Anda di halaman 1dari 29

DISIPLIN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Januari 2016

INDUKSI PERSALINAN

DISUSUN OLEH :
Fadhil Mochammad, S.Ked
111 2015 1057

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Syahruni Syahrir, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


DISIPLIN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
BAB I
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Maros
MRS : Tanggal 16 Desember 2016 Jam 22.00
WITA

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Pasien mengatakan keluar air dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan keluar air dari jalan
lahir secara tiba-tiba sejak satu hari yang lalu (15/11/2016). Warna jernih
dan merembes. Ibu mengaku tidak ada keluhan nyeri perut tembus
belakang. Lendir bercampur darah (-). Gerakan janin masih dirasakan aktif
oleh ibu. Riwayat trauma disangkal oleh pasien.
Hari Pertama Haid Terakhir : 7/2/2015
Antenatal Care : Ibu mengatakan periksa kehamilan sebanyak
> 4kali.
Riwayat suntik TT : 2x
Riwayat KB : Tidak menggunakan KB
Riwayat Obstetri : 1. Kehamilan sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat hipertensi (-), DM (-), asma (-),
penyakit jantung (-), riwayat operasi (-), riwayat
trauma (-), riwayat keputihan (-)
Riwayat penyakit keluarga : Di keluarga pasien tidak ada yang menderita
penyakit seperti pasien

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 82 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,80C
Status Generalis
Mata : An -/-, Ikterus -/-, THT dalam batas normal, pembesaran KGB (-)
Jantung : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler +/+, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : luka bekas operasi (-), striae gravidarum (+)
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat +/+
Status Obstetri
Leopold I : Teraba bagian lunak agak bulat tidak
melenting (bokong)
Leopold II : Bagian janin teraba rata sebagai punggung
kiri
Leopold III : Teraba bagian bulat keras dan melenting
sebagai kepala
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP penurunan kepala
4/5
Tinggi Fundus Uteri : 30 cm
Lingkar Perut : 80 cm
Taksiran Berat Janin : 2400 gram
Kontraksi :-
Denyut Jantung Janin : 134 kali/menit
Pemeriksaan Dalam Vagina
Vulva/vagina: tak/tak
Portio: lunak, tebal
Pembukaan: (-)
Ketuban: sdn
Penurunan: Hodge 1
Bagian terdepan: kepala
UUK: sdn
Panggul dalam kesan cukup
Pelepasan lendir (-) darah (-)
Skor Bishop: Pembukaan serviks : 0 (0)
Pendataran Serviks : 0-30 (1)
Penurunan : -3 (0)
Konsistensi : lunak (2)
Position : posterior (0)
Total Nilai :2
Pemeriksaan Cairan Amnion
Tes Nitrazin : (+) kertas lakmus berubah warna dari merah menjadi
biru.
Pemeriksaan USG
USG : Gravid tunggal hidup, presentasi kepala, punggung kiri, plasenta di
fundus,EFW 2572, AFI:9,24 gr, UK : 40W4D

DIAGNOSIS
G1P0A0 gravid 40 minggu 4 hari + Ketuban Pecah Dini
PENATALAKSANAAN
Observasi Kesejahteraan Ibu dan Janin
Observasi HIS, DJJ, tanda infeksi dan tanda inpartu
Cek lab : Darah rutin, CT,BT,GDS HbsAg
Hasil Lab: Hb 11,2 gr %
Lekosit 10.600/mm3
Trombosit 220.000/mm3
HCT 36,7 %
HbsAg (-)
CT : 6 menit 35 detik
BT : 3 menit 25 detik
GDS ;120mg/dl
Pasang IVFD RL 28 tpm
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
Induksi persalinan (Misoprostol 25 mcg /Vagina)
Induksi persalinan dengan drips 5 IU Oksitosin dalam 500 cc D5%
dimulai 8 tpm dinaikkan 4 tetes/30 menit, dipertahankan 12 tetes.
BAB II
PEMBAHASAN

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah ketuban pecah sebelum proses


persalinan berlangsung. Terdapat dua macam kemungkinan ketuban
pecah dini, yaitu premature rupture of membrane dan preterm premature
rupture of membrane. Kedua gejalanya sama, yaitu keluarnya cairan jernih
dan tidak ada keluhan sakit, baru setelah itu akan terasa sakit karena
adanya kemungkinan kontraksi. Pada pasien ini didapatkan dari hasil
anamnesis bahwa telah keluar air jernih dari jalan lahir sejak dua hari yang
lalu dan mengaku bahwa tidak ada rasa nyeri perut tembus ke belakang.
Pada kasus ini dapat digolongkan pada premature rupture of membrane
dikarenakan usia kehamilan telah memasuki 37 minggu.
Untuk memastikan diagnosis KPD maka harus dilakukan beberapa
pemeriksaan berupa pemeriksaan inspekulo untuk melihat adanya cairan
ketuban yang keluar dari kavum uteri. Serta memastikan cairan tersebut
apakah betul-betul merupakan cairan ketuban dengan tes lakmus (tes
nitrazin). Pada pasien ini kertas lakmus yang awalnya berwarna merah
berubah warna menjadi biru, hal ini menandakan bahwa hasil tes positif air
yang keluar dari jalan lahir merupakan air ketuban.
Tentukan tanda-tanda persalinan dan skor bishop. Pada pasien ini
suhu ibu febris yaitu 37,9oC tetapi air ketuban masih jernih dan belum
berbau. Leukosit darah meningkat yaitu 16.600/mm 3. Denyut jantung janin
158 kali per menit, , adapun poin-poin yang dapat dinilai dari skor bishop
adalah sebagai berikut.
Skor
Faktor
0 1 2 3
Pembukaan
0 1-2 3-4 5
serviks (cm)
Pendataran
0-30 40-50 60-70 80
serviks (%)
Penurunan
-3 -2 -1 atau 0 +1 atau +2
Kepala
Konsistensi
Keras Medium Lunak -
serviks
Posisi/arah
Posterior Medial Anterior -
serviks

Total skor bishop yaitu 2. Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai


dengan kehamilan aterm yaitu pasien datang dengan keluhan keluar air
dan dilakukan pemerikasaan didapatkan diagnosis KPD > 12 jam, maka
diberikan injeksi antibiotik berupa ceftriaxone 1 gram/8 jam. Pada pasien
ini dilakukan terminasi dengan rencana persalinan pervaginam, untuk
mempercepat terminasi kehamilan dilakukan induksi misoprostol 25 mcg
karena skor bishop 2. oksitosin drip 5 Unit dalam 500 cc D5% dimulai
dengan 8 tetes/menit dinaikkan 4 tetes/30 menit dipertahankan hingga 12
tpm.. Setelah kurang lebih 11 jam pemberian oksitosin pasien akhirnya
partus pervaginam.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1. PENDAHULUAN
P
ersalinan adalah sebuah proses dimana terjadi perpindahan bayi
dari lingkungan intrauterine ke ekstrauterin. Persalinan adalah sebuah
diagnosis klinis yang didefinisikan dengan dimulainya dan pengulangan
kontraksi secara terus menerus dengan tujuan untuk mendapatkan
dilatasi dan penipisan serviks. Induksi persalinan adalah proses dimana
kontraksi uterus dimulai dengan bantuan farmakologi medis atau
tindakan medis sebelum onset persalinan normal.

Induksi persalinan merujuk dimana kontraksi uterus diawali secara


medis maupun bedah sebelum terjadinya partus spontan. Berdasarkan
studi-studi terkini, rasionya bervariasi dari 9,5 33,7% dari semua
kehamilan setiap tahun. Pada keadaan serviks yang tidak matang, jarang
terjadi keberhasilan partus pervaginam. Dengan demikian, pematangan
serviks atau persiapan induksi harus dinilai sebelum pemilihan terapi.1

Dalam duadecade terakhir, angkan induksi persalinan di Amerika


Serikat telah bertambah dua kali lipat dari sebelumnya, dengan lebih dari
22% dari semua wanita hamil menjalani induksi persalinan. Induksi
persalinan sebaiknya dipertimbangkan ketika keuntungan bagi ibu dan
bayi yang diberikan melebihi dari kerugian yang mungkin terjadi.
Masalah ini harus didiskusikan dengan sang ibu sebelum dimulainya
induksi persalinan. Beberapa hal yang wajib didiskusikan antara lain
2,3
adalah indikasi, risiko dan keuntungan yang didapat.
III.2. DEFINISI
Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang

belum
inpartu, baik secara operatif maupun medicinal, untuk merangsang
timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan
berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada akselerasi
persalinan tindakan-tindakan tersebut untuk wanita hamil yang sudah
3
inpartu.

Serviks sendiri terdiri jaringan ikat longgar dan padat. Komponen


utama dari jaringan ikat ini adalah kolagen dengan sejumlah jaringan
elastis. Selain jaringan ikat, terdapat jaringan otot dalam jumlah yang
tidak banyak. Kolagen terdiri dari serat padat regular yang tersusun
dalam kesatuan parallel yang terkait satu sama lain dengan tautan
silang, serta terdapat beberapa sel mast dan sel inflamasi lain yang
tersebar. Substansi dasar jaringan ikat ini adalah proteoglikan
kompleks terdiri dari rantai glikosaminoglikan (GAG) sebagai protein inti
dan tertaut dengan kuat pada rantai asam hyaluronik. GAG yang
dominan terdapat di serviks adalah dermatan sulfat, dimana keduanya
terdiri atas asam hyaluronik yang menyebabkan sifatnya menjadi
hidrofilik. Fibroblast dengan banyak tonjolan sitoplasmik menjalar dari
satu serat ke serat lain, membentuk celah miometrial pada substansi
dasarnya. Dengan bertambahnya usia kehamilan, vaskularisasi
bertambah dan menyebabkan leukosit dan makrofag bermigrasi keluar
pembuluh darah ke dalam stroma serviks. Proses inflamasi yang terjadi
menyebabkan reduksi dari jumlah kolagen dan peningkatan relatif pada
asam glukoronat dan GAG heparin sulfat. Pemecahan enzimatik dari
serat kolagen ini oleh koleagenase dan matrix metalloproteinase oleh
7,8
fibroblast dan leukosit menyebabkan pelunakan dari serviks.
Persalinan induksi merupakan tindakan yang banyak dilakukan untuk
mempercepat proses persalinan. Persalinan induksi dengan menambah
kekuatan dari luar tidak boleh merugikan ibu dan janinnya dalam usaha
menuju well born baby dan well health mother, sehingga diperlukan
indikasi yang tepat, waktu yang baik, dan disertai evaluasi yang cermat.
Disamping itu, untuk menanggapi atau menghadapi komplikasi dan
tindakan lebih lanjut, induksi persalinan harus dilakukan di rumah sakit
yang memiliki fasilitas tindakan operasi.4
Tujuan tindakan tersebut ialah mencapai his 3 kali dalam 10 menit,
lamanya 40 detik. 13

III.3. TUJUAN INDUKSI


Tujuan melakukan induksi antara lain :

Mengantisipasi hasil yang berlainan sehubungan dengan kelanjutan


kehamilan

Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan


serviks dan penurunan janin tanpa menyebabkan hiperstimulasi uterus
atau komplikasi janin

Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin


dan memaksimalkan kepuasan ibu.12

III.4. ETIOLOGI
Induksi persalinan dilakukan karena :
Kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih dari
sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan yang melebihi
waktu 42 minggu, belum juga terjadi persalinan. Permasalahan kehamilan
lewat waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai
kematian janin dalam rahim.2
Makin menurunnya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan :13

1. Pertumbuhan janin makin melambat.


2. Terjadi perubahan metabolisme janin.
3. Air ketuban berkurang dan makin kental.
4. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
Kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali lebih beresiko
dibandingkan dengan kehamilan aterm.13
Komplikasi kehamilan lewat waktu :
Letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan
perdarahan post partum. Pada kehamilan lewat waktu perlu diperhatikan
dalam penanganan sehingga hasil akhir menuju well born baby dan well
health mother dapat tercapai.13
Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si
ibu terkena infeksi serius atau menderita diabetes. Wanita diabetes yang
hamil memiliki resiko komplikasi. Tingkat kompliksai secara langsung
berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan selama
kehamilan dan dipengaruhi oleh kompliksai diabetik sebelumnya,
meliputi:12
1. Aborsi spontan (berhubungan dengan kontrol glikemi yang buruk pada
saat konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan).
2. Hipertensi akibat kehamilan, mengakibatkan terjadinya preklampsi dan
eklampsi.
3. Infeksi :
Terutama infeksi vagina, infeksi traktus urinarius, infeksi ini bersifat
serius karena dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin dan
ketoasidosis, sering pada trimester dua dan tiga, yakni satu efek
diabetogenik pada kehamilan yang paling besar karena resistensi insulin
meningkat. Dapat mengancam kehidupan dan mengakibatkan kematian
bayi, mengakibatkan cacat bawaan. Ukuran janin terlalu kecil, bila
dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan
beresiko/membahayakan hidup janin/kematian janin.
Membran ketuban pecah sebelum adanya tanda-tanda awal
persalinan (ketuban pecah dini). Ketika selaput ketuban pecah,
mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion.
Temperatur ibu dan lendir vagina sering diperiksa (setiap satu sampai dua
jam) untuk penemuan dini infeksi setelah ketuban ruptur. Bawaan ukuran
janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga
akan beresiko/membahayakan hidup janin/kematian janin. 5
Mempunyai riwayat hipertensi. Gangguan hipertensi pada awal
kehamilan mengacu berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan
tekanan darah maternal disertai resiko yang berhubungan dengan
kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi, eklamsia, dan hipertensi sementara
merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan
pregnancy-induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan
penyakit yang sudah ada sebelum hamil. Preeklamsia merupakan suatu
kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20
pada wanita yang memiliki tekanan darah normal. Preeklamsia merupakan
suatu penyakit vasospastik, yang ditandai dengan hemokosentrasi,
hipertensi, dan proteinuria. Tanda dan gejala dari preeklamsi ini timbul
saat masa kehamilan dan hilang dengan cepat setelah janin dan plasenta
lahir. Kira-kira 85% preeklamsia ini terjadi pada kehamilan yang pertama.
Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, gangguan pembuluh darah otak,
gangguan penglihatan (skotoma), perubahan kesadaran mental dan
tingkat kesadaran.12
Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai
tanda dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat terjadi tanpa
didahului ganguan neurologis.11
Hipertensi sementara adalah perkembangan hipertensi selama masa
hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklamsia atau hipertensi
kronis lainnya.Hipertensi kronis didefenisikan sebagai hipertensi yang
sudah ada sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum kehamilan
mencapai 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari enam minggu
pascapartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis. 12

III.5. INDIKASI INDUKSI PERSALINAN


A. Indikasi Janin :
1. Kehamilan lewat waktu
2. Ketuban pecah dini
3. Janin mati11,13
B. Indikasi Ibu:
1. Kehamila lewat waktu
2. Kehamilan dengan hipertensi
3. Kehamilan dengan diabetes11,13
III.6. KONTRA INDIKASI
1. Disproporsi sefalopelvik
2. Insufisiensi plasenta
3. Malposisi dan malpresentasi
4. Plasenta previa
5. Gemelli
6. Distensi rahim yang berlebihan
7. Grande multipara
8. Cacat rahim11,12,13
Untuk janin yang masih dalam kandungan, pertimbangannya adalah
kondisi ekstrauterin akan lebih baik dari pada intrauterin, atau kondisi
intrauterin tidak lebih baik atau mungkin membahayakan.
Untuk ibu, pertimbangannya adalah menghindari / mencegah /
mengatasi rasa sakit atau masalah-masalah lain yang membahayakan
nyawa ibu.
Indikasi janin, misalnya: kehamilan lewat waktu (postmaturitas),
inkompatibilitas Rh. Pada saat usia kehamilan postmatur, diatas 10 hari
lebih dari saat perkiraan partus, terjadi penurunan fungsi plasenta yang
bermakna, yang dapat membahayakan kehidupan janin (gangguan
sirkulasi uteroplasenta, gangguan oksigenasi janin). Indikasi ibu, misalnya:
kematian janin intrauterin. Indikasi ibu dan janin, misalnya, preeklamsia
berat.11

III.7. MACAM- MACAM INDUKSI PERSALINAN


1. Medicinal
a. Infus Oksitosin
b. Prostaglandin
c. Cairan hipertonik intrauterin12
2. Manipulatif / tindakan
a. Amniotomi
b. Stripping of the Membrane
c. Pemakaian rangsangan listrik
d. Rangsangan pada puting susu5,11

III.8. CARA INDUKSI PERSALINAN


Induksi partus dapat dilakukan dengan berbagai cara
1. Secara Medis
a. Infus oksitosin
Dewasa ini telah ada oksitosin sintesis (bebas dari faktor
vasopresin) yaitu sintosinon dan pitosin. Dalam pemberian oksitosin
perlu diingat bahwa enzim oksitosinase yang diproduksi di plasenta
dapat menginaktifkan secara cepat oksitosin yang diberikan itu.
Oksitosinase diperkirakan bekerja sebagai pelindung kehamilan.
Kadar oksitosinase dalam plasma wanita hamil meningkat dengan
tuanya kehamilan oksitosinase dalam plasma wanita hamil meningkat
dengan tuanya kehamilan dengan kadar yang bervariasi hingga
menimbulkan keadaan kehamilan yang bervariasi pula seperti abortus
iminens, partus prematur dsb. Peranannya dalam klinik masih tetap
belum ditentukan.11
Agar infuse oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan
tidak memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka
diperlukan syarat syarat sebagai berikut:
A. Kehamilan aterm
B. Ukuran panggul normal
C. Tak ada CPD
D. Janin dalam presentasi kepala
E. Servik telah matang (portio lunak, mulai mendatar dan sudah mulai
membuka)
Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai score Bishop, yaitu
bila nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar
akan berhasil.13
Tabel 1. Skor Pelvik menurut Bishop 5,11,12,13

Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6
Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Penurunan kepala -3 -2 -1,0 +1 +2
diukur dari Hodge III
(cm)
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks Ke Searah Ke arah
belakang sumbu depan
jalan lahir

Teknik infuse oksitosin


1) Semalam sebelum infuse oksitosin, hendaknya klien sudah
tidur dengan nyenyak.
2) Pagi harinya penderita diberi pencahar (Kandung kemih dan
rektum dikosongkan)
3) Infuse oksitosin hedaknya dikerjakan pada pagi hari dengan
observasi yang baik.
4) Disiapkan cairan dextrose 5% 500 ml yang diisi dengan 5 unit
oksitosin.
5) Cairan yang sudah disiapkan mengandung 5 U oksitosin ini
dialirkan secara intravena melalui saluran infuse dengan jarum
no 20 G.
6) Jarum suntik intravena dipasangkan di vena bagian volar
lengan bawah
7) Tetesan permulaan di buat agar kadar oksitosin berjumlah 2m
U permenit.
8) Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam setiap 15 menit. Bila
dalam waktu 15 menit ini HIS tetap lemah, tetesan dapat
dinaikan. Umumnya tetesan maksimal diperbolehkan sampai
mencapai kadar oksitosin 30-40 tetes/menit, maka berapapun
kadar oksitosin yang dinaikan tidak akan menimbulkan
tambahan kekuatan kontraksi lagi. Sebaiknya infuse oksitosin
dihentikan.
9) Penderita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat
untuk kemungkinan timbulnya tetania uteri, maupun tanda-
tanda gawat janin.
10)Bila kontraksi timbul secara teratur dan adekuat , maka kadar
tetesan oksitosin dipertahankan. Sebaliknya bila tejadi
kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat
dikurangi atau sementara dihentikan.
11) Infuse oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai
persalinan selasai yaitu sampai satu jam sesudah lahirnya
plasenta.
12)Evaluasi kemajuan janin pembukaan serviks dapat dilakukan
dengan periksa dalam bila HIS telah kuat dan adekuat. Pada
waktu pemberian infuse oksitosin bila ternyata kemudian
persalinan telah berlangsung, maka infuse oksitosin
dilanjutkan sampai pembukaan lengkap. Segera setelah kala II
dimulai, maka tetesan infuse oksitosin dipertahankan dan ibu
di pimpin mengejan atau dipimpin dengan persalinan buatan
sesuai dengan indikasi yang ada pada waktu itu. Tetapi bila
sepanjang pemberiaan infuse oksitosin timbul penyulit pada
ibu maupun janin. Maka infuse oksitosin harus segera
dihentikan dan kehamilan segera diselesaikan dengan seksio
sesarea.4,5
Bahaya pemberian infus oksitosin :

Aktivitas miometrium yang sangat meningkat.


Hiperkontraktilitas yang timbul 5 menit atau lebih dapat
menimbulkan tekanan intrauterin lebih 25 mmHg dan ini
dapat mempengaruhi pengaliran oksigen ke janin.
Ruptur uterus terjadi pada grande multipara atau bekas
seksio saesarea, miomektomi atau bila ada disporporsi
fetopelvik.
Intoksikasi air. Pemberian infus oksitosin dengan cairan
bebas elektrolit dalam waktu yang lama membuat penderita
mengandung air lebih banyak oleh karena oksitosin dalam
dosis 50 m U/ menit bekerja sebagai anti diuretik.
Seksio saesarea pada distosia disebabkan kelainan his
dilakukan pada :
- Pembukaan tidak ada kemajuan.
- Serviks yang sudah datar dan tipis menjadi tebal,
bengkak dan biru.
- Tidak ada kemajuan dengan pemberian oksitosin
secara hati hati.
- Air ketuban bercampur mekonium pada letak kepala
dan denyut jantung janin menjadi lambat.
- Mulai adanya febris, takikardi, preeklampsia. 4,5
b. Prostaglandin
Prostagladin dapat merangsang otok otot polos termsuk juga
otot-otot rahim. Prostagladin yang spesifik untuk merangsang otot
rahim ialah PGE2 dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan dapat
diberikan secara intravena, oral. Pada kehamilan aterm, induksi
persalinan dengan prostagladin cukup efektif. Pengaruh sampingan
dari pemberian prostaglandin ialah mual, muntah, diare. 13
c. Induksi persalinan dengan Misoprostol
P
ada keadaan serviks yang belum matang dan kurang
mendukung, proses pematangan tentulah sangat perlu
dipertimbangkan sebelum melakukan induksi. Misoprostol selain
memiliki efek uterotoniknya juga memiliki efek pada serviks yang
sangat berguna pada serviks denga skor bishop kurang dari 5. Meta
analisis dari database Cochrane menyimpulkan bahwa misoprostol
vagina lebih efektif untuk menginduksi persalinan dibandingkan
dengan metode konvensional menggunakan oksitosin. Namun efek
samping yang paling ditakuti adalah hiperstimulasi sehingga perlu
pengawasan ketat dan dibutuhkan studi-studi lanjutan. Juga
didapatkan angka kegagalan induksi yang lebih rendah sehingga
9
didapatkan pula angka seksio sesaria yang rendah.

Efek biokimia yang diketahui terjadi pada serviks adalah


berkurangnya kolagen, peningkatan solubilitas kolagen, dan
peningkatan kolagenase. Prostaglandin analog telah dibuktikan
memiliki funsgsi dalam pematangan serviks. Misoprostol mengurangi
kandungan hidroksipolin pada serviks gravid. Perubahan histokimia
yang terjadi pada serviks gravid setelah penggunaan misoprostol
telah dipelajari dalam studi menggunakan mikroskop electron dan
penilaian ambilan prolin. Hasil yang didapatkan adalah kandungan
kolagen yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Diameter kolagen juga disebutkan lebih rendah. Ini mengindikasikan
bahwa misoprostol bekerja pada jaringan ikat, dengan adanya bukti
10
disintegrasi dan disolusi kolagen.

P
roses pematangan sendiri juga dimediasi oleh respon
inflamasi. Misoprostol sebagai analog prostaglandin dapat
meningkatkan permeabilitasn vascular dan memfasilitasi influx dari
sel inflamasi seperti neutrophil dan makrofag. Respon inflamasi ini
meningkatkan jumlah enzim matriks metalloproteinase dan
mengakibatkan degradasi kolagen yang berujung pada pelunakan
3,10
serviks.
Karakteristik misoprostol
Misop
rostol adalah obat yang digunakan untuk
pencegahan ulkus gaster akibat obat antiinflamasi non steroid,
untuk kematian janin dalam kandungan, mengeluarkan
konsepsi pada abortus dini serta saat ini banyak digunakan
sebagai induksi persalinan. Secara farmakologis misoprostol
adalah prostaglandin E1 sintetis analog (PGE1 analog). Misoprostol
tersedia hampir di semua Negara dalam sediaan tablet 100 atau 200
g. Misoprostol diabsorpsi secara baik dan melewati deesterifikasi
cepat oleh hati untuk kemudian menjadi bentuk asam bebas, yang
bermain dalan efek klinisnya nanti. Tidak seperti struktur dasarnya,
bentuk asam bebas ini dapat dideteksi dalam plasma. Misoprostol
dikembangkan dalam beberapa regimen untuk beberapa rute
penggunaan, seperti tablet, sediaan vaginal, supositoria, sublingual
dan bukal. Masing masing regimen memiliki farmakokinetik dan
farmakodinamik tersendiri. Prostaglandin E natural telah terbukti
memiliki efek untuk menghambat sekresi asam lambung dan
kontraksi otot polos. Misoprostol berbeda dengan prostaglandin E
alami dalam hal struktur metyl esternya pada rantai karbon 1, rantai
metyl pada karbon 16 dan hidroksil pada karbon 16. Struktur ini
bertanggung jawab terhadap sifatnya sebagai antisekretorik gaster.
Sifat uterotonik dan pelunakan serviks dari misoprostol pada jalan
lahir pada mulanya hanya dianggap sebagai efek samping
10
dibandingkan dengan efek terapeutiknya.

E
fek yang terjadi pada pemberian misoprostol oral dosis
tunggal adalah peningkatan tonus intrauterine. Dengan penggunaan
yang berulan dan teratur maka efek kontraksi regulernya baru akan
muncul. Konsentrasi plasma dari misoprostol sangat dibutuhkan
untuk mendapatkan kontraksi yang reguler. Kontraksi regular sangat
diperlukan untuk keberhasilan induksi atau proses aborsi. Pada
serviks, analog prostaglandin mengurangi hidroksipolidin dari serviks,
10
disintegrasi dan disolusi kolagen sehingga serviks dapat melebar.

B
eberapa percobaan klinis membuktikan jika penggunaan
misoprostol per vagina lebih efektif dibandingkan dengan penggunan
3,6,10
oral.

B
erbanding terbalik dengan penggunaan oral, konsentrasi
plasma pada penggunaan per vagina bertambah secara bertahap,
mencapai level maksimal setelah 70-80 menit. Kemudian secara
pelan konsentrasinya berkurang, dengan level yang masih dideteksi
sampai 6 jam setelah penggunaan pertama. Bioavailabilitas dari
misoprostol pervaginam juga lebih tinggi dibandingkan penggunaan
6
oral, sublingual dan rektal.

Prosedur penggunaan misoprostol untuk induksi persalinan :


1. Buat prosedur tetap penggunaan misoprostol, termasuk
prosedur bila ada penyulit
2. Pertindik yang dimengerti dan disetujui, pertindik ini juga
berisi informasi mengenai status off-labelnya
3. Pemeriksaan kardiotopografi, sebelumnya harus normal
4. Harus dengan syarat, indikasi dan kontra indikasi yang jelas
dan bukan untuk akselerasi. Periksa sendiri hasil rekaman
kardiotopografi dan skor pelvis
5. Dosis 25-50 mcg tiap 6 sampai 8 jam pervaginam maksimal
4 x pemberian. Pemberian oral dianjurkan dengan dosis
yang sama.
6. Jangan melakukan manipulasilain misalnya pemberian
uteritonika lain ataupun kristeler
Indikasi pemberian misoprostol :
Semua keadaan yang memerlukan terminasi kehamilan, misalnya:
1. Kehamilan lewat waktu
2. Intra uterin fetal death (IUFD)
3. Preeklampsi/eklampsi
4. KPP
5. Kehamilan dengan penyakit tertentu misalnya diabetes
militus, KP, asma5,12,13

d. Cairan hipertonik intra uteri


Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk
merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati.
Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam
hipertonik 20% , urea dan lain-lain. Kadang-kadang pemakaian
urea dicampur dengan prostagladin untuk memperkuat rangsangan
pada otot-otot rahim. Cara ini dapat menimbulkan penyakit yang
cukup berbahaya, misalnya hipernatremia, infeksi dan gangguan
pembekuan darah.13

2. Secara manipulatif
a. Amniotomi
Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan
ketuban baik di bagian bawah depan (fore water) maupun dibagian
belakang ( hind water ) dengan suatu alat khusus (drewsmith
catheter). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana
pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi
rahim.5,12,13

Beberapa teori mengemukakan bahwa :

- Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40%


sehingga tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk
membuka serviks.
- Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam
rahim kira kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan,
sehingga berkurangnnya oksigenesi otot- otot rahim dan
keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim.
- Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan
dinding serviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf
syaraf yang merangsang kontraksi rahim.

Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada


tanda tanda permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan
cara cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya dengan
inpus oksitosin.
Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit penyulit
sebagai berikut :
- Infeksi
- Prolapsus funikuli
- Gawat janin
- Tanda tanda solusio palsenta ( bila ketuban sangat banyak
dan dikeluarkan secara tepat). 5,12,13

Tehnik amniotomi :

Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan


kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis. Setelah
kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah
sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap kearah
atas. Tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus kedalam
jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam.
Ujung pengait diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah
tangan yang didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi
pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput
ketuban. Selain itu menusukkan pengait ini dapat juga dilakukan
dengan satu tangan, yaitu pengait dijepit diantara jari tenga nh dan
jari telunjuk tangan kanan, kemudian dimasukkan kedalam jalan
lahir sedalam kanalis servikalis. Pada waktu tindakan ini dikerjakan,
seorang asisten menahan kepala janin kedalam pintu atas panggul.
Setelah air ketuban mengalir keluar, pengait dikeluarkan oleh
tangan kiri, sedangkan jari tangan yang didalam melebar robekan
selaput ketuban. Air ketuban dialirkan sedikit demi sedikit untuk
menjaga kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat, bagian
bagian kecil janin, gawat janin dan solusio plasenta. Setelah selesai
tangan penolong ditarik keluar dari jalan lahir. 5,12,13
b. Melepas selaput ketuban dan bagian bawah rahim ( stripping of the
membrane)
1. Yang dimaksud dengan stripping of the membrane, ialah
melepaskan ketuban dari dinding segmen bawah rahim secara
menyeluruh setinggi mungkin dengan jari tangan. Cara ini
dianggap cukup efektif dalam merangsang timbulnya his.
2. Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan
ini, ialah :
- Serviks yang belum dapat dilalui oleh jari.
- Bila didapatkan persangkaan plasenta letak rendah, tidak
boleh dilakukan.
- Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggul. 11,12,13

c. Pemakaian rangsangan listrik


Dengan dua electrode, yang satu diletakkan dalam servik,
sedangkan yang lain ditempelkan pada dinding perut, kemudian
dialirkan listrik yang akan memberi rangsangan pada serviks untuk
menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk alat ini bermacam macam,
bahkan ada yang ukurannya cukup kecil sehingga dapat dibawa
bawa dan ibu tidak perlu tinggal di rumah sakit. Pemakaian alat ini
perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien. 13
d. Rangsangan pada puting susu (breast stimulation )
Sebagaimana diketahui rangsangan puting susu dapat
mempengaruhi hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosin
sehingga terjadi kontraksi rahim. Dengan pengertian ini maka telah
dicoba dilakukan induksi persalinan dengan merangsang puting susu.
Pada salah satu puting susu, atau daerah areola mammae dilakukan
masase ringan dengan jari si ibu. Untuk menghindari lecet pada daerah
tersebut, maka sebaiknya pada daerah dapat jam 1 jam, kemudian
istirahat beberapa jam dan kemudian dilakukan lagi, sehingga dalam 1
hari maksimal dilakukan 3 jam. Tidak dianjurkan untuk melakukan
tindakan ini pada kedua payudara bersamaan, karena ditakutkan
terjadi perangsangan berlebihan. Menurut penelitian di luar negeri cara
induksi ini memberi hasil yang baik. Cara cara ini baik sekali untuk
melakukan pematangan serviks pada kasus kasus kehamilan lewat
waktu.13

III.9. PATOFISIOLOGI
Induksi persalinan dilakukan pada kehamilan lewat waktu, adanya
penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes,
kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat
penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor
terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap
rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim
tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau
kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat
waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal.
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan
kemudian mulai menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan dengan
adanya penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. 5,12,13

III.10. MANIFESTASI KLINIK


Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi
akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat
mendadak sehingga mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim yang
berlebihan, itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan ketat
dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa
sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses
induksi kemudian dilakukan operasi caesar. 13

III.11. KOMPLIKASI
Induksi persalinan dengan pemberian oksitosin dalam infuse
intravena jika perlu memecahkan ketuban, cukup aman bagi ibu apabila
syarat syarat di penuhi. Kematian perinatal agak lebih tinggi daripada
persalinan spontan, akan tetapi hal ini mungkin dipengaruhi pula oleh
keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan.
Kemungkinan bahwa induksi persalinan gagal dan perlu dilakukan seksio
sesarea, harus selalu diperhitungkan. 5,12,13
DAFTAR PUSTAKA

1. Ben-zion Taber MD. Ilmu Kebidanan: Patologi & fisiologi persalinan.


Gunawan dTSdJ, editor. Jakarta: EGC; 1994. 368-70 p.
2. Ibu Bersalin Patologi pada Ketuban Pecah Dini di RS. Roemani Semarang.
Asuhan Kebidanan. 2011.

3. Soewarto S. Ketuban Pecah Dini. In: Prof. dr. Abd. Bari Saifuddin M,
SpOG(K), editor. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2011. p. 677-82.
4. Cunningham., Gary et-al. Williams Obstetrics. 23 rd Edition. New York: Mc
Graw Hill, 2010.

5. Manuaba I.B.G. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi


dan Keluarga Berencana.Jakarta: EGC;2001
6. Prof. dr. I.B.G. Manuaba SK. Ketuban Pecah Dini. Pengantar Kuliah Obstetri.
1 ed. Jakarta: EGC; 2007. p. 456-8.
7. Tanya M. Medina MD, D. Ashley Hill, M.D. Preterm Premature Rupture of
Membranes: Diagnosis and Management. Am Fam Physician. 2006;4:659-64.
8. Wiknjosastro GH. Plasenta dan Cairan Amnion. In: Prof. dr. Abd. Bari
Saifuddin M, SpOG(K), editor. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2011. p. 148-56.
9. Jason K Baxter M, MS. Oligohydramnios Imaging. Medscape. 2016.
10. Prof. Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo S. Ultrasonografi dalam Obstetri. In: Prof.
dr. Abd. Bari Saifuddin M, SpOG(K), editor. Ilmu Kebidanan. 4 ed. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011. p. 268-9.
11. Prof. dr. I.B.G. Manuaba. Kepaniteraan Obstetri & ginekologi 2 ed.
12. Dr. Achadiat C.M. Prosedur Tetap Obstetri & ginekologi.ECG

13. Oxorn H. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan.ECG


1
0

Anda mungkin juga menyukai