“INTUSUSEPSI”
Pengarah :
dr. Jupiter A. Liufetto, SpB
Oleh :
dr. Fera Susanti
“INTUSUSEPSI”
Oleh :
dr. Fera Susanti
dr. Jupiter A. Liufetto, SpB dr. Ch. Jeffri Siburian, SpPK, M.K
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
ILUSTRASI KASUS
1.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
BAB cair sejak 1 minggu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 1 minggu yang lalu, frekuensi
BAB 2x/hari, konsistensi cair, ampas (+), lendir hijau (+), darah (-), pasien
merupakan pasien rujukan dari Puskemas Kapan dan sudah dirawat di puskesmas
sejak tanggal 22 Juni 2018 (5 hari) tapi tidak ada perbaikan. Pasien aktif minum
ASI, menurut pengakuan dari orang tua pasien, pasien tidak diberi makanan atau
minuman lain selain ASI. Selain BAB cair pasien juga muntah, muntah ± 1x/hari,
muntah berisi susu. BAK normal. Saat di puskemas perut pasien sempat diurut.
Pada hari pasien dirujuk ke IGD RSUD SOE, pasien BAB cair 1x pada pagi
hari, ampas (+) sedikit, lendir (+), darah (+). Pasien juga muntah 1x, berwarna hijau
dan ada lendir. Pasien gelisah dan rewel.
1
2
Laboratorium
Hasil Laboratorium tanggal 26 Juni 2018
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin (Hb) 9.7 11.3 -14.1 g/dl
Hematokrit (Hct) 28.2 35-45%
Lekosit (WBC) 12.0 5.5-17 103/uL
Trombosit (PLT) 754 150-450 103/uL
Eritrosit (RBC) 4.04 4.5-5.9 106/uL
MCV 69.8 80-96/µm
MCH 24.0 28-33pg
MCHC 34.4 33-36 g/dl
Granulosit 49.5 56-78%
Limfosit 36.2 60-66%
Monosit 14.3 0-6%
4
NB: Pasien menolak untuk eksplorasi anatomi jam 19.36 WITA, pasien masuk
ruangan jam 21.15 di ruangan Melati
5
Kesan:
USG Abdomen
Kesan:
- Hepar: Ukuran dan echostruktur normal, permukaan licin, sistema bilier
dan vaskuler intrahepatal tak prominen, tak tampak massa/ nodul
- VF: ukuran dan echostructur normal, tak tampak massa/kalsifikasi
- Ren sinistra: Ukuran dan echostruktur normal, batas cortex dan medulla
tegas, SPC tak melebar, tak tampak massa/ batu
- Ren dextra: Ukuran dan echostruktur normal, batas cortex dan medulla
tegas, SPC tak melebar, tak tampak massa/ batu
- Vesica urinaria: ukuran dan echostructur normal, dinding tidak menebal
tak tampak massa/batu
- Pancreas dan lien tak tervisualisasi optimal ec distensi sistema usus yang
prominent dengan peristaltic (-)
7
A: 1. Ileus Obstruksi
2. Intususepsi Yeyunoileum
P:
o IVFD D5 ¼ NS 100cc/ 1jam pertama
o Lanjut IVFD D5 ¼ NS 100cc/ jam kedua
o Lanjut IVFD D5 ¼ NS 50cc/ jam ketiga
o Lanjut IVFD D5 ¼ NS 500cc/24 jam
o Inj. Ceftriaxone 2 x 250mg IV
o Inj. Metronidazole 3 x 80mg IV
o Puasa
o Konsul Anestesi
o Pro- Eksplorasi Laparotomy
NB: Setelah berunding keluarga pasien meminta operasi dilakukan setelah selesai
doa keluarga, KIE oleh dokter spesialis bedah (+)
8
A: 1. Ileus Obstruksi
2. Intususepsi Yeyunoileum
Laporan Operasi
Operator : dr. Jupiter, Sp.B
Dokter Anestesi : dr. Erce, Sp.An
Jenis Anestesi : GA
Diagnosa pre operatif : Ileus Obstruksi ec Invaginasi
Diagnosa post operatif: Invaginasi Ileo-caeco-colo-colical, Necrosis ileum
terminal, appendix veriformis, caecum dan colon ascendens, Ileus obstruksi
Jenis Operasi : Hemicolectomy dextra, End to End Anostomosis Ileo-
colotranvessostomy
Jaringan yang di eksisi/ insisi: Ileum terminal caecum, appendix veriformis, dan
colom transversum
Tanggal Operasi : 28 Juni 2018
Jam mulai : 11.45 WITA
9
Status Lokalis:
a/r abdomen RUQ tampak luka tertutup kassa, rembesan (-), terpasang
drain produksi cairan ± 10 cc, warna merah segar.
A: 1. Invaginasi Ileo-caeco-colocolical
2. Necrosis ileum terminal, appendix veriformis, caecum, dan colon
ascendens
3. Ileus Obstruksi
4. Post Laparotomy eksplorasi, limited reseksi hemicolectomy, End to End
Anostomosis ileocolotransversum (H+1)
P:
o O2 2 lpm Nasal Canule
o IVFD D5 ¼ NS : Aminofluid = 250cc : 250 cc/24 jam
o Inj. Ceftriaxone 2 x 250 mg IV
o Inj. Metronidazole 3 x 80 mg IV
o Inj. Metrocloperamide 3 x 2 mg IV
o Inj. Antrain 3 x 100 mg IV
o Transfusi Oetalbi 20% = 64 cc dalam 1 jam; spoolding D5% 50cc
sebelum transfuse dan D5% 50cc sesudah transfuse Oetalbin
o Mobilisasi (digendong)
Status Lokalis:
a/r abdomen RUQ tampak luka tertutup kassa, rembesan (+), terpasang
drain produksi cairan ± 80 cc, warna merah segar.
A: 1. Invaginasi Ileo-caeco-colocolical
2. Necrosis ileum terminal, appendix veriformis, caecum, dan colon
ascendens
3. Ileus Obstruksi
4. Post Laparotomy eksplorasi, limited reseksi hemicolectomy, End to End
Anostomosis ileocolotransversum (H+2)
P:
o IVFD D5 ¼ NS : Aminofluid = 200cc : 200 cc/24 jam
o Inj. Ceftriaxone 2 x 250 mg IV
o Inj. Metronidazole 3 x 80 mg IV
o Inj. Metrocloperamide 3 x 2 mg IV
o Inj. Antrain 3 x 100 mg IV
o Aff O2
o NGT ditutup hingga 4 jam
o ASI ad lib
o Mobilisasi aktif
o Ganti botol drain
13
Foto Feses:
Status Lokalis:
a/r abdomen RUQ tampak luka tertutup kassa, rembesan (+) tidak
bertambah sejak kemarin, terpasanga drain produksi cairan ± 20 cc,
warna merah segar.
A: 1. Invaginasi Ileo-caeco-colocolical
2. Necrosis ileum terminal, appendix veriformis, caecum, dan colon
ascendens
3. Ileus Obstruksi
4. Post Laparotomy eksplorasi, limited reseksi hemicolectomy, End to End
Anostomosis ileocolotransversum (H+4)
P:
o Aff NGT
o IVFD D5 ¼ NS : Aminofluid = 250cc : 250 cc/24 jam
o Inj. Ceftriaxone 2 x 250 mg IV
o Inj. Metronidazole 3 x 80 mg IV
o Inj. Metrocloperamide 3 x 2 mg IV
o Inj. Antrain 3 x 100 mg IV
o Diet ASI ad lib
Status Lokalis:
a/r abdomen RUQ tampak luka tertutup kassa, rembesan (+) tidak
bertambah sejak kemarin, terpasang drain produksi cairan ± 20 cc,
warna merah segar.
A: 1. Invaginasi Ileo-caeco-colocolical
2. Necrosis ileum terminal, appendix veriformis, caecum, dan colon
ascendens
3. Ileus Obstruksi
4. Post Laparotomy eksplorasi, limited reseksi hemicolectomy, End to End
Anostomosis ileocolotransversum (H+5)
P:
o IVFD D5 ¼ NS : Aminofluid = 250cc : 250 cc/24 jam
o Inj. Ceftriaxone 2 x 250 mg IV
o Inj. Metronidazole 3 x 80 mg IV
o Inj. Metrocloperamide 3 x 2 mg IV
o Inj. Antrain 3 x 100 mg IV
o Ganti botol drain
Status Lokalis:
a/r abdomen RUQ tampak luka tertutup kassa, rembesan (+), terpasang
drain produksi cairan ± 20 cc, warna jernih
A: 1. Invaginasi Ileo-caeco-colocolical
2. Necrosis ileum terminal, appendix veriformis, caecum, dan colon
ascendens
3. Ileus Obstruksi
4. Post Laparotomy eksplorasi, limited reseksi hemicolectomy, End to End
Anostomosis ileocolotransversum (H+6)
P:
o Aff drain
o Pasang IV plug
o Inj. Ceftriaxone 2 x 250 mg IV
o Inj. Metronidazole 3 x 80 mg IV
o Inj. Metrocloperamide 3 x 2 mg IV
o Inj. Antrain 3 x 100 mg IV
o Diet ASI ad lib
o Mobilisasi aktif
Status Lokalis:
a/r abdomen RUQ tampak luka tertutup kassa, rembesan (-)
A: 1. Invaginasi Ileo-caeco-colocolical
2. Necrosis ileum terminal, appendix veriformis, caecum, dan colon
ascendens
3. Ileus Obstruksi
4. Post Laparotomy eksplorasi, limited reseksi hemicolectomy, End to End
Anostomosis ileocolotransversum (H+7)
P:
o AFF infus
o Cefadroxil syrup 2 x 1 cth
o Paracetamol syrup 3 x 1 cth
o KRS
1.8 Resume
Pasien bayi berumur 5 bulan datang ke IGD RSUD SOE dengan keluhan
cair sejak 1 minggu yang lalu, frekuensi BAB 2x/hari, konsistensi cair, ampas (+),
lendir hijau (+), darah (-), pasien merupakan pasien rujukan dari Puskemas Kapan
dan sudah dirawat di puskesmas sejak tanggal 22 Juni 2018 (5 hari) tapi tidak ada
perbaikan. Pasien aktif minum ASI, menurut pengakuan dari orang tua pasien,
pasien tidak diberi makanan atau minuman lain selain ASI. Selain BAB cair pasien
juga muntah, muntah ± 1x/hari, muntah berisi susu. BAK normal. Saat di puskemas
perut pasien sempat diurut.
Pada hari pasien dirujuk ke IGD RSUD SOE, pasien BAB cair 1x pada pagi
hari, ampas (+) sedikit, lendir (+), darah (+). Pasien juga muntah 1x, berwarna hijau
dan ada lendir. Pasien gelisah dan rewel. Dari hasil laboratorium leukositosis. Dari
pemeriksaan foto rontgen abdomen 3 posisi didapatkan gambaran ileus obstruksi
18
letak tinggi . Pasien didiagnosis awal dengan GEA ec suspek Disetri Basiler, suspek
Ileus Obstruksi ec Obstruksi partial Intestinal ec suspek Intususepsi. Pasien diberi
penanganan awal dengan IVFD KAEN 3B 500cc/jam, Inj. Ceftriaxone 2 x 250mg,
Inj. Paracetamol 3 x 50mg, pasang NGT, foto BNO 3 posisi, pasien sementara puasa
dan konsul bedah
Penanganan dari Bedah USG abdomen CITO, hasil dari pemeriksaan USG
abdomen didapatkan gambaran lesi hyperechoic inhomogen, intraluminal berlapis
dan membentuk target sign di LLQ dan lesi echoic di fossa hepatorenal dan perilesi
di LLQ kemudian hasil dilaporkan dan jawaban konsutasi dari bedah KIE keluarga
untuk laparotomy eksplorasi. Pasien dioperasi 2 hari kemudian dan dirawat selama
7 hari, pasien memberikan respon yang baik terhadap pengobatan dan
diperbolehkan untuk pulang, kontrol ke poli bedah 3 hari kemudian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
19
20
Anatomi Mikroskopik
1. Tunica Serosa.
Terdiri dari jaringan ikat longgar yang dilapisi oleh mesotel.
2. Tunica Muscularis.
Dua selubung otot polos tidak bergaris membentuk tunica muskularis usus
halus. Lapisan ini paling tebal di dalam duodenum dan berkurang
dalamnya kearah distal. Lapisan luarnya stratum longitudinale dan lapisan
dalamnya stratum sirkulare. Plexus myentericus (Auerbach) dan saluran
limfe terletak di antara kedua lapisan otot ini.
3. Tunica Submukosa.
Tunica Submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar yang terletak diantara
tunika muskularis dan lapisan tipis lamina muskularis mukosa, yang
terletak dibawah mukosa. Dalam ruang ini berjalan jalinan pembuluh darah
halus dan pembuluh limfe. Juga ditemukan neuroplexus Meissner.
4. Tunica Mukosa.
Tunica mukosa usus halus, kecuali pars superior duodenum tersusun dalam
lipatan sirkuler tumpang tindih yang berinterdigitasi secara transversa.
Masing- masing lipatan ini ditutup dengan tonjolan vili.
Ada dua area dalam tingkatan submukosa dan bagian spesifik usus halus :
1. Plaque peyer
Plaque peyer terutama berada di dalam ileum dan lebih banyak ke distal.
Ia terdiri dari agregasi lymphaticus yang dikelilingi oleh plexus lymphaticus
di atas permukaan mesenterica usus.
2. Glandula Brunner
Glandula Brunner ada hampir seluruhnya di dalam duodenum, tetapi di
dalam jejunum proximal juga terdapat di proximal dan menurun dengan
penuaan.
Gambar 2 Segementasi
Fungsi pencampuran tersebut : 2,3
› Mencampurkan kimus dengan getah pencernaan yag disekresikan ke
dalam lumen usus halus
› Memajankan seluruh kimus ke permukaan absorptif mukosa usus
halus
Tingkat ketanggapan dan intensitas kontraksi segmental otot polos sirkuler
dipengaruhi oleh : 2,3
› Respon terhadap peregangan lokal yang ditimbulkan oleh adanya
kimus
› Refleks gastro-ileum: ditimbulkan oleh gastrin yg disekresikan
sebagai respon terhadap keberadaan kimus di lambung
› Saraf- saraf ekstrinsik :
Parasimpatis (meningkatkan segmentasi), Simpatis (menurunkan
segmentasi)
2. Katup ileosekum
Sekum merupakan sawar antara usus halus dengan usus besar karena : 2,3
› Susunan anatomisnya menyerupai lipatan - lipatan tonjolan jaringan
mirip katup dari ileum ke dalam lumen sekum
26
› Proteksi
› Lubrikasi
› Ikut serta dalam pencernaan makanan secara enzimatik
Rangsangan paling kuat terhadap sekresi adalah stimulasi lokal kimus pada
mukosa usus halus dari permukaan luminal selsel epitel usus halus terbentuk
tonjolan- tonjolan seprti rambut yang diperkuat oleh aktin brush border
Brush border mengandung 3 enzim : 2,3
› Enterokinase
mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen
› Gol.disakaridase
menghidrolisis disakarida yang tersisa menjadi monosakarida
penyusunnya
› Gol.aminopeptidase
menghidrolisis fragmen peptida kecil menjadi komponen asam
aminonya
4. Adaptasi usus halus
Mukosa yang melapisi lumen usus halus beradaptasi sempurna untuk
melaksanakan fungsi absorptifnya karena 2 alasan : 2,3
› Luas permukaan yang sangat besar
› Sel-sel epitel di lapisan ini memiliki berbagai mekanisme
transportasi khusus
Modifikasi mukosa usus halus berikut sangat meningkatkan luas
permukaan yang tersedia untuk proses penyerapan : 2,3
› Permukaan dalam usus halus membentuk lipatan sirkuler
meningkatkan luas permukaan 3x lipat.
› Dr permukaan yg berlipat-lipat ini muncul tonjolan-tonjolan
mikroskopik seperti jari yg disebut vilus meningkatkan luas
pemukaan 10x lipat.
28
didetoksifikasi
Jantung
Penyerapan
Diserap ekstensif
oleh lacteal pusatoleh
dan usus
masukhalus mengimban
ke system limfe
Menekan lacteal pusat dan memeras limfe keluar dari pembuluh tsb
fese sedangkan zat lain diabsorpsi dandiangkut ke hati untuk diubah menjadi
senyawa yang kurang toksik dan disekresikan melalui urine. 2,3
Sistem syaraf autonomik intrinsik pada usus terdiri dari 3 pleksus : 2,3
1. Pleksus Auerbach : terletak diantara lapisan otot sirkuler dan longitudinal
2. Pleksus Henle : terletak disepanjang batas dalam otot sirkuler
3. Pleksus Meissner : terletak di sub-mukosa
1. Timbul sebuah cincin konstriksi sebagai respons dari tempat teregang atau
teriritasi di kolon, biasanya pada kolon transversum
Diare yang disebabkan sekresi berlebihan air & elektrolit sebagai respon terhadap
iritasi :
Segmen usus besar teriritasi (mis : infeksi bakteri)
↓
Mukosa menyekresikan sejumlah besar air & elektrolit selain sekresi mukus alkali
kental yang normal
↓
Sekresi ini berfungsi untuk mengencekan faktor pengiritasi & menyebabkan
pergerakan cepat tinja menuju anus
↓
Diare
34
Toksin yang berasal dari kolera atau infeksi bakteri lainnya sering
menyebabkan kripta pada ileum terminalis dan usus besar menyekresikan
10 liter atau lebih cairan setiap harinya → menimbulkan diare berat & sering
mematikan. 2,3
2.2 Intususepsi
2.2.1 Definisi
Kata intususepsi berasal dari kata-kata Latin intus (dalam) dan
suscipere (menerima) . Intususepsi adalah invaginasi bagian dari usus yang
satu ke yang lain. Tiga silinder pada dinding usus terlibat. Silinder bagian
dalam dan silinder bagian tengah adalah usus yang diinvasi (intususeptum),
dan silinder bagian luar adalah penerima invaginasi usus (intussuscipiens).
Intususepsi adalah salah satu penyebab akut yang paling sering
menyebabkan obstruksi usus pada bayi dan balita mungkin penyebab paling
umum kedua perut akut nyeri pada bayi dan anak-anak prasekolah setelah
36
2.2.2 Insidens
2.2.3 Etiologi
Sebagian besar etiologi invaginasi pada anak tidak dapat ditentukan atau
disebut juga invaginasi primer. Faktor presipitasi invaginasi pada anak dapat
berupa infeksi virus dan pertumbuhan tumor intestinum. Dahulu, beberapa
kasus invaginasi berhubungan dengan vaksin rotavirus. Rotavirus adalah virus
yang dapat menyebabkan infeksi yang dapat mengakibatkan terjadinya diare,
vomitus, demam, dan dehidrasi. Pada orang dewasa invaginasi dapat
disebabkan oleh tumor jinak maupun ganas saluran cerna, parut (adhesive) usus,
luka operasi pada usus halus dan kolon, IBS (Irritable Bowel Syndrome), dan
Hirschsprung. 5
Hipertrofi Payer’s patch di ileum dapat merangsang peristaltik usus
sebagai upaya mengeluarkan massa tersebut sehingga menyebabkan invaginasi.
37
Invaginasi sering terjadi setelah infeksi saluran napas bagian atas dan serangan
episodik gastroenteritis yang menyebabkan pembesaran jaringan limfoid.2,5,9
Adenovirus ditemukan pada 50% kasus invaginasi. Invaginasi idiopatik
umumnya terjadi pada anak berusia 6 -36 bulan karena tingkat kerentanannya
tinggi terhadap virus.5
Pada sekitar 5-10% penderita, dapat dikenali hal-hal pendorong untuk
terjadinya intususepsi, seperti appendiks terbalik, divertikulum Meckel, polip
usus, duplikasi atau limfosarkoma. Intususepsi juga dapat terjadi pada penderita
kistik fibrosis yang mengalami dehidrasi.5
2.2.4 Patogenesis
Intususepsi adalah invaginasi yang terjadi pada satu bagian dari usus ke
usus yang berdekatan. Delapan puluh sampai 95 persen intususepsi yang terjadi
pada anak-anak adalah ileokolik. Ileoileal, cecocolic, colocolic, dan
jejunojejunal jarang terjadi. Invaginasi dideskripsikan sebagai prolaps internal
usus proksimal dalam lekukan mesenterika dalam lumen usus distal. Hal ini
dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi pada pasase isi usus dan menurunkan
aliran darah ke bagian usus yang mengalami invaginasi tersebut. Akhirnya
dapat mengakibatkan obstruksi usus dan peradangan mulai dari penebalan
dinding usus hingga iskemia dinding usus. Mesenterium usus proksimal tertarik
ke dalam usus distal, terjepit, dan menyebabkan obstruksi aliran vena dan
edema dinding usus yang akan menyebabkan keluarnya feses berwarna
kemerahan akibat darah bercampur mucus (red currant stool). Jika reduksi
intususepsi tidak dilakukan, terjadi insufisiensi arteri yang akan menyebabkan
iskemik dan nekrosis dinding usus yang akan menyebabkan pendarahan,
perforasi, dan peritonitis. Perjalanan penyakit yang terus berlanjut dapat
semakin memburuk hingga menyebabkan sepsis.5
38
Gambar 5. Patogenesis
pasase isi usus secara total, anak masih dapat defekasi berupa feses biasa,
kemudian feses bercampur darah segar dan lendir, kemudian defekasi hanya
berupa darah segar bercampur lendir tanpa feses. Karena sumbatan belum total,
perut belum kembung dan tidak tegang, dengan demikian mudah teraba
gumpalan usus yang terlibat invaginasi sebagai suatu massa tumor berbentuk
bujur di dalam perut di bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah atau kiri
bawah.4,5
Oleh karena perut kembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi
dan defekasi hanya berupa darah dan lendir. Apabila keadaan ini berlanjut terus
akan dijumpai muntah feses, dengan demam tinggi, asidosis, toksis dan
terganggunya aliran pembuluh darah arteri, pada segmen yang terlibat
menyebabkan nekrosis usus, ganggren, perforasi, peritonitis umum, shock dan
kematian. 4,5
Pemeriksaan colok dubur didapati tonus sphincter melemah, mungkin
invaginat dapat diraba berupa massa seperti portio dan bila jari ditarik, keluar
darah bercampur lendir. 4,5
40
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis invaginasi ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang.
2. Barium enema
Barium enema selain dapat berfungsi sebagai alat diagnostic juga dapat
berfungsi sebagai terapi. Sebagai alat diagnostic barium enema berfungsi
jika gejala klinik yang terlihat sedikit meragukan. Dengan kontras
gambaran yang akan terlihat berupa gambaran ‘cupping’ atau ‘coiled
spring appearance’. 4,5,6
3. Ulrasonografi (USG)
USG membantu menegakkan diagnosis invaginasi dengan gambaran target
sign pada potongan melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada
potongan longitudinal invaginasi. Foto dengan pemberian barium enema
dilakukan jika pasien ditemukan dalam kondisi stabil, digunakan sebagai
diagnostik ataupun terapeutik. Sumbatan oleh invaginatum biasanya tampak
jelas pada foto. 4,5,6
Reduksi Hidrostatik
Pada saat sekarang ini barium enema yang digunakan untuk prosedur
diagnostic, kurang lebih 75% berhasil mereduksi invaginasi. Pemberian
sedikit sedative yang cukup sebelum prosedur enema sangat banyak membantu
berhasilnya reduksi hidrostatik ini. 5
Indikasi:
Kontra indikasi:
Indikasi reduksi manual adalah pada pasien dengan keadaan tidak stabil,
didapatkan peningkatan suhu serta angka lekosit, mengalami gejala
berkepanjangan atau ditemukan penyakit sudah lanjut yang ditandai dengan
distensi abdomen, feces berdarah, gangguan sistem usus yang berat sampai
timbul shock atau peritonitis. 5
Pelaksanaan operatif:
1. Pre-operatif
Penanganan intususepsi pada dewasa secara umum sama seperti
penangan pada kasus obstruksi usus lainnya yaitu perbaikan keadaan umum
seperti rehidrasi dan koreksi elektrolit bila sudah terjadi defisit elektrolit. 5
2. Operatif
Sewaktu operasi awalnya akan dicoba reposisi manual dengan
mendorong invaginatum dari anal kearah sudut ileo-sekal, dorongan dilakukan
dengan hati- hati tanpa tarikan dari bagian proximal. 5
49
Apabila terdapat kerusakan usus yang cukup luas, dan banyak bagian
dari usus itu yang harus diangkat. Maka pada kasus ini tidak dapat
dilakukan anastomosis end to end, harus colostomy supaya proses digestive
tetap berjalan. 5
Laparoskopi
melalui periumbilical irisan. Jika ini tidak bisa diselesaikan aman, operasi harus
diubah menjadi Laparotoi terbuka.5
3. Pasca Operasi
Hindari Dehidrasi
Pertahankan stabilitas elektrolit
Pengawasan akan inflamasi dan infeksi
Pemberian analgetika yang tidak menggangu motilitas usus
2.10 Komplikasi
Radiologi
Operasi
Rekurensi
Intususepsi berulang dapat terjadi hingga 20% kasus. Kebanyakan
intususepsi muncul kembali dalam 24 jam pertama sampai 6 bulan. Hal ini
52
cenderung terjadi setelah adanya operasi reduksi atau reseksi, dan biasanya
idiopatik. Orang tua akan sadar pada gejala intususepsi berulang dan lebih
cepat dating ke rumah sakit. Beberapa rekurensi dapat terjadi pada anak yang
sama dan harus dicari penyebab lain seperti kemungkinan adanya keganasan.
Modalitas pencitraan yang direkomendasikan adalah USG. Operasi
eksplorasi diindikasikan jika pada USG terdapat penyebab patologis,
gagalnya reduksi enema, atau gejala klinis tetap ada setelah dilakukan
tindakan. 4
53
REFERENSI