Anda di halaman 1dari 18

Berak Cair

Seorang anak perempuan berusia 23 bulan datang diantar ibunya ke UGD RS dengan keluhan berak cair sejak
15 hari yang lalu. Alloanamnesis diketahui berak cair kurang lebih 5 x/hari sebanyak ± 2 sendok makan, tidak
ada darah maupun lendir. Pasien juga mengalami demam dan muntah 2-3 x/hari sejak 2 hari yang lalu. Ibu
pasien sudah memberikan oralit, akan tetapi selalu dimuntahkan. Sepuluh hari sebelumnya pasien sudah dirawat
di Puskesmas selama 2 hari dengan keluhan yang sama (diare, demam, muntah) dan diperbolehkan pulang
walaupun masih BAB lembek 3-4 x/hari. Hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan denyut nadi 100 x/menit isi
dan tegangan kurang, frekuensi napas 24 x/menit, dan temperatur 38.3oC. Pemeriksaan fisik ditemukan mata
cowong, abdomen cekung, auskultasi peristaltik meningkat, perkusi hipertimpani, hepar-lien dalam batas
normal, turgor kulit kembali lambat, capillary refill time <2”, dan akral hangat. Dokter memutuskan pasien
untuk dirawat inap.
1. kenapa diare berwarna kuning,busuk,tidak mnyemprot ?
Mencret seperempat cangkir karena pada diare akut, cairan yang dikeluarkan bersama feses
berjumlah lebih dari 200 ml/hari pada anak-anak. Sedangkan dalam keadaan sehat, cairan yang keluar
bersama feses hanya sekitar 100-200 ml per harinya.
Feses berwarna kuning adanya kandungan lemak yang tidak diabsorbsi oleh usus. Terjadi karena
enterotoksin dari ETEC merusak vili vili usus halus sehingga dinding mukosa usus halus tidak mampu
mengabsorbsi lemak karena getah empedu tidak melapisi lemak menjadi michelle yang dapat diserap
tubuh. Sehingga lemak tidak diserap dan langsung dikeluarkan bersama feses yang cair.
Ampas sedikit hanya sedikit penyerapan makanan yang terjadi di usus karena kerusakan mukosa
usus oleh enterotoxin bakteri.
Berbau busuk karena adanya bakteri yang menyerang mukosa usus halus. Jika virus maka akan
berbau asam.
Tidak menyemprot karena infeksi bakteri sehingga feses yang dikeluarkan tidak menyemprot. Jika
infeksi virus : virus menyerang vili vili mukosa usus halus  kerusakan dan pemendekan vili 
dinding usus tidak mampu memproduksi enzim enzim pencernaan, termasuk enzim amylase pankreas
GIT SLUR.. 1
 laktosa yang masuk ke dalam usus tidak dicerna  malabsorbsi (intoleransi) laktosa  laktosa
keluar menyemprot bersama feses.
ILMU PENYAKIT DALAM Jilid II Edisi VI

2. mengapa keluhan disertai mual,muntah,panas tinggi,dan nafsu makan menurun ?


- Mual dan Muntah
Karena adanya hipermotilitas saluran cerna dan hipersekresi dari cairan kedalam lumen usus,
mengaktifkan reseptor mual dan muntah di medulla, chemoreceptor trigger zone (CTZ) dan central
vomiting centre (CVC).
- Nafsu Makan menurun
 Karena selalu muntahkerusakan mukosa esophagus perasaan tidak nyaman untuk
menelan
 karena diare terbuangnya sumber kalori pemecahan lemak, karbohidrat dan
protein menibulkan sensasi kenyang  menekan nafsu makan dan minum.
 Inflamasi saluran pencernaan  sekresi serotonin dan zat lain  merangsang penurunan
pusat lapar dan haus
 Serotonin  merangsang mukosa saluran pencernaan kontriksi meregang  timbul
rasa tidak lapar dan haus
Sumber : Tatang Kustiman Samsi, 2000, Cermin Dunia Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanegara, Jakarta.

- Panas
Dari pola makan dan higine yang kurang tepat, sel-sel usus merubah sistem transport menjadi aktif
sekresi. Penyebab yang paling sering adalah infeksi bakteri pada usus. Beberapa kondisi yang
memungkinkan adalah, setelah bakteri berkembang dalam usus, bakteri akan menginvasi sel-sel
epitel, dan menghasilkan racun (entero, cytotoxin). Bakteri juga dapat merangsang untuk
dikeluarkannya zat-zat perantara untuk terjadinya peradangan pada usus. Kedua mekanisme tersebut
pada akhirnya akan menyebabkan sel menjadi aktif untuk mensekresi cairan ke dalam lumen usus.
Dan merangsang pengaktifan dari thermostat di otak untuk meningkatkan suhu sehingga panas.
Sumber : Tatang Kustiman Samsi, 2000, Cermin Dunia Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanegara, Jakarta.
- BAK berkurang
Karena buang air besar terus – menerus maka tubuh mengalami dehidrasi dan terjadi penurunan
sekresi ADH yang mengakibatkan penurunan dari retensi Na dan air di ginjal yang bisa
menyebabkan saluran kemih tidak mengeluarkan air.
Sumber : Marcellus Simadibrata K, Daldiyono, Diare Akut. Dalam Noer HMS-Waspadji S-Rachman AM.
Lesmana LA-Widodo D-ISbagio H-Alwi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1. Balai Penerbit FKUI.
GIT SLUR..
Jakarta. 2007. Hal. 408 – 413 2

Mual muntah
Gejala mual muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang
turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit
DEMAM
Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka
monosit, makrofag, dan sel-sel Kupffer mengeluarkan
suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL-
1(interleukin 1), TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6
(interleukin 6), dan INF (interferon) yang bekerja pada
pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan
patokan termostat. Hipotalamus mempertahankan suhu di
titik patokan yang baru dan bukan di suhu normal.
Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik
patokan menjadi 38,9° C, hipotalamus merasa bahwa suhu
normal prademam sebesar 37° C terlalu dingin, dan organ
ini memicu mekanisme- mekanisme respon dingin untuk
meningkatkan suhu tubuh (Ganong, 2002)

Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FK UI Jilid 1


3. mengapa di pf fisik didapatkan anak rewel,mata cekung,kehausan,denyut nadi meningkat ?
 Mata sangat cekung
Pada keadaan dehidrasi sedang atau berat, fontanella anterior cekung, penurunan cairan
serebrospinal, mata cekung akibat penuruna humor vitreus.
Ilmu Kesehatan Anak
 Turgor kembali lambat
Kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan
biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa
haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.
Ilmu Kesehatan Anak
 Derajat dehidrasi
Dehidrasi ringan ( hilang cairan 2-5% BB) : gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak (vox
cholerica), pasien belum jatuh dalam presyok
Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB) : turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam
presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam
Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB) : tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran
menurun (apatis sampai koma), otot2 kaku, sianosis
Sumber : Buku Ajar IPD jilid I Edisi V
4. mengapa terjadi peristaltik usus meningkat,perkusi himpertimpani,turgor kulit lambat ?
- peristaltik meningkat : ETEC  alat pelekat  enterosit
GIT SLUR..
- hipertimpani : isi usus  setengah udara dan setengah cairan 3
- trugor kulit lambat : kehilangan cairan krn bakteri  elastisistas kulit berkurang
5. kenapa pada pasien diberikan infus ringer laktat ?
Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30 mEq/l.
Kemasan : 500, 1000 ml.
Cara Kerja Obat : keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan
konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation
utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik.Klorida merupakan anion utama di plasma
darah.Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot.
Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik
termasuk syok perdarahan.
Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat
menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan
penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.
Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-paru.

(Diare Akut Klinik dan Laboratorik, Prof. DR. Dr. Suharyono, Eka Cipta)
6. derajat dehidrasi menurut WHO ?
Bagian tubuh yang Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
diperiksa
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mingigau, koma,
apatis atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan sianosi
Denyut nadi/menit Kuat < 120 Sedang (120-140) Lemah > 140

*Cara membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi :

a. Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri (C ke A)


GIT SLUR.. 4
b. Kesimpulan derajat dehidrasi penderita ditentukan dari adanya 1 gejala kunci (yang diberi tanda bintang)
ditambah minimal 1 gejala yang lain (minimal 1 gejala) pada kolom yang sama.

BUKU SAKU LINTAS DIARE EDISI 2011


GIT SLUR.. 5

7. etiologi dari skenario ?


Etiologi Diare
1.      Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing),
Kandida (Candida Albicans).
2.      Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3.      Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak,  protein.
4.      Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang.
5.      Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1.    Faktor infeksi
a.    Infeksi enteral yaitu : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama pada anak. Infeksi
enteral meliputi :
§  Infeksi bakteri : Vibrio, E coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter, Yersinia, aeromonas dan sebagainya.
§ Infeksi Virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, astovirus dan lain-lain.
§  Infeksi parasit : Cacing (ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (E. Histolytica, Giardia lambia, Trichomonas
hominis), Jamur (Candida albicans).
b.    Infeksi paraenteral yaitu : infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti Otitis media akut (OMA),
Tonsilofaringitis, Bronkopnemonie, Enchepalitis dan sebagainya.
2.    Faktor Malabsopsi
a.    Malabsobsi karbohidrat
b.    Malabsobsi lemak
c.    Malabsobsi protein
3.    Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4.    Faktor Psikologis : rasa takut dan  cemas, walaupun jarang menimbulkan diare terutama pada anak besar.
IPD FKUI Jilid 1
Diare dapat disebabakan oleh satu atau lebih patofisiologi, yaitu :
1) Osmolaritas Intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik
2) Sekresi Cairan Elektrolit yang tinggi, disebut Diare Sekretorik
3) Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak
4) defek pertukaran anion/ transport elektrolit aktif di enterosit
5) motilitas dan waktu transit usus abnormal
6) gangguan permeabilitas usus
7) inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik
8) infeksi dinding usus, disebut diare infeksi
Diare Osmotik
Diare yang disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh
obat-obat/ zat kimia yang hiperosmotik (MgSO4, Mg (OH) 2 ) malabsorbsi umum dan defek dalam
absorbsi mukosa usus, misal, pada defiseensi disakaridase, malabsorbsi glukosa/galaktosa
Diare sekretorik
GIT SLUR.. 6
Diare yang disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit usus, menurunnya absorbsi. Secara
klinis ditemukan tinja yang sangat banyak. Penyebab diare ini antaralain efek enterotoksin pada infeksi
Vibriocholera atau E.Coli, penyakit yang menghasilkan VIPOMA, gangguan absorbsi garam empedu)
dan efek obat laksatif
Diare Inflamatorik
Adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga produksi mukus yang berlebihan dam
eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen usus, inflamsi mukosa usus halus bisa disebabkan oleh infeksi
Shigella atau non infeksi ( kolitis ulseratif dan Crohn Disease )
Diare Infeksi
Infeksi ini merupakan penyebab tersering diare. Dari suduut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas
noninvasif dan invasif. Bakteri non invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri
yang disebut diaro toksogenik. Contoh diare toksogenik adalah Kolera. Enterotoksin yang dihasilkan
Vibrio Cholera merupakan protein yang menempel pada epitel usus yang lalu membentuk AMF Siklik
didinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion kloridaa yang diikuti air, ion natrium melalui
mekanisme pompa natrium tidak tergangg karena itu dikompensasi oleh meningginyaa absorbsi ion
natrium (diiringi leh air, ion kalium, ion bikarbonat, dan klorida)
Buku Ajar Penyakit Dalam FK UI

8. patogenesis dan patofisiologi dari skenario ?


Patofisiologi Diare

Patogenesis
Mekanisme dasar yang
menyebabkan timbulnya diare
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat
yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal :
toksin ) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan
elektrolit ke dalam rongga usus
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan
berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga
timbul diare
Patogenesis diare akut
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup kedalam usus setelah melewati rintangan asam lambung
2. Jasad renik tersebut berkembang biak didalam usus halus
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin
GIT SLUR.. 4. Akibat toksin tersebut terjadi 7
hipersekresi yang selanjutnya
menimbulkan Diare
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak FK UI Jilid 1
Invasi virus pada mukosa usus 
kerusakan sel villi usus kurang
mampu mengabsorpsi garam dan air.
Juga terjadi kekurangan enzim
terutama disakaridase defisiensi
enzim disakaridaseintoleransi gula
dan juga malabsorpsi lemak, protein,
vitamin, asam empedu dan mineral.
patogenesis diare disebabkan
gangguan imunologi
Dinding usus mempunyai mekanisme
pertahanan yang baik. Bila terjadi
defisiensi IgA akan terjadi
pertumbuhan bakteri yang berlebihan.
Demikian pula bila terjadi defisiensi
CMI (cell mediated immunity) dapat
menyebabkan tubuh tidak mampu
mengatasi infeksi dan infestasi parasit dalam usus bakteri, virus, parasit dan jamur yang masuk dalam
usus berkembang biak dengan leluasa dan berakibat lebih lanjut berupa diare kronik dan malabsorpsi
makanan.
(buku ajar ilmu bedah)
Patogenesis karena infeksi bakteri :
Toksin menimbulkan rangsangan secara biokimiawi terhadap adenilsiklase yang terdapat dalam sel
mukosa sel usus halus  Peningkatan adenilsiklase mengakibatkan cyclic 3.5 adesine monohosphate
(cyclic AMP) yang mengakibatkan keluarnya cairan isotonic dan elektrolit dengan segera dalam lumen
usus.
Cyclic AMP dapat diinaktifkan oleh osfodiesterase, tetapi mekanisme ini di halangi (setidak-tidaknya) pada
diare karena kolera. Kemungkinan besar adalah bahwa cyclic AMP ini menghambat masuknya Na dan Cl
dalam sel vili dan merangsang sekresi Cl dan Na oleh sel kript.
Prof. DR. dr. Suharyono, “Diare Akut, Klinik, dan Laboratorik”

Disentri
Bakteri menempel dan berkembang biak di dalam usus halus. Penempelan terjadi melalui antigen yang
menyerupai rambut getar disebut vili/ fimbria, yang melekat di reseptor permukaan usus (pada e.coli
enterotoksigenik dan V.Cholera). penempelan bakteri di mukosa dihubungkan dengan perubahan epitel
usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan / sebabkan sekresi cairan. Toksin yang
dikeluarkan bakteri akan menghambat fungsi sel epitel, mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan
meningkatkan sekresi klorida dari kripta yang sebabkan sekresi air dan elektrolit.
Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli,
dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang
dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).

PATOGENESIS
Diare karena bakteri non invasif (enterotoksigenik )
Bakteri yang tidak merusak mukosa misal ETEC, C.Perfingens mengeluarkan toksin yang terikat pada
mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan
nikotinamid adenin dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar skilk AMP dalam sel
GITyang
SLUR..
meyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti air, ion bikarbonat, kation, 8
natrium, kalium
Diare karena bakteri atau parasit (enteroinvasif)
Bakteri yang merusak antara lain EIEC, Salmonela, Shigella. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding
usus, berupa nekrosis, dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif, cairan diare mengandung lendir dan
darah
Buku Ajar Penyakit Dalam FK UI

9. apa DD dari skenario ?


D : diare cair akut : >3 kali sehari,dan kurang dari 14 hari
Dd : disentri
10. px penunjang lain dari diagnosis ?
 Hiperperistaltik
Hiperperistaltik meningkat  pengeluaran mukus di imbangi dengan peristaltik usus, jika sekresi mukus
meningkat, maka peristaltik juga akan meningkat
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton&Hall
 Ekskoriasi
Ekskoriasis  Anus disekitarnya menjadi lecet karena seringnya defekasi dengan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi
usus selama diare.
Buku Kuliah Ilmu Penyakit Anak FK UI
 Hipertimpani
KEMBUNG PADA DIARE 
Kembung pada anak diare disebabkan karena pembentukan gas di usus besar akibat laktosa yang tidak tercerna
masuk ke colon (usus besar) dan difermentasi bakteri pembusuk di situ. Selain itu penyebab kembung adalah
karena hipokalemia. Oleh karena itu cairan rehidrasi tidak lagi dengan larutan gula garam (tidak mengandung
Kalium), namun yg terbaik dengan oralit. Jika bayi/anak nyaman, bisa dilakukan pijat bayi bagian perut dengan
gerakan memutar searah jarum jam dengan hati-hati utk mendorong gas dalam perut keluar. Pemberian bawang
merah, minyak telon tidak perlu, beberapa bayi sensitif dengan minyak telon, justru membuat kulitnya rusak
akibat dermatitis kontak iritan.

0 Pemeriksaan laboraturium , meliputi


1 Pemeriksaan darah
1. Hemogram Lengkap ( Hb, eritrosit ,hematokrit, leukosit dll) untuk membantu menentukan
derajat dehidrasi dan adanya infeksi ,pemeriksaan Hb sebaiknya dikerjakan sebelum dan
sesudah rehidrasi tercapai untuk menentukan adanya anemia sebagai dasar.
2. Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam-basa.
3. Pemeriksaan elektrolit ,yaitu : Na, K, CL, Ca, Mg,
4. Osmolaritas
5. BUN ( Blood Urea Nitrogen )
6. gula darah
7. Protein Plasma
8. Berat Jenis
9. Blood Typing dan Cross matching bila transfuse darah diperlukan.
2 Pemeriksaan urin
Ditetapkan volume urin , diperiksa jenis dan albuminuri. Bila mungkin diperiksa osmolaritas urin ,
PH urin karena urin yang asam menunjukkan adanya asidosis.elektrolit urin yang diperiksa ialah Na,
K, Cl-.
3 Pemeriksaan tinja
Dicari penyebab infeksi ( sediaan langusng dicat dengan gram dan dikultur )maupun infetasi parasit
dan jamur dan adanya sindrom malabsorbsi terhadap laktosa, lemak dan lain2 . pada gastroenteritis
yang berat ( missal pada kolera ) diperhatikan volume cairan tinja yang keluar dan pmeriksaan kadar
Na, K, Cl- dan bikarbonat dalam tinja
(Diare Akut Klinik dan Laboratorik, Prof. DR. Dr. Suharyono, Eka Cipta)
GIT SLUR.. 9
DD:
1. Diare akut disertai demama dan tinja berdarah
Diare sebagai akibat mikroorganismeinfasif, biasanya di kolon, diarenya berdarah dengan jumlah
volume sedikit, awalnya diare air.
Patogen: Shigella spp, Campylobacterjejuni, Salmonella spp, Aeromonas hydrophila, V.parahaemolyticus.
Diagnosis: sulit dibedakan dengan penyakit usus inflamatorik idiopatik non infeksi, banyak leukosit di tinja,
lakukan kultur tinja.
2. Diare akut tanpa demam ataupun darah tinja.
Patogen non invasif (tinja air banyak, tidak ada leukosit tinja), nausea, vomitus, tinja seperti cucian
beras pada kasus kolera disertai muntah.
ILMU PENYAKIT DALAM Jilid II Edisi IV
Patogenesis diare akut yang disebabkan karena infeksi bakteri
Toksin dikeluarkan bakteridapat menimbulkan rangsangan secara biokimiawi terhadap adenilsiklase
yang terdapat dalam sel mukosa usus halus.Peningkatan adenilsiklase mengakibatkan meningkatnya
cyclic 3.5 adenosine monophosphate (cyclic AMP) yang mengakibatkan keluarnya cairan isotonic dan
elektrolit dengan segera dalam lumen usus. Toksin merangsang adenilsiklase dalam enterosit
meningkatkan cyclic AMP intrasel. Hal ini mengakibatkan sekresi cairan dan elektrolit oleh enterosit.
Cyclic AMP dapat diinaktifkan oleh fosfodiesterase, tetapi mekanisme ini dihalangi (terutama pada
diare karena kolera). Kemungkinan besar adalah cyclic AMP ini menghambat masuknya Na dan Cl
dalam sel villi dan merangsang sekresi Cl dan Na oleh sel kripte. Enderotoksin V. Cholerae terdiri dari
2 sub unit yang antara lain berbeda dalam berat molekulnya , sehingga disebut sub unit H ( heavy ) dan
sub unit L ( light ). Setiap toksin terdiri dari satu sub unit H dan 6 sub unit L , sub unit L mempunyai
tugas melekat pada reseptor sel membran sedangkan sub unit H akan menimbulkan gejala daripada
toksinnya, jadi toksin ( subunit L ) yang dikeluarkan oleh kuman tsb mengikat reseptor pada sel
membran yang kemudian menyebabkan bekerjanya sub unit H yang mengaktifkan enzim adenilsiklase
usus. Maka terjadi produksi Cyclic adenosine monophospate yang mengakibatkan diare sehingga terjadi
terjadi keluarnya cairan dan elektrolit.
Patogenesis yang diare akut disebabkan karena infeksi virus
Invasi virus pada mukosa usus menyebabkan kerusakan sel villi. Terjadilah villous blunting dan usus
kurang mampu mengabsorpsi garam dan air. Juga terjadi kekurangan enzim terutama disakaridase.
(Diare Akut Klinik dan Laboratorik, Prof. DR. Dr. Suharyono, Eka Cipta)
Patogenesis diare
i. Patogenesis diare pada umumnya :
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan diare adalah :
 Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
 Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi
air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
 Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
ii. Patogenesis diare akut
 Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan
asam lambung.
 Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
 Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).
 Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
iii. Patogenesis diare kronis

GIT SLUR.. Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, 10
malabsorbsi, malnutrisi, dll.
(Ilmu kesehatan anak, FKUI)

o Karena infeksi
a. bakteri
Escherichia coli - enterotoksigenik( ETEC)
- enteropatogenik (EPEC)
Salmonella
Shigella
Vibrio - V. Cholerae
- V.El tor
- V. Parahemolyticus
- V.Campylobacter jejunil
coli ( CJC )
Clostridia perfringens
Staphylococcus
Bacteroides

b. virus
Nama Jenis

Enterovirus a. virus polio : 3 tipe


b. virus coxsackie : A ( 20 tipe)
B ( 6 tipe )
c. virus ECHO
( enterocytopathogenic human
orphan virus ) : 31 tipe
Adenovierus Lebih dari 28 tipe

Reovirus Selanjutnya dikenal sebagai


Rotavirus

Norwalk agent Dikenal sebagai norwalk agent


karena diisolasi pada waktu
terjadi gastroenteritis

c parasit
 Cacing : Trichhuris trichiura,Strongyloides Stercoralis,
Ascaris lumbricoides.
 Entamoeba,
d. jamur
 Candida
o Alergi atau sensitif terhadap protein susu sapi atau Cow’s Milk Protein sensitive enteropathy
( CMPSE ).
o Malnutrisi , pada anak malnutrisi serangan diare lebih sering dan lebih mudah.semakin buruk
keadaan gizi anak , semakin sering semakin berat diare yang diderita.
o Kurangnya daya tahan tubuh ( sistem imun ) sehingga mudah terserang penyakit.
o Malabsorbsi :
 Malabsorbsi karbohidrat , dengan adanya kerusakan mukosa , epitel dan mikrovilli usus maka
terdapat depresi aktivitas enzim disakarida, laktase lebih mengalami depresi daripada sukkrase
dan maltase.
GIT SLUR.. Karbohidrat yang tidak diserap akan mengakibatkan beban osmotik meningkat ( diare berair ) 11
oleh bakteri dalam kolon akan dibentuk gas ( abdomen kembung , tinja berbuih , flatus ) dan
asam2 organik dibentuk seperti asam laktat ( tinja bersifat asam ) dan adanya gula dalam tinja
( reduksi positif )
 Malabsorbsi lemak : terdapat gangguan absorbsi lemak dalam usus sehingga lemak keluar secara
berlebihan dalam tinja.terdapatnya lemak dalam tinja melebihi 5 gram perhari disebut Steatore.
 Malabsorbsi protein
Mal absorbsi protein bisa pada keadaan 2 utama yaitu : gangguan pankreas dan
kelainan mukosa usus halus.
o Keracunan makanan : misal keracunan bahan2 kimia
(Diare Akut Klinik dan Laboratorik, Prof. DR. Dr. Suharyono, Eka Cipta)
Karakteristik klinik diare osmotik :
 Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap secara aktif. Kadar
natrium dalam darah cenderung tinggi.
 pH tinja menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri
 Diare akan berhenti bila pasien puasa.

Karakteristik klinik diare sekretorik :


 Diare jumlahnya sangat banyak sehingga selalu menimbulkan gejala klinik yang sangat jelas.
 Kadar elektrolit pada tinja hampir sama dengan osmolaritas
 pH tinja normal
 Kehilangan natrium relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan kehilangan kalium.
 Diare tetap berjalan sampai cairan tubuh habis
Gastroenterologi hepatologi

2. Gejala dan tanda diare


 Dehidrasi, bila telah kehilangan banyak cairan
 Berat badan turun
 Turgor kulit berkurang
 Mata dan ubun-ubun cekung
 Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit nampak kering
(Buku Kuliah IKA 1, 1985, FKUI)
Gejala-gejala yang timbul akibat diare :
A. Akibat kehilangan cairan tubuh:
1. Turgor kulit berkurang
2. Nadi lemah hingga tidak teraba
3. Takikardi
4. Mata cekung
5. Ubun-ubun cekung
6. Suara parau
7. Kulit dingin
8. Jari-jari sianosis
9. Membran mukosa kering
10. Anuri-Uremia
B. Akibat kehilangan elektrolit tubuh:
1. Defisit Bikarbonat (Asidosis)
1 Muntah
2 Pernafasan cepat dan dalam (Tipe Cuszmaul)
3 Cadangan jantung menurun
4 Memacu defisiensi kalium intrasel
2. Defisiensi Kalium
1 Lemah otot
2 Aritmia jantung
3 Ileus Paralitik (Distensi abdomen)
3. Hipoglikemia (Sering terjadi pada anak dengan malnutrisi)
GIT SLUR.. 1 Kejang dan Koma 12

(Diare Akut Klinik dan Laboratorik, Prof. DR. Dr. Suharyono, Eka Cipta)

11. bagaimana tata laksana diare menurut WHO ?


Penatalaksanaan Diare
Rehidrasi
1.      Jenis cairan
1)      Cara rehidrasi oral
–   Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit, pedyalit setiap kali diare.
–   Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2)      Cara parenteral
–  Cairan I  : RL dan NS
–  Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1  + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
–  HSD (half strengh darrow) D ½  2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
2.      Jalan pemberian
1)      Oral  (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2)      Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3.      Jumlah Cairan ; tergantung pada :
1)      Defisit ( derajat dehidrasi)
2)      Kehilangan sesaat (concurrent less)
3)      Rumatan (maintenance).
4.      Jadwal / kecepatan cairan
1)      Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13 kg : maka
pemberianya adalah :
–   BB (kg) x 50 cc
–   BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
2)      Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam  atau 5 tetes/kg/mnt
Terapi
1.      obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2.      onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3.      antibiotik :  bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
Dietetik
a.         Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan  padat / makanan cair atau susu
b.         Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen atau semi elemental
formula.
Supportif
GIT SLUR.. 13
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun
Penatalaksanan Diare
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah
Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi
bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk
mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

4. Antibiotik Selektif

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

1. Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit
osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang
dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi
(Kemenkes RI, 2011).
a. Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret


Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang


Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian
oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.
(Kemenkes RI, 2011)
Tabel 2.2. Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur
Umur Jumlah oralit yang Jumlah oralit yang
diberikan tiap BAB disediakan di rumah
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4
bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5
bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari
Sumber: Depkes RI, 2006
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1
sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum
GITlangsung
SLUR.. dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan 14
misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti (Juffrie,
2010).

2. Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS
(Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi
frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3
bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami
diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan
tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI,
2011).

3. Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar
tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih
sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6
bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang
mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2011).

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan
oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011). Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada
anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali
muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).

5. Pemberian Nasihat

Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang:

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

a. Diare lebih sering

b. Muntah berulang

GITc.SLUR..
Sangat haus 15
d. Makan/minum sedikit

e. Timbul demam

f. Tinja berdarah

g. Tidak membaik dalam 3 hari.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31092/4/Chapter%20II.pdf

12. bagaimana cara pencegahan dari skenario ?


Penatalaksanaan Diare
Rehidrasi
1.      Jenis cairan
1)      Cara rehidrasi oral
–   Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit, pedyalit setiap kali diare.
–   Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2)      Cara parenteral
–  Cairan I  : RL dan NS
–  Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1  + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
–  HSD (half strengh darrow) D ½  2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.
2.      Jalan pemberian
1)      Oral  (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2)      Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3.      Jumlah Cairan ; tergantung pada :
1)      Defisit ( derajat dehidrasi)
2)      Kehilangan sesaat (concurrent less)
3)      Rumatan (maintenance).
4.      Jadwal / kecepatan cairan
1)      Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13 kg : maka
pemberianya adalah :
–   BB (kg) x 50 cc
–   BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
2)      Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam  atau 5 tetes/kg/mnt
Terapi
1.      obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
2.      onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
3.      antibiotik :  bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
GIT SLUR.. 16
Dietetik
a.         Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan  padat / makanan cair atau susu
b.         Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen atau semi elemental
formula.
Supportif
Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 – 5 tahun
Penatalaksanan Diare
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah
Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi
bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk
mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

4. Antibiotik Selektif

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit
osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang
dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi
(Kemenkes RI, 2011).

a. Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret


Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang


Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian
oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.
(Kemenkes RI, 2011)
Tabel 2.2. Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur
Umur Jumlah oralit yang Jumlah oralit yang
diberikan tiap BAB disediakan di rumah
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4
GIT SLUR.. bungkus) 17
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5
bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari
Sumber: Depkes RI, 2006
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1
sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum
langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan
misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti (Juffrie,
2010).

2. Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS
(Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi
frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3
bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami
diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan
tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI,
2011).

3. Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar
tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih
sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6
bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang
mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2011).

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan
oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011). Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada
anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali
muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).

5. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare
GIT SLUR..lebih sering 18
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31092/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai