Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

Ketuban Pecah Dini


Oleh
Endah Risky Gustiyanti
110170016

Pembimbing :
dr. Deni Wirhana S, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan
RSUD Waled
Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih
kontroversial dalam kebidanan. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi
yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi
terutama kematian

perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang

cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan,
dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan
partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama
pada pengelolaan konservatif.
Ketuban Pecah Dini ( amniorrhexis premature rupture of the
membrane PROM ) adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi
proses persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu
hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian
tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk kepentingan
klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk
melakukan pengamatan adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi pada
kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm
(PPROM = preterm premature rupture of the membrane - preterm
amniorrhexis. Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the
membranes before the onset of labour. Hacker (2001) mendefinisikan KPD
sebagai amnioreksis sebelum permulaan persalinan pada setiap tahap
kehamilan.
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi,
karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap
masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti
pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan
membahayakan baik pada ibu maupun pada

janinnya. Oleh karena itu

membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat


persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya

infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering
terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi
yang kurang

bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress

Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru.


1.2 Tujuan
Pada laporan kasus ini akan dibahas lebih lanjut mengenai ketuban pecah
dini terkait alur diagnosis hingga penatalaksanannya.

BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama

: Ny. w

Nama Suami : Tn. S

Umur

: 28 Tahun

Umur

: 32 Tahun

Suku Bangsa : Jawa

Suku Bangsa : Sunda

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: serang kulon, babakan

Alamat

:serangkulon, babakan

Tanggal Masuk

: 29 Januari 2015, Pukul 10.50 WIB

Yang Merujuk

: Bidan

ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama

: keluar air-air

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD kebidanan mengeluh keluar


air-air pada pukul 05.30 secara spontan berwarna
jernih, berbau amis, rembes, tidak disadari oleh
pasien. mules masih jarang dirasakan pasien. Gerak
janin (+) pemeriksaan ANC di bidan 13 kali. USG
(+) pada usia kehamilan 6 bulan di dr. Haris Sp.OG
dengan hasil janin tunggal presentasi kepala. KB (-)
menikah 11 bulan
Riwayat Penyakit Dahulu

: Riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus,


dan operasi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

: Tidak ada

Riwayat Pengobatan

: pasien belum mengkonsumsi obat apapun sejak


timbul keluhan

Riwayat Psikososial

: pola makan teratur, merokok dan alkohol


disangkal.

RIWAYAT OBSTETRI
Riwayat Kehamilan

: G1P0A0

HPHT

: 24 april 2014

TP

: 31 januari 2015

ANC

: Bidan/ 13 kali

KB

: Tidak pernah menggunakan KB

Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas :


Kehamilan Pertama

: kehamilan saat ini.

Riwayat Menstruasi

Riwayat Pernikahan

Menarche

: 13 Tahun

Pernikahan ke : 1 sudah 11 bulan

Siklus Haid

: 23 hari

Lama Haid

: 7 hari

Dismenorrhea : Disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda- tanda Vital

:-T

: 110/70 mmHg

: 89 kali/menit

: 22 kali/menit

: 36oC

STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera Ikterik (-/-)
Refleks Pupil (+/+)
Isokor ka=ki
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
Pembesaran Tiroid (-/-)
Thorax : Normochest
Gerak Simetris
Paru-Paru: VF Simetris (+/+)
Vesikular (+/+)
Ronkhi (-/-),Wheezing (-/-)
Jantung: Bunyi I/II regular
Abdomen: Lihat status obstetri
Ekstremitas : Akral Hangat, CRT < 2dt

STATUS OBSTETRI
Inspeksi
- Wajah
: Chloasma grav. (-)
- Thorax
: Mammae simetris
- Abdomen
: Cembung gravida ,
hiperpigmentasi linea
alba (+)
Palpasi
- Nyeri tekan (-)
- TFU : 30cm
Auskultasi DJJ: 152
Pemeriksaan Luar Genitalia
- Vulva/ Vagina/perineum : t.a.k
Pemeriksaan Dalam Genitalia
- Vagina
: t.a.k
- Portio
: tebal lunak
- Pembukaan : 1cm
- Corpus Uteri : membesar sesuai
usia kehamilan
- ketuban : + rembes

A
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Haemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
Tes Kehamilan

DIAGNOSIS

Tgl 29-01-2015
Jam: 12:19
12,4
11,5
3,8
37
277
+

G1P0A0 28 tahun, gravida 36-37 minggu dengan Kala 1 fase laten, dengan KPD
janin intra uterine tunggal hidup, letak kepala hodge 1
Observasi
WAKTU
29-01-2015
Jam 10.15

11.00

11.15

11.20

11.30

OBSERVASI
Menerima pasien baru di IGD dengan diagnosa G1P0A0
28th kala 1 fase laten dengan KPD, janin intra uterine,
tunggal letak kepala hodge 1,
Tanda vital :
TD : 110/70 mmhg, N: 89x/menit, RR : 22x/menit, T:
36oC
PL : TFU: 30cm PUKA presentasi kepala
His : 1x 10 10 DJJ : 153
PD : U/V air air, portio tebal lunak pembukaan 1cm kepala
hodge 1 lakmus (+)

Memberitahukan hasil pemeriksaan


Lapor dr. jaga, advis :
- Infus D5 /8 jm
- Ceftriaxone 2x1
- Cek darah rutin, obs
- Konsul dr. SpOG
Melakukan skin test ceftriaxone
Memberikan ceftriaxone 1gr IV
Mengambil sample darah untuk cek darah rutin

Lapor dr. Boegi , Sp.OG advis :


- Ceftriaxone 2x1
- Drip oxytosin 5IU (4-36 tpm)
Melakukan informed Consent untuk drip oxytocin acc
Mengganti infus RL dengan D5 + oxy 5IU 4-36 tpm
LI CII

12.30

Memindahkan ke vk

12.35

S: mules
O: ku sedang terpasang infus D5 + oxy 5UI (4-30 tpm) LB 1
CII sisa IGD KEB.

14.00

T : 130/80 mmHg

N : 88 x/ menit

R: 22 x/menit

S : 36

PL : TFU: 30cm PUKA presentasi kepala


His : 1x 10 10 DJJ : 141x/menit
P : - memberitahukan hasil pemeriksaan
- Mengobservasi djj ttv kemajuan persalinan
- Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri
- Merencanakan pd 4 jam kemudian atau jika indikasi
S : mules
O: ku sedang terpasang infus D5 % + oxy 5 IU (4-30 tpm)
LB 1 CII sisa IGD KEB

15.30
15.45

T : 110/60 mmHg

N : 88 x/ menit

R: 22 x/menit

S : 36

His : 1x 10 10 DJJ : 152x/menit


A: G1P0A0 28th kala 1 fase laten dengan KPD, janin intra
uterine, tunggal letak kepala hodge 1,
P : - memberitahukan hasil pemeriksaan
- Mengobservasi djj ttv kemajuan persalinan
- Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri
- Merencanakan pd 4 jam kemudian atau jika indikasi
PD : U/V air air, portio tebal lunak pembukaan 1cm kepala
hodge 1 lakmus (+)
Melakukan kolaborasi dg dr boegi Sp.OG advis :
-istirahat 6jam

18.10

- lanjut drip 5IU (4-30 tpm)


Melakukan observasi ttv,
T : 120/70 mmHg

N : 68 x/ menit

R: 20 x/menit

S : 36

DJJ : 142x/menit His : 2x 10 25

21.00

S: mules ingin melahirkan


O : ku : sedang
Terpasang infus D5% kosong L1 CIII sisa DS
T : 120/70 mmHg

N : 86 x/ menit

R: 20 x/menit

S : 36,5 C

DJJ : 132x/menit His : 3x 10 40


A : G1P0A0 28th kala 1 fase aktif dengan KPD
P : - menginform consent hasil pemeriksaan
23.00

- Memantau kemajuan persalinan djj, his, ttv


S: mules ingin mengejan
O: DJJ : 130x/menit His : 4x 10 45
PD : U/V tak portio datar pembukaan lengkap ketuban (-)
kepala hodge 2
23.15 inj ceftriaxone
Melakukan kateter urine
Membantu persalinan
Melakukan episiotomi
Jam 00.05 lahir bayi laki-laki secara spontan pervaginam

00.05

Tidak langsung menangis


S: pasien senang
O: ku : sedang
PL : 1 jari diatas pusat plasenta blm lahir
A kala III

00.10

00.10 plasenta lahir secara spontan lengkap


S:
O: ku : sedang
T : 100/60 mmHg

N : 86 x/ menit

R: 21 x/menit

S : 36 C

PL : 3 jari dibawah pusat plasenta telah lahir


A : kala IV
-

Melakukan massage uterus


Mengecek laserasi

Menyuntikan lidocain 2;2


Melakukan hecting jelujur
Menghitung jumlah keluarnya darah 200cc

06.30 Memindahkan pasien ke nifas

Laporan Persalinan
Pasien diberitahu bahwa pembukaan telah lengkap dan janin dalam keadaan
baik. Kemudian penolong memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan
esensial siap digunakan. Ampul oksitosin 10 unit kemudian dipatahkan, lalu
tabung suntik steril sekali pakai diletakkan dalam partus set. Penolong selanjutnya
mengenakan APD berupa baju penutup atau celemek plastik yang bersih,
melepaskan semua perhiasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun
dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk sekali
pakai yang bersih. Setelah itu, penolong mengenakan sarung tangan DTT atau
steril untuk semua pemeriksaan dalam, kemudian menghisap oksitosin 10 unit ke
dalam tabung suntik dan meletakkan kembali di partus set/wadah desinfeksi
tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi jarum suntik.
Langkah berikutnya adalah menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran, sembari membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya. Keluarga diberi penjelasan tentang bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran. Keluarga
juga dimintai bantuan untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran, yakni dengan
memposisikan ibu setengah duduk saat ada his dan memastikannya tetap merasa
nyaman.
Saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran, penolong
membimbing ibu, mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu, serta tidak
lupa untuk memberi ibu kesempatan untuk beristirahat di antara kontraksi.
keluarga dianjurkan untuk memberikan semangat dan juga asupan cairan per oral.
Selama proses persalinan, penolong menilai DJJ setiap 5 menit untuk
mengantisipasi ada tidaknya distres janin.

Setelah kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 6 cm, penolong


meletakkan kain bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi, dan juga kain
yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. Perineum kemudian
dilindungi dengan 1 tangan dilapisi kain di bawah bokong, sementara tangan yang
lain di kepala bayi melakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada
kepala bayi. Biarkan kepala keluar perlahan-lahan, sembari menganjurkan ibu
untuk meneran perlahan-lahan saat kepala lahir.
Penolong kemudian menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau
kasa yang bersih, lalu memeriksa ada tidaknya lilitan tali pusat dan mengambil
tindakan. pada tahap ini ditemukan lilitan tali pusat yang menjerat janin dengan
longgar. lilitan dilepaskan lewat bagian atas kepala bayi. Selanjutnya penolong
menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan, kemudian
menempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Ibu dianturkan
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut penolong menarik bayi ke arah
bawah dan keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan
bahu posterior.
Setelah kedua bahu dilahirkan, penolong menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Kelahiran siku dan tangan dikendalikan
saat melewati perineum untuk mencegah laserasi, dengan menggunakan lengan
bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Tangan anterior (bagian atas)
digunakan untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
Penolong selanjutnya menelusurkan tangan yang berada di atas dari punggung ke
arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. kedua mata kaki
bayi dengan hati-hati dipegang untuk membantu kelahiran kaki. Pukul 00:05 lahir
bayi jenis kelamin laki-laki , BBL = 2800 gr, PBL= 46 cm, LK=34 cm, LD=35
cm, LP= 33 cm,.
Setelah bayi lahir, tali pusat dijepit dengan klem tali pusat desinfeksi tingkat
tinggi atau steril 1 3 cm dari insersionya. Bagian tali pusat yang berseberangan
(jarang 1-2 cm) dijepit dengan kocher, lalu tali pusat digunting di antaranya.

Kocher dipindahkan mendekati vulva, kemudian sebuah kain diletakkan di atas


perut ibu dan dilakukan palpasi untuk memastikan ada tidaknya bayi kedua.
Oksitosin 10 IU disuntikkan IM di lateral dari paha kanan setelah memberitahu
ibu ia akan disuntik, selanjutnya dilakukan peregangan tali pusat terkendali
dengan menekan uterus ke arah dorsokranial.
Pukul 00.10 lahir plasenta spontan kesan lengkap dengan selaputnya.
Selanjutnya dilakukan masase uterus, didapatkan kontraksi uterus (+) lalu jalan
lahir diperiksa, tampak ruptur perineum derajat I yang kemudian di-hecting dalam
jelujur dan simpul
Post Partum
KU post partum : sakit sedang
Vital sign

T : 100/60 mmHg

R: 24 x/menit

N : 82 x/menit

S : 36,8 oC

Perdarahan kala III

: 50 cc

Perdarahan kala IV

: 200cc

Diagnosa Post Partum


P1A0 Partus Maturus dengan augmentasi dengan Riwayat KPD
Lahir bayi laki-laki BBL: 2800 P: 46

BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini akan didiskusikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Diagnosis
2. Penanganan
3. Komplikasi
1. Diagnosis
Diagnosis Kehamilan ektopik terganggu pada pasien ini ditegakan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis
didapatkan :
G1P0A0 28 tahun, gravida 36-37 minggu dengan Kala 1 fase laten, dengan
KPD janin intra uterine tunggal hidup, letak kepala hodge 1
Ketuban

Pecah

Dini ( amniorrhexis

premature

rupture

of

the

membrane PROM ) adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi proses


persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil
mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian tidak
terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu 1
jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk melakukan pengamatan
adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu
maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm (PPROM = preterm premature
rupture of the membrane - preterm amniorrhexis.
Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes before
the onset of labour. Hacker (2001) mendefinisikan KPD sebagai amnioreksis
sebelum permulaan persalinan pada setiap tahap kehamilan. Sedangkan Mochtar
(1998) mengatakan bahwa KPD adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu
bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5
cm. Hakimi (2003) mendefinisikan KPD sebagai ketuban yang pecah spontan 1
jam atau lebih sebelum dimulainya persalinan.
Periode Laten : adalah interval waktu dari kejadian pecahnya selaput
chorioamniotik dengan awal persalinan.
Pada pemeriksaan dalam. Didapat cairan di dalam vagina dan selaput
ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher
perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam
persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam karena pada waktu

pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim


dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat
menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang
sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan, dan bila akan
dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan), dan dibatasi sedikit mungkin.
Tes Lakmus (tes Nitrazin) yaitu dengan memeriksa kadar keasaman cairan
vagina. Kertas mustard emas yang sensitive, pH ini akan berubah menjadi biru tua
pada keberadaan bahan basa. pH normal vagina selama kehamilan adalah 4,5-5,5,
pH cairan amniotik adalah 7-7,5. Tempatkan sepotong kertas nitrazin pada mata
pisau spekulum setelah menarik spekulum dari vagina, jika kertas lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Darah dan
infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
Pemeriksaan ultrasonografi didapatkan kavum uteri berisi janin tunggal
hidup air ketuban cukup.
Penanganan
Penatalaksanaan kasus secara umum adalah dengan pemeliharaan cairan
tubuh dengan Dextrose 5% (D5) 30tpm/menit, Beberapa penelitian menyebutkan
lama periode laten dan durasi KPD keduanya mempunyai hubungan yang
bermakna dengan peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD.
Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode
latent = L.P = lag period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.Pnya.
Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan
dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan
dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit
ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi
persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar.
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.
Walaupun antibiotik tidak berfaedah terhadap janin dalam uterus namun

pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya


sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian
antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan
pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah
terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa
penulis meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau
ditunggu samapai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan
sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD dapat diperpendek
sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat
dikurangi.
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat
terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan
komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi
yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi
semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan dengan mempehatikan
bishop score jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan
pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
Komplikasi
Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan bayi adalah meningkatnya
mortalitas dan morbiditas perinatal. Pengaruh KPD terhadap janin dan ibu yaitu :
1. Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin
mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi
(amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan
mortalitas dan morbiditas perinatal. Janin yang mengalami takhikardi mungkin
mengalami infeksi intrauterin.
2. Terhadap ibu
Karena jalan terlalu terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi
bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi
puerpuralis (nifas), peritonitis dan septikemia, serta dry labor. Ibu akan merasa

lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, nadi cepat dan
nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal tersebut akan meninggikan angka kematian
dan angka morbiditas pada ibu
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar
dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi ascenden.
Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia
luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin
lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan
prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu
dan bayi atau janin dalam rahim (Manuaba, 1998). Tanda adanya infeksi bila suhu
ibu 38oC, air ketuban yang keruh dan bau, lekosit darah >15.000/mm3.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Ketuban Pecah Dini ( amniorrhexis premature rupture of the


membrane PROM ) adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi
proses persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu
hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian
tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk kepentingan klinis
waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk melakukan
pengamatan adanya tanda-tanda awal persalinan. Ketuban pecah dini (KPD)
merupakan masalah penting dalam obstetrik berkaitan dengan penyulit
kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu
dan janin.
Secara umum, alur penegakkan diagnosis dan penatalaksaan sudah
tepat.
B. Saran
Memberikan konseling kepada ibu tentang resiko ketuban pecah dini
di kehamilan selanjutnya dengan cara tirah baring, dan selalu memeriksakan
kehamilan berikutnya kepada tenaga ahli secara teratur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo. S. Ilmu Kebidanan. Ed. III, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo. 2008.
2. Prawirohardjo. S. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2002.
3. Cunningham, F.G, Leveno, K.J, et al. Williams Obstetry 23rd Edition.
Philadelphia : Mc-Graw-Hill. 2010.
4. High
Risk
Pregnancy,
Premature

Rupture

of

The

Membranes(PROM).http//www.
healthsystem.virginia.edu/uvahealth/pedshrpregnant/online.cfm
5. Premature Rupture of The Membranes. http//www.eMedicine.com.
6. Premature
Rupture
of
The
Membranes
with
Intrauterine
Spread.http//lpig.doe report.com.

Anda mungkin juga menyukai