November 2011
Halaman
PENDAHULUAN 1
TIM TRANSPORTASI. 2
MODEL TRANSPORTASI....... 2
KELENGKAPAN....... 3
DOKUMENTASI .. 5
T-TEMPERATUR ..... 7
AIRWAY ... 9
B-BLOOD PRESSURE . 10
SIMPULAN .. 11
PENDAHULUAN
Transportasi neonatus memiliki tujuan utama yaitu untuk memberikan terapi atau penanganan
lanjutan di tempat yang dituju serta melakukan pengawasan selama dilakukan transportasi
sehingga neonatus tersebut dalam keadaan aman dan mempunyai hasil akhir yang lebih baik
dalam perawatannya. Transportasi antara rumah sakit sangat diperlukan pada neonatus yang
memiliki resiko tinggi di tempat pelayanan rumah sakit yang tidak mempunyai sarana
prasarana yang memadai. Idealnya seorang wanita yang ingin melahirkan dengan resiko pada
bayinya haruslah melahirkan di tempat rumah sakit yang memiliki sarana prasarana serta tim
medis yang mampu, sehingga neonatus yang mempunyai resiko tinggi dapat dilakukan
tindakan stabilisasi yang baik bilamana diperlukan. 1,2
Transportasi ke antar rumah sakit memerlukan tindakan stabilisai awal sebelum dilakukan
transportasi, dan rumah sakit awal harus menghubungi rumah sakit yang akan dikirim apakah
sudah siap dengan neonatal intensive care unit (NICU) untuk menangani penerimaan.1,2
Kriteria neonatus untuk di lakukan transportasi pertama tama haruslah dilihat kemampuan
rumah sakit yang akan menerima dapat menangani keadaan atau resiko yang ada pada
neonatus tersebut. American Academy of Pediatric menetapkan kriteria neonatus yang harus
dirawat di NICU antara lain adalah :1
1. Prematur atau berat badan < 1.500 gr
2. Usia gestasi < 32 minggu
3. Respiratory distress yang memerlukan pemakaian ventilator
4. Kejang
5. Adanya anomali kongenital yang menghambat metabolisme
6. Gangguan jangtung kongenital atau terjadinya aritmia yang memerlukan penanganan
jantung
7. Hipoksia dan inskemik injury
8. Semua keadaaan lain yang memerlukan penanganan khusus contohnya :
a. Hiperbilirubin yang memerlukan transfusi exchange
b. Neonatus deengan ibu yang diabetes
c. Hambatan pertumbuhan intra uterin yang gawat
d. Berat badan 1500 2000 gr dengan gestasi < 36 minggu
1
2
e. Seluruh keadaan lain yang memerlukan penanganan yang tidak dapat dilakukan
ditempat awal.
3. KELENGKAPAN
Kelengkapan dibagi menjadi kelengkapan
tim, kelengkapan pada kendaraan transportasi dan kelengkapan obat obatan yang akan
digunakan.1,2,3,14,16
a. Kelengkapan tim transportasi
1. Inkubator
2. Alat suction
3. Infusion pumps
4. Adaptors untuk alat medis
5. Peralatan untuk airway
6. Laryngoscope no 0 dan 1
7. Magill forceps
8. Instrumentasi untuk selang dada dan catheter vaskular
9. Stetoscope
10. Peralatan untuk oksigen, penghangat dan sumber listrik
b. Kelengkapan didalam kendaraan transportasi
Ambulance : pada kendaraan ambulance hatus diperhatiakan seluruh kelengkapan
dr kendaraan untuk keamanan tim dan pasien, serta saat mengendarai harus
diperhatikan kecepatannya, diperhatikan juga pengaturan tempat duduk, tempat
troli, cahaya penerangan, ketersediaan oksigen.
Kelengkapan alat alat untuk keperluan neonatus didalam ambulance haruslah
tersedia yaitu ;
1. Swabs alkohol
2. Swabs betadine
3. Chest tube no 10 dan 12
4. Face mask
5. Kassa
6. Sarung tangan steril
7. Abocath no 22 dan 24
8. Spuit
9. Gel lubrikasi
10. Ett no 2,5 3,5 dan 4 mm
11. Selang oksigen
12. Ngt
4
4. DOKUMENTASI
Seluruh kelengkapan dokumentasi harus tersedia dengan lengkap yang menyatakan secara
lengkap keadaan pada neonatus disertai segala resikonya dan sarana prasarana yang dapat
diberikan. Hal ini juga dilakukan guna menghindari terjadinya tuduhan malpraktik dan untuk
keperluan asuransi. 1,2,14
PENANGANAN STABILISASI MEDIS SEBELUM DILAKUKAN TRANSPORTASI
Selama transportasi, neonatus yang sakit kritis tersebut sangat rentan terkena rangsang yang
berbahaya, seperti suara, goncangan, dan ketidakstabilan temperatur, dimana semua hal
tersebut dapat menambah ketidakstabilan neonatus yang sedang berusaha mempertahankan
homeostasis tubuhnya.Faktor-faktor yang menentukan morbiditas dan mortalitas diantaranya
asidosis, karbondioksida, tekanan darah, glukosa, dan suhu.1,2,14
Selama proses tranportasi neonatus, seluruh faktor tersebut sedapatnya harus dijaga dalam
batas normal agar dapat meminimalisasi efek samping. Hingga saat ini, mengingat
keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan, maka proses transportasi neonatus masih
merupakan tantangan.1,4
Stabilisasi adalah mengidentifikasi faktor-faktor, yang apabila tidak dikoreksi akan
memperburuk keadaan dari neonatus. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilisasi tersebut
diantaranya:1,5,15
- Pemeliharaanventilasidanoksigenasi :
- Pemantauankardiovaskuler
- Pemantauansuhu
- Pemantauanmetabolik antara lain kadar glukosa
- Pemeliharaan akses vena ataupun arteri yang sesuai
- Pemakaian antibiotik yang sesuai
- Pemakaian selang lambung dengan indikasi yang sesuai
- Penggunaan foto radiology yang diperlukan bila tersedia
S-SUGAR
Adalah langkah untuk menstabilkan kadargula darah neonatus. Hipoglikemia adalah keadaan
dimana kadar glukosa darah tidak dapat mencukupi kebutuhan tubuh. Hipoglikemia
berhubungan dengan keluaran neurologis yang buruk. Percobaan pada hewan menunjukkan
bahwa kejadian hipoglikemik yang bersamaan dengan hipoksik-iskemik menunjukkan daerah
infark yang lebih besar dan menunjukkan angka keselamatan yang lebih rendah. Pada
neonatus kadar glukosa darah harus dipertahankan pada kadar 50-110 mg/dl.3,7,8,19
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk stabilisasi gula darah neonatus adalah
1. Tidak memberikan makanan perenteral.
Kebanyakan neonatus yang perlu ditransportasi terlalu sakit untuk mentoleransi makanan
peroral. Pada bayi sakit, sebaiknya menunda pemberian makanan peroral karena bayi yang
sakit seringkali mengalami distress pernafasan, sehingga meningkatkan risiko terjadinya
aspirasi isi lambung ke paru. Selain itu ketika bayi mengalami distress pernafasan mereka
memiliki koordinasi menghisap, menelan dan bernafas yang buruk. Pada keadaan tertentu,
misalnyainfeksidapatmemperlambatpengosonganisilambungkarena ileus intestinal.Isi
gasterdapatmengalamireflukskeesofagusdanteraspirasikeparu.Padabayi yang
mengalamiasfiksia, kadaroksigendantekanandarah yang rendah,
sehinggaalirandarahkeususmenurunsehinggameningkatkanrisikoterjadinyajejasiskemik.
2. Memberikanglukosamelaluijalurintravena.
Memberikankebutuhanenergibagibayi yang sakitmelaluicairanintravena yang
mengandungglukosamerupakankomponenpentingdalamstabilisasibayi,
karenaotakbayimemerlukansuplaiglukosa yang cukupuntukberfungsidengan
normal.Cairan yang
mengandungglukosaharussegeradiberikanmelaluijalurintravenakepadabayisakit.Jalurintrav
enadapatdiberikan di tangan, kaki
ataukulitkepala.Apabilajalurperifersulitdidapatkanmakadapatdigunakanjalur vena
umbilikaluntukpemberiancairandanobat-obatan.
3. Beberapaneonatusberisikotinggimengalamihipoglikemia.
Bayi yang berisikotinggimengalamihipoglikemiadiantaranyaadalah:
- Bayiprematur (usiakehamilan<37 minggu)
- Bayikeciluntukmasakehamilan, beratbadanlahirrendah, dan IUGR
- Bayibesaruntukmasakehamilan
- Bayidariibudengan diabetes mellitus
- Bayi yang sakit
7
gram.Apabilakehilanganpanastidakdicegah,
makasuhutubuhakanmenurundengansangatcepat.
3. Bayi yang dilakukanresusitasi lama berisikotinggimengalamihipotermia.
Pada neonatus proses kehilangan panas dapat melalui beberapa mekanisme, antara lain :
3,7,8,19
1. Konduksi
Konduksi adalah proses kehilangan panas melalui kontak benda padat. Misalnya kontak
antara tubuh bayi dengan alas atau timbangan. Untuk mengurangi risiko kehilangan panas
secara konduksi dapat dilakukan dengan cara menghangatkan alat-alat yang akan
bersentuhan dengan bayi, misalnya alas, stetoskop, handuk, tangan pemeriksa.
2. Konveksi
Konveksi adalah proses kehilangan panas melalui kontak dengan aliran udara, misalnya
aliran udara dari jendela, pintu, kipas angin, AC. Untuk mengurangi kehilangan panas
secara konveksi dapat dilakukan dengan cara menaikkan suhu ruangan menjadi 25-280C
(rekomendasi WHO),melapisi tubuh bayi prematur (berat <1500 gram) dengan plastik
polietilen dari dagu hingga kaki, serta mentransfer bayi dengan menggunakan inkubator
tertutup yang telah dihangatkan terlebih dahulu.
3. Evaporasi
Evaporasi adalah proses kehilangan panas melalui penguapan. Standar internasional
merekomendasikan untuk segera mengeringkan bayi dengan handuk hangat setelah lahir
untuk mengurangi kehilangan panas secara evaporasi, lapisi permukaan tubuh bayi
prematur dengan plastik polietilen untuk mencegah kehilangan panas secara evaporasi dan
konveksi, hangatkan suhu ruangan dan kurangi adanya turbulensi udara yang melewati
bayi.
4. Radiasi
Radiasi adalah proses kehilangan panas antara dua benda padat yang tidak bersentuhan.
Proses kehilangan panas melalui radiasi dapat dikurangi dengan cara mempertahankan
kehangatan suhu ruangan dan menjauhkan bayi dari jendela terbuka, atau dengan
meletakkan bayi di dalam inkubator.
Stres dingin yang berkepanjangan menyebabkan meningkatnya konsumsi oksigen dan
penggunaan glukosa yang abnormal, sehingga dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia,
hipoksemia dan asidosis.Pada bayi yang mengalami hipotermia, bayi harus dihangatkan
sambil memonitor ketat tanda vital, kesadaran, dan status asam basa. Kecepatan dalam
menghangatkan suhu tubuh harus diatur sesuai dengan stabilitas dan toleransi bayi.7,8,18,19
9
A-AIRWAY
Sebagian besar masalah neonatus yang ditransfer dari NICU adalah distres pernafasan. Pada
keadaan tertentu, gagal nafas dapat dicegah dengan memberikan dukungan respiratorik sesuai
dengan kebutuhan bayi, misalnya pemberian oksigen melalui nasal kanul, ventilasi tekanan
positif, intubasi endotrakeal, sampai bantuan ventilator.1,7,17
Evaluasi kondisi bayi sesering mungkin dan catat hasil observasi. Pada beberapa keadaan
membutuhkan penilaian ulang tiap beberapa menit, sedangkan pada keadaan yang lebih
ringan dapat dinilai ulang tiap 13 jam. Hal yang harus dievaluasi dan dicatat 3,6,7
1. Laju nafas
Nilai normal laju nafas neonatus adalah 4060 kali/menit. Laju nafas >60 kali/menit
(takipnea) dapat disebabkan karena berbagai hal, dapat berhubungan dengan kelainan di
saluran respiratorik atau dari tempat lain. Laju nafas <40 kali/menit dapat menandakan
bahwa bayi mulai kelelahan, atau sekunder karena cedera otak (hipoksik iskemik-
ensefalopati, edema otak atau perdarahan intrakranial), obat-obatan (opioid), atau syok.
2. Usaha nafas
Selain takipnea, tanda distres pernafasan lain diantaranya:
a. Retraksi, dapat dilihat didaerah suprasternal, substernal, interkostal, subkostal.
b. Grunting, pernafasan cuping hidung
c. Apnea, nafas megap-megap, atau periodic breathing.
3. Kebutuhan oksigen
Apabila bayi mengalami sianosis di udara ruangan dan distres pernafasan ringan atau
sedang, maka oksigen diberikan melalui hidung. Pada keadaan bayi mengalami distres
pernafasan berat, dapat diberikan tindakan yang lebih agresif seperti Continous Positive
Airway Pressure (CPAP), atau intubasi endotrakeal.
4. Saturasi oksigen
Saturasi oksigen harus dipertahankan agar diatas 90 %.
5. Analisis gas darah
Evaluasi dan interpretasi gas darah penting untuk menilai derajat distres pernafasan yang
dialami oleh bayi.
10
Dalam menentukan derajat distres pernafasan, penting untuk menilai laju pernafasan, usaha
nafas, kebutuhan oksigen, saturasi oksigen, rontgen dada dan analisis gas darah.Berikut
merupakan penilaian derajat distres pernafasan pada neonatus:7,19
a. Ringan: nafas cepat tanpa membutuhkan oksigen tambahan, tanpa atau terdapat tanda
distres minimal.
b. Sedang: sianotik pada suhu kamar, terdapat tanda distres pernafasan dan analisis gas darah
yang abnormal.
c. Berat: sianosis sentral, berusaha kuat untuk bernafas, dan analisis gas darah yang
abnormal.
Progresivitas distres pernafasan dari ringan, sedang menjadi berat dapat terjadi dengan cepat,
oleh karena itu pemantauan yang kontinyu dibutuhkan sehingga penyediaan bantuan nafas
dapat segera diberikan.7,17,19
B- Blood pressure
Curah jantung yang mencukupi diperlukan untuk mempertahankan sirkulasi. Cara yang
terbaik untuk mempertahankan sirkulasi adalah dengan memberikan cairan dan elektrolit
yang adekuat.Pada bayi sakit berat harus dipantau tanda-tanda syok.Syok adalah keadaan
dimana terjadi perfusi dan pengiriman oksigen ke organ vital yang inadekuat atau suatu
keadaan yang kompleks dari disfungsi sirkulasi yang berakibat terganggunya suplai oksigen
dan nutrien untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Kegagalan dalam mengenali dan
menangani syok dapat berakibat gagal organ multipel dan kematian pada bayi, oleh karena itu
penanganan syok harus dilakukan secara agresif.3,7,8,17
Bayi yang mengalami syok dapat memiliki tanda-tanda berikut ini:
1. Usaha nafas
Takipnea, retraksi, pernafasan cuping hidung, grunting, apnea, gasping.
2. Nadi
Pada keadaan syok denyut nadi dapat melemah atau tidak teraba.
3. Perfusi perifer
Perfusi yang buruk akibat vasokonstriksi dan menurunnya curah jantung memanjangnya
waktu pengisian kapiler (>3 detik), mottling dan kulit teraba dingin.Tanda perfusi yang
adekuat diantaranya adalah waktu pengisian kapiler yang cepat, warna tidak sianosis atau
pucat, denyut nadi yang kuat, output urin yang adekuat dan kesadaran yang baik.
4. Warna
11
Kulit bayi tampak sianosis atau pucat. Oksigenasi dan saturasi harus dievaluasi secara
berkala. Pemeriksaan gas darah juga dapat dilakukan untuk mengetahui adanya asidosis
respiratorik atau metabolik.
5. Frekuensi jantung
Frekuensi jantung normal adalah 120160 kali/menit, namun dapat bervariasi sekitar 80
200 kali/menit tergantung dari aktivitas bayi. Pada keadaan syok, denyut jantung dapat
berupa bradikardia (<100 kali/menit) yang disertai dengan adanya tanda perfusi yang
buruk, atau takikardia (>180 kali/menit).
6. Jantung
Evaluasi adanya murmur dan pembesaran jantung pada rontgen dada.
7. Tekanan darah
Tekanan darah saat syok dapat normal atau hipotensi. Hipotensi merupakan tanda
terakhir dari dekompensasi jantung. Hal lain yang harus dievaluasi adalah tekanan nadi.
Nilai normal tekanan nadi pada bayi cukup bulan adalah 2530 mmHg,sedangkan pada
bayi kurang bulan nilai normalnya adalah 1525 mmHg.Tekanan nadi yang sempit
menunjukkan vasokonstriksi, gagal jantung atau curah jantung yang rendah. Sedangkan
tekanan nadi yang lebar dapat terjadi pada duktus arteriosus persisten atau malformasi
arterivena.7
L-Laboratory studies
Pemantauan elektrolit direkomendasikan pada neonatus yang mengalami kejang atau usia>24
jam dan dalam keadaan tidak bugar. Elektrolit yang harus diperiksa adalah kadar natrium,
kalium dan kalsium. Selain itu perlu dilakukan juga pemeriksaan tanda infeksi, karena sistem
imun neonatus masih imatur dan berisiko tinggi untuk mengalami infeksi. Tanda klinis sepsis
diantaranya distres pernafasan, perfusi kulit yang abnormal, suhu yang tidak stabil, denyut
jantung dan tekanan darah yang abnormal, serta intolerasi terhadap minum. Apabila dicurigai
adanya sepsis berdasarkan klinis dan riwayat maternal, harus dilakukan pemeriksaan kultur
darah dan darah lengkap bila memungkinkan.Pemberian antibiotik intravena tidak boleh
ditunda apabila pemeriksaan kultur darah tidak dapat dilakukan.Pada bayi yang sakit berat
atau pada saat sebelum transportasi, antibiotik harus diberikan sampai kemungkinan infeksi
sudah tersingkirkan.7,8
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan:7
1. Sebelum transportasi
12
keluarga melewati masa kritisnya. Keluarga sedapat mungkin memperoleh informasi secara
kontinyu mengenai perkembangan keadaan anaknya. Kontak sedini mungkin antara orang tua
dengan anaknya sangatlah penting.
Dukunganemosi yang diberikankepadakeluargadapatdiberikansebelum,
padasaatbahkansesudahbayiditransferketempat yang
lebihintensif.Setelahbayidilakukanresusitasidanakanditransferketempat yang lebihintensif,
orang tuabayiharusdiperbolehkanuntukmelihatdanmenyentuhbayimerekadahulu.
Apabilatidakmemungkinkan, makasebelumdipindahkan,
bayidisinggahkanterlebihdahulukekamaribuuntukmempertemukanmerekasecarasingkat.Sebai
knyakeluargadiperbolehkanuntukmemotretataumerekambayi. Hal
inidapatmembantumenenangkanibuyang akanberpisahdenganbayinya.
Padasaatakanditransfer, orang
tuaharusmendapatkanpenjelasankembalimengenaikondisianakmereka.
Penjelasanharussingkatdanmudahdimengerti agar orang tuadapatmengerti. Orang
tuajugaharusdiberikankesempatanuntukbertanyaapabilaterdapathal yang
tidakdimengerti.Penjelasanmengenaikondisianakpertama kali harusdiberikankepada orang
tuabayi, tidakdiperkenankanuntukmemberitahukanmengenaikondisianakkepada orang lain,
tanpaseijin orang tua.Setelahbayiditransferkeruangintensif, orang
tuatetapharusmendapatkandukungan. Salah satunyaadalahdengancaramembiarkan orang
tuamenengokbayinyasertamembiarkanmerekamengetahuidanmemantauteruskondisi
bayinya.7,19
Pada keadaan kasus ini dibedakan antara Omphalocele dan Gastroschisis, penanganan
keduanya sedikit berbeda.1, 12
Penanganan untuk gastroschisis
1. Pemantauan sirkulasi dengan infus yang adekuat
2. Pemantauan suhu agar tidak terjadi hipotermia akibat dari evaporasi berlebih dari usus
yang terburai yaitu dapat dilakukan pembungkusan bayi dengan plastic wrapping
3. Usus yang terburai dilakukan penutupan dengan kantung steril dapat digunakan
Bogota bag, saline Bag ataupun Urine bag
4. Dilakukan pemasangan selang lambung untuk dekompresi
5. Dilakukan pencucian washout dari anus untuk dekompresi
Penanganan untuk omphalocele
1. Pemantauan sirkulasi dengan infus yang adekuat
2. Pemantauan suhu agar tidak terjadi hipotermia
3. Pemasangan selang lambung untuk dekompresi
4. Defek omphaloce ditutup dengan kasa lembab dengan mengoleskan pada defek zat
eskarotik antara lain dapat digunakan silversulfadiazin
D. DEFEK NEURAL TUBE
Pada kasus ini defek dapat ditutup oleh kasa steril lembab selain proteksi bayi agar sirkulasi
terjaga dan tidak terjadi hipotermia,selain itu yang penting juga adalah agar defek tidak
terkontaminasi oleh feses.1, 13
E. PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL YANG SIANOTIK
Pada kasus ini harus diperhatikan akan terjadi apnea, hipotensi selain masalah sirkulasi dan
hipotermia. Dapat dilakukan pemberian prostaglandin dengan mengawasi berbagai efek
sampingnya.1
F. NEONATUS DENGAN RESPIRATORY DISTRESS
Pada kasus ini harus diketahui pemberian surfactant oleh tim yang melakukan transportasi,
serta penggunaan ett dan ventilasi yang sesuai, serta penanganan komplikasi seperti
terjadinya pneumothorak.1
transportasi, kelengkapan pada kendaraan transportasi dan obat obatan yang telah digunakan.
Tim transportasi juga dapat memberikanketerangan lebih lanjut bila diperlukan.1,2,15,19,20
DAFTAR PUSTAKA
10. Charles J.H. Congernital Diafragmatic hernia. Dalam Pediatric Surgery Edisi 6. J L
Grosfeld. Mosby 2006
11. Carrol M. Congenital Anomalies Of The Esophagus.Dalam Pediatric Surgery Edisi 6.
J L Grosfeld. Mosby 2006
12. Michael D Klein. Congenital Abdominal Wall Defect. Dalam Pediatric Surgery Edisi
6. J L Grosfeld. Mosby 2006
13. Jodi L Smith. Management Of Neural Tubes Defects. Dalam Pediatric Surgery Edisi
6. J L Grosfeld. Mosby 2006
14. Petter Bary. Planning Of Safe And Effective Transport. Dalam Paediatric and
Neonatal Critical Care Transport. BMJ 2003
15. Bryan L Ohning. Transport of the Critically Newborn. Departments of Critical Care
and Emergency Services, Medical University of South Carolina. Vol. 2, N. 4, Luglio
2004
16. Joseph E. Morales. Guidelines For Pediatric Interfacility Transpor Programs.
California EMS Authority 1994
17. Kathleen Berry. Pediatric cardiopulmonary Resuscitation And Life Threatening
Emergencies. Dalam Handbook Of Pediatric Emergency Medicine. BIOS Scientific
Publishers Limited, 2003
18. NNF Teaching Aids:Newborn Care. Hypotermia In Newborn. Dalam Thermal control
of the newborn: a practical guide. WHO/FHE/MSM/93.2. Dan Thermal protection of
the newborn: a practical guide. WHO/RHT /MSM/97.2.
19. Andrew Berry. Newborn Emergency Transport.Department of Neonatology,Royal
Alexandra Hospital for Children. Sydney1st National Rural Health
ConferenceToowoomba 14th - 16th February 1991.
20. Russ Horowitz and Ranna A. Rozenfeld. Pediatric Critical Care Interfacility
Transport. Clin Ped Emerg Med 8:190-202 C 2007. doi:10.1016/j.cpem.2007.07.001
21. Aspazija Sofijanova. Audit of Premature Infants and Critically Ill Neonates
RequiringEx-Utero Transport by the First Macedonian NeonatalEmergency Transport
Service: A Retrospective DescriptiveStudy. Macedonian Journal of Medical Sciences.
2009 Jun 15; 2(2). doi:10.3889/MJMS.1857-5773.2009.0041
22. Student Course Manual 8th Edition,American College of Surgeons Committee
onTrauma, 2008. ISBN 978-1-880696-31-6.
17