Tanda dan
gejala
hamil
Abortus
Imminent
Terjadinya
perdarahan dari
uterus pada
kehamilan < 20
minggu, dengan
hasil konsepsi
masih dalam
uterus dan viable,
dan serviks
tertutup
Gejala
klinis
Flek hingga
Perdarahan
sedang
pervagina
+/m
Nyeri perut
bawah
Gejala lain
Pemeriksaa
n fisik
Kehamilan
Ektopik
Kehamilan dimana
pertumbuhan
ovum yang telah
dibuahi,
berimplintasi dan
tumbuh di tempat
yang tidak normal,
yaitu pada
endometrium di
luar kavum uteri
Flek hingga
sedang
++
Mola Hidatidosa
Suatu kehamilan yang
berkembang tidak wajar
dimana tidak ditemukan
janin dan hamper
seluruh vili korialis
mengalami perubahan
berupa degenerasi
hidropik
Amenorrhea
Keluhan subyektif
maupun obyektif pada
kehamilan muda yang
lebih hebat dari
kehamilan normal:
hiperemesis sampai
tanda-tanda toksemia
Tanda-tanda gerakan
janin atau ballottement
(-)
TFU/besar rahim lebih
besar dari usia
kehamilan (dari HPHT)
Sedang hingga
massif/banyak, bisa
berulang
+
Blighted
Ovum
Tidak
terbentuknya
janin sejak
awal
kehamilan
meskipun
kantung gestasi
telah terbentuk
Gejala
kehamilan
(+):sore
breasts, nausea
and tiredness
Amenorrhea
Tes kehamilan
(+)
Spotting,
perdarahan
minimal
Minor
TFU
Ballotement
(-), tak teraba
janin
Missed Abortion
Abortus yang
ditandai dengan
embrio atau fetus
telah meninggal
dalam kehamilan
sebelum UK 20
minggu dan hasil
konsepsi seluruhnya
masih tertahan dalam
kandungan, dimana
janin tidak
dikeluarkan selama 8
minggu atau lebih
keluhan kehamilan
Tanda hamil sekunder
mamae menghilang
Uterus mengecil
Pendarahan
Pemeriksaa
n
penunjang:
USG
Pada UK 6
minggu: GS (+)
UK 7 minggu:
fetal pole (+) min
5 mm
UK 8 minggu:
DJJ (+)
Serviks teraba
lunak
Tanda abdomen
akut: perut tegang
bagian bawah,
nyeri tekan dan
nyeri lepas dinding
abdomen
Tidak ada kantung
kehamilan dalam
kavum uteri
Adanya kantung
kehamilan diluar
kavum uteri
LAPAROSKOPI
Lain
Terapi
UK 8-13
minggu: GS
(+) tapi fetus
(-)
GS lebih kecil
dbanding UK
Tidak
ditemukan
fetal pole pada
GS ukuran >25
mm
Observasi
perdarahan,
bedrest,
hindarkan coitus
Tokolitik:
isoxuprine tiap 8
jam
Preparat
progesterone 2-3
x 1 tab setaip 812 jam
Laparotomi dan
parsial
salpingektomi atau
salpingestomi
Histopatologi:
gelembung-gelembung
yang keluar atau hasil
dari evakuasi bahan
dikirim ke lab PA
1. Evakuasi mola
Obat
hidatidosa
Dilatasi dan
-Bila mola keluar
kuret
spontan kuret atau
kuret isap.
Bila kanalis servikalis
belum terbuka
pasang laminaria 24
jam kemudian kuret
minimal 1 minggu
kuret ke II lihat
tanda-tanda infeksi dan
lain-lain. Kedua hasil
bahan kerokan dikirim
ke Lab. Patologi
Anatomi
-Histerektomi: kerjakan
pada wanita yang
umurnya sudah cukup
(>35 tahun) dan jumlah
anak cukup (anak 3-4)
2. Pengawasan lanjutan
Uterus mengecil, GS
mengecil, DJJ (-)
hingga UK 9 minggu
berdasar CRL
MRS: keluarkan
jaringan nekrotik
UK < 12 minggu:
evakuasi dengan
dilatasi dan kuretasi
UK > 12 minggu:
Serviks uterus masih
kaku induksi
dengan drip oksitosin
10 IU dalam 500 cc
D5% 20 tpm, ulangi
sampai total 50 IU
dengan tetesan
dipertahankan untuk
mencegah retensi
cairan tubuh janin
keluar kuret
ATAU:
Misoprostol dengan
dosis 400 g, ulangi
tiga jam kemudian,
a. gejala klinis
Keluhan utama
H: history penderita
pernah mola
B: bleeding, adanya
perdarahan
E: enlargement,
pembesaran rahim
S: soft, rahim masih
tetap lunak
b. Pemeriksaan lanjutan
dari GM (Gali Manini):
titrasi setiap minggu
sampai tiga minggu
berturut-turut (-)
pasien dapat
dipulangkan dengan
pemberian kontrasepsi,
oral pil atau IUD,
sampai 1 tahun untuk
yang belum punya anak
dan 2 tahun untuk yang
sudah punya anak
Perdarahan: dapat
spontan dengan
keluarnya gelembung
atau pada waktu
evakuasi
Perforasi: spontan atau
karena tindakan
Emboli sel trofoblas:
pasien sesak mendadak,
kematian
Keganasan : korio
karsinoma
Tiroksikosis
dengan dosis
maksimal tiga kali
pemberian angka
keberhasilan
complete abortion
mencapai 84,1%
Keterangan:
GAMBARAN USG
Abortus Imminens
Blighted
ovum
Pada trimester 1
Pada
trimester
2
ABORTUS IMMINENS
DEFINISI
Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan viabel, dan serviks tertutup.
PENYEBAB
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin atau cacat, penyebabnya antara lain:
a. Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom seks.
b. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat usia tua, dimana kondisi abnormal uterus
dan endokrin atau sindroma ovarium polikistik.
c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi
maupun lingkungan hidupnya dalam uterus, disebut teratogen.
2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta
terganggu, sehingga mengganggu pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan
muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun
kronik seperti, anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis,
mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus. Terutama
retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain
keguguran dalam trimester dua ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada
serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang tidak dijahit.
TANDA DAN GEJALA
Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai nyeri perut ringan atau tidak
sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan punggung belakang yang semakin hari bertambah buruk dengan atau
tanpa kelemahan dan uterus membesar sesuai usia kehamilan.
DIAGNOSIS
Tanda dan gejala abortus imminens
Pemeriksaan dalam: serviks tertutup, perdarahan dapat terlihat dari ostium, tidak ada kelainan pada serviks,
tidak terdapat nyeri goyang serviks atau adneksa
Tes kehamilan positif
Pemeriksaan USG tampak janin masih hidup.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi (USG) Transvaginal dan Observasi Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin viabel atau non viabel dan
membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola, atau missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi
pemeriksaan USG dalam tujuh hari kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan meragukan,
pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian. USG dapat digunakan untuk mengetahui prognosis. Pada umur
kehamilan tujuh minggu, fetal pole dan aktifi tas jantung janin dapat terlihat. Aktivitas jantung seharusnya tampak
dengan USG saat panjang fetal pole minimal lima milimeter. Bila kantong gestasi terlihat, keguguran dapat terjadi
pada 11,5% pasien. Kantong gestasi kosong dengan diameter 15mm pada usia tujuh minggu dan 21mm pada usia
gestasi delapan minggu memiliki angka keguguran 90,8%. Apabila terdapat yolk sac, angka keguguran 8,5%;
dengan embrio 5mm, angka keguguran adalah 7,2%; dengan embrio 6-10mm angka keguguran 3,2%; dan apabila
embrio 10mm, angka keguguran hanya 0,5%. Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu kurang lebih 2,0%.
Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal berguna untuk menentukan viabilitas kehamilan intrauteri.
Diameter kantong rata-rata lebih dari 13mm tanpa yolk sac atau diameter rata-rata lebih dari 17 mm tanpa mudigah
diprediksikan nonviabilitas pada semua kasus dengan spesifisitas dan nilai prediksi positif 100%. Adanya
hematoma subkorionik tidak berhubungan dengan prognosis buruk.
Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dengan hasil pemeriksaan USG
menunjukkan prognosis buruk. Data prospektif menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor risiko
(bradikardia janin, perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang crown to rump, dan perbedaan antara usia
kehamilan berdasarkan HPHT dan pemeriksaan USG lebih dari satu minggu) meningkatkan presentase kejadian
keguguran dari 6% menjadi 84%. Penelitian prospektif pada umumnya menunjukkan presentase kejadian
keguguran 3,4-5,5% jika perdarahan terjadi setelah jantung janin mulai beraktivitas, dan identifi kasi aktivitas
jantung janin dengan USG di pelayanan kesehatan primer memberikan presentase berlanjutnya kehamilan hingga
lebih dari 20 minggu sebesar 97%.
BIOKIMIA SERUM IBU
Kadar human chorionic gonadotropin (hCG) kuantitatif serial
Evaluasi harus mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien mengalami kehamilan intauterin yang
terdokumentasi dengan USG, untuk mengeliminasi kemungkinan kehamilan ektopik. Kadar hCG kuantitatif serial
diulang setelah 48 jam digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, mola, abortus imminens, dan missed
abortion. Kadar hCG serum wanita hamil yang mengalami keguguran diawali dengan gejala abortus imminens
pada trimester pertama, lebih rendah dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens yang
kehamilannya berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus imminens.
Sebuah penelitian prospektif menunjukkan bahwa nilai batas hCG bebas 20 ng/ml dapat digunakan untuk
membedakan antara normal (kontrol dan abortus imminens namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus
imminens yang mengalami keguguran dan kehamilan tuba), dengan sensitifitas angka prediksi positif 88,3% dan
82,6%. Rasio bioaktif serum imunoreaktif hCG, pada wanita yang mengalami abortus imminens namun
kehamilannya berlanjut, lebih tinggi dibandingkan pada wanita yang akhirnya mengalami keguguran. Namun
penelitian hanya melibatkan 24 wanita dengan abortus imminens dan tidak memberikan data tentang aktivitas
jantung janin.
Pemeriksaan kadar progesteron
Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama, sehingga pemeriksaan tunggal dapat
digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel; kadar kurang dari 5 ng/mL menunjukkan prognosis
kegagalan kehamilan dengan sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan kehamilan yang viabel
dengan sensitivitas 100%.
PENCEGAHAN
1. Vitamin, diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan dapat mengurangi risiko
keguguran, namun dari 28 percobaan yang dilakukan ternyata hal tersebut tidak terbukti.
2. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi lengkap pada wanita hamil yang
bertujuan untuk mencegah atau mengidentifi kasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan
fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai
pengalaman yang menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan bahwa ANC mencegah masalah
kesehatan pada ibu dan bayi. Pada suatu penelitian menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil
dengan risiko rendah tidak meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun hanya menurunkan kepuasan
pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang dapat didentifi kasi dari riwayat
kehamilan terdahulu melalui konseling dan anamnesis. Pada penelitian Herbst, dkk (2003), ibu hamil yang
tidak melakukan ANC memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur.
PENATALAKSANAAN AKTIF
1. Tirah baring. Hampir 96% dokter umum meresepkan, meskipun tidak ada bukti pasti tentang efektivitasnya,
namun membantu wanita merasa lebih aman, sehingga memberikan pengaruh emosional.
2. Abstinensia, diduga koitus dapat menstimulasi sekresi oksitoksin dan dapat mempercepat pematangan serviks
oleh prostaglandin E dalam semen dan meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.
3. Progesteron. Meskipun tidak ada bukti manfaat yang kuat, progestogen dapat menurunkan kontraksi uterus
lebih cepat daripada tirah baring, selain itu penggunaannya tidak memicu timbulnya hipertensi kehamilan atau
perdarahan antepartum yang merupakan efek yang dapat membahayakan ibu. Selain itu, penggunaan
progestogen dan hCG tidak menimbulkan kelainan kongenital.
4. Antibiotik diberikan hanya jika ada tandatanda infeksi.
5. Relaksan otot uterus - tidak ada cukup bukti efektivitas dan keamanan penggunaannya.
6.
PROGNOSIS
Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran, kelahiran prematur, BBLR, perdarahan
antepartum, KPD dan kematian perinatal. Namun, tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Macam dan
lamanya perdarahan menentukan prognosis kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung
lama, nyeri perut yang disertai pendataran serta pembukaan serviks.
KEHAMILAN EKTOPIK
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat
yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran
(abortus) maka disebut dengan kehamilan ektopik terganggu (KET).
Penelitian Cunningham tahun 2001: berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2003
terdapat satu dari 250 (0,04%) kelahiran di dunia menderita kehamilan ektopik, dengan jenis kehamilan ektopik
adalah kehamilan tuba fallopi, yang sebagian besar (80%) dialami oleh wanita pada usia 35 tahun keatas serta
dilaporkan bahwa 60 % dialami oleh wanita dengan paritas pertama dan kedua. Insiden kehamilan ektopik
meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur 20 sampai 40 tahun dengan umur rata-rata 30
tahun. Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (98%), meskipun begitu kehamilan ektopik
juga dapat terjadi di ovarium (indung telur), rongga abdomen (perut),atau serviks (leher rahim).
Gejala yang terjadi pada kehamilan ektopik meliputi rasa nyeri di perut samping kiri atau kanan bawah,
perdarahan dari vagina, nausea, nyeri bahu dan pusing. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi dini kehamilan ektopik dengan pemeriksaan ultrasonografi dan pemeriksaan HCG.
Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 100 kehamilan. Kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik dengan
adanya kerusakan tuba falopi karena penyakit radang panggul (PID) atau karena infeksi lain, seperti usus buntu
yang pecah atau bedah perut.
Penggunaan kontrasepsi IUD dan pil progesteron dapat meningkatkan terjadinya kehamilan ektopik.
Kontrasepsi IUD bisa menyebabkan peradangan di dalam rahim sedangkan pil yang mengandung hormon
progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut
silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.
Penyebab kehamilan ektopik dapat diketahui dan dapat juga tidak, atau bahkan belum diketahui. Sebagian
besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba sehingga setiap gangguan pada tuba yang disebabkan infeksi akan
menimbulkan gangguan dalam perjalanan hasil konsepsi menuju rahim. Beberapa faktor penyebab kehamilan
ektopik, meliputi faktor uterus, tuba dan ovum. Ada juga faktor-faktor yang dapat digeneralisasi sebagai faktor
mekanis dan faktor fungsional.
DIAGNOSIS
-Terdapat trias kehamilan ektopik
-Terdapat kenaikan beta HCG 200 mIU/lier
-Penderita tampak anemis dan sakit
-Tensi turun/normal dan meningkat
-Dapat terjadi syok, akral dingin
-Perut kembung
-Terdapat cairan bebas-darah
-Nyeri saat perabaan
-Cavum douglasi menonjol dan nyeri
-Serviks nyeri goyang
-Teraba nyeri pada tuba dengan hamil ektopik dan teraba tumor
TERAPI
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran kehamilan adalah
tatalaksana yang disarankan yaitu dengan obat-obatan atau operasi.
MOLA HIDATIDOSA
DEFINISI
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan
hidrofobik.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latin dibandingkan dengan negara negara
barat. Di negara negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan, di negara negara berkembang 1:100 atau
600 kehamilan. Soejoenoes dkk (1967) melaporkan 1:85 kehamilan, Rs Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 1:31
Persalinan dan 1:49 kehamilan; Luat Asiregar (Medan) tahun 1982: 11 16 per 1000 kehamilan; Soetomo
(Surabaya) : 1:80 Persalinan; Djamhoer Martaadisoebrata (Bandung): 9-21 per 1000 kehamilan. Biasanya dijumpai
lebih sering pada umur reproduksi (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatkan paritas
kemungkinan menderita mola lebih besar.
PATOLOGI
Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung gelembung berisi cairan jernih merupakan kista kista kecil
seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri. Secara histopatologic kadang kadang ditemukan jaringan
mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah : satu jenis tumbuh dan
yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai yang
berdiameter lebih dari 1 cm. Mola hidatidosa terbagi menjadi:
1. Mola Hidatidosa Sempurna
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit
dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering berkelompok kelompok menggantung pada
tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh:
- Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus
- Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
- Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
- Tidak adanya janin dan amnion.
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut muka mola (mola face)
Palpasi :
e. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, Paritas 4 atau lebih, dan
uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.
2. Pengawasan Lanjutan
- Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.
- Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :
Setiap minggu pada Triwulan pertama
Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
- Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam :
- Keadaan Serviks
- Uterus bertambah kecil atau tidak
c. Laboratorium
Reaksi biologis dan imunologis :
- 1x seminggu sampai hasil negatif
- 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
- 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
- 1x3 bulan selama tahun berikutnya
- Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan
3. Sitostatika Profilaksis
Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari
KOMPLIKASI
- Perdarahan yang hebat sampai syok
- Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
- Infeksi sekunder
- Perforasi karena tindakan atau keganasan
Pada blighted ovum, ovum yang telah dibuahi berkembang menjadi blastokis dan berimplantasi pada uterus
secara
normal.
Trofoblas
selanjutnya
berkembang
dalam
beberapa
minggu,
tetapi
fetal
pole gagal untuk tumbuh Regresi dari trofoblas yang biasanya terjadi pada minggu ke 8-9 menghentikan
pertumbuhan uterus, menyebabkan menurunnya kadar hCG, progesteron dan estradiol, dan pasien merasa tidak
hamil.
DIAGNOSIS
Diagnosis blighted ovum secara ultrasonografi reatif mudah dan akurat, gestasional sac atau kantong gestasi
biasanya lebih kecil dibandingkan usia kehamilan. Pada kasus yang jarang kantong gestasi berukuran normal atau
lebih besar namun fetal pole dan tanda kehidupan tidak didapatkan. Bentuk dinding gestasional sac tidak spesifik,
bisa bulat, angular atau pipih. Atau tidak ditemukannya fetal pole pada kantong gestasi yang berukuran lebih dari
25 mm. ketebalan trofoblas ireguler dan sebagian perkembangannya sedikit atau tidak ada.
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara
spontan atau setelah pengobatan. Pada awalnya kehamilan tampak normal dengan amenorea, mual dan muntah,
perubahan pada mammae, dan pembesaran uterus. Setelah janin mati dengan atau tanpa perdarahan pervaginam,
gejala subyektif kehamilan menghillang, mammae agak mengendor, uterus tidak lagi membesar bahkan mengecil,
tes kehamilan menjadi negatif. Bila Missed abortion terjadi dalam waktu lama, ukuran uterus aan lebih kecil lagi
akibat absorbs cairan dari dalam kantong kehamilan dan maserasi janin. Dengan USG dapat ditentukan apakah
janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.Penemuan USG: Gestational sac diameter 20 mm
with no fetal pole/yolk sac or < 20 mm with no change 7 days apart or fetal pole > 6 mm with no fetal heart activity
or < 6 mm with no change 7 days apart.
TATALAKSANA
Pada beberapa kasus, Missed abortion dapat diekspulsi secara spontan, dan akan berlangsung sebagaimana
proses abortus spontan lainnya. Jika retensi janin mati mencapai trimester kedua, plasenta dapat melekat erat pada
dinding uterus sehingga jarang terjadi ekspulsi sponttan, dan juga dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
Pengeluaran hasil konsepsi:
1. Secara operatif
Lakukan dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi hasil konsepsi dengan kue tajam, aspirasi vakum atau
keduanya. Pada uterus dengan besar <12 minggu lakukan dilatasi serviks dengan laminaria selama kira-kira
12 jam dalam kanalis servikalis, lalu diperlebar dengan dilatators Hegar sampai cunam ovum atau jari dapat
masuk dalam kavum uteri. Komplikasi: perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, sisa bagian janin atau
plasenta, dan infeksi.
2. Secara medisinalis
Obat yang dipakai sebagai abortifum adalah penghambat sintesis progesterone, menginduksi kontraksi
miometrium, antagonis aksi progesterone atau penghambat perkembangan trofoblas metotreksat, epostan,
prostaglandin, mifepriston, misoprostol (dosis 200 ug 4x1 tab).
DAFTAR PUSTAKA
Logor, SCD, dkk, 2013, TINJAUAN KASUS KEHAMILAN EKTOPIK DI BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO PERIODE 1 JANUARI 2010 31 DESEMBER 2011, Jurnal e-Biomedik (eBM) (1): 1, hlm. 4044.
Manuaba, IBG, dkk, 2010, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB, Jakarta:EGC.
Naylor, CS., 2010, Obstetri-Ginekologi, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Prawirohardjo, S, 2011, Ilmu Kebidanan, Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwno Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S, 2011, Ilmu Kandungan, Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwno Prawirohardjo.
Sucipto, NI, 2013, Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan, dan Penatalaksanaan, CDK Journal
(40):7, hal 492-495.