ; o. penurunan stepoff dapat mengindikasikan cedera
pada ligamen cruciatum posterior dan struktur kapsul posterior.D
ambar ). Palpasi meniskus %a& Palpasi meniskus medial %b& Palpasi meniskus lateral D
Tahap akhir dari palpasi sendi lutut adalah menilai efusi intraartikuler. :etika
hilangnya lekukan yang berdekatan dengan tendon infrapatellar mengimplikasikan
adanya efusi intraartikuler yang besar, manu+er pemeriksaan fisik spesifik
dapat membantu deteksi efusi yang lebih kecil. Manu+er pertama yaitu terbentuknya
gelombang cairan untuk mendeteksi suatu efusi. 4engan ekstensi lutut, cairan intra
artikuler dapat dikeluarkan kedalam kantung suprapatellar dengan menggeser tangan
secara proksimal pada patela bagian medial. 0engkakan cairan dapat terlihat pada
medial patela dengan kompresi lateral ini pada lutut yang mengalami efusi
intraartikuler. Manu+er lainnya adalah dengan pemeriksaan balotemen pada patela.D
4isarankan bah*a lutut yang cedera diperiksa stabilitasnya secepat mungkin setelah
1
cedera. Testes seperti ini sebaiknya dilakukan hanya oleh tenaga yang sudah terlatih
dan profesional secara baik. Lutut cedera dan lutut yang tidak cedera dites dan
dibandingkan atau dibedakan untuk menentukan suatu perbedaan dalam tingkat
stabilitasnya.;
Tes tekanan +algus dan +arus merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan
untuk memeriksa tingkat kestabilan dari sendi lutut. erakan +algus adalah gerakan ke
sisi luarFsamping %lateral&, sedangkan gerakan +arus adalah gerakan ke
sisi dalamFtengah %medial& dari sendi yang terjadi secara mendadak. Tes tekanan +algus
dan
+arus dimaksudkan untuk menampakkan kelemahan kompleks kestabilan lateral dan
medial, khususnya serabut ligamen colateral.
9
Selain itu, untuk mengetahui stabilitas sendi lutut juga dilakukan pemeriksaan terhadap
ligamen cruciatum anterior dengan pemeriksaan test lachman, anterior dra*er, dan pi+ot shift
%Tabel 1&, dan pemeriksaan terhadap ligamen criciatum posterior berupa pemeriksaan posterior
sag sign, posterior drawer, quadriceps active test, dan dial test %Tabel 2&.D
4. Penatalaksanaan
inflamasi.
apabila BS<C4 di kontra indikasikan atau tidak dapat diteleransi dengan baik oleh
pasien. Jang saat ini juga tersedia, fisioterapi intensif sangat berguna dan sebaiknya
mencakup 5OM, akti+itas proprioseptif dan latihan peregangan otot. >isioterapi 2 kali
per minggu selama sekurangnya D minggu sangat dianjurkan.2
Penatalaksanaan non operatif sering kali berhasil pada pasien dengan tipe
robekan tertentu I pasien yang tidak kehilangan fungsi sendi, mengalami nyeri atau
pembengkakan minimal dan mampu menurunkan akti+itasnya I bersifat sementara atau
jangka panjang.2
meniscal diketahui memberikan hasil yang baik, tetapi tindakan ini hanya dilakukan di
pusat spesialistik.2
Saat ini, salah satu strategi penggantian meniskus berfokus pada regenerasi
jaringan meniskus. Teori regenerasi didasarkan pada skenario yang sama untuk
5isiko osteoartritis meningkat apabila struktur meniskus tidak secara berfungsi dengan
optimal, hal ini juga cocok untuk dijadikan pertimbangan untuk dilakukannya perujukan
ke dokter spesialis. Pada pasien yang usia muda, perujukan juga perlu dilakukan apabila
gejala yang dialami pasien tidak membaik dengan cepat.2
1
BAB III
KESI)PULA
N
Lesi meniskus merupakan kelainan pada lutut yang paling sering terjadi. Lesi ini
dapat terjadi pada usia muda yang sering disebabkan oleh adanya trauma dan juga dapat
terjadi pada usia tua akibat adanya proses degenerasi.
4iagnosis yang optimal perlu dilakukan untuk mencegah sekuele jangka panjang
pada lutut baik dari segi anatomis dan fungsional lutut. Pemeriksaan yang hatihati
harus dilakukan baik pada saat melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan radiografi. 4ibutuhkan pemeriksa yang memiliki pengetahuan, keahlian
dan pengalaman yang baik untuk dapat menjamin tegaknya diagnosis yang tepat.
Pencitraan menggunakan M5C saat ini merupakan modul pencitraan yang paling
potensial untuk dapat digunakan mendeteksi adanya lesi pada meniskus, namun tidak
1/
DAFTA( PUSTAKA
1. >an 5SP, 5yu 5:B. Meniscal Lesions $ 4iagnosis and Treatment. 21.
1D
2