Seorang anak perempuan berusia 23 bulan datang diantar ibunya ke UGD RS dengan keluhan berak cair sejak
15 hari yang lalu. Alloanamnesis diketahui berak cair kurang lebih 5 x/hari sebanyak ± 2 sendok makan, tidak
ada darah maupun lendir. Pasien juga mengalami demam dan muntah 2-3 x/hari sejak 2 hari yang lalu. Ibu
pasien sudah memberikan oralit, akan tetapi selalu dimuntahkan. Sepuluh hari sebelumnya pasien sudah dirawat
di Puskesmas selama 2 hari dengan keluhan yang sama (diare, demam, muntah) dan diperbolehkan pulang
walaupun masih BAB lembek 3-4 x/hari. Hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan denyut nadi 100 x/menit isi
dan tegangan kurang, frekuensi napas 24 x/menit, dan temperatur 38.3oC. Pemeriksaan fisik ditemukan mata
cowong, abdomen cekung, auskultasi peristaltik meningkat, perkusi hipertimpani, hepar-lien dalam batas
normal, turgor kulit kembali lambat, capillary refill time <2”, dan akral hangat. Dokter memutuskan pasien
untuk dirawat inap.
1. kenapa diare berwarna kuning,busuk,tidak mnyemprot ?
Mencret seperempat cangkir karena pada diare akut, cairan yang dikeluarkan bersama feses
berjumlah lebih dari 200 ml/hari pada anak-anak. Sedangkan dalam keadaan sehat, cairan yang keluar
bersama feses hanya sekitar 100-200 ml per harinya.
Feses berwarna kuning adanya kandungan lemak yang tidak diabsorbsi oleh usus. Terjadi karena
enterotoksin dari ETEC merusak vili vili usus halus sehingga dinding mukosa usus halus tidak mampu
mengabsorbsi lemak karena getah empedu tidak melapisi lemak menjadi michelle yang dapat diserap
tubuh. Sehingga lemak tidak diserap dan langsung dikeluarkan bersama feses yang cair.
Ampas sedikit hanya sedikit penyerapan makanan yang terjadi di usus karena kerusakan mukosa
usus oleh enterotoxin bakteri.
Berbau busuk karena adanya bakteri yang menyerang mukosa usus halus. Jika virus maka akan
berbau asam.
Tidak menyemprot karena infeksi bakteri sehingga feses yang dikeluarkan tidak menyemprot. Jika
infeksi virus : virus menyerang vili vili mukosa usus halus kerusakan dan pemendekan vili
dinding usus tidak mampu memproduksi enzim enzim pencernaan, termasuk enzim amylase pankreas
GIT SLUR.. 1
laktosa yang masuk ke dalam usus tidak dicerna malabsorbsi (intoleransi) laktosa laktosa
keluar menyemprot bersama feses.
ILMU PENYAKIT DALAM Jilid II Edisi VI
- Panas
Dari pola makan dan higine yang kurang tepat, sel-sel usus merubah sistem transport menjadi aktif
sekresi. Penyebab yang paling sering adalah infeksi bakteri pada usus. Beberapa kondisi yang
memungkinkan adalah, setelah bakteri berkembang dalam usus, bakteri akan menginvasi sel-sel
epitel, dan menghasilkan racun (entero, cytotoxin). Bakteri juga dapat merangsang untuk
dikeluarkannya zat-zat perantara untuk terjadinya peradangan pada usus. Kedua mekanisme tersebut
pada akhirnya akan menyebabkan sel menjadi aktif untuk mensekresi cairan ke dalam lumen usus.
Dan merangsang pengaktifan dari thermostat di otak untuk meningkatkan suhu sehingga panas.
Sumber : Tatang Kustiman Samsi, 2000, Cermin Dunia Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanegara, Jakarta.
- BAK berkurang
Karena buang air besar terus – menerus maka tubuh mengalami dehidrasi dan terjadi penurunan
sekresi ADH yang mengakibatkan penurunan dari retensi Na dan air di ginjal yang bisa
menyebabkan saluran kemih tidak mengeluarkan air.
Sumber : Marcellus Simadibrata K, Daldiyono, Diare Akut. Dalam Noer HMS-Waspadji S-Rachman AM.
Lesmana LA-Widodo D-ISbagio H-Alwi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1. Balai Penerbit FKUI.
GIT SLUR..
Jakarta. 2007. Hal. 408 – 413 2
Mual muntah
Gejala mual muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang
turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit
DEMAM
Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka
monosit, makrofag, dan sel-sel Kupffer mengeluarkan
suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL-
1(interleukin 1), TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6
(interleukin 6), dan INF (interferon) yang bekerja pada
pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan
patokan termostat. Hipotalamus mempertahankan suhu di
titik patokan yang baru dan bukan di suhu normal.
Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik
patokan menjadi 38,9° C, hipotalamus merasa bahwa suhu
normal prademam sebesar 37° C terlalu dingin, dan organ
ini memicu mekanisme- mekanisme respon dingin untuk
meningkatkan suhu tubuh (Ganong, 2002)
(Diare Akut Klinik dan Laboratorik, Prof. DR. Dr. Suharyono, Eka Cipta)
6. derajat dehidrasi menurut WHO ?
Bagian tubuh yang Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
diperiksa
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mingigau, koma,
apatis atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan sianosi
Denyut nadi/menit Kuat < 120 Sedang (120-140) Lemah > 140
Patogenesis
Mekanisme dasar yang
menyebabkan timbulnya diare
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat
yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal :
toksin ) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan
elektrolit ke dalam rongga usus
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan
berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare
Patogenesis diare akut
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup kedalam usus setelah melewati rintangan asam lambung
2. Jasad renik tersebut berkembang biak didalam usus halus
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin
GIT SLUR.. 4. Akibat toksin tersebut terjadi 7
hipersekresi yang selanjutnya
menimbulkan Diare
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak FK UI Jilid 1
Invasi virus pada mukosa usus
kerusakan sel villi usus kurang
mampu mengabsorpsi garam dan air.
Juga terjadi kekurangan enzim
terutama disakaridase defisiensi
enzim disakaridaseintoleransi gula
dan juga malabsorpsi lemak, protein,
vitamin, asam empedu dan mineral.
patogenesis diare disebabkan
gangguan imunologi
Dinding usus mempunyai mekanisme
pertahanan yang baik. Bila terjadi
defisiensi IgA akan terjadi
pertumbuhan bakteri yang berlebihan.
Demikian pula bila terjadi defisiensi
CMI (cell mediated immunity) dapat
menyebabkan tubuh tidak mampu
mengatasi infeksi dan infestasi parasit dalam usus bakteri, virus, parasit dan jamur yang masuk dalam
usus berkembang biak dengan leluasa dan berakibat lebih lanjut berupa diare kronik dan malabsorpsi
makanan.
(buku ajar ilmu bedah)
Patogenesis karena infeksi bakteri :
Toksin menimbulkan rangsangan secara biokimiawi terhadap adenilsiklase yang terdapat dalam sel
mukosa sel usus halus Peningkatan adenilsiklase mengakibatkan cyclic 3.5 adesine monohosphate
(cyclic AMP) yang mengakibatkan keluarnya cairan isotonic dan elektrolit dengan segera dalam lumen
usus.
Cyclic AMP dapat diinaktifkan oleh osfodiesterase, tetapi mekanisme ini di halangi (setidak-tidaknya) pada
diare karena kolera. Kemungkinan besar adalah bahwa cyclic AMP ini menghambat masuknya Na dan Cl
dalam sel vili dan merangsang sekresi Cl dan Na oleh sel kript.
Prof. DR. dr. Suharyono, “Diare Akut, Klinik, dan Laboratorik”
Disentri
Bakteri menempel dan berkembang biak di dalam usus halus. Penempelan terjadi melalui antigen yang
menyerupai rambut getar disebut vili/ fimbria, yang melekat di reseptor permukaan usus (pada e.coli
enterotoksigenik dan V.Cholera). penempelan bakteri di mukosa dihubungkan dengan perubahan epitel
usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan / sebabkan sekresi cairan. Toksin yang
dikeluarkan bakteri akan menghambat fungsi sel epitel, mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan
meningkatkan sekresi klorida dari kripta yang sebabkan sekresi air dan elektrolit.
Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli,
dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang
dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).
PATOGENESIS
Diare karena bakteri non invasif (enterotoksigenik )
Bakteri yang tidak merusak mukosa misal ETEC, C.Perfingens mengeluarkan toksin yang terikat pada
mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan
nikotinamid adenin dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar skilk AMP dalam sel
GITyang
SLUR..
meyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti air, ion bikarbonat, kation, 8
natrium, kalium
Diare karena bakteri atau parasit (enteroinvasif)
Bakteri yang merusak antara lain EIEC, Salmonela, Shigella. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding
usus, berupa nekrosis, dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif, cairan diare mengandung lendir dan
darah
Buku Ajar Penyakit Dalam FK UI
o Karena infeksi
a. bakteri
Escherichia coli - enterotoksigenik( ETEC)
- enteropatogenik (EPEC)
Salmonella
Shigella
Vibrio - V. Cholerae
- V.El tor
- V. Parahemolyticus
- V.Campylobacter jejunil
coli ( CJC )
Clostridia perfringens
Staphylococcus
Bacteroides
b. virus
Nama Jenis
c parasit
Cacing : Trichhuris trichiura,Strongyloides Stercoralis,
Ascaris lumbricoides.
Entamoeba,
d. jamur
Candida
o Alergi atau sensitif terhadap protein susu sapi atau Cow’s Milk Protein sensitive enteropathy
( CMPSE ).
o Malnutrisi , pada anak malnutrisi serangan diare lebih sering dan lebih mudah.semakin buruk
keadaan gizi anak , semakin sering semakin berat diare yang diderita.
o Kurangnya daya tahan tubuh ( sistem imun ) sehingga mudah terserang penyakit.
o Malabsorbsi :
Malabsorbsi karbohidrat , dengan adanya kerusakan mukosa , epitel dan mikrovilli usus maka
terdapat depresi aktivitas enzim disakarida, laktase lebih mengalami depresi daripada sukkrase
dan maltase.
GIT SLUR.. Karbohidrat yang tidak diserap akan mengakibatkan beban osmotik meningkat ( diare berair ) 11
oleh bakteri dalam kolon akan dibentuk gas ( abdomen kembung , tinja berbuih , flatus ) dan
asam2 organik dibentuk seperti asam laktat ( tinja bersifat asam ) dan adanya gula dalam tinja
( reduksi positif )
Malabsorbsi lemak : terdapat gangguan absorbsi lemak dalam usus sehingga lemak keluar secara
berlebihan dalam tinja.terdapatnya lemak dalam tinja melebihi 5 gram perhari disebut Steatore.
Malabsorbsi protein
Mal absorbsi protein bisa pada keadaan 2 utama yaitu : gangguan pankreas dan
kelainan mukosa usus halus.
o Keracunan makanan : misal keracunan bahan2 kimia
(Diare Akut Klinik dan Laboratorik, Prof. DR. Dr. Suharyono, Eka Cipta)
Karakteristik klinik diare osmotik :
Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap secara aktif. Kadar
natrium dalam darah cenderung tinggi.
pH tinja menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri
Diare akan berhenti bila pasien puasa.
(Diare Akut Klinik dan Laboratorik, Prof. DR. Dr. Suharyono, Eka Cipta)
4. Antibiotik Selektif
1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit
osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang
dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi
(Kemenkes RI, 2011).
a. Diare tanpa dehidrasi
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.
(Kemenkes RI, 2011)
Tabel 2.2. Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur
Umur Jumlah oralit yang Jumlah oralit yang
diberikan tiap BAB disediakan di rumah
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4
bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5
bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari
Sumber: Depkes RI, 2006
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1
sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum
GITlangsung
SLUR.. dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan 14
misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti (Juffrie,
2010).
2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS
(Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi
frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3
bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami
diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan
tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI,
2011).
3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar
tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih
sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6
bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang
mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2011).
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan
oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011). Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada
anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali
muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).
5. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang:
b. Muntah berulang
GITc.SLUR..
Sangat haus 15
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
4. Antibiotik Selektif
1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit
osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang
dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi
(Kemenkes RI, 2011).
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.
(Kemenkes RI, 2011)
Tabel 2.2. Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur
Umur Jumlah oralit yang Jumlah oralit yang
diberikan tiap BAB disediakan di rumah
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4
GIT SLUR.. bungkus) 17
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5
bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari
Sumber: Depkes RI, 2006
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1
sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum
langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan
misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti (Juffrie,
2010).
2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS
(Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi
frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3
bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami
diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan
tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI,
2011).
3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar
tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih
sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6
bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang
mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2011).
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan
oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011). Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada
anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali
muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).
5. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare
GIT SLUR..lebih sering 18
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31092/4/Chapter%20II.pdf