Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KEGIATAN

“PELATIHAN RESUSITASI NEONATUS”


DI el KARTIKA WIJAYA HOTEL BATU
TANGGAL 16 – 17 JUNI 2023

RUMAH SAKIT ISLAM


LUMAJANG

Jalan Kyai Muksin 19 Lumajang, 67312


Kabupaten Lumajang
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
PERINASIA merupakan organisasi seminat bagi mereka yang peduli terhadap keadaan
kesehatan perinatal, yaitu kesehatan ibu hamil setelah konsepsi 20 minggu hingga bayi berusia 7
hari. Organisasi ini bersifat nirlaba dan independen. Ide membentuk Perinasia muncul karena
keprihatinan beberapa individu dalam hal kesehatan perinatal, yang tercermin dari tingginya
angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia. Dengan 22 Cabang di tingkat propinsi
di Indonesia, Perinasia kini memiliki sekitar 4500 anggota multidisiplin, terdiri dari dokter spesialis
obstetri dan ginekologi, dokter spesialis anak, dokter spesialis anestesi, dokter umum, ahli
kesehatan masyarakat, bidan, perawat, psikolog, dan individu lain yang tertarik dengan masalah
kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia.
Tujuan pokok PERINASIA ialah meningkatkan mutu anggotanya dan mutu pelayanan
perinatal untuk kepentingan masyarakat dengan usaha meningkatkan derajat dan kesehatan
perinatal dalam pembangunan manusia, menyebarluaskan penerangan ilmiah dan populer dalam
hal perinatology, merumuskan standar terbaik dalam pendidikan, perlengkapan, sistem pelayanan
dan merangsang riset perinatology, memberikan nasehat dan bekerja sama dengan pemerintah
dan instansi yang berwenang dalam bidang perinatology, mengadakan dan memelihara hubungan
internasional yang serupa di luar negeri, menyelenggarakan kongres mengenai perinatologi dan
menyelenggarakan pertemuan yang berhubungan dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang
berkaitan dengan perinatology, menjembatani dunia ilmiah/biomedis dengan ilmu terapan. Dalam
rangka memenuhi persyaratan yang harus dimiliki oleh perawat perinatologi RS Islam lumajang
menugaskan Perawat Rawat Jalan untuk mengikuti pelatihan ini.

B.Nama Kegiatan
“Pelatihan Resusitasi Neonatus”

C. Tujuan
Meningkatkan kemampuan dalam pengetahuan dan keterampilan dalam Pelatihan Resusitasi
Neonatus, memahami Penanganan kegawat daruratan gagal nafas pada neonatus,
memberikan pelayanan yang professional, menambah ketrampilan dan pemahaman perawat
ruang perinatology tentang pengawasan bayi yang beresiko tinggi

.
BAB II
KEGIATAN

A. Panitia dan peserta


1. Panitia : Tim Perinasia yang telah lulus mengikuti Training of Trainers (TOT)
berdasarkan standar AHA dan AAP
2. Peserta : Ratih Dwi Aristyaningtyas (Perawat Perinatologi RSI)
Jumlah peserta 56 orang (Dokter umum, perawat dan bidan)

B. Nara sumber
1. dr. Kurniawan T. Kadafi, Sp.A (K) M.Biomed
2. dr. Brigitta Ida Resita Vebrianti, Sp.A (K),M.Kes
3. dr. Eko Sulistijono, Sp.A (K)
4. dr. Saptadi Yulianto, Sp.A (K),M.Kes
5. Eny Kristanti, S.Kep, Ns
6. Ninik Dwi Agustina, S.Kep, Ns

C. Waktu dan tempat pelaksanaan


Hari : Jumat - Sabtu, 16 – 17 Juni 2023
Tempat : el Kartika Wijaya Hotel Batu
Jl. Panglima Sudirman No 127 (Pesanggrahan) kec. Batu Kota Batu
Telp. (0341) 592600
D. Anggaran / dana :
1. Nestle
2. Rumah Sakit Islam Lumajang
BAB III
GARIS BESAR MATERI

1. Dasar- dasar resusitasi neonatus, beberapa bayi baru lahir nampaknya tidak memiliki faktor resiko,
ternyata memerlukan resusitasi, termasuk bantuan ventilasi. Tidak seperti orang dewasa yang
mengalami henti jantung akibat trauma atau penyakit jantung, resusitasi pada bayi baru lahir
biasanya akibat kegagalan napas sebelum atau sesudah kelahiran. Resusitasi harus dilakukan
dengan cepat dan efisien, tetapi anda harus memastikan bahwa setiap langkah dalam blok
Diagram alur PRN sudah dilakukan dengan efektif sebelum melanjutkan ke langkah berikut.
Kerjasama tim, kepemimpinan dan komunikasi yang baik sangat penting untuk keberhasilan
resusitasi neonatus.
2. Persiapan resusitasi, Mengidentifikasi faktor risiko perinatal dengan menanyakan 4 pertanyaan
prakelahiran kepada penolong persalinan, yaitu:
a. Berapa perkiraan umur kehamilan?
b. Apa warna cairan ketuban?
c. Berapa janin yang dilahirkan?
d. Apakah ada faktor resiko tambahan? (faktor resiko ibu dan faktor resiko janin)
Apabila ada faktor resiko, paling sedikit 2 tenaga kompeten harus hadir untuk menangani bayi
tersebut. Jumlah dan kualifikasi dari tenaga penolong akan bervariasi bergantung pada resiko yang
diantisipasi, jumlah bayi, dan kondisi rumah sakit. Suatu tim yang kompeten dengan kemampuan
resusitasi penuh, termasuk intubasi endotrakeal, kompresi dada, pemasangan akses vaskuler
darurat, dan pemberian obat, harus telah diidentifikasi dan secepatnya ada untuk setiap resusitasi.
Tim ini harus hadir pada proses persalinan jika diantisipasi adanya kebutuhan resusitasi yang
ektensif/ lebgkap. Semua perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk resusitasi lengkap
harus sudah tersedia dan berfungsi baik. Gunakan daftar tilik peralatan terorganisir, yang menjadi
rutin sebelum setiap keliharan.
3. Langkah awal perawatan bayi baru lahir, didalam materi ini ada 5 tahapan langkah awal meliputi:
berikan kehangatan, posisikan kepala dan leher bayi, bersihkan lender dari jalan napas bila perlu,
keringkan,dan beri rangsang taktil. Menjepit tali pusat sebaiknya ditunda sedikitnya 30 detik sampai
60 detik pada bayi bugar yang tidak memerlukan resusitasi. Seorang bayi yang sehat bernapas
dengan udara kamar, mungkin memerlukan waktu lebih dari 10 menit untuk mencapai saturasi di
atas 90% maksimal 95%
4. Ventilasi Tekanan Positif, ventilasi paru adalah satu satunya langkah paling penting dan efektif
pada resusitasi kardiopulmoner bayi baru lahir yang membutuhkan. Setelah menyelesaikan
langkah awal, VTP merupakan indikasi jika bayi tidak bernapas, atau jika megap-megap, atau jika
frekuensi jantung bayi kurang dari 100 dpm. Jika ada indikasi, VTP harus dimulai dalam 1 menit
pertama setelah lahir. Selain itu, upaya VTP dapat dipertimbangkan jika bayi bernapas dan
frekuensi jantungnya sama atau lebih dari 100 dpm, tetapi saturasi oksigen bayi tidak dapat
dipertahankan dalam kisaran target, walaupun telah diberi oksigen aliran bebas atau CPAP.
Selama VTP, konsentrasi oksigen awal untuk bayi baru lahir, dengan usia kehamilan lebih atau
sama 35 minggu adalah 21%. Konsentrasi oksigen untuk bayi prematur dengan usia kehamilan
kurang dari 35 minggu adalah 21% sampai 30%. Frekuensi ventilasi adalah 40-60 napas per
menit. Tekanan ventilasi awal ialah 20 – 25 cmH 2o. Indikator paling penting untuk berhasilnya VTP
adalah peningkatan frekuensi jantung. Periksa frekuensi jantung setelah 15 detik pertama VTP.
Enam langkah koreksi ventilasi SR IBTA adalah: S (sungkup diperbaiki letaknya), R (reposisi
kepala), I (isap mulut dan hidung), B (Buka mulut), T (tekanan dinaikkan tambahkan aliran sumber
oksigen), A (jalan napas alternative pemasangan endotrakeal atau sungkup larings).
5. Jalan Nafas Alternatif: pipa endotrakeal dan sungkup Larings dalam materi ini peserta pelatihan
dilatih untuk memasang pipa ET dan sungkup larings. Ukuran pipa endotrakeal disesuaikan
dengan berat bayi atau umur gestasi. Bilah laringoskop No.1 untuk bayi cukup bulan, No.0 untuk
bayi kurang bulan, No.00 untuk bayi sangat kurang bulan.
6. Kompresi dada, indikasi pemberian kompresi dada jika FJ < 60x/menit, tatacara pemberian
kompresi dada, dan kapan kompresi dada dihentikan. Kecepatan kompresi adalah 90 kali per menit
dan kecepatan ventilasi adalah 30 kali per menit. Hal ini setara dengan 3 kompresi : 1 ventilasitiap
2 detik. Frekuensi ventilasi ini lebih lambat dibandingkan frekuensi ventilasi tanpa kompresi.
Gunakan irama “satu-dua-tiga-pompa..”
7. Obat- obatan, dalam materi ini peserta dilatih dalam perhitungan obat emergency pada resusitasi
neonatus (Epineprin, SA), cara pemberian obat emergency tersebut. Konsentrasi 1:10.000 (0,1
mg/mL).
8. Stabilisasi neonatus pasca resusitasi, memiliki konsep dasar STABLE (Sugar, Temperature,
Airway, Blood pressure, Lab work, Emotional support). bayi yang sudah berhasil dilakukan
resusitasi harus mendapat pemantauan ketat dan penilaian lebih sering terhadap usaha napas,
oksigenasi, tekanan darah, kadar gula darah, elektrolit, produksi urin, status neurologis, dan suhu
tubuh selama periode awal kelahirannya, tidak hanya itu, keluargapun juga harus mendapatkan
dukungan emosional dari tenaga kesehatan yang merawat serta informasi terkait yang sedetail
mungkin terkait kondisi bayi nya.. .
9. Pertimbangan khusus adanya pneumotoraks dan efusi pleura pada neonates, dalam materi ini
dibahas ketika dalam melakukan resusitasi tidak ada perkembangan ke arah yang baik petugas
diharapkan mempertimbangkan adanya komplikasi seperti pneumotoraks ataupun efusi pleura
pada neonatus.
10. Etika dan perawatan di akhir kehidupan, dalam materi ini peserta diharapkan tetap
mempertimbangkan etika profesi saat perawatan di akhir kehidupan setelah resusitasi tidak
berhasil
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Resusitasi neonatus adalah usaha yang dilakukan pada neonatus dengan gangguan
transisi kehidupan, yang awalnya tergantung pada plasenta ibu menjadi proses
pernapasan secara independen. Tindakan resusitasi neonatus bertujuan untuk
eningkatkan kelangsungan hidup dan menurunkan mortalitas neonatus. Resusitasi
neonatus diindikasikan pada bayi baru lahir yang mengalami gangguan pernapasan pada
saat kelahiran. Gangguan pernapasan pada neonatus sering terjadi pada persalinan
preterm, presentasi bokong, kehamilan multipel, sepsis pada ibu, dan gangguan
antepartum lainnya.

B. SARAN
Setiap perawat yang akan ditugaskan di Perinatologi baru untuk diberikan pelatihan
eksternal yang berhubungan dengan ruang tersebut.

Lumajang, 22 Juni 2023


Mengetahui
Direktur Peserta

dr. R. Elyunar Dwi Nugroho, MMRS Ratih Dwi A, S.Kep, Ns


NIK. 01.71.0008 NIK : 02.96.0163
LAMPIRAN :
.,

Anda mungkin juga menyukai