Oleh :
Ahmad Zuliansyah - C014182121
Andi Dessy Tawil - C014182122
Sahrah Nur Afifah - C014182123
Muh. Ikhsan Zainal - C014182124
Nabil Ainun Sajid - C014182125
Pembimbing Residen
dr. Andi Lia Amalia
Dosen Pembimbing
dr. Sri Asriyani, Sp.Rad(K)., M.Med.Ed
Judul Laporan Kasus :Old Fracture 1/3 Distal Os Femur Dextra dan Old Fracture
Os Patella Dextra
III. DISKUSI
10. KOMPLIKASI…………………………………….............
19
11. PEMBAHASAN RADIOLOGI…………………............. 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 23
PENDAHULUAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. AL
Umur : 24 tahun
No. Rekam Medik : 099425
Alamat : Toraja
Tanggal MRS : 4 Maret 2019
2. Anamnesis
Keluhan utama :
Lutut tidak dapat dibengkokkan.
Riwayat Penyakit sekarang :
Pasien datang dengan lutut yang tidak dapat dibengkokkan sejak
2 bulan yang lalu setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien
mengendarai sepeda motor dan ditabrak oleh pengendara lainnya dari
arah yang berlawanan, sehingga pasien jatuh ke arah kanan dan
tertindih oleh sepeda motornya. Pasien dirawat di RSUD Toraja,
dilakukan cuci luka dan pemasangan gips karena pasien menolak
tindakan pemasangan implant. Pasien dirawat oleh dokter bedah
selama 2 pekan. Dua bulan setelah pasien pulang, pasien datang lagi
karena merasa kakinya belum bisa digerakkan. Riwayat muntah dan
pingsan setelah terjatuh tidak ada.
Riwayat penyakit terdahulu :
Riwayat infeksi (+) : pasien pernah menderita demam tifoid 5 bulan
yang lalu, dan berobat di RSUH.
3. Pemeriksaan Fisis
Status Generalis :
Keadaan umum baik, pasien sadar penuh (composmentis)
Status Vitalis :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36,7°C
Kepala : Normocephal, mesocephal, rambut hitam, sulit
dicabut
Mata : Konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak
ada
Leher :Nyeri tekan tidak ada.Tidak ada pembesaran
kelenjar limfe
a. Thorax
Inspeksi : Pergerakan hemithorax simestris kanan dan kiri
Palpasi : Vocal fremitus normal pada paru kanan dan kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ronkhi -/-, wheezing -/-
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan atas jantung ICS II Dextra
Batas kiri atas jantung ICS II Sinistra
Batas kiri bawah jantung ICS V line
midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler
c. Abdomen
Inspeksi : Datar ikut geraknapas
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi :Nyeri tekan (-), massa tumor (-), hepar tidak teraba,
lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, undulasi (-)
Lain-lain : Asites (-)
d. Ekstremitas
Ekstremitas superior : udem (-/-), gerak (+/+), kekuatan (5/5)
Ekstremitas Inferior : udem (+/-
), gerak (sulitdinilai/+), kekuatan(sulitdinilai/5)
Look : deformitas (+) swelling (+) hematoma (-) tidak terdapat luka
robek
Feel : Nyeri tekan (+) krepitasi (+)
Movement :Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), ROM
articulation genu dextra fleksi 20-300
NVD: (Neurovascular disturbance) (-), capillary refill time <2 detik
4. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
WBC 7.9 x 103/uL 4-10 x 103 /uL
RBC 5.72 x 106/uL 4-6 x 106/uL
HB 14.4 g/dl 12-16 g/dl
HCT 38.0% 37-48%
MCV 85 fL 80-97 fL
MCH 27.5 pg 26.5-33.5 pg
MCHC 32.5 g/dl 31.5-35 g/dl
PLT 226 103/uL 140-400 x 103/uL
Waktu bekuan 7’00’ menit 4-10 menit
Waktu perdarahan 3’00’’ menit 1-7 menit
5. Radiologi
Hasil Pemeriksaan :
- Alignment hip joint dextra baik, tidak tampak dislokasi
- Tampak fraktur pada 1/3 distal os femur dextra dengan fragmen
distal displaced ke craniposterior lateral, callus forming positif,
cortex belum intak
- Tampak fraktur pada os patella dextra, callus forming minimal,
cortex belum intak
- Densitas tulang baik
- Celah sendi yang tervisualisasi kesan baik
- Jaringan lunak sekitar fraktur kesan swelling
Kesan :
o Old fracture 1/3 distal os femur dextra
o Old fracture os patella dextra
6. Resume Klinis
8. Terapi
- ORIF
- Mobilisasi pasca operasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Fraktur femur adalah fraktur yang disebabkan oleh benturan atau trauma
langsung maupun tidak langsung. Fraktur femur juga didefiniskan sebagai
hilangnya kontinuitas tulang paha.3
Fraktur patella adalah gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusak
atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan
pada lutut.6
2.2 Epidemiologi
Tulang femur adalah tulang terpanjang yang ada di tubuh kita. Tulang ini
memiliki karakteristik yaitu:8
Patella yang merupakan jenis tulang sesamoid terletak pada segmen inferior
dari tendon m. quadriceps femoris pada permukaan ateroinferior. Pinggir atas,
lateral dan medial merupakan tempat perlekatan berbagai bagian m.quadriceps
femoris. Patella dicegah bergeser ke lateral selama kontraksi m. quadriceps
femoris oleh serabut-serabut horizontal bawah m. vastus medialis dan oleh
besarnya ukuran condylus lateralis femoris.Ukuran kira-kira 5cm, berbentuk
segitiga, berada didalam tendo m.quadriceps femoris. Dalam keadaan otot
relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke samping, sedikit ke cranial dan ke
caudal. Mempunyai facies anterior dari facies articularis; faciesarticularis lateralis
bentuknya lebih besar daripada facies articularis medialis. Margo superior atau
basis patella berada di bagian proximal dan apex patella berada di bagian distal.
Margo medialis dan margo lateralis bertemu membentuk apex patellae.8
2.4 Klasifikasi
Fraktur terbuka menurut Gustillo dibagi menjadi tiga derajat, yang ditentukan
oleh berat ringannya luka dan fraktur yang terjadi,
-Tipe I: luka kecil kurang dari 1 cm, terdapat sedikit kerusakan jaringan, tidak
terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak. fraktur yang terjadi
biasanya bersifat simpel, tranversal, oblique, atau komunitif.3,4
-Tipe II: laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak terdapat kerusakan jaringan yang
hebat atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dan jaringan.3,4
-Tipe III: terdapat kerusakan yang hebat pada jaringan lunak termasuk otot, kulit
dan struktur neovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. Dibagi dalam 3 sub tipe
lagi tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah, tipe IIIB :
disertai kerusakan dan kehilangan jaringan lunak, tulang tidak dapat di tutup
jaringan lunak dan tipe IIIC : disertai cedera arteri yang memerlukan repair
segera.3,4
1. Proksimal (plateau),
2. Diaphyseal (shaft),
3. Distal.1
2.5 Etiopatogenesis
Trauma Langsung
Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur,
misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada clavicula.
Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.6
Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atu tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak
lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.7
Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma
tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang,ada 2 faktor yang mempengaruhi
terjadinya frakturya itu ekstrinsik (meliputi kecepatan, sedangkan durasi trauma
yang mengenai tulang, arah dan kekuatan), intrinsik meliputi kapasitas tulang
mengabsorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan adanya densitas tulang – tulang
yang dapat menyebabkan terjadinya patah pada tulang bermacam-macam, antara
lain trauma langsung dan tidak langsung, akibat keadaan patologi serta secara
spontan.7
A. Pemeriksaan Fisik
B. Pemeriksaan Lokal
1. Inspeksi (Look)
Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi,
rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah
kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur,
cedera terbuka.
2. Palpasi (Feel)
Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari
fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah
adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan.
3. Pergerakan (Movement)
Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk
menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian distal
cedera.
4. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris
serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau
neurotmesis. Kelainan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena
dapat menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita serta
merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya.
Foto Polos
1. Rekognisi
Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan
diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkaiakan
terasa nyeri sekali dan bengkak.
2. Reduksi (manipulasi/reposisi)
Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen-fragmen
tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya. Upaya
untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara
optimal. Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau
reduksi terbuka. Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk
mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena
edema dan perdarahan.
3. Retensi (Immobilisasi)
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga
kembaliseperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen
tulang harus diimobilisasi, atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang
benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi
eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips,
bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan
logam dapat di gunakan untuk fiksasi intrerna yang berperan sebagai bidai
interna untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna adalah alat yang
diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan
memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada
bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan
satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau
kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat
dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis.
4. Rehabilitasi
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk
menghindari atrofi atau kontraktur. Bila keadaan memungkinkan, harus
segera dimulai melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan
anggota tubuh dan mobilisasi.
1. Pembentukan hematom
Fraktur merobek pembuluh darah dalam medula, korteks dan periosteum
sehingga timbul hematom.
2. Organisasi
Dalam 21 jam, kapiler dan fibroblas mulai tumbuh ke dalam hematom
disertai dengan infiltrasi sel-sel peradangan. Dengan demikian, daerah bekuan
darah diubah menjadi jaringan granulasi fibroblastik vaskular.
3. Kalus sementara
Pada sekitar hari ke-7, timbul pulau-pulau kartilago dan jaringan osteoid
dalam jaringan granulasi ini. Kartilago mungkin timbul dari metaplasia
fibroblas dan jaringan osteoid ditentukan oleh osteoblas yang tumbuh ke
dalam dari ujung tulang. Jaringan osteoid, dalam bentuk spikula ireguler dan
trabekula, mengalami mineralisasi dan membentuk kalus sementara. Tulang
baru yang tidak teratur ini terbentuk dengan cepat dan kalus sementara
sebagian besar lengkap pada sekitar hari ke-25.
4. Kalus definitif
Kalus sementara yang tak teratur secara bertahap akan diganti oleh tulang
yang teratur dengan susunan havers - kalus definitif.
5. Remodeling
Kontur normal dari tulang disusun kembali melalui proses remodeling akibat
pembentukan tulang osteoblastik maupun resorpsi osteoklastik. Keadaaan
terjadi secara relatif lambat dalam periode waktu yang berbeda tetapi
akhirnya semua kalus yang berlebihan dipindahkan, dan gambaran serta
struktur semula dari tulang tersusun kembali.
2.9 Komplikasi
Komplikasi dari fraktur femur cukup beragam tergantung lokasi dan tingkat
keparahan fraktur. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara lain5,10 :
1. Infeksi
Pada kasus fraktur terbuka, dimana tulang merobek jaringan kulit, ada
kemungkinan resiko infeksi. Resiko infeksi ini dapat berkurang dengan pemberian
antibiotik.
3. Kerusakan saraf
Kerusakan saraf paska fraktur femur terbilang jarang, namun kerusakan saraf
pada fraktur femur dapat menyebabkan mati rasa serta kelemahan yang persisten.
2.10 Prognosis
KESIMPULAN
Fraktur femur adalah fraktur yang disebabkan oleh benturan atau trauma
langsung maupun tidak langsung. Fraktur femur juga didefiniskan sebagai
hilangnya kontinuitas tulang paha.Fraktur patella adalah gangguan integritas
tulang yang ditandai dengan rusak atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dikarenakan tekanan yang berlebihan pada lutut.Kebanyakan fraktur ini
ditemukan pada kasus-kasus kecelakaan lalu lintas.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasrkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan radiologi berupa pemeriksaan sinar-x femur posisi AP dan lateral
diindikasikan untuk kasus curiga fraktur femur dan patella.
DAFTAR PUSTAKA
331
Hal 1365
Page 93.
10. Jon C. Thompson, 2010, Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy 2nd edition,
Cells and Enhance Wound Healing. Plos One. 2008; 3(4): 1-12.