DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
dr. Iswahyudi, Sp. OT
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................1
Laporan Kasus...................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Anatomi...................................................................................................3
B. Defenisi..................................................................................................3
C. Epidemiologi...........................................................................................4
D. Klasifikasi..............................................................................................4
E. Diagnosis...............................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................8
G. Penatalaksanaan................................................................................11
H. Pemeriksaan Penunjang....................................................................13
I. Diagnosis.............................................................................................14
J. Pentalaksanaan..................................................................................15
K. Komplikasi.............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................22
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
B. Anamnesis
C. Pemeriksaan Fisik
Head to Toe :
- Kepala : Simetris, rambut tidak rontok
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Thoraks :
• Inspeksi :Gerakan pernapasan simestris pada hemithorax kiri dan
kanan • Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua hemithorax
• Perkusi : Sonor pada hemithorax kiri dan kanan
• Auskultasi: Vesikuler, Ronki -/-, Wheezing -/-
- Jantung :
• Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Iktus kordis teraba
• Perkusi : Batas atas jantung ICS II sinistra, Batas kanan jantung
ICS III linea parasternalis dextra, Batas kiri jantung ICS V linea
midclavicularis sinistra
• Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bising (-)
- Abdomen :
• Inspeksi : Datar
• Auskultasi: Peristaltik usus normal
• Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa (-), hepar dan lien tidak
teraba
• Perkusi : Timpani
- Extremitas :
• Superior : Dalam batas normal
• Inferior :
o Sinistra : Dalam batas normal
o Dextra : Deformitas, edema, nyeri tekan dan gerakan dan
kekuatan terbatas pada ekstremitas inferior sebelah kiri.
D. Status Lokalis
F. Diagnosis
G. Tatalaksana
Farmakoterapi
- IVFD RL 20tpm
- Ketorolac 30mg/8jam/iv
- Ranitidine 50mg/12/iv
Terapi Operatif
Open Reduction Internal Fixcation PFNA (Porximal Femoral Nail
Antirotation)
Prosedur Bedah
- Pasien berbaring posisi supine pada instrumen bedah
- Desinfeksi dan draping hingga nampak lapangan operasi (Left
femur)
- Insisi lateral approach perdalam lapis demi lapis hingga cutis
hingga teraba lokasi bedah
- Informasi posisi dengan menggunakan C-arm
- Dilakukan prosedur open reduction internal fixcation dengan
menggunakan PFNA II 9mmx170mm (1pcs), head screw 95mm
(1pcs), cortex screw 4-5x40mm (1pcs)
- Cuci luka dengan NaCl 0,9% hingga bersih
- Jahit luka lapis demi lapis hingga cutis
- Tutup luka denga tulle dan kasa steril
- Operasi selesai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Femur adalah tulang yang paling panjang dan paling berat di dalam
tubuh manusia. Panjang tulang ini sepertiga tinggi badan seseorang
manusia dan bisa menyokong berat sehingga 30 kali lipat berat tubuh
badannya. Femur, sama halnya dengan tulang yang lainnya didalam
tubuh, terdiri atas badan (corpus) dan dua ekstremitas. Ekstremitas atas
(proximal extremity) terdiri dari kepala (head/caput), leher (neck/collum),
trochanter major dan trochanter minor.
1. Caput Femoris
Kepala dari femur yang membentuk lebih kepada bentuk dua pertiga
sphere, diarahkan keatas, medial dan sedikit kedepan. Sebagian besar
kecembungannya berada diatas dan didepan. Permukaan caput femoris
licin karena dilapisi oleh kartilago bersendi, kecuali pada bagian fovea
capitis femoris, cekungan yang terletak sedikit bawah di caput femoris,
yang merupakan tempat perlekatan ligamentum teres.
2. Collum Femoris
Collum femoris menghubungkan caput femoris dengan corpus femur.
Collum femoris mendatar dari belakang caput femoris, mengecil di tengah,
dan melebar ke arah lateral. Diameter bagian ini adalah kurang lebih tiga
perempat dari caput femoris. Permukaan anterior dari collum femoris
mempunyai banyak foramen pembuluh darah. Permukaan posterior licin,
lebih lebar dan lebih konkaf dari bagian anterior. Di sini juga merupakan
tempat perlekatan dari bagian posterior dari kapsul persendian pinggul,
kurang lebih 1 cm diatas intertrochanteric crest. Batas superior pendek
dan tebal dan berujung di lateral di trochanter major; permukaannya dilalui
oleh foramen yang besar. Batas inferiornya panjang dan sempit,
melengkung sedikit kebelakang ke arah ujung trochanter minor.
3. Trochanter
Trochanter adalah penonjolan yang merupakan tempat perlekatan bagi
otot-otot yang berfungsi untuk memberi pergerakan memutar untuk femur.
Terdapat dua trochanter; trochanter major dan trochanter minor.
Trochanter major adalah prominensia (penonjolan) yang paling lateral dari
femur, sedangkan trochanter minor pula adalah ekstensi dari bagian
terendah dari collum femoris yang berbentuk kon. Kedua trochanter ini
dihubungkan oleh crista intertrochanteric di bagian belakang dan linea
intertrochanteric di bagian depan.
4. Vaskularisasi Femur
Proksimal Vaskularisasi femur berasal dari arteri iliaka komunis kanan
dan kiri. Saat arteri ini memasuki daerah femur maka disebut sebagai
arteri femoralis. Tiap-tiap arteri femoralis kanan dan kiri akan bercabang
menjadi arteri profunda femoris, ramiarteria sirkumfleksia femoris lateralis
asenden, rami arteria sirkumfleksia femoris lateralis desenden, arteri
sirkumfleksia femoris medialis dan arteria perforantes. Perpanjangan dari
arteri femoralis akan membentuk arteri yang memperdarahi daerah genu
dan ekstremitas inferior yang lebih distal. Aliran balik darah menuju
jantung dari bagian femur dibawa oleh vena femoralis kanan dan kiri.
Caput femur mendapat pasokan darah dari tiga sumber utama yaitu:
a. Extracapsular arterial ring yaitu pembuluh darah yang melewati collum
bersama dengan retinakula capsularis dan memasuki caput melalui
foramina besar pada basis caput. Pembuluh darah ini berasal dari
cabangcabang arteri sirkumfleksa femoralis melalui anastomosis arteri
krusiata dan arteri trokanterika. Pada orang dewasa merupakan sumber
pasokan darah terpenting.
b. Pembuluh darah dalam ligamentum teres yang memasuki caput melalui
foramina kecil pada fovea. Pembuluh ini berasal dari cabang-cabang arteri
obturatoria.
c. Pembuluh darah yang melalui diafisis dari pembuluh darah femoralis
nutrisia.
B. Definisi
C. Epidemiologi
Fraktur femur biasanya disebabkan oleh trauma akibat tekanan yang
berlebihan pada tulang melebihi kapasitas tulang tersebut. Secara
epidemiologi, fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan
dengan perbandingan 3:1. Insiden fraktur femur di USA diperkirakan 1
orang setiap 10.000 penduduk setiap tahunnya. Berdasarkan data yang
dikumpulkan oleh unit pelaksana teknis terpadu Imunoendokrinologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2006 di Indonesia
dari 1690 kasus kecelakaan lalu lintas, 249 kasus atau 14,7%-nya
mengalami fraktur femur.
D. Klasifikasi
E. Diagnosis
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiografi
Pada pasien fraktur femur, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada
regio yang dicurigai berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik
sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik. Pemeriksaan
radiologi MRI dibutuhkan untuk membantu menilai besar keretakan pada
tulang. Pemeriksaan radiografi yang dianjurkan adalah foto polos femur
secara anteroposterior dan lateral view. Pada kasus cedera femur, foto
polos regio pelvis dapat dipertimbangkan untuk menilai keterkaitan regio
pelvis terhadap cedera femur.
Pemeriksaan Labolatorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada kasus fraktur biasanya tidak
terlalu bermakna. Pemeriksaan darah lengkap (hemoglobin, leukosit, laju
endap darah), urinalisa, kimia darah dan pemeriksaan darah lainnya pada
kasus fraktur bertujuan untuk melihat hemodinamik pasien dan adanya
kerusakan organ berkaitan dengan fraktur tersebut.
G. Penatalaksanaan
a. Kerusakan saraf
Jarang terjad akibat saraf femoral dan sciati c terbungkus dalam otot
sepanjang paha. Sebagian besar cedera terjadi sebagai akibat dari traksi
atau kompresi selama operasi.
b. Nekrosis avascular
Terjadi akibat penarikan arteri femoralis pada adductor hiatus
c. Compartment syndrome
Terjadi hanya dengan pendarahan yang signifikan. Muncul rasa sakit
yang tidak proporsional, pembengkakan paha yang tegang,mati rasa atau
paresthesia ke paha medial.
d. Non-union dan delayed union
Penyebabnya ada banyak: asupan darah yang buruk, reduksi yang
tidak sempurna, fiksasi tidak sempurna, dan penyembuhan yang lama.
e. Malunion
Biasanya varus, rotasiinternal,dan atau pemendekan karena kekuatan
deformasi otot atau teknih bedah yang mengarah ke malalignment
DAFTAR PUSTAKA