Disusun Oleh :
Rizky Ramadhani Putri
30101800153
Pembimbing :
dr. Amrita, Sp.PD.
Pembimbing
2
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 33 tahun
Alamat : Kudus
Agama : Islam
Nomor RM : 849xxx
B. DATA DASAR
1. Keluhan Utama
keluhan utama perut terasa penuh sejak satu hari SMRS. Pasien juga mengeluh
3
perutnya terus membesar dan sering cegukan post Hemodialisa 1 hari yang lalu.
Pasien juga sempat mengalami kejang 1x lalu pingsan. Perut terasa penuh yang
pasien rasakan makin memberat setelah makan, dan terasa panas dibagian perut
tengah atas Terkadang pasien suka ngos-ngosan saat beraktivitas. Pasien juga
mengeluh mual dan muntah serta batuk tidak berdahak. Keluhan tersebut
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Pasien memiliki
Riwayat gagal ginjal dan hipertensi yang tidak terkontrol. Pasien mengaku baru
sekali menjalani cuci darah . Pasien tidak mengkonsumsi alcohol, jarang minum
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien.Kakak
pasien memiliki riwayat Hipertensi. Riwayat gula darah tinggi disangkal. Riwayat
4
C. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Composmentis
RR : 20x/menit
Suhu : 36oC
SpO2 : 97%
1. Status generalis:
telangiektasis) (-)
Kepala :Mesocephal
Interpretasi : Anemis
2. Paru-paru
5
Auskultasi : Ronki (-/-), wheezing(-/-)
3. Jantung:
Perkusi :
Auskultasi :
Bising :-
Interpretasi : Normal
Abdomen:
Inspeksi :
Tampak cembung, warna kulit sama dengan sekitar, caput medusa (-),
6
Perkusi : Pekak pada 4 kuadran
Palpasi :
Nyeri tekan abdomen (-), Massa (-), defence muscular (-) Test undulasi (+),
shifting dullness (+), Hepar tidak dpat dinilai dan Lien tidak dapat dinilai
Interpretasi : Asites
4. Ekstremitas:
7
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
3. FOTO THORAX
8
Cor : Membesar, batas kiri ke laterocaudal
9
E. ABNORMALITAS DATA
1. Anamnesis :
2. Pemeriksaan Fisik :
- Hipertensi grade 1
- Kardiomegali
- Pitting edem kedua ekstremitas bawah
- Test undulasi (+) shifting dullness (+)
3. Pemeriksaan Penunjang :
- Kardiomegali (LVH)
- Anemia Normokromik,
- Limfopenia,
- Ureum dan kreatinin meningkat
- Uric acid meningkat
F. PROBLEM LIST
1. Anemia Mikrositik
3. Hipertensi Grade 1
4. Acites
10
G. RENCANA PEMECAHAN MASALAH
11
4. ASITES
12
TINJAUAN PUSTAKA
A. CKD
Definisi Penyakit Ginjal Kronis adalah penurunan fungsi ginjal secara kronis yang
memerlukan waktu bulanan hingga tahunan yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal (Glomerulus Filtration Rate) <60 ml/min/1.73mm2 dan rasio almbuminuria :
kreatinin sebesar > 30mg/g tidak terikat pada umur, tekanan darah, dan apakah
teradapat diabetes atau tidak pada pasien. Penyakit ginjal kronis juga tidak hanya
didefinisikan sebagai penyakit ginjal stase akhir atau End Stage Renal Disease (ESRD),
namun juga diasosiasikan dengan komplikasi-komplikasi penyakit ginjal kronis seperti:
anemia, hiperparatiroid, hiperphospatemia, penyakit jantung, infeksi, dan fraktur yang
khusus terdapat pada CKD-MBD (Chronic Kidney Disease – Mineral Bone Disorder).
Namun penurunan GFR dan albuminuria tidak merupakan pengukuran yang
simptomatis simtomatis namun merupakan pengukuran langsung dari fungsi ginjal dan
kerusakan ginjal.
Penyebab tersering penyakit ginjal kronis yang diketahui adalah diabetes melitus,
selanjutnya diikuti oleh tekanan darah tinggi dan glomerulonephritis. Penyebab lainnya
dapat berupa idiopatik. Namun penyebab-penyebab dari penyakit ginjal kronis dapat
diklasifikasikan berdasarkan anatomi ginjal yang terlibat :
- Penyakit vaskular, yang dapat melibatkan pembuluh darah besar seperti bilateral artery
stenosis, dan pembuluh darah kecil seperti nefropati iskemik, hemolytic-uremic
syndrome, dan vasculitis
13
- Kelainan pada glomerulus yang dapat berupa
Penyakit glomerulus primer seperti nefritis dan focal segmental
glomerulosclerosis
Penyakit glomerulus sekunder seperti nefropati diabetic dan lupus nefritis
- Penyakit bawaan seperti penyakit ginjal polikistik
- Nefropati obstruktif yang dapat berupa batu ginjal bilateral dan hyperplasia prostate
- Infeksi parasite (yang sering berupa enterobiasis) dapat menginfeksi ginjal dan
menyebabkan nefropati
Penyakit ginjal kronis juga dapat idiopatik yang mempunyai gejala yang berupa
penuruhnan aliran darah ke ginjal yang menyebabkan sel ginjal menjadi nekrosis.
KLASIFIKASI
Klasifikasi penyakit ginjal kronis menurut KDIGO pada tahun 2012 meliputi
kriteria penurunan GFR dan peningkatan rasio albuminuria dan serum kreatinin.
Klasifikasi penyakit ginjal kronis menurut KDIGO bertujuan untuk menentukan
penanganan pasien, dan urgensi penanganan dari penyakit ginjal kronis tersebut.
Kriteria pertama yang digunakan KDIGO untuk menentukan urgensi penyakit
ginjal kronis adalah GFR, GFR (Glomerulus Filtration Rate) merupakan kemampuan
glomerulus ginjal untuk memfiltrasi darah. GFR dapat dihitung dengan menggunakan
jumlah serum creatinine dengan rumus menggunakan formula GFR MDRD sebagai
berikut
GFR = 186 x Scr -0.830 x age0.230 x 1 (male) / 0.742 (female)
Hasil GFR dapat diinterpretasikan dengan tabel berikut
14
Selanjutnya dilakukan pengukuran albuminuria dan serum kreatinin untuk
mengetahui katergori penyakit ginjal kronis berdasarkan rasio almbuminuria dan serum
kreatinin. Kategori menurut KDIGO 2012 dapat dilihat pada tabel berikut
15
Pada pasien ini jika dihitung dengan rumus GFR didapatkan hasil 7,33 ml/min/1,73m sehingga
dapat dikatakan Grade 5
Manifestasi Klinis
Penyakit ginjal kronis secara umum pada stadium awal tidak terdapat gejala yang khas,
namun penyakit ginjal kronis stadium awal hanyak dapat dideteksi dengan peningkatan
serum kreatinin dan proteinuria. Namun jika fungsi ginjal terus menerus mengalami
penurunan akan menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut:
- Peningkatan tekanan darah akibat kelebihan cairan dan produksi dari hormone
vasoaktif yang diekskresikan oleh ginjal melalui sistam Renin-Angiotensin-
Aldosterone-System (RAAS), menyebabkan resiko penderita penyakit ginjal kronis
menderita hipertensi atau penyakit jantung kongestif
- Akumulasi urea pada darah yang menyebabkan uremia, gejala uremia dapat berupa
pericarditis, ensefalopati, gastropati. Akibat jumlah urea yang tinggi dalam darah, urea
dapat diekskresikan melalui kelenjar keringat dalam konsentrasi tinggi dan mengkristal
pada kulit yang disebut dengan “uremic frost”
16
- Kalium terakumulasi dalam darah sehingga menyebabkan hiperkalemi yang
mempunyai gejala-gejala seperti malaise, hingga aritmia jantung. Hiperkalemi dapat
terjadi jika GFR dari ginjal mencapai <25 ml/min/1.73mm3 dimana kemampuan ginjal
mengekskresikan kalium melalui berkurang
- Penurunan produksi eritropoietin yang dapat menyebabkan penurunan produksi sel
darah merah yang dapat menyebabkan anemia, eritropoietin diproduksi di jaringan
interstitial ginjal, dalam penyakit ginjal kronis, jaringan ini mengalami nekrosis
sehingga produksi eritropoietin berkurang
- Overload volume cairan yang disebabkan oleh retensi natrium dan cairan pada ginjal
sehingga dapat menyebabkan edema ringan hingga edema yang mengancam nyawa
misalnya pada edema paru
- Asidosis metabolic yang disebabkan oleh akumulasi dari fosfat dan urea. Asidosis juga
dapat disebabkan oleh penuruan kemampuan produksi ammonia pada sel-sel ginjal.
- Anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh beberapa factor yaitu: peningkatan
inflamasi yang disebabkan oleh akumulasi urea, penurunan eritropoietin dan penurunan
fungsi sumsum tulang.
17
Hipertensi
Mekanisme kerusakan ginjal oleh hipertensi disebabkan oleh penebalan sel-sel tunica
intima pada glomerulus ginjal, penebalan sel tunica intima menyebabkan mengecilnya
vaskular yang berujung pada mengecilnya aliran pembuluh darah ke bagian glomerulus,
berkurangnya aliran pembuluh darah ke glomerulus menyebabkan aktifnya system
Renin Angiotensin-Aldosteron yang menyebabkan kenaikan tekanan darah lebih lanjut
sehingga terjadi kerusakan ginjal yang permanen.
Diabetes Melitus
Patofisiologi penyakit ginjal kronis untuk diabetes melitus melibatkan hiperglikemia
yang memicu pembentukan reactive oxygen species (ROS) dan Advanced
Glycosylation End Products (AGE). Pembentukan AGE dan ROS menyebabkan terjadi
stress oxidative pada jaringan nefron ginjal. Peningkatan stress oxidative pada nefron
ginjal menyebabkan kenaikan permeabilitas ginjal lalu terjadinya proteinuria, efek lain
kenaikan permeabilitas glomerulus juga mengaktifkan system RAAS yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah dan lebih jauh meningkatkan permeabilitas ginjal
dan memperparah kerusakan ginjal.
Mekanisme lain dari kerusakan ginjal dimana AGE dan ROS menstimulasi
pembentukan growth factor, growth factor yang terbentuk berupa TGF, VEGF, dan
PDGF. Pembentukan growth factor tersebut dapat menyebabkan terjadinya fibrosis
pada ginjal dan menurunkan GFR.
18
B. HIPERTENSI GRADE I
Definisi Hipertensi
Pada pasien ini didapatkan tekanan darahnya 154/96 mmHg sehingga pasien termasuk
dalam katergori Hipertensi Grade 1.
C. ANEMIA MIKROSITIK
19
diferensiasi dan maturasi prekursor eritroid. Keadaan anemia terjadi karena
defisiensi eritropoietin yang dihasilkan oleh sel peritubular sebagai respon
hipoksia local akibat pengurangan parenkim ginjal fungsional. Respon tubuh
yang normal terhadap keadaan anemia adalah merangsang fibroblas peritubular
ginjal untuk meningkatkan produksi EPO, yang mana EPO dapat meningkat
lebih dari 100 kali dari nilai normal bila hematokrit dibawah 20%. Pada pasien
PGK, respon ini terganggu sehingga terjadilah anemia dengan konsentrasi EPO
yang rendah, dimana hal ini dikaitkan dengan defisiensi eritropoietin pada PGK.
Faktor lain yang dapat menyebabkan anemia pada PGK adalah defisiensi besi,
defisiensi vitamin, penurunan masa hidup eritrosit yang mengalami hemolisis,
dan akibat perdarahan.
20
Pada pasien ini didapatkan Hb 7,1 g/dl sehingga termasuk kriteria Anemia Sedang menurut
WHO. Dan ditemukan kadar MCV 73,2 fl sehingga termsuk kriteria Anemia Mikrositik.
D. ASITES
21
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum.
transudasi dan eksudasi. Asites yang ada hubungannya dengan sirosis hati dan
Infeksi pada cairan asites akan lebih memperberat perjalanan penyakit dasarnya
oleh karena itu asites harus dikelola dengan baik (Setiati et al., 2014).
membedakan asites akibat hipertensi portal. Protein, LDH, dan kultur cairan
DAFTAR PUSTAKA
22
Kuncoro, Arie Soeroyo.; 2009; 30:38-40 ISSN 0126/3773; Jurnal Kardiologi Indonesia;
Jakarta
Yancy, C.W.; Jessup, M.; Bozkurt, B.; Butler, J.; Casey, D.E., Jr.; Drazner, M.H.;
Fonarow, G.C.; Geraci, S.A.; Horwich, T.; Januzzi, J.L.; et al. 2013
Task Force on Practice Guidelines. J. Am. Coll. Cardiol. 2013, 62, e147–e239.
Watson, R.D.; Gibbs, C.R.; Lip, G.Y. ABC of heart failure. Clinical features and
Talley, N. J., Frankum, B. and Currow, D. (2015) Essentials Of Internal Medicine. 3rd
Mahmood, S. S., & Wang, T. J. (2013). The epidemiology of congestive heart failure:
https://doi.org/10.1016/j.gheart.2012.12.006
Moreno Chulilla, J. A., Romero Colás, M. S., & Gutiérrez Martín, M. (2009).
23