Anda di halaman 1dari 61

TOP TEN DISEASE

INFEKSI SALURAN KEMIH

Disusun oleh :
Yemima Elizabet Zolafide, S. Ked (1308012019)

Pembimbing :
dr. Adjunias Maifa, Sp.PD

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


SMF/BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. W.Z.JOHANES
KUPANG
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling
banyak terjadi. Menurut National Ambulatory Medical Care Survey dan National
Hospital Ambulatory Medical Care Survey tahun 1997, di Amerika Serikat infeksi
saluran kemih sedikitnya terjadi pada 7 juta kunjungan pasien ke rumah sakit dan 1 juta
kunjungan pasien di instalasi gawat darurat, serta 100.000 pasien yang dirawat inap di
rumah sakit. Infeksi saluran kemih merupakan salah satu jenis infeksi nosokomial yang
angka kejadiannya paling tinggi di Indonesia yaitu sekitar 39%-60% menurut hasil
penelitian yang dilakukan di dua kota besar di Indonesia. Data dari survey yang dilakukan
oleh kelompok peneliti AMRIN (Anti Microbal Resistance In Indonesia ), di RSUP Dr.
Kariadi Semarang tahun 2002, angka kejadian ISK merupakan yang paling tinggi yaitu 11%.
Infeksi saluran kemih bisa terjadi pada semua usia. Wanita lebih rentan terkena ISK daripada
pria. Separuh dari semua wanita dapat mengalami 1 kali infeksi saluran kemih selama
hidupnya. Uretra wanita yang pendek mengakibatkan kandung kemih mudah dicapai
oleh kuman-kuman dari dubur. Bila ISK tidak segera diatasi dengan tepat, bisa semakin
parah dan terjadi kerusakan ginjal yang tidak pulih. (1)
Pengobatan infeksi saluran kemih sebagian besar lebih dititikberatkan pada
penggunaan antibiotik. Antibiotik yang dipakai untuk ISK harus memenuhi beberapa
syarat selain aktif terhadap bakteri penyebab, yaitu harus mempunyai kadar dalam kemih
yang tinggi dan kadar dalam darah yang rendah, serta tidak boleh mengganggu resistensi
kolonisasi dari usus besar.(1)
BAB 2

LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

Nama : Nn. FA

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Siswa

Alamat : Oebobo

Agama : Kristen

Status Pernikahan : Belum Menikah

Suku Bangsa : Rote

Pembayaran : BPJS kelas III

Ruang : Cempaka

Tanggal MRS IGD : 10/01/2020 Pkl. 11.30 WITA

Tanggal MRS ruangan : 10/01/2020


A. Anamnesis

Pasien dianamnesis pada tanggal 10/01/2020

Keluhan Utama :

Nyeri uluh hati sejak 2 minggu yang lalu SMRS

Riwayat Penyakit sekarang :

Pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 2 minggu SMRS dan memberat sekitar
5 hari SMRS. nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk dan hilang timbul serta tidak menjalar.
Nyeri bertambah berat saat pasien terlambat makan dan berkurang dengan obat lambung.
Pasien juga mengeluhkan muntah sejak 1 minggu . Muntah setiap kali makan. Muntah
berisi makanan dengan jumlah volume muntah ¼ gelas aqua. Sehari pasien muntah 2 – 3
kali. Keluhan tidak bertambah dan berkurang dengan apapun. Pasien juga mengeluhkan
sering kencing tiap malam. Tidak ada nyeri saat berkemih. BAB normal. Pasien
sebelumnya dirawat di RS Mamami, kemudian dirujuk karena belum ada perbaikan dan
untuk melakukan USG abdomen

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien sudah mengalami nyeri ulu hati yang hilang timbul sejak 1 tahun terakhir karena
pasien sering lupa makan namun pasien tidak berobat .

Riwayat Keluarga :

Penyakit keturunan atau penyakit menular tidak ada

Riwayat Pengobatan :

Pasien dirawat di Mamami selama 5 hari, karena keluhan tidak membaik , di rujuk ke
RSUD Yohannes Kupang. Selama di RS Mamami pasien mendapatkan terapi :

 Ivfd RL : d5% = 1 : 1 / 24 Jam


 Ranitidine 2x1
 Anatasida 3 x c1
 Drip antrain extra + drip ondansentron ekstra

Riwayat Kebiasaan :
Pasien jarang makan dan sering terlambat makan, pasien juga kadang makan satu kali
sehari . Satu kali makan hanya 4-5 sendok makan. Pasien jarang berolahraga . merokok
(-), minum alkohol (-)

Riwayat Sosial Budaya dan Lingkungan :


Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah permanen milik keluarganya. Pasien
adalah Siswi kelas 3 SMA dengan aktivitas sekolah yang padat sehingga pasien sering
kali terlambat makan atau hanya makan sekali sehari. Biaya hidup pasien ditanggung oleh
ayah dan ibu pasien

B. Review Sistem
 Sistem penglihatan : tidak ada keluhan
 Sistem pendengaran, pengecapan, dan penghidu : tidak ada keluhan
 Sistem pernapasan : tidak ada keluhan
 Sistem kardiovaaskuler : tidak ada keluhan
 Sistem pencernaan dan system urinaria : nyeri ulu hati
 Sistem neurologi : tidak ada keluhan
 Sistem musculoskeletal : tidak ada keluhan
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6

Tinjauan Sistem :
a. Tanda-tanda vital :
 Tekanan darah :110/80 mmHg
 Nadi : 966x/menit
 Suhu :37,0 ˚C
 Pernapasan : 20x/menit
 SpO2 : 98%
b. Antropometrik :

Berat badan : 45 kg

Tinggi badan : 156 cm

IMT : 18.49 Kg//m2

Status gizi : normal
Status Generalis
 Kulit : pucat (-), kuning (-)
 Kepala: normocephal, rambut tidak mudah dicabut
 Mata :
o Konjungtiva : anemis (-/-)
o Sklera : ikterik (-/-)
o Pupil : isokor
o RCL : (+/+)
o Lensa keruh : (-/-)
o Eksophtalmus : (-/-)
 Hidung : Rhinore -/-, tidak ada deformitas, tidak ada deviasi
septum
 Mulut :
o Mukosa bibir kering dan mukosa lidah lembab
o Lidah : leukoplakia (-)
o Sisa makanan (-)
o Darah (-)
o Sudut nasolabialis D=S
 Telinga : othore (-/-), tanda peradangan (–)
 Leher :
o Pembesaran KGB : (-)
o Penggunaan otot bantu pernapasan (-)
o Trakea letak ditengah
• Pulmo (Anterior)
• Inspeksi : pengembangan dada simetris kiri dan kanan baik saat statis
ataupun dinamis , otot bantu pernapasan (-)
• Palpasi : taktil fremitus normal Dextra = Sinistra
• Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
• Auskultasi :

Vesikuler Ronkhi Wheezing


+ + - - - -
 Pulmo + + - - - - (posterior)
 + + - - - - Inspeksi : jejas
tidak ada
 Palpasi : taktil fremitus normal Dextra = Sinistra
 Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
 Auskultasi :

Vesikuler Ronkhi Wheezing


+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -

 Cor
– Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
– Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS 5 midclavicula sinistra
– Perkusi : Redup
 batas atas jantung : ICS 2 linea parasternal kanan
 batas bawah jantung : ICS 4 linea midclavicula sinsitra
 batas kanan jantung : ICS 4 linea parasternal kanan
 batas kiri jantung : ICS 5 linea midclavicula sinistra 
– Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
– Inspeksi : datar, supel, jejas (-), massa -), scar (-)
– Auskutasi : BU (+) 12x/menit
– Palpasi : Nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar tidak, lien tidak
teraba dibawah arcus costae, shifting dullness (-), Ballotemen
Ginjal (-)
– Perkusi : Timpani, liver span 9 cm, Tes Nyeri Ketok Costovertebra angle (+)
 Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai -/-, Kekuatan motorik : 5
5/ 5 5
D. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Hematologi tanggal 10/1/2020

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Hb 12,5 g/dL 13.0 – 18.0
Hematokrit 37.6 % 40.0 – 54.0
MCV 73,2 L fL 81.0 – 96.0
MCH 24.3 L Pg 27.0 – 36.0
MCHC 33.2 g/L 31.0 – 37.0
Jumlah Lekosit 9.50 10^3/ul 4.0 – 10.0
Eosinofil 0,1 % 0–4
Basofil 0,2 % 0–1
Neutrofil 71.9 % 30 – 80
Limfosit 20.7 % 20 – 60
Monosit 5.1 % 2 – 15
Jumlah trombosit 281 10^3/ul 150 – 400
GDS 86 mg/dL 70-150
BUN 6,0 mg/dL <48
Kreatinin 0,59 mg/dL 0,7-1,3
Natrium darah 139 mmol/L 132-147
Kalium 4,0 mmol/L 3,5-4,5
Klorida 98 mmol/L 96-111
Ion Kalsium 1,250 mmol/L 1,120-1,320
Total Kalsium 2,4 mmol/L 2,2-2,55
E. Laboratorium Urinalisa tanggal 10/1/2020
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1,005 1,000-1,030
Ph 8,0 4,5-8,0
Lekosit Esterase +3 Leu/uL Negatif
Nitrat - Mg/dL Negatif
Protein - Mg/dL Negatif
Glukosa - Mg/dL Negatif
Keton - Mg/dL Negatif
Bilirubin - Mg/dL Negatif
Kreatinin - Mg/dL Negatif
Darah - Mg/dL Negatif
Sedimen Eritrosit - /lpb Negatif
Sedimen sel epitel Penuh/lpb /lpk 0-2
Sedimen lekosit Penuh/lpb /lpb 0-5
Sedimen silinder - /lpk Negatif
Sedimen bakteri - /lpb Negatif
POMR

Clue and Cue Problem DD Planing Planning Planning Edukasi


List Diagnosis Therapy Monitori
ng

Wanita 19 tahun 1. Dispepsia 1.1 Dis- Endoskopi IVFD RL : TTV KIE


Nyeri uluh hati (+) Sindrome pepsia D5% 1; 1 / tentang
2 minggu fungsion 24 jam Tanda kondisi
muntah (+) al Omeprazol bahaya : pasien
Sulit makan (+) e 2 x 20 mg Nyeri
Kehuhan berlang 1.2 Dis- perut KIE
selama 1 tahun pepsia nutrisi : hebat , penyeaki
terkahir organik -Makan Melena t pasien
Riwayat kebiasaan porsi kecil atau
makan sekali sehari tapi sering hemeteme Pencega
(+) sis, han
Riwayat 1.3 Dis- -makan Muntah penyakit
pengobatan : pepsia makanan terus
Ranitidine 2 x 1 sistemik konsistensi menerus
ampl lunak
Anatasida 3 x 1 C dengan
Drip antran extra + rendah
drip ondansentron lemak dan
ekstra serat

GCS : E4V5M6 -Hindari


TTV mkananan
TD : 110/ 80 pedas,
mmHg N : 96x/ berlemak
mnt S : 37oC RR : dan bergas
20x/ mnt spO2 : 98
%
Bb : 45 kg TB : 156
cm IMT : kg/ m2
( menurut pasien )
status gizi :
normal
Vas : 4
Pemfis :
Abs : Nyeri tekan
epigastrium (+)

Clue and Cue Problem DD Planing Planning Planning Edukasi


List Diagnosis Therapy Monitori
ng

Wanita 19 tahun 2. ISK 2.1 Uppe Kultur Ciprofloxac Keluhan KIE


Sering kencing tiap r UTI Urin in 2x500 tentang
malam mg po kondisi
Tidak nyeri saat 2.2 Low USG pasien
berkemih er UTI Abdomen
KIE
GCS : E4V5M6 penyeaki
TTV t pasien
TD : 110/ 80
mmHg N : 96x/ Pencega
mnt S : 37oC RR : han
20x/ mnt spO2 : 98 penyakit
%
Bb : 45 kg TB : 156
cm IMT : kg/ m2
( menurut pasien )
status gizi :
normal
Vas : 4
Pemfis :
Nyeri ketok CVA
( +)
Leukosit esterase :
+3
Leukosit penuh
Bakteri -
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Infeksi Saluran Kemih (ISK)


1.1.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya


mikroorganisme di dalam saluran kemih. Air kemih dalam saluran kemih biasanya
steril (dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain), namun ujung uretra bagian bawah dapat dihuni oleh bakteri
dan jumlah bakteri berkurang dibagian uretra yang dekat dengan kandung kemih.
Secara umum, faktor penyebab yang memudahkan terjadinya infeksi saluran
kemih adalah adanya penghambatan aliran air kemih, refluks vesiko ureter,
adanya sisa air kemih dalam buli-buli (organ yang menyerupai kantung),
pemakaian instrumentasi, dan kehamilan. Bakteri cemaran biasanya berada dalam
jumlah antara 1000 sampai dengan 100.000 koloni per mL UPT. Infeksi saluran
kemih dapat terjadi baik pria maupun wanita dari segala usia1.

Infeksi saluran kemih merupakan sekumpulan dari berbagai sindrom yaitu


uretritis, sistitis, prostatitis, dan pielonefritis. Infeksi saluran kemih adalah infeksi
bakteri yang paling sering terjadi terutama pada wanita subur. sekitar 60% dari
perempuan cenderung mengalami infeksi saluran kemih selama hidup
mereka,dengan sekitar seperempat dari mereka mengalamai infeksi saluran kemih
berulang dalam waktu satu tahun. Infeksi saluran kemih didefinisikan sebagai
keberadaan mikroorganisme di saluran kemih yang dimana saluran tersebut harus
terhindar dari kontaminasi mikroorganisme. Organisme ini memiliki potensi untuk
menyerang jaringan yang berada di saluran kemih dan struktur yang lebih
kompleks. Infeksi saluran kemih dapat terjadi dengan berbagai gejala yang
berhubungan dengan respon inflamasi terhadap invasi mikroba dan hal ini dapat
terjadi pada bakteriuria asimptomatik yang terjadi pada pielonefritis yang
dikarenakan oleh bakteriuria maupun sepsis (Dipiro, 2011).

1.1.2 Struktur Anatomi Saluran Kemih

Saluran kemih adalah sistem yang berdekatan dengan hollow-organ yang


memiliki fungsi utama yaitu mengumpulkan, mengangkut, menyimpan dan
mengeluarkan urin secara berkala dan terkoordinasi. Oleh karena itu, saluran
kemih memastikan eliminasi produk metabolisme dan limbah racun yang
dihasilkan ginjal. Proses dari aliran urin yang konstan didalam saluran kemih
bagian atas eliminasi intermiten dari saluran kemih bagian bawah juga
memainkan peran yang penting dalam membersihkan saluran kemih dari mikroba
yang sudah memiliki akses masuk saluran kemih. Ketika urin tidak tereliminasi,
saluran kemih bertindak efektif sebagai sistem yang tertutup, tidak dapat diakses
oleh mikroba. Terdiri dari proksimal ke distal, papila ginjal, pelvis ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra yang dimana masing-masing komponennya memiliki
ciri anatomis yang berbeda dan menunjukkan fungsi kritis1,2

Gambar 2.1.2 Anatomi Saluran Kemih (Marieb, 2009)

Sistem saluran kemih secara keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dari
saluran kemih yang berisiko mengalami infeksi yang dapat mempengaruhi setiap
bagian saluran kemih. Ginjal adalah organ paling penting dan dikenal dalam
melakukan fungsi regulasi penting. Ginjal merupakan filter bawaan dan
memainkan peran penting dalam menghilangkan limbah larut air yang tidak
diinginkan dari darah dan juga melakukan reabsorbsi bahan penting seperti asam
air, glukosa dan asam amino. Ginjal dikenal sebagai tempat produksi urin yang
dialihkan ke kandung kemih dengan cara struktur tubular tipis yang dikenal
sebagai ureter. Kandung kemih adalah organ otot yang fleksibel yang menampung
urin yang dikumpulkan dari ginjal sebelum dibuang. Limbah yang larut air
dikumpulkan dalam bentuk urin dan kemudian dikeluarkan dari alat kelamin
melalui uretra yang menghubungkan kandungkemih dan alat kelamin. Proses
produksi dan pembuangan urin merupakan proses yang sistematis dan infeksi
saluran kemih sangat mempengaruhi proses ini dan dapat mengakibatkan berbagai
gejala pada pasien2
1.1.3 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi menargetkan bagian yang berbeda dari saluran kemih dan bisa
terjadi pada saluran kemih bagian atas dan saluran kemih bagian bawah. Infeksi
saluran kemih dinamai berdasarkan tempat terjadinya infeksi. Infeksi kandung
kemih dan uretra disebut sebagai infeksi saluran kemih bagian bawah sedangkan
infeksi ginjal dan ureter merupakan indikasi infeksi saluran kemih bagian atas.
Umumnya, infeksi saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor yang
memicu infeksi dan sifat terjadinya infeksi. Berdasarkan pertimbangan dari aspek-
aspek diatas, menurut Vasudevan 2015, infeksi saluran kemih dapat
diklasifikasikan menjadi ISK Complicated, ISK Uncomplicated, ISK Recurrent,
dan ISK Nosokomial :

1.1.3.1 ISK Complicated

ISK complicated adalah infeksi yang terjadi pada pasien dengan anatomi
saluran kemih yang abnormal atau pengobatan yang signifikan atau bedah
komorbiditas. Ada beberapa karakteristik yang menggambarkan ISK complicated.
Pertama, jaringan periuretral menjadi tempat kolonisasi bakteri dan akhirnya
melibatkan uretra. Dari sana, kandung kemih pada wanita atau prostat pada laki-
laki menjadi tempat kolonisasi bakteri. Pasien dengan infeksi ginjal biasanya
dikolonisasi oleh Staphylococcus aureus, pasien dengan infeksi milier biasanya
dikolonisasi oleh Mycobacterium tuberculosis. Namun, untuk ISK complicated
pada umumnya dikolonisasi oleh Escherichia coli dalam banyak kasus. Resistensi
antimikroba pada ISK complicated menyebabkan susunan patogen lebih luas dan
akan mempengaruhi beberapa faktor seperti infeksi nosokomial yang melibatkan
lokasi paparan antimikroba, menyebabkan variasi agen etiologi, dan menyebabkan
mikroba memiliki akses besar untuk menyerang sel host imun1.

1.1.3.2 ISK Uncomplicated

Infeksi saluran kemih uncomplicated adalah infeksi bakteri yang terjadi pada
kandung kemih dan struktur-struktur yang terkait. Infeksi ini biasanya terjadi pada
pasien yang tanpa ada kelainan struktural, tidak ada komorbiditas seperti diabetes,
immunocompromise, atau kehamilan. ISK uncomplicated ini juga biasa dikenal
sebagai sistitis atau infeksi saluran kemih bagian bawah. Apabila ISK jenis ini
tidak mendapatkan perawatan pencegahan, maka penyebarannya dapat
berkembang menjadi infeksi saluran kemih bagian atas atau sering disebut dengan
pielonefritis yang dapat menyebabkan kerusakan struktur halus di nefron dan
menyebabkan hipertensi. Bakteri patogen penyebab infeksi adalah Escherichia
coli yang paling umum dengan margin yang besar, dan bakteri ini naik dari
perineum dan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. Infeksi ini biasanya
sangat rentan di temukan pada wanita, dikarenakan uretra lebih pendek
dibandingkan uretra laki-laki. Rentang usia yang sering terkena infeksi adalah
antara usia 16 tahun dan 35 tahun1,2.

1.1.3.3 ISK Recurrent

Infeksi yang terjadi secara berulang dengan organisme yang sama meskipun
mendapatkan terapi yang cukup, dianggap sebagai infeksi saluran kemih
recurrent. Re-infeksi adalah definisi dari ISK recurrent yang disebabkan oleh
bakteri terisolasi yang berbeda atau bakteri terisolasi setelah
intervensikulturnegatif (periode waktu 2 minggu antar infeksi). Infeksi recurrent
biasanya kebanyakan terjadi dalam 3 bulan setelah infeksi primer dan ada
pengelompokan infeksi. Ketika infeksi awal disebabkan oleh bakteri E. coli, ada
resiko terjadinya infeksi berulang yang lebih tinggi dalam 6 bulan pertama. Faktor
resiko terjadinya ISK recurrent banyak ditemukan pada wanita premenopouse dan
postmenopouse. Pada wanita premenopouse, infeksi terjadi karena frekuensi
hubungan seksual, penggunaan spermisida, dan pasangan seksual yang berganti-
ganti. Hubungan seksual dan pemaparan spermisida dapat meningkatkan
kolonisasi E. coli pada vagina dan periurethral. Disfungsional pola berkemih
menyebabkan peningkatan ton sfingter eksternal selama miksi dapat menyebakan
infeksi jika tidak normal secara urologis. Hilangnya estrogen menghasilkan
penipisan epitel vagina dan menurunkan jumlah glikogen, jumlah flora normal
berkurang, PH vagina meningkat, dan menyebabkan peningkatan kolonisasi
patogen. Kolonisasi disebabkan karena melekatnya E. coli P-fimbriated pada
glikolipid vagina dan sel-sel uroepithelial. Pada wanita postmenopouse, status non
sekretorik merupakan faktor resiko yang signifikan. Selain itu, menderita
inkontinensi, prolaps dasar panggul yang signifikan, volume residu post-void,
diabetes melitus, dan riwayat ISK sebelumnya dapat memicu ISK recurrent2.
1.1.3.4 ISK Nosokomial

Infeksi nosokomial atau biasa disebut dengan infeksi yang didapat


dirumah sakit (Hospital-aquired infection) adalah infeksi yang terjadi karena
kontak dengan lingkungan rumah sakit karena kunjungan ke rumah sakit atau
berkembang antara staf yang bekerja dirumah sakit. Hal ini juga digambarkan
terkait dengan pengobatan untuk menekankan bahwa infeksi dapat terpapar oleh
pengobatan di berbagai tempat bukan hanya di rumah sakit. ISK nosokomial
merupakan tantangan utama keamanan pasien. Infeksi nosokomial bisa terjadi
karena beberapa faktor, infeksi karena pemasangan alat kesehatan seperti
ventilator, kateter, dan kateter sentral. Faktor yang paling banyak mempengaruhi
adalah biasanya pemasangan kateter. Kateter yang terdapat pada uretra dapat
menghambat atau memotong mekanisme pertahanan tertentu yang biasanya
mencegah dan meminimalkan interaksi sel bakteri ke sel epitel, misalnya lapisan
glikosaminoglikan dan pembentukan biofilm. Organisme yang terlibat pada
infeksi ini adalah bakteri gram negatif yang mendominasi di rumah sakit dan
hampir semuanya terkait dengan kateterisasi1

1.1.4 Etiologi Infeksi Saluran Kemih

Mikroba yang menyebabkan infeksi saluran kemih dinyatakan sebagai mikroba


yang stabil dan cukup konsisten. Patogen yang secara tradisional dikaitkan dengan
ISK sudah banyak merubah fitur mereka, terutama dikarenakan resistensi
antimikroba. Infeksi saluran kemih juga memiliki etiologi yang dikarenakan oleh
faktor host yang mempersulit keadaan infeksi saluran kemih seperti usia, diabetes
melitus, cedera tulang belakang dan pemasangan kateterisasi. Etiologi dari ISK
uncomplicated di Amerika Serikat dan luar negeri disebabkan oleh E. coli (80%)
atau Staphylococcus saprophyticus (10%-15%). Spesies Klebsiella, Enterobacter,
Proteus dan Enterococcijarang menyebabkan sistitis tanpa komplikasi dan
pylonephritis. Etiologi dari ISK complicated lebih beragam dan langsung
dipengaruhi oleh karakteristik host daripada ISK uncomplicated. Organisme yang
paling umum yang diisolasi pada anak-anak dengan ISK complicated adalah
Enterobacteriaceae dan pada anak-anak yang sudah terpasang kateter sebelumnya
adalah Staphlococcus aureus lebih sering. Pada lansia lebih sering ditemukan
adalah E. coli dan bakteri gram positif terhitung 10%-20%. Pasien diabetes
ditemukan Klesbsiella spp, B streptococci, Enterococcus, dan E. coli. Sedangkan
pada pasien dengan cedera tulang belakang biasanya ditemukan E. coli dan
uropathogen umum lainnya seperti Pseudomonas dan Proteus mirabilis (Ronald
& MD, 2003).

Tabel 2.1.4 Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih (Qiao et al, 2013)

Bakteri gram negative Bakteri gram positif

Escherichia coli Staphylococcus aureus

Klebsiella pneumonia Staphylococcus epidermidis

Proteus mirabilis Staphylococcus saprophyticus

Proteus vulgaris Staphylococcus haemolyticus

Proteus penneri Staphylococcus schleiferi


Enterobacter cloacae Enteococcus gallinarum

Citrobacter freundi Enterococcus faecalis

Citrobacter koseri Streptococcus acidominimus

Serratia marcescens Streptococcus Haemolyticus

Pseudomonas aeruginosa Streptococcus mitis

Pseudomonas putida

1.1.5 Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih biasanya dimulai dengan terjadinya kontaminasi pada


periuretra oleh uropathogen yang berada di usus, diikuti oleh kolonisasi pada
uretra dan patogen bermigrasi ke kandung kemih, peristiwa itu membutuhkan
flagella dan pili. Dalam kandung kemih akan terjadi interaksi yang kompleks
antara host dan pathogen yang dapat menentukan apakah uropathogen sukses
membentuk kolonisasi atau dieliminasi. Dalam interaksi tersebut, apabila sukses
membentuk kolonisasi, maka beberapa adhesin yang mengenali reseptor epitel
dari kandung kemih (uroepithelium) menengahi kolonisasi. Uropathogen seperti
UPEC akan bertahan hidup dengan cara menyerang epitel kandung kemih,
kemudian memproduksi racun dan protease untuk melepaskan nutrisi dan sel
inang serta mensistesis siderophorase untuk mendapatkan zat besi. Dengan
memperbanyak diri dan mengalahkan pertahan host dari imun, uropathogen
selanjutnya akan naik ke ginjal dan melekat pada adhesin atau pili untuk dapat
menjajah epitel ginjal dan kemudian menghasilkan racun yang merusak jaringan.
Akibatnya, uropatoghen dapat melewati tubular epithelial barrier untuk
mengakses aliran darah dan memulai bakteremia.

Gambar 2.1.4 Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih (Flores-Mireles et al, 2015).

a) Menunjukkan patofisiologi dari ISK uncomplicated, yang dimulai dari


uropatogen yang tinggal didalam usus hingga ke kolonisasi di ginjal yang
menghasilkan produksi toksin dari bakteri dan kerusakan jaringan host serta
akan berkembang menjadi bakteremia jika melintasi penghalang epitel tubular
pada ginjal. b) Menunjukkan patofisiologi terjadinya ISK complicated sama
dengan langkah yang dijelaskan pada ISK uncomplicated. Namun, dalam
perjalanan patogen untuk menghasilkan infeksi, kandung kemih harus
dikompromikan. Penyebab paling umum dari kandung kemih yang
dikompromikan adalah kateterisasi. Uropatogen menyebabkan ISK
complicated bisa menjadi bakteremia jika melewati penghalang epitel pada
ginjal.

1.1.6 Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih


Tanda-tanda dan gejala infeksi saluran kemih pada orang dewasa dapat dengan
mudah dikenali. Tanda dan gejala yang terjadi pada pasien infeksi saluran kemih
bagian bawah adalah ; dysuria, nyeri suprapubik, hematuria berat, frekuensi
berkemih meningkat, dan nokturia. Sedangkan tanda dan gejala yang terjadi pada
pasien infeksi saluran kemih bagian atas adalah ; nyeri panggul, demam, mual,
muntah dan malaise. Berbeda dengan infeksi saluran kemih diatas, sejumlah besar
pasien dengan bakteriuria signifikan tidak menunjukkan gejala, pasien-pasien
tersebut mungkin saja adalah pasien yang normal, pasien sehat, pasien lanjut usia,
anak-anak, pasien hamil, dan pasien dengan kateter. Maka dari itu, penting untuk
dicatat bahwa perlu adanya upaya untuk membedakan infeksi saluran kemih
bagian atas dan bawah ketika tanda dan gejala tidak ditemukan (Coyle dan Prince,
2008).

Pada pasien lanjut usia, pasien dengan kateter atau pasien dengan gangguan
neurologis sering tidak mengalami gejala kencing tertentu dan akan mengalami
perubahan status mental seperti perubahan dalam kebiasaan makan, gejala
gastrointestinal, nyeri panggul, dan demam. Banyak dari pasien diatas akan
mengalami infeksi saluran kemih bagian atas dengan bakteriuria ataupun tidak,
atau minimal gejala saluran kemih lain3. Pada pasien usia lanjut dengan infeksi
saluran kemih banyak terjadi tanpa gejala atau piuria. Selain itu, karena beberapa
pasien memiliki frekuensi dan dysuria sehingga sulit untuk membedakan antara
infeksi menular atau tidak apabila berdasarkan symptom yang muncul. Gejala non
spesifik seperti kegagalan untuk berkembang dan demam, kemungkinan hanya
manifestasi infeksi saluran kemih pada neonatus dan anak-anak usia < 2 tahun2.

1.1.7 Faktor Resiko Infeksi Saluran Kemih

Faktor resiko yang dapat mendorong individu terpapar infeksi saluran kemih
ada bermacam-macam faktor yang terdiri dari jenis kelamin, usia, riwayat DM,
pemasangan kateter dan perawatan jangka panjang :

1.1.7.1 Jenis Kelamin

Secara anatomi, uretra perempuan memiliki panjang sekitar 4 cm dan terletak di


dekat anus. Hal ini menjadikannya lebih rentan untuk terkena infeksi saluran
kemih. Berbeda dengan laki-laki yang memiliki struktur uretra lebih panjang dan
memiliki kelenjar prostat yang sekretnya mampu melawan bakteri dan infeksi
saluran kemih pun lebih jarang ditemui pada laki-laki. Pada wanita yang aktif
seksual, resiko infeksi juga dapat meningkat. Ketika terjadi koitus, sejumlah besar
bakteri dapat terdorong masuk ke vesika urinaria dan berhubungan dengan onset
sistitis. Semakin tinggi frekuensi berhubungan, makin tinggi resiko sistitis.
Penggunaan spermisida atau kontrasepsi lain seperti diafragma dan kondom yang
diberi spermisida juga dapat meningkatkan resiko infeksi saluran kemih karena
mengganggu keberadaan flora normal introital dan berhubungan dengan
peningkatan kolonisasi E.coli di vagina. Pada laki-laki, faktor predisposisi
bakteriuria adalah obstruksi uretra akibat hipertrofi prostat dan menyebabkan
terjadinya pengosongan vesika urinaria yang berhubungan dengan peningkatan
resiko infeksi. Tidak dilakukannya sirkumsisi juga menjadi salah satu faktor
resiko infeksi saluran kemih pada laki-laki3.

1.1.7.2 Diabetes Melitus

Penderita diabetes melitus beresiko mengalami komplikasi kronik


makrovaskular diantaranya adalah infeksi. Kadar gula darah yang tinggi lebih
rentan mengalami berbagai infeksi dibandingkan dengan yang tidak menderita
diabetes. Adanya inflamasi dalam saluran genitroutinaria dapat ditunjukkan
dengan temuan leukosituria dan biasa muncul bersamaan dengan bakteriuria
asimtomatik bahkan infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih pada penderita
diabetes melitus disebabkan oleh beberapa faktor resiko diantaranya adalah usia,
lama menderita diabetes, indeks massa tubuh, hubungan seksual, dan upaya
pengendalian diabetes1. Adanya glukosa dalam urine dimanfaatkan oleh bakteri
untuk hidup dan berkembang, wanita yang memiliki hiperglikemi dan diabetes
yang belum teratasi beresiko mengidap infeksi saluran kemih. Insidensi
pyelonefritis akut pada individu yang menderita diabetes melitus empat kali lebih
tinggi dari pada yang tidak. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan disfungsi
vesica urinaria sehingga memudahkan distensi vesica urinaria serta penurunan
kontraktilitas detrusor dan hal ini meningkatkan residu urin sehingga mudah
terjadi infeksi1.
1.1.7.3 Usia

Umur pasien di atas 55 tahun beresiko mengalami infeki saluran kemih, karena
terjadi penurunan daya imun dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi. Pada
usia di atas 50 tahun, terjadi penurunan kemampuan dalam mempertahankan
sterilitas baik pada kandung kemih maupun uretra. Hal tersebut disebabkan oleh
menurunnya fungsi atrofi timus. Involusi sel timus menyebabkan jumlah sel dan
kualitas sel T memori meningkat namun semakin sulit berkembang, terutama sel
T (CD8+) dan sel Th1 (CD4) karena terjadi apoptosis Sitotoksik sel T berperan
dalam respon imun terhadap antigen pada sel yang didinfeksi dengan cara
membunuh sel yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran infeksi, sedangkan sel
Th1 berperan membantu sel B memproduksi antibodi. Selain itu, pada usia lanjut
usia sering terjadi inkontinesia urin yang dimana kondisi medis yang ditandai
dengan hilangnya kendali pada kandung kemih yang menyebabkan produksi urin
menjadi tidak terkontrol2.

1.1.7.4 Pemasangan Kateter

Penggunaan kateter merupakan sumber penyebab tersering pada jenis


infeksi saluran kemih nosokomial. Resiko terjadinya bakteriuria berhubungan
dengan lamanya kateterisasi. Bakteriuria meningkat 5-10% per hari setelah
dipasangnya kateter dan dapat meningkat menjadi 90-100% pada penggunaan
kateter jangka panjang dan biasanya terjadi tanpa gejala. Pada pasien dengan
penggunaan kateter ini biasanya infeksi akan timbul setelah penggunaan kateter
lebih dari 2 hari. Adapun beberapa gejala yang sering timbul apabila sudah
terinfeksi seperti, gejala sistemik : demam lebih dari 38 derajat celcius, malaise,
letargi tanpa ditemukannya penyebab yang diketahui secara pasti, nyeri tekan
suprapubis, nyeri sudut kostovertebra, dan hematuria. Kemudian apabila posisi
kateter sudah dilepas akan menimbulkan gejala seperti urgensi, frekuensi, dan
5
disuria. Hasil kultur urin yang didapatkan adalah bakteriuria >10 CFU3.

1.1.8 Komplikasi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih juga mempunyai beberapa penyulit atau komplikasi, adapun
komplikasi infeksi saluran kemih antara lain gagal ginjal akut, urosepsis, nekrosis
pepilla ginjal, terbentuknya batu ginjal, suprasi atau pembentukan abses dan
granuloma. Gagal ginjal akut merupakan edema yang terjadi akibat inflamasi akut
pada ginjal yang akan mendesak sistem pelvikalises sehingga menimbulkan
gangguan aliran urin, selain itu urosepsis dapat menyebabkan nekrosis tubulus
ginjal akut. Nekrosis papila ginjal dan nefritis interstitialis merupakan infeksi
ginjal pada pasien diabetes, dimana sering menimbulkan pengelupasan papila
ginjal dan nefritis interstialis. Batu saluran kemih merupakan adanya papila yang
terkelupas akibat infeksi saluran kemih serta debris dari bakteri merupakan nidus
pembentukan batu saluran kemih. Selain itu beberapa kuman yang dapat memecah
urea mampu merubah suasana pH urin menjadi basa yang memungkinkan
berbagai unsur pembentuk batu mengendap di dalam urine dan membentuk batu
pada saluran kemih. Supurasi merupakan infeksi saluran kemih yang mengenai
ginjal sehingga dapat menimbulkan abses pada ginjal dan meluas ke rongga
perirenal dan bahkan pararenal, demikian pula yang mengenai prostat dan testis
dapat menimbulkan abses pada prostat dan abses testis2.

1.1.9 Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih

Prevalensi infeksi saluran kemih bervariasi, menurut usia dan jenis kelamin.
Potensi infeksi saluran kemih pada masa neonatus yaitu, bayi laki-laki yang tidak
menjalani khitan 2,7% lebih banyak dari pada bayi perempuan sebanyak 0,7%.
Pada masa anak-anak, anak perempuan 3% dan anak laki-laki sebanyak 1%.
Kemudian saat masa remaja, potensi infeksi saluran kemih pada remaja
perempuan meningkat sebanyak 3,5% hingga 5,8%.Persentase meningkat tinggi
menjadi 1% sampai 4% setelah pubertas pada wanita tidak hamil yang terjadi
sebagai akibat dari aktifitas seksual. Sebaliknya, prevalensi bakteriuria pada pria
dewasa sangat rendah (<0,1%). Pada orang tua, resiko bakteriuria pada wanita dan
laki-laki secara berubah drastis dan memiliki tingkat yang sama mulai dari umur
65 tahun1,2.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah salah satu infeksi bakteri yang sering
mempengaruhi manusia baik di lingkungan masyarakat maupun di rumah sakit.
Terdapat 150 juta orang per tahun di seluruh dunia yang didiagnosis dengan
infeksi saluran kemih (ISK) (Anne et al, 2015). Insiden ISK pada bayi dan anak
sekolah berkisar 1-2%, pada wanita muda yang tidak hamil 1-3%, sedangkan pada
wanita yang hamil 4-7%. Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami isk .
Pasien perempuan lebih rentan menderita penyakit infeksi saluran kemih
dibandingkan dengan pasien laki-laki, dikarenakan uretra perempuan lebih pendek
sehingga mikroorganisme dari luar lebih mudah mencapai kandung kemih yang
letaknya dekat dengan daerah perianal.

Di Amerika Serikat, pasien rawat inap infeksi saluran kemih mencapai lebih
dari 100.000 per tahun dan yang paling sering adalah pasien dengan pielonefritis.
Infeksi ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih atas akut dan infeksi saluran
kemih bawah akut. Infeksi saluran kemih simptomatis sangat umum di kalangan
wanita aktif karena secara seksual dan jauh lebih umum pada wanita dibandingkan
pria. Diperkirakan 1 dari 3 wanita usia 24 tahun telah didiagnosis oleh dokter
mengidap infeksi saluran kemih dan membutuhkan antimikroba, dan 40% sampai
50% wanita akan mengalami infeksi saluran kemih setidaknya sekali selama masa
hidup mereka (Nabbugodi et al, 2014).Sementara itu, penduduk Indonesia yang
menderita infeksi saluran kemih diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa. Infeksi
saluran kemih di indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi. Menurut
perkiraan Departemen Kesehatan Republik indonesia, jumlah penderita ISK di
Indonesia adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya atau sekitar
180.000 kasus baru pertahun1..

1.1.10 Pemeriksaan dan Diagnosis Infeksi Saluran Kemih

Diagnosis infeksi saluran kemih berdasarkan anamnesis adanya gejala atau tanda
infeksi saluran kemih yaitu, nyeri suprapubrik, disuria, frekuensi, urgensi, dan
stranguria untuk infeksi saluran kemih bagian bawah, sedangkan demam, kram,
nyeri punggung, muntah, skoliosis, dan penurunan berat badan untuk infeksi
5
saluran kemih bagian atas, lekosituria > 10/LPB dan bakteriuria patogen > 10
CFU/mL (Susanto, 2012). Pada pemeriksaan laboratorium, dinyatakan positif
infeksi saluran kemih apabila terdapat > 5 leukosit per lapang pandang besar
(LPB) sedimen air kemih, bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin, dijumpai
2
1 bakteri/LPB minyak emersi, pada wanita simtomatik >10 organisme
5
koliform/mL urin plus priuria atau 10 organisme patogen/mL urin, pada laki-laki
3 5
simtomatik >10 organisme patogen/mL urin atau asimtomatik 10 organisme
patogen/mL urin pada 2 contoh urin berturut-turut, dan mereduksi nitrat bila
dijumpai >100.000-1.000.000 bakteri2.
1.2 Penetalaksanaan Infeksi Saluran Kemih

2.2.1 Penetalaksanaan Non Farmakologi

Secara umum, pencegahan infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan


minum air sebanyak 8 sampai 10 gelas per hari, menghindari mandi busa dan
sabun berparfum karena dapat menyebabkan iritasi pada uretra, mengganti celana
dalam secara rutin, menghindari kontak terlalu lama antara feses dengan daerah
genital yang akan memberikan kesempatan kepada bakteri untuk bergerak naik ke
uretra kemudian ke kandung kemih, pada anak perempuan berhati-hatilah dalam
membersihkan genital dan lakukan dengan benar dengan cara membersihkan dari
depan ke belakang setelah buang air kecil maupun buang air besar karena akan
mengurangi pajanan uretra terhadap infeksi yang disebabkan oleh bakteri dari
feses, menggunakan celana dalam dengan bahan kain katun karena dapat
mengurangi pertumbuhan bakteri pada uretra dibandingkan dengan bahan lainnya,
dan buang air kecil secara tetatur1,2.

2.2.2 Penetalaksanaan Farmakologi

2.2.2.1 Terapi Antibiotika

Antibiotik adalah suatu substansi antimikroba yang diperoleh dari zat yang berasal
dari suatu mikroorganisme atau suatu zat sintetik yang dapat menghambat kerja
dari suatu mikroorganisme lain. Antibiotik ada yang memiliki spektrum luas dan
efektif terhadap jenis bakteri tertentu, uji sensitivitas antibiotik digunakan untuk
menguji sensitivitas antibiotik terhadap suatu bakteri dengan tujuan untuk
mengetahui daya kerja atau efektivitas dari suatu antibiotik dalam membunuh
bakteri (Seputra et al, 2015). Faktor farmakologis dapat mempengaruhi cara kerja
agen antibakteri. Kemampuan agen untuk mencapai konsentrasi yang tepat dalam
urin sangatlah penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju dan luasnya
ekskresi melalui ginjal termasuk laju filtrasi glomerulus pasien dan diekskresi atau
tidaknya agen secara aktif. Agen seperti sulfonamida, tetrasiklin, dan
aminoglikosida memasuki urin melalui filtrasi. Bila laju filtrasi glomerulus
berkurang, jumlah obat yang memasuki urin-pun akan berkurang. Sebagian besar
agen beta laktam dan kuinolon disaring dan secara aktif disekresi ke dalam urin.
Karena alasan ini, agen ini mencapai konsentrasi urin tinggi meskipun
karakteristik ikatan protein yang tidak menguntungkan atau disfungsi ginjal1.

2.2.2.2 Terapi Analgesik dan Antipiretik

Analgesik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa


nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri sebenarnya berfusngsi sebagai tanda
adanya penyakit atau kelainan dalam tubuh dan merupakan bagian dari proses
penyembuhan (inflamasi). Nyeri perlu dihilangkan jika telah mengganggu
aktifitas tubuh. Sedangkan antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh
yang tinggi. Jadi analgesik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan
serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi 4. Analgesik merangsang reseptor
nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas dikulit, selaput lendir dan jaringan
lain. Analgesik bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di
hipotalamus anterior3.

2.2.2.3 Terapi Antagonis H2-Reseptor

Antagonis H2-Reseptor memiliki mekanisme kerja dengan cara


menghambat interaksi histamin dengan reseptor H2 secara kompetitif dan selektif
sehingga tidak memberikan efek pada reseptor H1. Kerja utama dari obat ini
adalah mengurangi sekresi asam lambung yang disebabkan oleh histamin, gastrin,
obat-obat kolinomimetik (AINS), rangsangan vagal makanan (terutama asam),
insulin, dan kopi. Obat-obat ini tidak hanya menghambat sekresi asam nokturnal
tetapi juga basal, mereduksi dengan baik volume cairan lambung dan konsentrasi
ion histamin +. Obat-obatan golongan antagonis H2-reseptor yang dikenal yaitu
simetidin,ranitidin, famotidin, dan nizatidin3. Dalam infeksi saluran kemih,
terdapat manifestasi klinis yang dimana penderitanya dapat mengalami mual dan
muntah, maka dari itu diperlukan terapi antagonis H2-reseptor untuk
meminimalkan gejala tersebut.

2.2.2.4 Terapi Antifibrinolitik

Antifibrinolitik merupakan golongan obat yang memiliki mekanisme kerja untuk


menghambat aktivasi plasminogen sehingga pembentukan plasmin tidak terjadi.
Obat golongan ini digunakan untuk terapi perdarahan akut pada hemofilia dan
perdarahan lainnya. Contoh obat golongan ini adalah asam aminokaproat, asam
traneksamat, aprotinin, dan asam aminometilbenzoat. Obat-obatan antifibrinolitik
meningkatkan pembekuan darah dengan mencegah pembekuan darah dari
kerusakan. Dokter terkadang memberikan obat ini kepada pasien yang menjalani
operasi untuk mencegah kehilangan darah, selain itu juga dapat menghentikan
kehilangan darah pada pasien yang terluka parah. Dalam kasus infeksi saluran
kemih sendiri paling sering digunakan obat asam traneksamat4.

2.2.2.5 Terapi Diuretik

Diuretik menghalangi fungsi transportasi tubulus ginjal karena


abnormalitis volume cairan dan komposisi elektrolit. Diuretik menghasilkan
peningkatan aliran urin (diuresis) dengan menghambat reabsorbsi natrium dan air
dari tubulus ginjal. Kebanyakan reabsorbsi natrium dan air terjadi di sepanajang
segmen-segmen tubulus ginjal (proksimal, ansa henle dan distal). Agen ini
merupakan agen yang kuat dan digunakan secara luas. Banyak agen diuretik
memeberikan efek pada protein tranport membran spesifik pada sel epitel tubular
ginjal. Diuretik lainnya mengerahkan efek osmotik yang mencegah reabsorbsi air,
menghambat enzim, atau mengganggu reseptor hormon di sel epitel ginjal2,3
BAB 4
DISKUSI

Pasien seorang perempuan usia 19 tahun datang dengan keluhan nyeri uluh
hati sejak 2 minggu lalu dan memberat 5 hari terakhir. nyeri terasa seperti tertusuk-
tusuk dan hilang timbul serta tidak menjalar. Nyeri bertambah berat saat pasien
terlambat makan dan berkurang dengan obat lambung.

Nyeri perut adalah sensasi tidak menyenangkan yang berlokasi di perut1.


Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri viseral, nyeri somatik, dan reffered pain.
Pada pasien ini, nyerinya adalah nyeri somatik, karena ada rangsangan pada bagian
yang dipersarafi oleh saraf tepi. Nyerinya dirasakan tertusuk-tusuk atau tersayat dan
pasien dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri dengan jari. Setiap gerakan pasien
baik gerak tubuh, nafas dalam, batuk, akan menambah sensasi nyeri.

Pada kasus, Pasien juga mengeluhkan muntah sejak 1 minggu . Muntah setiap
kali makan. Muntah berisi makanan dengan jumlah volume muntah ¼ gelas aqua.
Sehari pasien muntah 2 – 3 kali.

Dispepsia merupakan gangguan yang kompleks, mengacu pada kumpulan


gejala seperti sensasi nyeri atau tak nyaman di perut bagian atas, sendawa, cepat
kenyang, mual muntah, rasa panas yang menjalar di dada, rasa penuh dan kembung.
Pada pasien ini yang dikeluhkan adanya sensasi nyeri perut bagian atas, adanya rasa
mual bahkan muntah.

Menurut klasifikasinya, dispepsia dibedakan menjadi fungsional dan organic.


Pada dispepsia organik terdapat penyebab yang mendasari, seperti penyakit ulkus
peptikum (Peptic Ulcer Disease/PUD), GERD (GastroEsophageal Reflux Disease).
Sedangkan dispepsia fungsional adalah sindrom yang mencakup salah satu atau lebih
gejala-gejala berikut: perasaan perut penuh setelah makan, cepat kenyang, atau rasa

27
terbakar di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal
gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum diagnosis.

Patogenesis dispepsia ada beberapa, namun yang mendekati pada kasus pasien
ini adalah adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang
menimbulkan rasa tidak enak diperut. Bisa juga karena stress yang memicu
penurunan kontraktilitas lambung sehingga menimbulkan perasaan mual.

Menurut algoritma pengelolaan dyspepsia bila usia <55 tahun tanpa tanda
bahaya, perlu diperhatikan prevalensi dari H.Pylori nya dan dapat dimulai terapi
untuk penanganan dispepsianya, bila gagal akan dicoba alternatif lain dan
memungkinkan untuk dilakukannya endoskopi.

Pada kasus didapatkan diagnosis pasien mengalami ISK namun untuk keluhan
yang berkaitan dengan infeksi tersebut tidak didapatkan, seperti nyeri perut kanan
bawah atau kiri bawah atau nyeri suprapubik. Tidak didapatkan juga demam, dan
tidak didapatkan juga adanya perubahan pola buang air kecil (Nokturia, Polakisuria,
Disuria, stranguria, urgency), namun didapati adanya nyeri pinggang (Nyeri ketok
costovertebra (+)).

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
sering ditemukan. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35%
semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya. Infeksi
saluran kemih (ISK) tergantung banyak faktor; seperti usia, gender,
prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan
struktur saluran kemih termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan
lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita lSK dibandingkan laki-laki.
ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor
predisposisi (pencetus). Infeksi saluran kemih (ISK) tipe sederhana
(uncomplicated type) jarang dilaporkan menyebabkan insufisiensi ginjal kronik
(IGK) walaupun sering mengalami ISK berulang. Sebaliknya ISK berkomplikasi

28
(complicated type) terutama terkait refluks vesikoureter sejak lahir sering
menyebabkan insufisiensi ginjal kronik (IGK) yang berakhir dengan gagal ginjal
terminal (GGT)(2).

Presentasi klinis ISK


Setiap pasien dengan ISK pada laki dan ISK rekuren pada perempuan
harus dilakukan investigasi faktor predisposisi atau pencetus . Presentasi klinis
ISK atas dan bawah pada pasien dewasa . Pielonefritis akut (PNA).
Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi (39.5-40.5°C), disertai menggigil,
sakit pinggang, mual dan muntah. Presentasi klinis PNA ini sering didahului
gejala ISK bawah (sistitis). ISK bawah (sistitis). Presentasi klinis sistitis seperti
sakit suprapubik, polakisuria, nokturia, disuria, dan stranguria Sindrom uretra
akut (SUA). Presentasi klinis SUA sulit dibedakan dengan sistitis. SUA
sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 tahun.

Pasien seorang perempuan berusia 19 tahun, dengan keluhan nyeri uluh hati
2 minggu sebelum rumah sakit, namun pada keluhan seperti nyeri pinggang hanya
didapai melalui pemeriksaan fisik (Nyeri ketok CVA (+)) , dan pemeriksaan
penunjang yang menunjukkan adanya infeksi pada saluran kemih. Selain itu tidak
ditemukan adanya keluhan lain yang berhubungan dengan diagnosa ISK.

Pada kasus, Pasien di diagnosis ISK dengan melakukan pemeriksaan


penunjang berupa pemeriksaan Laboratorium darah lengkap dan Urinalisis yang
didapatkan hasil Leukosit Esterase (+3).
ISK adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme
(MO) dalam urin. Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria): Bakteriuria

bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105


colony forming units (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin
tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert

29
bacteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis ISK
dinamakan bakteriuria bermakna simtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan
presentasi klinis ISK tanpa bakteriuria bermakna. Banyak faktor yang menyebabkan
negatif palsu pada pasien dengan presentasi klinis ISK. (2)
Pemeriksaan Penunjang pada ISK adalah Analisa urin rutin, pemeriksaan
mikroskop urin segar tanpa putar, kultur urin, serta jumlah kuman urin merupakan
protocol standar untuk pendekatan diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin,
suhu, dan teknik transportasi sampel urin harus sesuai dengan protokol yang
dianjurkan. Investigasi lanjutan terutama renal imaging proce- dures tidak boleh
rutin, harus berdasarkan indikasi klinis yang kuat. Renal imaging procedures
untuk investigasi faktor predisposisi ISK: Ultrasonogram (USG) Radiografi. Foto
polos perut dan Pielografi IV. (2)
Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit,
leukosit esterase, protein, dan darah. Leukosituria merupakan petunjuk kemungkinan
adanya bakteriuria, tetapi tidak dipakai sebagai patokan ada tidaknya ISK. Pada kasus
ini di dapatkan hasil urinalisis Leukosit Esterase 3+, protein 2+, Sel epitel Penuh dan
Leukosit Penuh sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami bakteriuria sebagai
pendekatan diagnosis ISK.

Pada kasus pasien perempuan 19 tahun dengan diagnosis ISK mendapat


terapi; IVFD RL 20tpm, Ciprofloxacin 2x500 mg

Tatalaksana ISK
a. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika
yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin: Hampir
80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika tunggal;
seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200 mg. Bila infeksi menetap disertai
kelainan urinalisis (lekosuria) diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari.
Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua

30
gejala hilang dan tanpa lekosiuria. Reinfeksi berulang (frequent re-infection) :
Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi
faktor risiko Tanpa faktor predisposisi Asupan cairan banyak Cuci setelah
melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal (misal trimetoprim
200 mg). Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan. Sindrom uretra akut

(SUA). Pasien dengan sindrom uretra akut dengan hitung kuman 103_105
memerlukan antibiotika yang adekuat, Infeksi klamidia memberikan hasil yang
baik dengan tetrasiklin. Infeksi disebabkan MO anaerobik diperlukan
antimikroba yang serasi, misal golongan kuinolon. (2)
b. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas
Pielonefrits akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut
memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika
parenteral paling sedikit 48 jam. menganjurkan satu dari tiga altematif terapi
antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui MO
sebagai penyebabnya: Fluorokuinolon, Amiglikosida 'dengan atau tanpa ampisilin,
Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida. (2)
Sehingga tatalaksana dari pasien ini sesuai dengan teori, pasien mendapatkan hidrasi
berupa RL 20tpm dan antibiotik golongan sefalosporin yaitu Cefotaxim 2x1gr IV
selama 3 hari.

Pasien juga mengeluhkan adanya batuk kering dengan rasa gatal pada leher
sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit dan memiliki riwayat Hipertensi sejak ±
2 tahun lalu dan rutin mengkonsumsi Captopril 1x25mg. Menurut JNC 8 tatalaksan
pasien Hipertensi usia ≥60 tahun dengan pencapaian target tekanan darah sistolik <
150mmHg dan diastolic <90mmHg dapat ditatalaksana dengan golongan Thiazid tipe
diuretic atau ACEI atau ARB atau CCB atau tunggal maupun kombinasi. Pada kasus
ini pasien mendapat obat Captopril yang rutin dikonsumsi. Efek Samping dari obat
Captopril ini dapat menyebabkan batuk kering yang menetap sehingga pasien
mendapat perubahan obat dari IGD berupa amlodipin 5 mg dan untuk memperingan

31
batuk dan rasa gatal pada leher pasien mendapat obat Codein 3x10mg dan
Antihistamin untuk mengurangi rasa gatal dengan obat Ceterizine 1x10mg.

URINALISIS

Parameter Fisik Urin Warna. Normal pucat-kuning tua dan amber terganttng kadar
urokrom. Keadaan patologis, obat dan makanan dapat mengubah warna. Urin merah
disebabkan Hb, miogobin, atau pengaruh obat rifampisin. Warna hijau dapat karena
zat klinis eksogen (biru metilen) atau infeksi Pseudomonas; warna oranyeijingga
menandakan pigmen empedu. Bila urin keruh dapat karena fosfat (biasanya normal)
atau leukosituria dan bakteri (abnormal). Thrbiditas. Normal transparan, urin keruh
karena hematuria, infeksi dan kontaminasi

Bau. Beberapa penyakit mempunyai bau urin yang khas, misal bau keton, maple
syrup disease, isofloric acidemia, dsb.

Densitas relatif. Metode pemeriksaan ada beberapa macam:

1. Berat jenis: diukur memakai urinometer, mudah dilakukan, butuh urin


25 cc,BJ dipengaruhi oleh suhu urin, protein, glukosa dan kontras
media. BJ mencerminkan konsentrasi yang larut dalam urin dan nilai
normal 1010-1030. Pada orangtua BJ bisa di bawah atau di atas
normal karena kehilangan daya mengencerkan atau memekatkan urin.
2. Refraktometri: mudah dilakukan dan hanya butuh 1 cc urin, faktor
yang mempengaruhi BJ, juga akan mempengaruhi pengukuran ini.
3. Osmolalitas: berbeda dengan BJ, temperatur dan protein tidak
mempengaruhi, tetapi kadar glukosa meningkatkan osmolalitas.
Osmolalitas urin, normal 50-1200 mOsm/L walau penting
menandakan konsentrasi urin, tetapi tidak rutin diperiksa. Pada kasus

32
batu ginjal atau kelainan elektrolit (hipo atau hipematererria) perlu
diperiksa untuk diagnosis.
4. Dipstik: memakai indikator perubahan warna pada dipstik dan sudah
luas dipakai.
Parameter Kimia
pH: tes memakai dipstik, pada pH <5,5 atau >7,5 akurasinya kurang,
dan harus memakai pH meter. pH hasilnya dipengaruhi oleh asam-
basa sistemik
Hb: dalam kondisi normal tidak dijumpai dalam urin. Bila positif
harus dicurigai hemolisis atau mioglobinuria
Glukosa: dengan dipstik untuk menilai reabsorbsi glukosa dan bahan
lain. Tes ini sangat sensitif dan dapat dilanjutkan dengan kadar
glukosa urin secara kuantitatif dengan metode enzimatik.
Protein: normal proteinuria tidak lebih dari 150 mgftari untuk dewasa.
Pada kondisi patologis proteinuria dapat dibedakan:
1. Proteinuria glomerulus: ini terjadi pada penyakit glomerulus karena
gangguan permeabilitas protein (misal: albumin, globulin)
2. Proteinuria tubular: ini terjadi pada penyakit tubulus dan
interstisium dan disebabkan gangguan reabsorbsi protein berat
molekul (BM) ringan (a. 1. mikroglobulin, b2 mikroglobtlin, retinol
binding protein)
3. Proteinuria overload: ini disebabkan peningkatan protein BM
rendah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus (Bence-Jones protein,
lisosom, mioglobin)
4. Proteinuria benigna: protein ini termasuk proteinuria karena demam,
ortostatik atau kerja fisik. Proteinuria biasanya dites memakai dipstik,
dan cukup sensitif terhadap albumin. Untuk protein Bence Jones harus
memakai metode lain yaitu teknik presipitasi dengan asam sulfa salisil,

33
asam triklorasetik atau dengan pemanasan dan bufer acetic acid
sodium acetat.
Metode Dipstik adalah semikuantitatif dengan nilai 04 (+). Untuk
lebih teliti menilai protein kuantitatif digunakan metode lain seperti
turbidimetri. Jumlah protein kuantitatif 24 jam diekspresikan sebagai
g/I- atau gl 24 j am per 1,1 3 rfi . akan tetapi perhitungan dengan urin
24 jam ini memakan waktu, sering keliru dan tidak praktis. Cara lain
yaitu dengan menghitung rasio protein kreatinin. Dengan cara ini
dipakai urin random dan single. Sebagai contoh: Urin sesaat
mengandung protein 100 mgTo dan kreatin urin 50 mg7o. Jadi jumlah
protein dalam urin 100/50 =2 gramlharill,l3 m2. Harus diingat bahwa
ekskresi protein mempunyai sirkadian (tertinggi pada siang dan
terendah pada malam hari) sedangkan ekskresi kreatinin relatifstabil
24jam oleh karena itu contoh urin harus diambil pada saat yang sama.
Analisis kualitatif proteinuria dilakukan secara elektroforesa asetat
selulos atau agarose atau memakai SDS -PAGE (s o dium do de cy I s
ulfat e - p oly ac ry lamid e). Dengan metode elektroforesa ini dapat
diketahui selektifitas proteinuria, karena dapat membedakan jenis
protein: B2 mikroglobulin, albumin, IgG dsb. Kadangkadang
selektifitas dapat mengetahui beratnya lesi dan dapat mengetahui
respons terapi dan prognosis.

34
Dipstik lebih sensitif untuk albumin, sedangkan tes asam sulfosalisil
untuk semua jenis protein. lmunoglobulin rantai ringan dapat
dideteksi dengan asam sulfosalisil, tetapi tidak untuk dipstik. Jadi
multipel mieloma hanya dapat diketahui dengan tes asam sulfosalisil.
False positif pada dipstik urin yang sangat basa atau terlalu encer
False positif asam sulfosalisil didapatkan akibat radio kontras dan
obat-obat tolbutamid, penisilin, sefalosporin.
Leukosit Esterase. Tes dipstik ini berdasarkan aktivitas enzim
esterase indoksil yang dihasilkan oleh neutrofil, granulosit dan
makrofag dan akan memberi nilai positif bila ada paling sedikit 4
(empat) leukosit/LPB.
Nitrit. Dasar tes ini adalah adanya bakteri yang dapat mengubah
nitrat menjadi nitrit melalui enzim reduktase niffat. Enzim ini banyak
pada bakteri gram negatif dan tidak ada pada bakteri jenis
Pseudomonasl Staphylococcus albus dan Enterococczs. Tes ini
membutuhkan persiapan dengan diet kaya nitrat (sayuran) dan
membutuhkan waktu reaksi yang cukup di kandung kencing. Tes ini
mempunyai sensitivitas rendah (20-80%) dan spesifisitas +9%.
Keton. Tes dengan metode dipstik menunjukkan adanya asam
asetoasetat dan aseton. Positif di urin pada penyakit asidosis diabetik,
puasa, muntah ataupun olahraga yang berlebihan. Tes ini berdasarkan
reaksi keton dengan nitroprusid.
Mikroskopik Urin
Pemeriksaan mikroskopik ini akan melengkapi pemeriksaan urin
secara kimiawi. Metode. Urin pertama atau kedua pada pagi hari, dan
untuk cegah kerusakan sel harus segera diperiksa. Setelah
disentrifugasi memakai alat hitung khusus, urin diperiksa dengan
mikroskop biasa atau fase kontras. Sel Sel pada sedimen urin dapat
berasal dari sirkulasi (eritrosit dan lekosit) dan dari traktus urinarius

35
(sel tubulus, epitel).
Eritrosit. Eritrosit dalam urin ada2 macam, yaitu: isomorfikt,
dismorfik. Eritrosit isomorhk berasal dari traktus urinarius.
Sedangkan dismorfik berasal dari glomerulus. Bila eritrosit dominan
dismorfik (>80%) dari total eritrosit disebut hematuria glomerulus.
Beberapa ahli mengatakan bila terjadi "hematuria campuran" 5O%
isomorfik dan 50% dismorfik, sudah dapat dikategorikan hematuria
glomerulus. Selain itu bila paling sedikit 5% teiadi akantositosis juga
dapat disebut hematuria glomerulus. Bagaimana terbentuknya
dismorfik, masih terus diselidiki, namun disebutkan bahwa adanya
injun 2tempal, yaitu waktu eritrosit melewati membran basalis dan
efek fisikokimia selama melewati tubulus. Dalam kondisi normal
eritrosit dapat dijumpai <12.000 eritrosit/cc.
Leukosit. Neutrofil adalah leukosit yang paling sering dijumpai pada
urin, mudah diidentifikasi dengan sitoplasma granular dan inti
berlobus. Pada urin normal, lekosit dapat ditemukan 2-3/LPB.
Bilajumlahnya melebihi, kemungkinan infeksi atau inflamasi. Pada
perempuan, lekosit urin dapat karena kontaminasi dari genitalia
ekstema. Netrofil akan meningkat dalam urin pada penyakit
proliferatif glomerulopati dan nefritis interstitialis. Eosinofiluria,
dapat mudah dilihat dengan pewarnaan Wright atau Hansel, yang
terjadi pada nefritis interstitialis alergika, glomerulonefritis,
prostatitis, pielonefritis kronik, skistosomiasis. Limfosituria dapat
sebagai tanda dini rejeksi akut pada pasien transplantasi. Adanya
lekosituria, dengan biakan bakteri yang negatif harus
dipertimbangkan TBC ginjal, batu saluran kencing, papiler nekrosis,
atau uretritis kronik.
Sel tubulus ginjal. Walaupun tidak diperiksa pada urinalisis rutin, sel
sel besar ini dengan inti yang sangat jelas sering terlihat pada nekrosis

36
tubular akut (NTA), glomerulonefritis atau pielonefritis. Pada
proteinuria masif, degenerasi sel epitel dapat dijumpai sebagai ovalfat
bodies.
Lipid. Lipid pada urin terlihat sferis, translusen, dan berwarna kuning
dalam macam-macam bentuk. Mereka dapat bebas (isolatefi atau
berada dalam sitoplasma sel epitel tubulus atau makrofag, disebut
Oval Fat Bodies. Bila dengan silinder, lipid membentuk silinder
lemak. Lipid dapat terlihat sebagai kristal kolesterol. Lipid drops
mengandung esterkolesterol dan kolesterol bebas, dan di bawah sinar
polarisasi akan terlihat Maltase Croses Lipid dalam urin disebabkan
beberapa penyakit antara lain sindrom nefrotik, atau spingolipidosis
(Penyakit Fabry).
Silinder (Csst). Silinder terbentuk di dalam tubulus distal atau bagian
awal tubulus kontortus karena pengendapan masa selular dan elemen
non selulen di dalam matrik protein Tamm-Horsfall. Dengan
ditemukan silinder menunjukkan kelainan ginjal. Ada bermacam-
macam jenis silinder tergantung partikel apa yang terjebak di
dalamnya dan masing-masing mempunyai arti klinik sendiri, antara
lain:
l. Silinder Hialin. Tidak berwarna dan indeks refraksi rendah. Mudah
dilihat dengan mikroskop fase kontras, tapi dapat terabaikan dengan
mikroskop biasa. Silinder hialin dapat ditemukan pada orang normal
dan juga penyakit ginjal bila bersama-sama dengan jenis silinder lain.
2. Silinder Granular. Silinder ini berisi granul halus dan khas untuk
pasien dengan kelainan ginjal.
3. Silinder Lemak. Silinder yang berisi lemak ini spesifik untuk
penyakit ginjal glomerulus dengan tipe nefrotik'
4. Silinder Eritrosit. Silinder eritrosit dapat mengandung beberapa
eritrosit, tetapi dapat sangat banyak sehingga rnatriks tidak terlihat.

37
Silinder eritrosit ini erat hubungannya dengan hematuria dan
menandakan hematuria yang berasal dari glomerulus. Pada
glomerulonefritis yang ditandai hematuria dapat ditemukan silinder
eritrosit sampai 80%. Selain itu, silinder eritrosit adalah petanda
glomerulonfritis tipe proliferatif, terutama dengan lesi ekstrakapllerl
necrotising.
5. Silinder Hemoglobin. Seperti namanya, ia berwama kecoklatan dan
sering ada granul karena eritrosit yang mengalami kerusakan. Silinder
hemoglobin mempunyai arti yang sama dengan silinder eritrosit.
Selain itu, dapat disebabkan Hb yang bebas akibat hemolisis
intravaskular.
6. Silinder Lekosit. Silinder ini dapat mengandung bermacam-
macamjenis sel darahputih, Bila positif dalam urin bisa dikaitkan
dengan pielonefritis akut, nefritis interstitialis, glomerulonefritis
proliferatif, terutama pasca infeksi dan pada lupus nefritis.
7. Silinder Epitel. Silinder ini mengandung sel tubulus yang lepas dan
mudah diidentifikasi karena nukleusnya sangat mencolok. Silinder ini
dapat ditemukan pada nekrosis tubular akut, nefritis interstitialis,
kelainan glomerulus dan pada sindrom nefrotik.
8. Silinder Mioglobin. Silinder ini berisi mioglobin dan identik
dengan silinder hemoglobin. Perbedaannya dihubungkan dengan
tanda klinis. Silinder ini dapat ditemukan pada gagal ginjal akut yang
mengalami rabdomiolisis.
Kristal
Macam-macam kristal dapat ditemukan dalam urin:
1. Kristal asam urat dan urat amorf
2. Kristal kalsium oksalat
3. Kristalkalsiumfosfat
4. Kristal tripelfosfat

38
5. ftuistal kolesterol
6. Kristal sistin
7. Kristal karena obat

Tidak semua kristal dapat dihubungkan dengan penyakit batu ginjal,


karena pembentukan kristal sangat tergantung dari hidrasi, diet, pH
urin, infeksi dan gangguan metabolisme. Namun demikin beberapa
kristal dapat dihubungkan dengan kondisi patologi seperti kalsium
oksalat, atau asam urat, bila ditemukan berulang dapat menandakan
hiperkalsiuria, hiperoksalouria, atau hiperurikosuri. Kristal asam urat
yang banyak dapat ditemukan pada gagal ginjal akut karena nefropati
asam urat, sementara itu kristal monohidrat kalsium oksalat sering
pada keracunan etilen glikol. Ada beberapa kristal yang selalu
patologis yaitu kristal kolesterol yang ditemukan dengan proteinuria
masif. Selain itu kristal sistin, ditemukan pada sistinuria. Kristal
karena obat dapat ditemukan pada gagal ginjal akut karena vitamin C,
sulfadiazin, indinavir, naftidrofuril oksalat, karena pembentukan
kristal oksalat.
Organisme Bakteri kadang-kadang dapat dilihat dalam urin, karena
kontaminasi atau pemeriksaan yang ditunda-tunda. Bakteri positif
belum tentu infeksi karena belum tentu patogen, dan baru dicurigai
adanya infeksi bila ditemukan bersama leukosit yang penuh. Telur
parasit schistosoma hematobium dapat ditemukan dalam urin dan
sering disertai hematuria dan leukosituria(2).

URINALISIS 3
Urinalisis sangat berharga dalam diagnosis kondisi urologis seperti batu, saluran
kemih infeksi (ISK), dan malignancy. Ini juga dapat mengingatkan dokter untuk

39
adanya penyakit sistemik yang mempengaruhi ginjal. Meskipun urinalisis tidak
direkomendasikan diperbaiki sebagai alat skrining rutin kecuali pada wanita yang
mungkin hamil, dokter harus tahu bagaimana menafsirkan urinalisis hasil dengan
benar. Artikel ini mengulas metode yang benar untuk melakukan urinalisis dan
diagnosis banding untuk beberapa hasil abnormal.

Koleksi Spesimen
Teknik menangkap tengah sungai biasanya memadai pada pria dan wanita. Meskipun
pembersihan genitalia eksterna sebelumnya sering direkomendasikan pada wanita,
tidak manfaat terbukti. Faktanya, sebuah penelitian terbaru ditemukan bahwa tingkat
kontaminasi serupa di Indonesia spesimen diperoleh dengan dan tanpa sebelumnya
pembersihan (32 berbanding 29 persen). Urine harus didinginkan jika tidak dapat
diperiksa tepat; keterlambatan lebih dari dua jam antara pengumpulan dan
pemeriksaan sering menyebabkan hasil yang tidak dapat diandalkan. 

Properti Fisik: Warna dan Bau


Makanan, obat-obatan, produk metabolisme, dan infeksi dapat menyebabkan kelainan
urin ors (Tabel 1) . Urin yang keruh sering terjadi kristal fosfat yang diendapkan
dalam alkali urin, tetapi piuria juga bisa menjadi penyebabnya. Bau normal urin
digambarkan sebagai urinoid; bau ini bisa kuat dalam konsentrasi melacak spesimen
tetapi tidak menyiratkan infeksi tion. Ketoasidosis diabetikum dapat menyebabkan
urin untuk memiliki aroma buah atau manis, dan alkali fermentasi dapat
menyebabkan bau amoniak setelah retensi kandung kemih yang
berkepanjangan. Orang dengan ISK sering kencing dengan pedas bau. Penyebab bau
tidak normal lainnya termasuk fistula gastrointestinal-kandung kemih (terkait dengan
bau tinja), dekomposisi sistin (terkait dengan bau belerang), dan kation dan diet
(misalnya, asparagus).

40
Urinalisis Dipstik
Hasil positif palsu dan negatif palsu tidak biasa pada urinalisis dipstik (Tabel 2) .
Keakuratan tes ini dalam mendeteksi mikro hematuria scopic, proteinuria yang
signifikan, dan ISK dirangkum dalam Tabel 3 .

BERAT JENIS
Berkorelasi gravitasi spesifik urin (USG) dengan osmolalitas urin dan penting untuk
mengetahui status hidrasi pasien. Hal ini juga mencerminkan kemampuan
berkonsentrasi ginjal. USG normal dapat berkisar dari 1,003 ke 1.030; nilai kurang
dari 1,010 menunjukkan hidrasi relatif, dan nilai lebih besar dari
1.020 menunjukkan dehidrasi relatif. Peningkatan USG adalah terkait dengan
glikosuria dan sindrom hormon antidiuretik priate; penurunan USG dikaitkan dengan
penggunaan diuretik, diabetes insipidus, insufisiensi adrenal efisiensi, aldosteronisme,
dan gangguan fungsi ginjal. pada pasien dengan insufisiensi ginjal intrinsik, USG
ditetapkan pada 1.010 — gravitasi spesifik filtrat glomerulus.

41
URINARY  pH
PH kemih dapat berkisar dari 4,5 hingga 8 tetapi biasanya normal sedikit asam (yaitu,
5,5 hingga 6,5) karena aktivitas metabolismity Konsumsi protein dan buah-buahan
asam (misalnya, cranber-ries) dapat menyebabkan urin asam, dan diet tinggi sitrat
dapat menyebabkan urin alkali. pH urin umumnya mencerminkan pH serum, kecuali
pada pasien dengan asidosis tubulus ginjal (RTA). Ketidakmampuan untuk
mengasamkan urin ke pH kurang dari 5,5 meskipun puasa semalam dan administrasi
sebuah beban asam adalah ciri khas RTA. Dalam tipe I (distal) RTA, serum bersifat
asam tetapi urin bersifat basa, sekunder ketidakmampuan untuk mengeluarkan proton
ke dalam urin. Tipe II (proksimal) RTA dicirikan oleh ketidakmampuan untuk reab-
sorb bikarbonat. Situasi ini pada awalnya menghasilkan basa urin, tetapi karena beban
bikarbonat yang disaring menurun, urin menjadi lebih asam. Penentuan pH urin
bermanfaat dalam diagnosis. nosis dan manajemen ISK dan batu. Basa urin pada
pasien dengan ISK menunjukkan adanya organisme pemecah urea, yang mungkin
terkait dengan kristal magnesium-amonium fosfat dan kaleng bentuk batu
staghorn. Batu asam urat dikaitkan dengan urin asam.

42
43
HEMATURIA
Menurut American Urological Association, the Kehadiran tiga atau lebih sel darah
merah (RBC) per high-powered field (HPF) dalam dua dari tiga sampel urin adalah
definisi hematuria yang diterima secara umum. tes dipstick untuk darah mendeteksi
aktivitas peroksidase eritrosit. Namun, mioglobin dan hemoglobin juga akan
mengkatalisasi reaksi ini, sehingga hasil tes positif dapat mengindikasikan hematuria,
mioglobinuria, atau hemoglobin uria. Visualisasi eritrosit utuh secara mikroskopis
pemeriksaan sedimen kemih dapat dibedakan hematuria dari kondisi
lain. Pemeriksaan mikroskopis bangsa juga dapat mendeteksi gips sel darah merah
atau sel darah dysmorphic. Hematuria dibagi menjadi glomerulus, ginjal (yaitu,
nonglo-merular), dan etiologi urologis (Tabel 4) . Hematuria glomerulus. Hematuria
tipikal glomerulus Dihubungkan dengan proteinuria yang signifikan, eritrogips cyte,
dan sel darah merah dysmorphic. Namun, 20 persen pasien dengan glomerulonefritis
terbukti biopsy hadir dengan hematuria saja. nefropati IgA (yaitu, Penyakit Berger)
adalah penyebab paling umum dari glomeru- lar hematuria. Hematuria Ginjal
(Nonglomerular). Nonglomerular hematuria adalah sekunder dari tubulointerstitial,
renovascu- lar, atau gangguan metabolisme. Seperti hematuria glomerulus, itu sering
dikaitkan dengan proteinuria yang signifikan; namun, tidak ada sel darah merah atau
eritrosit yang terkait gips. Evaluasi lebih lanjut dari pasien dengan glomerular dan
hematuria nonglomerular harus mencakup penentuan negara fungsi ginjal dan protein
urin 24 jam atau lihat rasio protein-kreatinin urin. Hematuria Urologi. Penyebab
urologis dari hematuria termasuk tumor, batu, dan infeksi. Hematurik urologi ria
dibedakan dari etiologi lain dengan tidak adanya proteinuria, sel darah merah
dysmorphic, dan gips eritrosit. Bahkan hematuria yang signifikan tidak akan
meningkatkan protein konsentrasi ke kisaran 2+ hingga 3+ pada tes dipstick. Hingga
20 persen pasien dengan hematuria berat mengalami keganasan saluran
kemih; latihan lengkap dengan sistoskopi dan pencitraan saluran atas diindikasikan
pada pasien dengan ini kondisi.  Pada pasien dengan mikroskopis tanpa gejala
hematuria (tanpa proteinuria atau piuria), 5 hingga 22 per sen memiliki penyakit

44
urologis yang serius, dan 0,5 hingga 5 persen memiliki keganasan genitourinari. 25-
29 Hematuria yang disebabkan oleh olahraga adalah relatif umum, kondisi jinak yang
sering dikaitkan dengan lari jarak jauh. Hasil urinalisis ulang setelah 48 hingga 72
jam harus negative pada pasien dengan ini kondisi.

PROTEINURIA
Pada orang sehat, dinding kapiler glomerulus adalah hanya dapat digunakan untuk zat
dengan berat molekul kurang dari 20.000 Dalton. Setelah disaring, molekul rendah-
protein berat diserap kembali dan dimetabolisme oleh sel tubulus
proksimal. Termasuk protein urin normal albumin, globulin serum, dan protein yang
dikeluarkan oleh nefron. Proteinuria didefinisikan sebagai protein urin ekskresi lebih
dari 150 mg per hari (10 hingga 20 mg per dL) dan merupakan ciri khas penyakit
ginjal. Mikro - buminuria didefinisikan sebagai ekskresi 30 hingga 150 mg protein
per hari dan merupakan tanda penyakit ginjal dini, khususnya pada pasien diabetes.
Pereaksi pada sebagian besar tes dipstick sensitif terhadap alcohol min tetapi
mungkin tidak mendeteksi konsentrasi rendah γ-globu- protein lins dan Bence
Jones. Tes dipstick untuk melacak jumlah protein menghasilkan hasil positif pada
konsentrasi dosis 5 hingga 10 mg per dL — lebih rendah dari ambang batas untuk
proteinuria yang signifikan secara klinis. Hasil dari 1+ perusahaan merespon sekitar
30 mg protein per dL dan dianggap positif; 2+ sesuai dengan 100 mg per dL, 3+
hingga 300 mg per dL, dan 4+ hingga 1.000 mg per dL. Urinalisis dipstick andal

45
dapat memprediksi albuminuria sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 99
persen. Proteinuria asimptomatik dikaitkan dengan signifikan penyakit ginjal pada
kurang dari 1,5 persen pasien. Proteinuria dapat diklasifikasikan sebagai sementara
atau persisten (Tabel 5) . Pada proteinuria sementara, perubahan sementara pada
hemodinamik glomerulus menyebabkan kelebihan protein; kondisi-kondisi ini
mengikuti jalan yang terbatas dan jinak.  Proteinuria ortostatik (postural) adalah
kondisi yang tidak berbahaya yang dapat terjadi karena berdiri lama; sudah
dikonfirmasi dengan memperoleh hasil urinalisis negatif setelah delapan jam
penyerahan diri. Proteinuria persisten dibagi menjadi tiga umum kategori: glomerular,
tubular, dan melimpah. Dalam glo- proteinuria merular, jenis yang paling umum,
albumin adalah protein urin primer. Hasil proteinuria tubular ketika sel tubulus tidak
berfungsi tidak lagi dimetabolisme atau menyerap kembali protein yang difilter
secara normal. Dalam kondisi ini tion, protein dengan berat molekul rendah
mendominasi albumin dan jarang melebihi 2 g per hari. Dalam proyek melimpah
proteinuria, protein dengan berat molekul rendah membanjiri kemampuan tubulus
untuk menyerap kembali protein yang disaring. Evaluasi lebih lanjut dari proteinuria
persisten biasanya termasuk penentuan ekskresi protein urin 24 jam atau rasio
protein-kreatinin urin, mikroskopis pemeriksaan sedimen urin, protein urin
elektroforesis, dan penilaian fungsi ginjal.

GLYCOSURIA
Glukosa biasanya disaring oleh glomerulus, tetapi itu hampir sepenuhnya diserap
kembali dalam tubulus proksimal. Glikosuria terjadi ketika beban glukosa yang
disaring melebihi kemampuan tubulus untuk menyerap kembali (yaitu 180 hingga
200 mg per dL). Etiologi termasuk diabetes mellitus, Sindrom Cushing, penyakit hati
dan pankreas, dan Sindrom Fanconi.

46
KETONURIA
Keton, produk metabolisme lemak tubuh, biasanya tidak ditemukan dalam
urin. Pereaksi dipstick mendeteksi asam asetat melalui reaksi dengan natrium
nitroprusside atau nitro- ferricyanide dan glycine. Ketonuria paling umum adalah
terkait dengan diabetes yang tidak terkontrol, tetapi juga bias terjadi selama
kehamilan, diet bebas karbohidrat, dan kelaparan.

NITRIT
Nitrit secara normal tidak ditemukan dalam urin tetapi hasilnya ketika Bakteri
mengurangi nitrat urin menjadi nitrit. Banyak gram negatif dan beberapa organisme
gram positif mampu konversi ini, dan tes nitrit dipstick positif menunjukkan bahwa
organisme ini hadir dalam jumlah yang signifikan (yaitu, lebih dari 10.000 per
mL). Tes ini khusus tetapi tidak sangat sensitif. Dengan demikian, hasil positif sangat
membantu, tetapi a hasil negatif tidak mengesampingkan ISK. Nitrit dipstick reagen
sensitif terhadap paparan udara, jadi wadah harus ditutup segera setelah melepas
strip. Setelah satu minggu pemaparan, sepertiga dari strip memberikan false-positif
hasil, dan setelah dua minggu, tiga perempat memberikan posisi palsu hasil
tive. Organisme yang tidak mengurangi nitrat juga mungkin menyebabkan hasil
negatif palsu, dan pasien yang mengkonsumsi a diet rendah nitrat mungkin memiliki
hasil negatif palsu.

LEUKOCYTE ESTERASE
Leukosit esterase diproduksi oleh neutrofil dan mungkin sinyal pyuria yang terkait
dengan ISK. Untuk mendeteksi signifikan pyuria akurat, lima menit harus diizinkan
untuk strip reagen dipstick untuk mengubah warna. Gips Leukosit di sedimen kemih
dapat membantu melokalisasi area radang ke ginjal. Organisme seperti Chlamydia
dan Ureaplasma urea- lyticum harus dipertimbangkan pada pasien dengan piuria dan
budaya negatif. Penyebab lain dari pyuria steril termasuk balanitis, uretritis, TBC,

47
tumor kandung kemih, virus infeksi, nefrolitiasis, benda asing, olahraga, glo-
merulonefritis, dan kortikosteroid dan siklofosfat mide (Cytoxan) digunakan.

BILIRUBIN DAN UROBILINOGEN


Urin biasanya tidak mengandung jumlah yang terdeteksi bilirubin. Bilirubin tak
terkonjugasi tidak larut dalam air dan tidak dapat melewati glomerulus; bili-
terkonjugasi rubin larut dalam air dan menunjukkan evaluasi lebih lanjut untuk
disfungsi hati dan obstruksi bilier saat itu terdeteksi dalam urin. Urin normal hanya
mengandung sedikit urobi linogen, produk akhir bilirubin terkonjugasi sesudahnya
telah melewati saluran empedu dan telah dimetabolisme di usus. Urobilinogen diserap
kembali ke dalam por- sirkulasi tal, dan sejumlah kecil akhirnya disaring oleh
glomerulus. Hemolisis dan penyakit hepatoseluler dapat meningkatkan kadar
urobilinogen, dan penggunaan antibiotik dan empedu obstruksi saluran dapat
menurunkan kadar urobilinogen.

Urinalisis mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis adalah bagian yang sangat diperlukan
urinalisis; identifikasi gips, sel, kristal, dan Bakteri membantu dalam diagnosis
berbagai kondisi.
Untuk menyiapkan spesimen urin untuk analisis mikroskopis, sampel segar 10 hingga
15 mL urin harus dipusatkan turun pada 1.500 hingga 3.000 rpm selama lima
menit. Super- natant kemudian dituang dan sedimen dihidupkan kembali dalam cairan
yang tersisa. 37 Satu tetes ditransfer ke slide kaca bersih, dan slip penutup diterapkan.

48
SEL
Leukosit dapat dilihat pada daya rendah dan tinggi perbesaran (Gambar 1) . Pria
biasanya memiliki lebih sedikit dari dua sel darah putih (WBC) per HPF; perempuan
juga- mally memiliki kurang dari lima WBCs per HPF. Sel-sel epitel sering hadir
dalam sedimen urin. ment. Sel epitel skuamosa berukuran besar dan tidak teratur
berbentuk larly, dengan inti kecil dan butiran halus sitoplasma; Kehadiran mereka
menunjukkan kontaminasi. Kehadiran sel-sel epitel transisional adalah normal. Sel-
sel ini lebih kecil dan lebih bulat dari skuamosa sel, dan mereka memiliki inti yang
lebih besar. Kehadiran dari sel tubulus ginjal menunjukkan patologi ginjal yang
signifikan ogy (Gambar 2) . Eritrosit paling baik divisualisasikan di bawah
perbesaran daya tinggi. Eritrosit dysmorphic, yang memiliki bentuk aneh karena
bagian mereka melalui glomerulus abnormal, sarankan glomerulus penyakit.

KASUS
Gips dalam sedimen kemih dapat digunakan untuk melokalisasi penyakit ke lokasi
tertentu di saluran genitourinary (Tabel 6) . Cast, yang merupakan koagulum Tamm-
Horsfall mucoprotein dan isi tubulus yang terperangkap lumen, berasal dari tubulus
berbelit-belit distal atau mengumpulkan saluran selama periode konsentrasi urin atau
stasis, atau ketika pH urin sangat rendah. Silinder mereka- bentuk kal mencerminkan

49
tubulus di mana mereka dibentuk dan dipertahankan ketika gips dicuci. Pra-elemen
seluler dominan menentukan jenis gips: hialin, eritrosit, leukosit, epitel, granular,
lilin, berlemak, atau luas (Gambar 3) .

KRISTAL
Kristal dapat terlihat pada endapan urin sehat pasien (Gambar 4) . Kristal kalsium
oksalat memiliki bentuk "amplop" refraktil persegi yang dapat bervariasi ukurannya
Kristal asam urat berwarna kuning hingga oranye-coklat dan mungkin berbentuk
berlian atau tong. Kristal fosfat rangkap tiga mungkin normal tetapi sering dikaitkan
dengan alkali urin dan ISK (biasanya terkait dengan Proteus spesifik cies). Kristal
kristal ini tidak berwarna dan memiliki karakteristik tic "tutup peti mati"
penampilan. Kristal sistin tidak berwarna, memiliki bentuk heksagonal, dan hadir
dalam urin asam, yang merupakan diagnostik cystinuria.

50
BAKTERIURIA
Streptokokus gram-negatif dan stafilokokus dapat dibedakan oleh penampilan
karakteristik mereka di bawah perbesaran bertenaga tinggi. Pewarnaan gram dapat
membantu memandu terapi antibiotik, tetapi itu tidak ditunjukkan dalam praktik
rawat jalan rutin. Bersih- sering menangkap spesimen dari pasien wanita
terkontaminasi oleh flora vagina. Pada pasien ini, lima bakteri per HPF mewakili
sekitar 100.000 koloni membentuk unit (CFU) per mL, diagnostik klasik Kriteria
untuk bakteriuria asimptomatik dan tentu saja kompatibel dengan ISK. Pada pasien
bergejala, suatu hanya dihitung serendah 100 CFU per mL menunjukkan ISK, dan
antibiotik harus dipertimbangkan. Kehadiran bakteriuria dalam spesimen urin pria
yang dikumpulkan dengan benar disarankan infeksi, dan biakan harus diperoleh.

51
Sifat – sifat urine adalah:
1. Volume urin normal orang dewasa 600 – 25000 ml/ hari. Jumlah ini
tergantung padamasukan air, suhu luar, makanan dan keadaan mental/ fisik
individu, produk akhirnitrogen dan kopi, teh serta alkohol mempunyai efek
diuretic.
2. Berat jenis berkisar antara 1,003 – 1,0303. Reaksi urin biasanya asam dengan
pH kurang dari 6(berkisar 4,7 – 8). Bila masukan protein tinggi, urin menjadi
asam sebab fosfor dan sulfat berlebihan dari hasil metabolism protein.
3. Warna urin normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya
urokrom, sedikiturobilin dan hematopofirin. Pada keadaan demam, urin
berwarna kuning tua ataukecoklatan. Pada penyakit hati pigmen empedu
mewarnai urin menjadi hijau, coklat ataukuning tua. Darah (hemoglobin)
memberi warna seperti asap sampai merah pada urin.
4. Urin segar beraroma sesuai dengan zat – zat yang dimakannya.

Unsur – unsur normal dalam urine misalnya adalah :


1) Urea yang lebih dari 25 – 30 gram dalam urin.
2) Amonia, pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urin segar.
3) Kreatinin dan keratin, normalnya 20 – 26 mg/kg pada
laki – laki, pada perempuan 14 – 22 mg/kg.
4) Asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi purine dalam tubuh.
5) Asam amino, hanya sedikit dalam urin.
6) Klorida, terutama diekskresikan sebagai natrium klorida.
7) Sulfur, berasal dari protein yang mengandung sulfur dari makanan.
8) Fosfat di urin adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat.
9) Oksalat dalam urin rendah.
10) Mineral, natrium, kalsium, kalium dan magnesium ada sedikit dalam
urin.

52
11) Vitamin, hormone, dan enzim ditemukan dalam urin dengan jumlah
kecil.

Unsur  – unsur abnormal dari urine:


1. Protein: proteinuria (albuminuria) yaitu adanya albumin dan globulin dalam
urin.
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang
diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak
melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari
10mg/ml di definisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan
fisiologis. Selama olahraga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging
dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin.
Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein
tinggi. Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi
albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang
disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi.
Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah
merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit
tubulointerstitiel. Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna
Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif
terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.

2. Glukosa: glukosaria tidak tetap dapat ditemukan setelah stress emosi, 15%
kasus glikosuria tidak karena diabetes.
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul
dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam
urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi
tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus.

53
Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar
glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai
untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa
urine, reagen strip diberi enzim glukosaoksidase (GOD), peroksidase (POD),
dan zat warna.
3. Bilirubin : yang dapat dijumpai dalam urin adalah bilirubin direk
(terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi
oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urin bila kadar dalam darah
meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis
infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF
disertai ikterik.
4. Urobilinogen
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai
area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah
besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang
menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urin oleh
ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urin terjadi bila fungsi sel hepar
menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal
yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi.
Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan
(ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan
parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan
hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus,
mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun
dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah
(jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang
parah, kolelitiasis, diare yang berat.

54
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat
disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat
mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
5. Keasaman (pH)
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan
saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun,
tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH
bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa
setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan
berikutnya. Urin pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan
tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat
mempengaruhi pH urin.
Urin yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka
pH akan berubah menjadi basa. Urin basa dapat memberi hasil negatif atau
tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen
urin, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urin yang basa
sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urin dengan pH yang selalu
asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
 pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran
kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan
ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
 pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak),
asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis
respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urin dan meningkatkan
ekskresi NH4+), terapi pengasaman.

55
6. Berat Jenis (Specific Gravity, SG)
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur
konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk
menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin.
Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap
wajar jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 –
1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai normal >
1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi dini yang
tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk
memekatkan urin.
BJ urin yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi
tubulus. Nokturia dengan ekskresi urin malam > 500 ml dan BJ kurang dari
1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini
menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi
radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004
untuk setiap 1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-
glukosa.

7. Darah (Blood)
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk
hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup
ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta
aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan
adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan
metode mikroskopik sedimen urin.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urin yang
disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urin juga
dapat terjadi karena urin encer, pH alkalis, urin didiamkan lama dalam suhu
kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh

56
darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai
akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molekul
kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam urin.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
 Hasil positif palsu dapat terjadi bila urin tercemar deterjen yang
mengandung hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang
mengandung peroksidase.
 Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung vitamin C dosis
tinggi, pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein
konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.
Urine dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil positif.

8. Keton
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi
untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam
aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi
normal dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks
ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah
mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urin, dan apabila kemampuan
ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi
ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan
asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak
seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan
absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme
karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi
dari lemak atau protein, febris.

57
9. Nitrit
Di dalam urin orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein,
yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin
(Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang
megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini
terjadi bila urin telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil
negative bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis
bakteri dapat membentuk nitrit, atau urin memang tidak mengandung nitrat,
atau urine berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu,
pada keadaan tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit,
namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa
dalam keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan
perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat
menghasilkan nitrit.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
 Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in vitro apabila
pemeriksaan tertunda, urine merah oleh sebab apapun, pengaruh obat
(fenazopiridin).
 Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat
dalam jumlah cukup banyak, terapi antibiotik mengubah metabolisme
bakteri, organism penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar
asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6
jam, atau berat jenis urine tinggi.
10. Lekosit esterase
Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi.
Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit
(granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak

58
memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil
positif. Hal ini memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil
pemeriksaan carik celup.
Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine
tinggi (>500mg/dl), protein urin tinggi (>300mg/dl), berat jenis urin tinggi,
kadar asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin, cephalothin,
tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid.
Urin basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

59
BAB 4
KESIMPULAN

Telah dibuatkan TOP TEN DISEASE berjudul Infeksi Saluran Kemih dan
dibahas mengenai defisini, klasifikasi, patofisiologi, penatalaksanaan dan
pemeriksaan urinalisis. Disertai dengan pengantas kasus seorang perempuan usia 19
tahun yang datang dengan keluhan nyeri ulu hati selama 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit dan pada pemeriksaan penunjang urinalisa didapatkan leukosit esterase
+3 sehingga dapat didiagnosa sebagai dyspepsia sindrom dan infeksi saluran kemih.

60
Daftar Pustaka

1. Pranatha E. Infeksi Saluran Kemih [Internet]. Malang: Balai Penerbit FK


Muhamadiah Malang; 2018. p. 1–20. Available from:
eprints.umm.ac.id/29931/2/jiptummpp-gdl-ekasastrap-29690-2-babi.pdf
2. Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih. In: Siti Setiati, Idrus Alwi, Aru Sudoyo,
Marcellus Simadibrata, Bambang Setiohadi AS, editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: InternaPublishing; 2016. p. 1008–15.
3. Jeff A. Simerville, M.D., William C. Maxted, M.D., And John J. Pahira, M.D.
Georgetown; Urinalysis: A Comprehensive Review, University School Of
Medicine, Washington, D.C.Volume 71.2005

61

Anda mungkin juga menyukai