Pembimbing :
dr. Deni Wirhana S, Sp.OG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih
kontroversial dalam kebidanan. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi
yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi
terutama kematian
cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan,
dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan
partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama
pada pengelolaan konservatif.
Ketuban Pecah Dini ( amniorrhexis premature rupture of the
membrane PROM ) adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi
proses persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu
hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian
tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk kepentingan
klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk
melakukan pengamatan adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi pada
kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm
(PPROM = preterm premature rupture of the membrane - preterm
amniorrhexis. Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the
membranes before the onset of labour. Hacker (2001) mendefinisikan KPD
sebagai amnioreksis sebelum permulaan persalinan pada setiap tahap
kehamilan.
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi,
karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap
masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti
pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan
membahayakan baik pada ibu maupun pada
infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering
terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi
yang kurang
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: Ny. w
Umur
: 28 Tahun
Umur
: 32 Tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Alamat
:serangkulon, babakan
Tanggal Masuk
Yang Merujuk
: Bidan
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama
: keluar air-air
: Tidak ada
Riwayat Pengobatan
Riwayat Psikososial
RIWAYAT OBSTETRI
Riwayat Kehamilan
: G1P0A0
HPHT
: 24 april 2014
TP
: 31 januari 2015
ANC
: Bidan/ 13 kali
KB
Riwayat Menstruasi
Riwayat Pernikahan
Menarche
: 13 Tahun
Siklus Haid
: 23 hari
Lama Haid
: 7 hari
Dismenorrhea : Disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
:-T
: 110/70 mmHg
: 89 kali/menit
: 22 kali/menit
: 36oC
STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera Ikterik (-/-)
Refleks Pupil (+/+)
Isokor ka=ki
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
Pembesaran Tiroid (-/-)
Thorax : Normochest
Gerak Simetris
Paru-Paru: VF Simetris (+/+)
Vesikular (+/+)
Ronkhi (-/-),Wheezing (-/-)
Jantung: Bunyi I/II regular
Abdomen: Lihat status obstetri
Ekstremitas : Akral Hangat, CRT < 2dt
STATUS OBSTETRI
Inspeksi
- Wajah
: Chloasma grav. (-)
- Thorax
: Mammae simetris
- Abdomen
: Cembung gravida ,
hiperpigmentasi linea
alba (+)
Palpasi
- Nyeri tekan (-)
- TFU : 30cm
Auskultasi DJJ: 152
Pemeriksaan Luar Genitalia
- Vulva/ Vagina/perineum : t.a.k
Pemeriksaan Dalam Genitalia
- Vagina
: t.a.k
- Portio
: tebal lunak
- Pembukaan : 1cm
- Corpus Uteri : membesar sesuai
usia kehamilan
- ketuban : + rembes
A
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Haemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
Tes Kehamilan
DIAGNOSIS
Tgl 29-01-2015
Jam: 12:19
12,4
11,5
3,8
37
277
+
G1P0A0 28 tahun, gravida 36-37 minggu dengan Kala 1 fase laten, dengan KPD
janin intra uterine tunggal hidup, letak kepala hodge 1
Observasi
WAKTU
29-01-2015
Jam 10.15
11.00
11.15
11.20
11.30
OBSERVASI
Menerima pasien baru di IGD dengan diagnosa G1P0A0
28th kala 1 fase laten dengan KPD, janin intra uterine,
tunggal letak kepala hodge 1,
Tanda vital :
TD : 110/70 mmhg, N: 89x/menit, RR : 22x/menit, T:
36oC
PL : TFU: 30cm PUKA presentasi kepala
His : 1x 10 10 DJJ : 153
PD : U/V air air, portio tebal lunak pembukaan 1cm kepala
hodge 1 lakmus (+)
12.30
Memindahkan ke vk
12.35
S: mules
O: ku sedang terpasang infus D5 + oxy 5UI (4-30 tpm) LB 1
CII sisa IGD KEB.
14.00
T : 130/80 mmHg
N : 88 x/ menit
R: 22 x/menit
S : 36
15.30
15.45
T : 110/60 mmHg
N : 88 x/ menit
R: 22 x/menit
S : 36
18.10
N : 68 x/ menit
R: 20 x/menit
S : 36
21.00
N : 86 x/ menit
R: 20 x/menit
S : 36,5 C
00.05
00.10
N : 86 x/ menit
R: 21 x/menit
S : 36 C
Laporan Persalinan
Pasien diberitahu bahwa pembukaan telah lengkap dan janin dalam keadaan
baik. Kemudian penolong memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan
esensial siap digunakan. Ampul oksitosin 10 unit kemudian dipatahkan, lalu
tabung suntik steril sekali pakai diletakkan dalam partus set. Penolong selanjutnya
mengenakan APD berupa baju penutup atau celemek plastik yang bersih,
melepaskan semua perhiasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun
dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk sekali
pakai yang bersih. Setelah itu, penolong mengenakan sarung tangan DTT atau
steril untuk semua pemeriksaan dalam, kemudian menghisap oksitosin 10 unit ke
dalam tabung suntik dan meletakkan kembali di partus set/wadah desinfeksi
tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi jarum suntik.
Langkah berikutnya adalah menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran, sembari membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya. Keluarga diberi penjelasan tentang bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran. Keluarga
juga dimintai bantuan untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran, yakni dengan
memposisikan ibu setengah duduk saat ada his dan memastikannya tetap merasa
nyaman.
Saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran, penolong
membimbing ibu, mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu, serta tidak
lupa untuk memberi ibu kesempatan untuk beristirahat di antara kontraksi.
keluarga dianjurkan untuk memberikan semangat dan juga asupan cairan per oral.
Selama proses persalinan, penolong menilai DJJ setiap 5 menit untuk
mengantisipasi ada tidaknya distres janin.
T : 100/60 mmHg
R: 24 x/menit
N : 82 x/menit
S : 36,8 oC
: 50 cc
Perdarahan kala IV
: 200cc
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini akan didiskusikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Diagnosis
2. Penanganan
3. Komplikasi
1. Diagnosis
Diagnosis Kehamilan ektopik terganggu pada pasien ini ditegakan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis
didapatkan :
G1P0A0 28 tahun, gravida 36-37 minggu dengan Kala 1 fase laten, dengan
KPD janin intra uterine tunggal hidup, letak kepala hodge 1
Ketuban
Pecah
Dini ( amniorrhexis
premature
rupture
of
the
lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, nadi cepat dan
nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal tersebut akan meninggikan angka kematian
dan angka morbiditas pada ibu
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar
dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi ascenden.
Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia
luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin
lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan
prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu
dan bayi atau janin dalam rahim (Manuaba, 1998). Tanda adanya infeksi bila suhu
ibu 38oC, air ketuban yang keruh dan bau, lekosit darah >15.000/mm3.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Rupture
of
The
Membranes(PROM).http//www.
healthsystem.virginia.edu/uvahealth/pedshrpregnant/online.cfm
5. Premature Rupture of The Membranes. http//www.eMedicine.com.
6. Premature
Rupture
of
The
Membranes
with
Intrauterine
Spread.http//lpig.doe report.com.