Disusun oleh :
Yemima Elizabet Zolafide, S. Ked (1308012019)
Pembimbing :
dr. Adjunias Maifa, Sp.PD
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling
banyak terjadi. Menurut National Ambulatory Medical Care Survey dan National
Hospital Ambulatory Medical Care Survey tahun 1997, di Amerika Serikat infeksi
saluran kemih sedikitnya terjadi pada 7 juta kunjungan pasien ke rumah sakit dan 1 juta
kunjungan pasien di instalasi gawat darurat, serta 100.000 pasien yang dirawat inap di
rumah sakit. Infeksi saluran kemih merupakan salah satu jenis infeksi nosokomial yang
angka kejadiannya paling tinggi di Indonesia yaitu sekitar 39%-60% menurut hasil
penelitian yang dilakukan di dua kota besar di Indonesia. Data dari survey yang dilakukan
oleh kelompok peneliti AMRIN (Anti Microbal Resistance In Indonesia ), di RSUP Dr.
Kariadi Semarang tahun 2002, angka kejadian ISK merupakan yang paling tinggi yaitu 11%.
Infeksi saluran kemih bisa terjadi pada semua usia. Wanita lebih rentan terkena ISK daripada
pria. Separuh dari semua wanita dapat mengalami 1 kali infeksi saluran kemih selama
hidupnya. Uretra wanita yang pendek mengakibatkan kandung kemih mudah dicapai
oleh kuman-kuman dari dubur. Bila ISK tidak segera diatasi dengan tepat, bisa semakin
parah dan terjadi kerusakan ginjal yang tidak pulih. (1)
Pengobatan infeksi saluran kemih sebagian besar lebih dititikberatkan pada
penggunaan antibiotik. Antibiotik yang dipakai untuk ISK harus memenuhi beberapa
syarat selain aktif terhadap bakteri penyebab, yaitu harus mempunyai kadar dalam kemih
yang tinggi dan kadar dalam darah yang rendah, serta tidak boleh mengganggu resistensi
kolonisasi dari usus besar.(1)
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Nn. FA
Umur : 19 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Siswa
Alamat : Oebobo
Agama : Kristen
Ruang : Cempaka
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 2 minggu SMRS dan memberat sekitar
5 hari SMRS. nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk dan hilang timbul serta tidak menjalar.
Nyeri bertambah berat saat pasien terlambat makan dan berkurang dengan obat lambung.
Pasien juga mengeluhkan muntah sejak 1 minggu . Muntah setiap kali makan. Muntah
berisi makanan dengan jumlah volume muntah ¼ gelas aqua. Sehari pasien muntah 2 – 3
kali. Keluhan tidak bertambah dan berkurang dengan apapun. Pasien juga mengeluhkan
sering kencing tiap malam. Tidak ada nyeri saat berkemih. BAB normal. Pasien
sebelumnya dirawat di RS Mamami, kemudian dirujuk karena belum ada perbaikan dan
untuk melakukan USG abdomen
Pasien sudah mengalami nyeri ulu hati yang hilang timbul sejak 1 tahun terakhir karena
pasien sering lupa makan namun pasien tidak berobat .
Riwayat Keluarga :
Riwayat Pengobatan :
Pasien dirawat di Mamami selama 5 hari, karena keluhan tidak membaik , di rujuk ke
RSUD Yohannes Kupang. Selama di RS Mamami pasien mendapatkan terapi :
Riwayat Kebiasaan :
Pasien jarang makan dan sering terlambat makan, pasien juga kadang makan satu kali
sehari . Satu kali makan hanya 4-5 sendok makan. Pasien jarang berolahraga . merokok
(-), minum alkohol (-)
B. Review Sistem
Sistem penglihatan : tidak ada keluhan
Sistem pendengaran, pengecapan, dan penghidu : tidak ada keluhan
Sistem pernapasan : tidak ada keluhan
Sistem kardiovaaskuler : tidak ada keluhan
Sistem pencernaan dan system urinaria : nyeri ulu hati
Sistem neurologi : tidak ada keluhan
Sistem musculoskeletal : tidak ada keluhan
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
Tinjauan Sistem :
a. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah :110/80 mmHg
Nadi : 966x/menit
Suhu :37,0 ˚C
Pernapasan : 20x/menit
SpO2 : 98%
b. Antropometrik :
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 156 cm
IMT : 18.49 Kg//m2
Status gizi : normal
Status Generalis
Kulit : pucat (-), kuning (-)
Kepala: normocephal, rambut tidak mudah dicabut
Mata :
o Konjungtiva : anemis (-/-)
o Sklera : ikterik (-/-)
o Pupil : isokor
o RCL : (+/+)
o Lensa keruh : (-/-)
o Eksophtalmus : (-/-)
Hidung : Rhinore -/-, tidak ada deformitas, tidak ada deviasi
septum
Mulut :
o Mukosa bibir kering dan mukosa lidah lembab
o Lidah : leukoplakia (-)
o Sisa makanan (-)
o Darah (-)
o Sudut nasolabialis D=S
Telinga : othore (-/-), tanda peradangan (–)
Leher :
o Pembesaran KGB : (-)
o Penggunaan otot bantu pernapasan (-)
o Trakea letak ditengah
• Pulmo (Anterior)
• Inspeksi : pengembangan dada simetris kiri dan kanan baik saat statis
ataupun dinamis , otot bantu pernapasan (-)
• Palpasi : taktil fremitus normal Dextra = Sinistra
• Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
• Auskultasi :
Cor
– Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
– Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS 5 midclavicula sinistra
– Perkusi : Redup
batas atas jantung : ICS 2 linea parasternal kanan
batas bawah jantung : ICS 4 linea midclavicula sinsitra
batas kanan jantung : ICS 4 linea parasternal kanan
batas kiri jantung : ICS 5 linea midclavicula sinistra
– Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
– Inspeksi : datar, supel, jejas (-), massa -), scar (-)
– Auskutasi : BU (+) 12x/menit
– Palpasi : Nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepar tidak, lien tidak
teraba dibawah arcus costae, shifting dullness (-), Ballotemen
Ginjal (-)
– Perkusi : Timpani, liver span 9 cm, Tes Nyeri Ketok Costovertebra angle (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai -/-, Kekuatan motorik : 5
5/ 5 5
D. Pemeriksaan Penunjang
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem saluran kemih secara keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dari
saluran kemih yang berisiko mengalami infeksi yang dapat mempengaruhi setiap
bagian saluran kemih. Ginjal adalah organ paling penting dan dikenal dalam
melakukan fungsi regulasi penting. Ginjal merupakan filter bawaan dan
memainkan peran penting dalam menghilangkan limbah larut air yang tidak
diinginkan dari darah dan juga melakukan reabsorbsi bahan penting seperti asam
air, glukosa dan asam amino. Ginjal dikenal sebagai tempat produksi urin yang
dialihkan ke kandung kemih dengan cara struktur tubular tipis yang dikenal
sebagai ureter. Kandung kemih adalah organ otot yang fleksibel yang menampung
urin yang dikumpulkan dari ginjal sebelum dibuang. Limbah yang larut air
dikumpulkan dalam bentuk urin dan kemudian dikeluarkan dari alat kelamin
melalui uretra yang menghubungkan kandungkemih dan alat kelamin. Proses
produksi dan pembuangan urin merupakan proses yang sistematis dan infeksi
saluran kemih sangat mempengaruhi proses ini dan dapat mengakibatkan berbagai
gejala pada pasien2
1.1.3 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
Infeksi menargetkan bagian yang berbeda dari saluran kemih dan bisa
terjadi pada saluran kemih bagian atas dan saluran kemih bagian bawah. Infeksi
saluran kemih dinamai berdasarkan tempat terjadinya infeksi. Infeksi kandung
kemih dan uretra disebut sebagai infeksi saluran kemih bagian bawah sedangkan
infeksi ginjal dan ureter merupakan indikasi infeksi saluran kemih bagian atas.
Umumnya, infeksi saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor yang
memicu infeksi dan sifat terjadinya infeksi. Berdasarkan pertimbangan dari aspek-
aspek diatas, menurut Vasudevan 2015, infeksi saluran kemih dapat
diklasifikasikan menjadi ISK Complicated, ISK Uncomplicated, ISK Recurrent,
dan ISK Nosokomial :
ISK complicated adalah infeksi yang terjadi pada pasien dengan anatomi
saluran kemih yang abnormal atau pengobatan yang signifikan atau bedah
komorbiditas. Ada beberapa karakteristik yang menggambarkan ISK complicated.
Pertama, jaringan periuretral menjadi tempat kolonisasi bakteri dan akhirnya
melibatkan uretra. Dari sana, kandung kemih pada wanita atau prostat pada laki-
laki menjadi tempat kolonisasi bakteri. Pasien dengan infeksi ginjal biasanya
dikolonisasi oleh Staphylococcus aureus, pasien dengan infeksi milier biasanya
dikolonisasi oleh Mycobacterium tuberculosis. Namun, untuk ISK complicated
pada umumnya dikolonisasi oleh Escherichia coli dalam banyak kasus. Resistensi
antimikroba pada ISK complicated menyebabkan susunan patogen lebih luas dan
akan mempengaruhi beberapa faktor seperti infeksi nosokomial yang melibatkan
lokasi paparan antimikroba, menyebabkan variasi agen etiologi, dan menyebabkan
mikroba memiliki akses besar untuk menyerang sel host imun1.
Infeksi saluran kemih uncomplicated adalah infeksi bakteri yang terjadi pada
kandung kemih dan struktur-struktur yang terkait. Infeksi ini biasanya terjadi pada
pasien yang tanpa ada kelainan struktural, tidak ada komorbiditas seperti diabetes,
immunocompromise, atau kehamilan. ISK uncomplicated ini juga biasa dikenal
sebagai sistitis atau infeksi saluran kemih bagian bawah. Apabila ISK jenis ini
tidak mendapatkan perawatan pencegahan, maka penyebarannya dapat
berkembang menjadi infeksi saluran kemih bagian atas atau sering disebut dengan
pielonefritis yang dapat menyebabkan kerusakan struktur halus di nefron dan
menyebabkan hipertensi. Bakteri patogen penyebab infeksi adalah Escherichia
coli yang paling umum dengan margin yang besar, dan bakteri ini naik dari
perineum dan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. Infeksi ini biasanya
sangat rentan di temukan pada wanita, dikarenakan uretra lebih pendek
dibandingkan uretra laki-laki. Rentang usia yang sering terkena infeksi adalah
antara usia 16 tahun dan 35 tahun1,2.
Infeksi yang terjadi secara berulang dengan organisme yang sama meskipun
mendapatkan terapi yang cukup, dianggap sebagai infeksi saluran kemih
recurrent. Re-infeksi adalah definisi dari ISK recurrent yang disebabkan oleh
bakteri terisolasi yang berbeda atau bakteri terisolasi setelah
intervensikulturnegatif (periode waktu 2 minggu antar infeksi). Infeksi recurrent
biasanya kebanyakan terjadi dalam 3 bulan setelah infeksi primer dan ada
pengelompokan infeksi. Ketika infeksi awal disebabkan oleh bakteri E. coli, ada
resiko terjadinya infeksi berulang yang lebih tinggi dalam 6 bulan pertama. Faktor
resiko terjadinya ISK recurrent banyak ditemukan pada wanita premenopouse dan
postmenopouse. Pada wanita premenopouse, infeksi terjadi karena frekuensi
hubungan seksual, penggunaan spermisida, dan pasangan seksual yang berganti-
ganti. Hubungan seksual dan pemaparan spermisida dapat meningkatkan
kolonisasi E. coli pada vagina dan periurethral. Disfungsional pola berkemih
menyebabkan peningkatan ton sfingter eksternal selama miksi dapat menyebakan
infeksi jika tidak normal secara urologis. Hilangnya estrogen menghasilkan
penipisan epitel vagina dan menurunkan jumlah glikogen, jumlah flora normal
berkurang, PH vagina meningkat, dan menyebabkan peningkatan kolonisasi
patogen. Kolonisasi disebabkan karena melekatnya E. coli P-fimbriated pada
glikolipid vagina dan sel-sel uroepithelial. Pada wanita postmenopouse, status non
sekretorik merupakan faktor resiko yang signifikan. Selain itu, menderita
inkontinensi, prolaps dasar panggul yang signifikan, volume residu post-void,
diabetes melitus, dan riwayat ISK sebelumnya dapat memicu ISK recurrent2.
1.1.3.4 ISK Nosokomial
Tabel 2.1.4 Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih (Qiao et al, 2013)
Pseudomonas putida
Pada pasien lanjut usia, pasien dengan kateter atau pasien dengan gangguan
neurologis sering tidak mengalami gejala kencing tertentu dan akan mengalami
perubahan status mental seperti perubahan dalam kebiasaan makan, gejala
gastrointestinal, nyeri panggul, dan demam. Banyak dari pasien diatas akan
mengalami infeksi saluran kemih bagian atas dengan bakteriuria ataupun tidak,
atau minimal gejala saluran kemih lain3. Pada pasien usia lanjut dengan infeksi
saluran kemih banyak terjadi tanpa gejala atau piuria. Selain itu, karena beberapa
pasien memiliki frekuensi dan dysuria sehingga sulit untuk membedakan antara
infeksi menular atau tidak apabila berdasarkan symptom yang muncul. Gejala non
spesifik seperti kegagalan untuk berkembang dan demam, kemungkinan hanya
manifestasi infeksi saluran kemih pada neonatus dan anak-anak usia < 2 tahun2.
Faktor resiko yang dapat mendorong individu terpapar infeksi saluran kemih
ada bermacam-macam faktor yang terdiri dari jenis kelamin, usia, riwayat DM,
pemasangan kateter dan perawatan jangka panjang :
Umur pasien di atas 55 tahun beresiko mengalami infeki saluran kemih, karena
terjadi penurunan daya imun dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi. Pada
usia di atas 50 tahun, terjadi penurunan kemampuan dalam mempertahankan
sterilitas baik pada kandung kemih maupun uretra. Hal tersebut disebabkan oleh
menurunnya fungsi atrofi timus. Involusi sel timus menyebabkan jumlah sel dan
kualitas sel T memori meningkat namun semakin sulit berkembang, terutama sel
T (CD8+) dan sel Th1 (CD4) karena terjadi apoptosis Sitotoksik sel T berperan
dalam respon imun terhadap antigen pada sel yang didinfeksi dengan cara
membunuh sel yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran infeksi, sedangkan sel
Th1 berperan membantu sel B memproduksi antibodi. Selain itu, pada usia lanjut
usia sering terjadi inkontinesia urin yang dimana kondisi medis yang ditandai
dengan hilangnya kendali pada kandung kemih yang menyebabkan produksi urin
menjadi tidak terkontrol2.
Infeksi saluran kemih juga mempunyai beberapa penyulit atau komplikasi, adapun
komplikasi infeksi saluran kemih antara lain gagal ginjal akut, urosepsis, nekrosis
pepilla ginjal, terbentuknya batu ginjal, suprasi atau pembentukan abses dan
granuloma. Gagal ginjal akut merupakan edema yang terjadi akibat inflamasi akut
pada ginjal yang akan mendesak sistem pelvikalises sehingga menimbulkan
gangguan aliran urin, selain itu urosepsis dapat menyebabkan nekrosis tubulus
ginjal akut. Nekrosis papila ginjal dan nefritis interstitialis merupakan infeksi
ginjal pada pasien diabetes, dimana sering menimbulkan pengelupasan papila
ginjal dan nefritis interstialis. Batu saluran kemih merupakan adanya papila yang
terkelupas akibat infeksi saluran kemih serta debris dari bakteri merupakan nidus
pembentukan batu saluran kemih. Selain itu beberapa kuman yang dapat memecah
urea mampu merubah suasana pH urin menjadi basa yang memungkinkan
berbagai unsur pembentuk batu mengendap di dalam urine dan membentuk batu
pada saluran kemih. Supurasi merupakan infeksi saluran kemih yang mengenai
ginjal sehingga dapat menimbulkan abses pada ginjal dan meluas ke rongga
perirenal dan bahkan pararenal, demikian pula yang mengenai prostat dan testis
dapat menimbulkan abses pada prostat dan abses testis2.
Prevalensi infeksi saluran kemih bervariasi, menurut usia dan jenis kelamin.
Potensi infeksi saluran kemih pada masa neonatus yaitu, bayi laki-laki yang tidak
menjalani khitan 2,7% lebih banyak dari pada bayi perempuan sebanyak 0,7%.
Pada masa anak-anak, anak perempuan 3% dan anak laki-laki sebanyak 1%.
Kemudian saat masa remaja, potensi infeksi saluran kemih pada remaja
perempuan meningkat sebanyak 3,5% hingga 5,8%.Persentase meningkat tinggi
menjadi 1% sampai 4% setelah pubertas pada wanita tidak hamil yang terjadi
sebagai akibat dari aktifitas seksual. Sebaliknya, prevalensi bakteriuria pada pria
dewasa sangat rendah (<0,1%). Pada orang tua, resiko bakteriuria pada wanita dan
laki-laki secara berubah drastis dan memiliki tingkat yang sama mulai dari umur
65 tahun1,2.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah salah satu infeksi bakteri yang sering
mempengaruhi manusia baik di lingkungan masyarakat maupun di rumah sakit.
Terdapat 150 juta orang per tahun di seluruh dunia yang didiagnosis dengan
infeksi saluran kemih (ISK) (Anne et al, 2015). Insiden ISK pada bayi dan anak
sekolah berkisar 1-2%, pada wanita muda yang tidak hamil 1-3%, sedangkan pada
wanita yang hamil 4-7%. Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami isk .
Pasien perempuan lebih rentan menderita penyakit infeksi saluran kemih
dibandingkan dengan pasien laki-laki, dikarenakan uretra perempuan lebih pendek
sehingga mikroorganisme dari luar lebih mudah mencapai kandung kemih yang
letaknya dekat dengan daerah perianal.
Di Amerika Serikat, pasien rawat inap infeksi saluran kemih mencapai lebih
dari 100.000 per tahun dan yang paling sering adalah pasien dengan pielonefritis.
Infeksi ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih atas akut dan infeksi saluran
kemih bawah akut. Infeksi saluran kemih simptomatis sangat umum di kalangan
wanita aktif karena secara seksual dan jauh lebih umum pada wanita dibandingkan
pria. Diperkirakan 1 dari 3 wanita usia 24 tahun telah didiagnosis oleh dokter
mengidap infeksi saluran kemih dan membutuhkan antimikroba, dan 40% sampai
50% wanita akan mengalami infeksi saluran kemih setidaknya sekali selama masa
hidup mereka (Nabbugodi et al, 2014).Sementara itu, penduduk Indonesia yang
menderita infeksi saluran kemih diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa. Infeksi
saluran kemih di indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi. Menurut
perkiraan Departemen Kesehatan Republik indonesia, jumlah penderita ISK di
Indonesia adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya atau sekitar
180.000 kasus baru pertahun1..
Diagnosis infeksi saluran kemih berdasarkan anamnesis adanya gejala atau tanda
infeksi saluran kemih yaitu, nyeri suprapubrik, disuria, frekuensi, urgensi, dan
stranguria untuk infeksi saluran kemih bagian bawah, sedangkan demam, kram,
nyeri punggung, muntah, skoliosis, dan penurunan berat badan untuk infeksi
5
saluran kemih bagian atas, lekosituria > 10/LPB dan bakteriuria patogen > 10
CFU/mL (Susanto, 2012). Pada pemeriksaan laboratorium, dinyatakan positif
infeksi saluran kemih apabila terdapat > 5 leukosit per lapang pandang besar
(LPB) sedimen air kemih, bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin, dijumpai
2
1 bakteri/LPB minyak emersi, pada wanita simtomatik >10 organisme
5
koliform/mL urin plus priuria atau 10 organisme patogen/mL urin, pada laki-laki
3 5
simtomatik >10 organisme patogen/mL urin atau asimtomatik 10 organisme
patogen/mL urin pada 2 contoh urin berturut-turut, dan mereduksi nitrat bila
dijumpai >100.000-1.000.000 bakteri2.
1.2 Penetalaksanaan Infeksi Saluran Kemih
Antibiotik adalah suatu substansi antimikroba yang diperoleh dari zat yang berasal
dari suatu mikroorganisme atau suatu zat sintetik yang dapat menghambat kerja
dari suatu mikroorganisme lain. Antibiotik ada yang memiliki spektrum luas dan
efektif terhadap jenis bakteri tertentu, uji sensitivitas antibiotik digunakan untuk
menguji sensitivitas antibiotik terhadap suatu bakteri dengan tujuan untuk
mengetahui daya kerja atau efektivitas dari suatu antibiotik dalam membunuh
bakteri (Seputra et al, 2015). Faktor farmakologis dapat mempengaruhi cara kerja
agen antibakteri. Kemampuan agen untuk mencapai konsentrasi yang tepat dalam
urin sangatlah penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju dan luasnya
ekskresi melalui ginjal termasuk laju filtrasi glomerulus pasien dan diekskresi atau
tidaknya agen secara aktif. Agen seperti sulfonamida, tetrasiklin, dan
aminoglikosida memasuki urin melalui filtrasi. Bila laju filtrasi glomerulus
berkurang, jumlah obat yang memasuki urin-pun akan berkurang. Sebagian besar
agen beta laktam dan kuinolon disaring dan secara aktif disekresi ke dalam urin.
Karena alasan ini, agen ini mencapai konsentrasi urin tinggi meskipun
karakteristik ikatan protein yang tidak menguntungkan atau disfungsi ginjal1.
Pasien seorang perempuan usia 19 tahun datang dengan keluhan nyeri uluh
hati sejak 2 minggu lalu dan memberat 5 hari terakhir. nyeri terasa seperti tertusuk-
tusuk dan hilang timbul serta tidak menjalar. Nyeri bertambah berat saat pasien
terlambat makan dan berkurang dengan obat lambung.
Pada kasus, Pasien juga mengeluhkan muntah sejak 1 minggu . Muntah setiap
kali makan. Muntah berisi makanan dengan jumlah volume muntah ¼ gelas aqua.
Sehari pasien muntah 2 – 3 kali.
27
terbakar di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal
gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum diagnosis.
Patogenesis dispepsia ada beberapa, namun yang mendekati pada kasus pasien
ini adalah adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam yang
menimbulkan rasa tidak enak diperut. Bisa juga karena stress yang memicu
penurunan kontraktilitas lambung sehingga menimbulkan perasaan mual.
Menurut algoritma pengelolaan dyspepsia bila usia <55 tahun tanpa tanda
bahaya, perlu diperhatikan prevalensi dari H.Pylori nya dan dapat dimulai terapi
untuk penanganan dispepsianya, bila gagal akan dicoba alternatif lain dan
memungkinkan untuk dilakukannya endoskopi.
Pada kasus didapatkan diagnosis pasien mengalami ISK namun untuk keluhan
yang berkaitan dengan infeksi tersebut tidak didapatkan, seperti nyeri perut kanan
bawah atau kiri bawah atau nyeri suprapubik. Tidak didapatkan juga demam, dan
tidak didapatkan juga adanya perubahan pola buang air kecil (Nokturia, Polakisuria,
Disuria, stranguria, urgency), namun didapati adanya nyeri pinggang (Nyeri ketok
costovertebra (+)).
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
sering ditemukan. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35%
semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya. Infeksi
saluran kemih (ISK) tergantung banyak faktor; seperti usia, gender,
prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan
struktur saluran kemih termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan
lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita lSK dibandingkan laki-laki.
ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor
predisposisi (pencetus). Infeksi saluran kemih (ISK) tipe sederhana
(uncomplicated type) jarang dilaporkan menyebabkan insufisiensi ginjal kronik
(IGK) walaupun sering mengalami ISK berulang. Sebaliknya ISK berkomplikasi
28
(complicated type) terutama terkait refluks vesikoureter sejak lahir sering
menyebabkan insufisiensi ginjal kronik (IGK) yang berakhir dengan gagal ginjal
terminal (GGT)(2).
Pasien seorang perempuan berusia 19 tahun, dengan keluhan nyeri uluh hati
2 minggu sebelum rumah sakit, namun pada keluhan seperti nyeri pinggang hanya
didapai melalui pemeriksaan fisik (Nyeri ketok CVA (+)) , dan pemeriksaan
penunjang yang menunjukkan adanya infeksi pada saluran kemih. Selain itu tidak
ditemukan adanya keluhan lain yang berhubungan dengan diagnosa ISK.
29
bacteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis ISK
dinamakan bakteriuria bermakna simtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan
presentasi klinis ISK tanpa bakteriuria bermakna. Banyak faktor yang menyebabkan
negatif palsu pada pasien dengan presentasi klinis ISK. (2)
Pemeriksaan Penunjang pada ISK adalah Analisa urin rutin, pemeriksaan
mikroskop urin segar tanpa putar, kultur urin, serta jumlah kuman urin merupakan
protocol standar untuk pendekatan diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin,
suhu, dan teknik transportasi sampel urin harus sesuai dengan protokol yang
dianjurkan. Investigasi lanjutan terutama renal imaging proce- dures tidak boleh
rutin, harus berdasarkan indikasi klinis yang kuat. Renal imaging procedures
untuk investigasi faktor predisposisi ISK: Ultrasonogram (USG) Radiografi. Foto
polos perut dan Pielografi IV. (2)
Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit,
leukosit esterase, protein, dan darah. Leukosituria merupakan petunjuk kemungkinan
adanya bakteriuria, tetapi tidak dipakai sebagai patokan ada tidaknya ISK. Pada kasus
ini di dapatkan hasil urinalisis Leukosit Esterase 3+, protein 2+, Sel epitel Penuh dan
Leukosit Penuh sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami bakteriuria sebagai
pendekatan diagnosis ISK.
Tatalaksana ISK
a. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika
yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin: Hampir
80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika tunggal;
seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200 mg. Bila infeksi menetap disertai
kelainan urinalisis (lekosuria) diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari.
Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua
30
gejala hilang dan tanpa lekosiuria. Reinfeksi berulang (frequent re-infection) :
Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi
faktor risiko Tanpa faktor predisposisi Asupan cairan banyak Cuci setelah
melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal (misal trimetoprim
200 mg). Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan. Sindrom uretra akut
(SUA). Pasien dengan sindrom uretra akut dengan hitung kuman 103_105
memerlukan antibiotika yang adekuat, Infeksi klamidia memberikan hasil yang
baik dengan tetrasiklin. Infeksi disebabkan MO anaerobik diperlukan
antimikroba yang serasi, misal golongan kuinolon. (2)
b. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas
Pielonefrits akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut
memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika
parenteral paling sedikit 48 jam. menganjurkan satu dari tiga altematif terapi
antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui MO
sebagai penyebabnya: Fluorokuinolon, Amiglikosida 'dengan atau tanpa ampisilin,
Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida. (2)
Sehingga tatalaksana dari pasien ini sesuai dengan teori, pasien mendapatkan hidrasi
berupa RL 20tpm dan antibiotik golongan sefalosporin yaitu Cefotaxim 2x1gr IV
selama 3 hari.
Pasien juga mengeluhkan adanya batuk kering dengan rasa gatal pada leher
sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit dan memiliki riwayat Hipertensi sejak ±
2 tahun lalu dan rutin mengkonsumsi Captopril 1x25mg. Menurut JNC 8 tatalaksan
pasien Hipertensi usia ≥60 tahun dengan pencapaian target tekanan darah sistolik <
150mmHg dan diastolic <90mmHg dapat ditatalaksana dengan golongan Thiazid tipe
diuretic atau ACEI atau ARB atau CCB atau tunggal maupun kombinasi. Pada kasus
ini pasien mendapat obat Captopril yang rutin dikonsumsi. Efek Samping dari obat
Captopril ini dapat menyebabkan batuk kering yang menetap sehingga pasien
mendapat perubahan obat dari IGD berupa amlodipin 5 mg dan untuk memperingan
31
batuk dan rasa gatal pada leher pasien mendapat obat Codein 3x10mg dan
Antihistamin untuk mengurangi rasa gatal dengan obat Ceterizine 1x10mg.
URINALISIS
Parameter Fisik Urin Warna. Normal pucat-kuning tua dan amber terganttng kadar
urokrom. Keadaan patologis, obat dan makanan dapat mengubah warna. Urin merah
disebabkan Hb, miogobin, atau pengaruh obat rifampisin. Warna hijau dapat karena
zat klinis eksogen (biru metilen) atau infeksi Pseudomonas; warna oranyeijingga
menandakan pigmen empedu. Bila urin keruh dapat karena fosfat (biasanya normal)
atau leukosituria dan bakteri (abnormal). Thrbiditas. Normal transparan, urin keruh
karena hematuria, infeksi dan kontaminasi
Bau. Beberapa penyakit mempunyai bau urin yang khas, misal bau keton, maple
syrup disease, isofloric acidemia, dsb.
32
batu ginjal atau kelainan elektrolit (hipo atau hipematererria) perlu
diperiksa untuk diagnosis.
4. Dipstik: memakai indikator perubahan warna pada dipstik dan sudah
luas dipakai.
Parameter Kimia
pH: tes memakai dipstik, pada pH <5,5 atau >7,5 akurasinya kurang,
dan harus memakai pH meter. pH hasilnya dipengaruhi oleh asam-
basa sistemik
Hb: dalam kondisi normal tidak dijumpai dalam urin. Bila positif
harus dicurigai hemolisis atau mioglobinuria
Glukosa: dengan dipstik untuk menilai reabsorbsi glukosa dan bahan
lain. Tes ini sangat sensitif dan dapat dilanjutkan dengan kadar
glukosa urin secara kuantitatif dengan metode enzimatik.
Protein: normal proteinuria tidak lebih dari 150 mgftari untuk dewasa.
Pada kondisi patologis proteinuria dapat dibedakan:
1. Proteinuria glomerulus: ini terjadi pada penyakit glomerulus karena
gangguan permeabilitas protein (misal: albumin, globulin)
2. Proteinuria tubular: ini terjadi pada penyakit tubulus dan
interstisium dan disebabkan gangguan reabsorbsi protein berat
molekul (BM) ringan (a. 1. mikroglobulin, b2 mikroglobtlin, retinol
binding protein)
3. Proteinuria overload: ini disebabkan peningkatan protein BM
rendah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus (Bence-Jones protein,
lisosom, mioglobin)
4. Proteinuria benigna: protein ini termasuk proteinuria karena demam,
ortostatik atau kerja fisik. Proteinuria biasanya dites memakai dipstik,
dan cukup sensitif terhadap albumin. Untuk protein Bence Jones harus
memakai metode lain yaitu teknik presipitasi dengan asam sulfa salisil,
33
asam triklorasetik atau dengan pemanasan dan bufer acetic acid
sodium acetat.
Metode Dipstik adalah semikuantitatif dengan nilai 04 (+). Untuk
lebih teliti menilai protein kuantitatif digunakan metode lain seperti
turbidimetri. Jumlah protein kuantitatif 24 jam diekspresikan sebagai
g/I- atau gl 24 j am per 1,1 3 rfi . akan tetapi perhitungan dengan urin
24 jam ini memakan waktu, sering keliru dan tidak praktis. Cara lain
yaitu dengan menghitung rasio protein kreatinin. Dengan cara ini
dipakai urin random dan single. Sebagai contoh: Urin sesaat
mengandung protein 100 mgTo dan kreatin urin 50 mg7o. Jadi jumlah
protein dalam urin 100/50 =2 gramlharill,l3 m2. Harus diingat bahwa
ekskresi protein mempunyai sirkadian (tertinggi pada siang dan
terendah pada malam hari) sedangkan ekskresi kreatinin relatifstabil
24jam oleh karena itu contoh urin harus diambil pada saat yang sama.
Analisis kualitatif proteinuria dilakukan secara elektroforesa asetat
selulos atau agarose atau memakai SDS -PAGE (s o dium do de cy I s
ulfat e - p oly ac ry lamid e). Dengan metode elektroforesa ini dapat
diketahui selektifitas proteinuria, karena dapat membedakan jenis
protein: B2 mikroglobulin, albumin, IgG dsb. Kadangkadang
selektifitas dapat mengetahui beratnya lesi dan dapat mengetahui
respons terapi dan prognosis.
34
Dipstik lebih sensitif untuk albumin, sedangkan tes asam sulfosalisil
untuk semua jenis protein. lmunoglobulin rantai ringan dapat
dideteksi dengan asam sulfosalisil, tetapi tidak untuk dipstik. Jadi
multipel mieloma hanya dapat diketahui dengan tes asam sulfosalisil.
False positif pada dipstik urin yang sangat basa atau terlalu encer
False positif asam sulfosalisil didapatkan akibat radio kontras dan
obat-obat tolbutamid, penisilin, sefalosporin.
Leukosit Esterase. Tes dipstik ini berdasarkan aktivitas enzim
esterase indoksil yang dihasilkan oleh neutrofil, granulosit dan
makrofag dan akan memberi nilai positif bila ada paling sedikit 4
(empat) leukosit/LPB.
Nitrit. Dasar tes ini adalah adanya bakteri yang dapat mengubah
nitrat menjadi nitrit melalui enzim reduktase niffat. Enzim ini banyak
pada bakteri gram negatif dan tidak ada pada bakteri jenis
Pseudomonasl Staphylococcus albus dan Enterococczs. Tes ini
membutuhkan persiapan dengan diet kaya nitrat (sayuran) dan
membutuhkan waktu reaksi yang cukup di kandung kencing. Tes ini
mempunyai sensitivitas rendah (20-80%) dan spesifisitas +9%.
Keton. Tes dengan metode dipstik menunjukkan adanya asam
asetoasetat dan aseton. Positif di urin pada penyakit asidosis diabetik,
puasa, muntah ataupun olahraga yang berlebihan. Tes ini berdasarkan
reaksi keton dengan nitroprusid.
Mikroskopik Urin
Pemeriksaan mikroskopik ini akan melengkapi pemeriksaan urin
secara kimiawi. Metode. Urin pertama atau kedua pada pagi hari, dan
untuk cegah kerusakan sel harus segera diperiksa. Setelah
disentrifugasi memakai alat hitung khusus, urin diperiksa dengan
mikroskop biasa atau fase kontras. Sel Sel pada sedimen urin dapat
berasal dari sirkulasi (eritrosit dan lekosit) dan dari traktus urinarius
35
(sel tubulus, epitel).
Eritrosit. Eritrosit dalam urin ada2 macam, yaitu: isomorfikt,
dismorfik. Eritrosit isomorhk berasal dari traktus urinarius.
Sedangkan dismorfik berasal dari glomerulus. Bila eritrosit dominan
dismorfik (>80%) dari total eritrosit disebut hematuria glomerulus.
Beberapa ahli mengatakan bila terjadi "hematuria campuran" 5O%
isomorfik dan 50% dismorfik, sudah dapat dikategorikan hematuria
glomerulus. Selain itu bila paling sedikit 5% teiadi akantositosis juga
dapat disebut hematuria glomerulus. Bagaimana terbentuknya
dismorfik, masih terus diselidiki, namun disebutkan bahwa adanya
injun 2tempal, yaitu waktu eritrosit melewati membran basalis dan
efek fisikokimia selama melewati tubulus. Dalam kondisi normal
eritrosit dapat dijumpai <12.000 eritrosit/cc.
Leukosit. Neutrofil adalah leukosit yang paling sering dijumpai pada
urin, mudah diidentifikasi dengan sitoplasma granular dan inti
berlobus. Pada urin normal, lekosit dapat ditemukan 2-3/LPB.
Bilajumlahnya melebihi, kemungkinan infeksi atau inflamasi. Pada
perempuan, lekosit urin dapat karena kontaminasi dari genitalia
ekstema. Netrofil akan meningkat dalam urin pada penyakit
proliferatif glomerulopati dan nefritis interstitialis. Eosinofiluria,
dapat mudah dilihat dengan pewarnaan Wright atau Hansel, yang
terjadi pada nefritis interstitialis alergika, glomerulonefritis,
prostatitis, pielonefritis kronik, skistosomiasis. Limfosituria dapat
sebagai tanda dini rejeksi akut pada pasien transplantasi. Adanya
lekosituria, dengan biakan bakteri yang negatif harus
dipertimbangkan TBC ginjal, batu saluran kencing, papiler nekrosis,
atau uretritis kronik.
Sel tubulus ginjal. Walaupun tidak diperiksa pada urinalisis rutin, sel
sel besar ini dengan inti yang sangat jelas sering terlihat pada nekrosis
36
tubular akut (NTA), glomerulonefritis atau pielonefritis. Pada
proteinuria masif, degenerasi sel epitel dapat dijumpai sebagai ovalfat
bodies.
Lipid. Lipid pada urin terlihat sferis, translusen, dan berwarna kuning
dalam macam-macam bentuk. Mereka dapat bebas (isolatefi atau
berada dalam sitoplasma sel epitel tubulus atau makrofag, disebut
Oval Fat Bodies. Bila dengan silinder, lipid membentuk silinder
lemak. Lipid dapat terlihat sebagai kristal kolesterol. Lipid drops
mengandung esterkolesterol dan kolesterol bebas, dan di bawah sinar
polarisasi akan terlihat Maltase Croses Lipid dalam urin disebabkan
beberapa penyakit antara lain sindrom nefrotik, atau spingolipidosis
(Penyakit Fabry).
Silinder (Csst). Silinder terbentuk di dalam tubulus distal atau bagian
awal tubulus kontortus karena pengendapan masa selular dan elemen
non selulen di dalam matrik protein Tamm-Horsfall. Dengan
ditemukan silinder menunjukkan kelainan ginjal. Ada bermacam-
macam jenis silinder tergantung partikel apa yang terjebak di
dalamnya dan masing-masing mempunyai arti klinik sendiri, antara
lain:
l. Silinder Hialin. Tidak berwarna dan indeks refraksi rendah. Mudah
dilihat dengan mikroskop fase kontras, tapi dapat terabaikan dengan
mikroskop biasa. Silinder hialin dapat ditemukan pada orang normal
dan juga penyakit ginjal bila bersama-sama dengan jenis silinder lain.
2. Silinder Granular. Silinder ini berisi granul halus dan khas untuk
pasien dengan kelainan ginjal.
3. Silinder Lemak. Silinder yang berisi lemak ini spesifik untuk
penyakit ginjal glomerulus dengan tipe nefrotik'
4. Silinder Eritrosit. Silinder eritrosit dapat mengandung beberapa
eritrosit, tetapi dapat sangat banyak sehingga rnatriks tidak terlihat.
37
Silinder eritrosit ini erat hubungannya dengan hematuria dan
menandakan hematuria yang berasal dari glomerulus. Pada
glomerulonefritis yang ditandai hematuria dapat ditemukan silinder
eritrosit sampai 80%. Selain itu, silinder eritrosit adalah petanda
glomerulonfritis tipe proliferatif, terutama dengan lesi ekstrakapllerl
necrotising.
5. Silinder Hemoglobin. Seperti namanya, ia berwama kecoklatan dan
sering ada granul karena eritrosit yang mengalami kerusakan. Silinder
hemoglobin mempunyai arti yang sama dengan silinder eritrosit.
Selain itu, dapat disebabkan Hb yang bebas akibat hemolisis
intravaskular.
6. Silinder Lekosit. Silinder ini dapat mengandung bermacam-
macamjenis sel darahputih, Bila positif dalam urin bisa dikaitkan
dengan pielonefritis akut, nefritis interstitialis, glomerulonefritis
proliferatif, terutama pasca infeksi dan pada lupus nefritis.
7. Silinder Epitel. Silinder ini mengandung sel tubulus yang lepas dan
mudah diidentifikasi karena nukleusnya sangat mencolok. Silinder ini
dapat ditemukan pada nekrosis tubular akut, nefritis interstitialis,
kelainan glomerulus dan pada sindrom nefrotik.
8. Silinder Mioglobin. Silinder ini berisi mioglobin dan identik
dengan silinder hemoglobin. Perbedaannya dihubungkan dengan
tanda klinis. Silinder ini dapat ditemukan pada gagal ginjal akut yang
mengalami rabdomiolisis.
Kristal
Macam-macam kristal dapat ditemukan dalam urin:
1. Kristal asam urat dan urat amorf
2. Kristal kalsium oksalat
3. Kristalkalsiumfosfat
4. Kristal tripelfosfat
38
5. ftuistal kolesterol
6. Kristal sistin
7. Kristal karena obat
URINALISIS 3
Urinalisis sangat berharga dalam diagnosis kondisi urologis seperti batu, saluran
kemih infeksi (ISK), dan malignancy. Ini juga dapat mengingatkan dokter untuk
39
adanya penyakit sistemik yang mempengaruhi ginjal. Meskipun urinalisis tidak
direkomendasikan diperbaiki sebagai alat skrining rutin kecuali pada wanita yang
mungkin hamil, dokter harus tahu bagaimana menafsirkan urinalisis hasil dengan
benar. Artikel ini mengulas metode yang benar untuk melakukan urinalisis dan
diagnosis banding untuk beberapa hasil abnormal.
Koleksi Spesimen
Teknik menangkap tengah sungai biasanya memadai pada pria dan wanita. Meskipun
pembersihan genitalia eksterna sebelumnya sering direkomendasikan pada wanita,
tidak manfaat terbukti. Faktanya, sebuah penelitian terbaru ditemukan bahwa tingkat
kontaminasi serupa di Indonesia spesimen diperoleh dengan dan tanpa sebelumnya
pembersihan (32 berbanding 29 persen). Urine harus didinginkan jika tidak dapat
diperiksa tepat; keterlambatan lebih dari dua jam antara pengumpulan dan
pemeriksaan sering menyebabkan hasil yang tidak dapat diandalkan.
40
Urinalisis Dipstik
Hasil positif palsu dan negatif palsu tidak biasa pada urinalisis dipstik (Tabel 2) .
Keakuratan tes ini dalam mendeteksi mikro hematuria scopic, proteinuria yang
signifikan, dan ISK dirangkum dalam Tabel 3 .
BERAT JENIS
Berkorelasi gravitasi spesifik urin (USG) dengan osmolalitas urin dan penting untuk
mengetahui status hidrasi pasien. Hal ini juga mencerminkan kemampuan
berkonsentrasi ginjal. USG normal dapat berkisar dari 1,003 ke 1.030; nilai kurang
dari 1,010 menunjukkan hidrasi relatif, dan nilai lebih besar dari
1.020 menunjukkan dehidrasi relatif. Peningkatan USG adalah terkait dengan
glikosuria dan sindrom hormon antidiuretik priate; penurunan USG dikaitkan dengan
penggunaan diuretik, diabetes insipidus, insufisiensi adrenal efisiensi, aldosteronisme,
dan gangguan fungsi ginjal. pada pasien dengan insufisiensi ginjal intrinsik, USG
ditetapkan pada 1.010 — gravitasi spesifik filtrat glomerulus.
41
URINARY pH
PH kemih dapat berkisar dari 4,5 hingga 8 tetapi biasanya normal sedikit asam (yaitu,
5,5 hingga 6,5) karena aktivitas metabolismity Konsumsi protein dan buah-buahan
asam (misalnya, cranber-ries) dapat menyebabkan urin asam, dan diet tinggi sitrat
dapat menyebabkan urin alkali. pH urin umumnya mencerminkan pH serum, kecuali
pada pasien dengan asidosis tubulus ginjal (RTA). Ketidakmampuan untuk
mengasamkan urin ke pH kurang dari 5,5 meskipun puasa semalam dan administrasi
sebuah beban asam adalah ciri khas RTA. Dalam tipe I (distal) RTA, serum bersifat
asam tetapi urin bersifat basa, sekunder ketidakmampuan untuk mengeluarkan proton
ke dalam urin. Tipe II (proksimal) RTA dicirikan oleh ketidakmampuan untuk reab-
sorb bikarbonat. Situasi ini pada awalnya menghasilkan basa urin, tetapi karena beban
bikarbonat yang disaring menurun, urin menjadi lebih asam. Penentuan pH urin
bermanfaat dalam diagnosis. nosis dan manajemen ISK dan batu. Basa urin pada
pasien dengan ISK menunjukkan adanya organisme pemecah urea, yang mungkin
terkait dengan kristal magnesium-amonium fosfat dan kaleng bentuk batu
staghorn. Batu asam urat dikaitkan dengan urin asam.
42
43
HEMATURIA
Menurut American Urological Association, the Kehadiran tiga atau lebih sel darah
merah (RBC) per high-powered field (HPF) dalam dua dari tiga sampel urin adalah
definisi hematuria yang diterima secara umum. tes dipstick untuk darah mendeteksi
aktivitas peroksidase eritrosit. Namun, mioglobin dan hemoglobin juga akan
mengkatalisasi reaksi ini, sehingga hasil tes positif dapat mengindikasikan hematuria,
mioglobinuria, atau hemoglobin uria. Visualisasi eritrosit utuh secara mikroskopis
pemeriksaan sedimen kemih dapat dibedakan hematuria dari kondisi
lain. Pemeriksaan mikroskopis bangsa juga dapat mendeteksi gips sel darah merah
atau sel darah dysmorphic. Hematuria dibagi menjadi glomerulus, ginjal (yaitu,
nonglo-merular), dan etiologi urologis (Tabel 4) . Hematuria glomerulus. Hematuria
tipikal glomerulus Dihubungkan dengan proteinuria yang signifikan, eritrogips cyte,
dan sel darah merah dysmorphic. Namun, 20 persen pasien dengan glomerulonefritis
terbukti biopsy hadir dengan hematuria saja. nefropati IgA (yaitu, Penyakit Berger)
adalah penyebab paling umum dari glomeru- lar hematuria. Hematuria Ginjal
(Nonglomerular). Nonglomerular hematuria adalah sekunder dari tubulointerstitial,
renovascu- lar, atau gangguan metabolisme. Seperti hematuria glomerulus, itu sering
dikaitkan dengan proteinuria yang signifikan; namun, tidak ada sel darah merah atau
eritrosit yang terkait gips. Evaluasi lebih lanjut dari pasien dengan glomerular dan
hematuria nonglomerular harus mencakup penentuan negara fungsi ginjal dan protein
urin 24 jam atau lihat rasio protein-kreatinin urin. Hematuria Urologi. Penyebab
urologis dari hematuria termasuk tumor, batu, dan infeksi. Hematurik urologi ria
dibedakan dari etiologi lain dengan tidak adanya proteinuria, sel darah merah
dysmorphic, dan gips eritrosit. Bahkan hematuria yang signifikan tidak akan
meningkatkan protein konsentrasi ke kisaran 2+ hingga 3+ pada tes dipstick. Hingga
20 persen pasien dengan hematuria berat mengalami keganasan saluran
kemih; latihan lengkap dengan sistoskopi dan pencitraan saluran atas diindikasikan
pada pasien dengan ini kondisi. Pada pasien dengan mikroskopis tanpa gejala
hematuria (tanpa proteinuria atau piuria), 5 hingga 22 per sen memiliki penyakit
44
urologis yang serius, dan 0,5 hingga 5 persen memiliki keganasan genitourinari. 25-
29 Hematuria yang disebabkan oleh olahraga adalah relatif umum, kondisi jinak yang
sering dikaitkan dengan lari jarak jauh. Hasil urinalisis ulang setelah 48 hingga 72
jam harus negative pada pasien dengan ini kondisi.
PROTEINURIA
Pada orang sehat, dinding kapiler glomerulus adalah hanya dapat digunakan untuk zat
dengan berat molekul kurang dari 20.000 Dalton. Setelah disaring, molekul rendah-
protein berat diserap kembali dan dimetabolisme oleh sel tubulus
proksimal. Termasuk protein urin normal albumin, globulin serum, dan protein yang
dikeluarkan oleh nefron. Proteinuria didefinisikan sebagai protein urin ekskresi lebih
dari 150 mg per hari (10 hingga 20 mg per dL) dan merupakan ciri khas penyakit
ginjal. Mikro - buminuria didefinisikan sebagai ekskresi 30 hingga 150 mg protein
per hari dan merupakan tanda penyakit ginjal dini, khususnya pada pasien diabetes.
Pereaksi pada sebagian besar tes dipstick sensitif terhadap alcohol min tetapi
mungkin tidak mendeteksi konsentrasi rendah γ-globu- protein lins dan Bence
Jones. Tes dipstick untuk melacak jumlah protein menghasilkan hasil positif pada
konsentrasi dosis 5 hingga 10 mg per dL — lebih rendah dari ambang batas untuk
proteinuria yang signifikan secara klinis. Hasil dari 1+ perusahaan merespon sekitar
30 mg protein per dL dan dianggap positif; 2+ sesuai dengan 100 mg per dL, 3+
hingga 300 mg per dL, dan 4+ hingga 1.000 mg per dL. Urinalisis dipstick andal
45
dapat memprediksi albuminuria sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 99
persen. Proteinuria asimptomatik dikaitkan dengan signifikan penyakit ginjal pada
kurang dari 1,5 persen pasien. Proteinuria dapat diklasifikasikan sebagai sementara
atau persisten (Tabel 5) . Pada proteinuria sementara, perubahan sementara pada
hemodinamik glomerulus menyebabkan kelebihan protein; kondisi-kondisi ini
mengikuti jalan yang terbatas dan jinak. Proteinuria ortostatik (postural) adalah
kondisi yang tidak berbahaya yang dapat terjadi karena berdiri lama; sudah
dikonfirmasi dengan memperoleh hasil urinalisis negatif setelah delapan jam
penyerahan diri. Proteinuria persisten dibagi menjadi tiga umum kategori: glomerular,
tubular, dan melimpah. Dalam glo- proteinuria merular, jenis yang paling umum,
albumin adalah protein urin primer. Hasil proteinuria tubular ketika sel tubulus tidak
berfungsi tidak lagi dimetabolisme atau menyerap kembali protein yang difilter
secara normal. Dalam kondisi ini tion, protein dengan berat molekul rendah
mendominasi albumin dan jarang melebihi 2 g per hari. Dalam proyek melimpah
proteinuria, protein dengan berat molekul rendah membanjiri kemampuan tubulus
untuk menyerap kembali protein yang disaring. Evaluasi lebih lanjut dari proteinuria
persisten biasanya termasuk penentuan ekskresi protein urin 24 jam atau rasio
protein-kreatinin urin, mikroskopis pemeriksaan sedimen urin, protein urin
elektroforesis, dan penilaian fungsi ginjal.
GLYCOSURIA
Glukosa biasanya disaring oleh glomerulus, tetapi itu hampir sepenuhnya diserap
kembali dalam tubulus proksimal. Glikosuria terjadi ketika beban glukosa yang
disaring melebihi kemampuan tubulus untuk menyerap kembali (yaitu 180 hingga
200 mg per dL). Etiologi termasuk diabetes mellitus, Sindrom Cushing, penyakit hati
dan pankreas, dan Sindrom Fanconi.
46
KETONURIA
Keton, produk metabolisme lemak tubuh, biasanya tidak ditemukan dalam
urin. Pereaksi dipstick mendeteksi asam asetat melalui reaksi dengan natrium
nitroprusside atau nitro- ferricyanide dan glycine. Ketonuria paling umum adalah
terkait dengan diabetes yang tidak terkontrol, tetapi juga bias terjadi selama
kehamilan, diet bebas karbohidrat, dan kelaparan.
NITRIT
Nitrit secara normal tidak ditemukan dalam urin tetapi hasilnya ketika Bakteri
mengurangi nitrat urin menjadi nitrit. Banyak gram negatif dan beberapa organisme
gram positif mampu konversi ini, dan tes nitrit dipstick positif menunjukkan bahwa
organisme ini hadir dalam jumlah yang signifikan (yaitu, lebih dari 10.000 per
mL). Tes ini khusus tetapi tidak sangat sensitif. Dengan demikian, hasil positif sangat
membantu, tetapi a hasil negatif tidak mengesampingkan ISK. Nitrit dipstick reagen
sensitif terhadap paparan udara, jadi wadah harus ditutup segera setelah melepas
strip. Setelah satu minggu pemaparan, sepertiga dari strip memberikan false-positif
hasil, dan setelah dua minggu, tiga perempat memberikan posisi palsu hasil
tive. Organisme yang tidak mengurangi nitrat juga mungkin menyebabkan hasil
negatif palsu, dan pasien yang mengkonsumsi a diet rendah nitrat mungkin memiliki
hasil negatif palsu.
LEUKOCYTE ESTERASE
Leukosit esterase diproduksi oleh neutrofil dan mungkin sinyal pyuria yang terkait
dengan ISK. Untuk mendeteksi signifikan pyuria akurat, lima menit harus diizinkan
untuk strip reagen dipstick untuk mengubah warna. Gips Leukosit di sedimen kemih
dapat membantu melokalisasi area radang ke ginjal. Organisme seperti Chlamydia
dan Ureaplasma urea- lyticum harus dipertimbangkan pada pasien dengan piuria dan
budaya negatif. Penyebab lain dari pyuria steril termasuk balanitis, uretritis, TBC,
47
tumor kandung kemih, virus infeksi, nefrolitiasis, benda asing, olahraga, glo-
merulonefritis, dan kortikosteroid dan siklofosfat mide (Cytoxan) digunakan.
Urinalisis mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis adalah bagian yang sangat diperlukan
urinalisis; identifikasi gips, sel, kristal, dan Bakteri membantu dalam diagnosis
berbagai kondisi.
Untuk menyiapkan spesimen urin untuk analisis mikroskopis, sampel segar 10 hingga
15 mL urin harus dipusatkan turun pada 1.500 hingga 3.000 rpm selama lima
menit. Super- natant kemudian dituang dan sedimen dihidupkan kembali dalam cairan
yang tersisa. 37 Satu tetes ditransfer ke slide kaca bersih, dan slip penutup diterapkan.
48
SEL
Leukosit dapat dilihat pada daya rendah dan tinggi perbesaran (Gambar 1) . Pria
biasanya memiliki lebih sedikit dari dua sel darah putih (WBC) per HPF; perempuan
juga- mally memiliki kurang dari lima WBCs per HPF. Sel-sel epitel sering hadir
dalam sedimen urin. ment. Sel epitel skuamosa berukuran besar dan tidak teratur
berbentuk larly, dengan inti kecil dan butiran halus sitoplasma; Kehadiran mereka
menunjukkan kontaminasi. Kehadiran sel-sel epitel transisional adalah normal. Sel-
sel ini lebih kecil dan lebih bulat dari skuamosa sel, dan mereka memiliki inti yang
lebih besar. Kehadiran dari sel tubulus ginjal menunjukkan patologi ginjal yang
signifikan ogy (Gambar 2) . Eritrosit paling baik divisualisasikan di bawah
perbesaran daya tinggi. Eritrosit dysmorphic, yang memiliki bentuk aneh karena
bagian mereka melalui glomerulus abnormal, sarankan glomerulus penyakit.
KASUS
Gips dalam sedimen kemih dapat digunakan untuk melokalisasi penyakit ke lokasi
tertentu di saluran genitourinary (Tabel 6) . Cast, yang merupakan koagulum Tamm-
Horsfall mucoprotein dan isi tubulus yang terperangkap lumen, berasal dari tubulus
berbelit-belit distal atau mengumpulkan saluran selama periode konsentrasi urin atau
stasis, atau ketika pH urin sangat rendah. Silinder mereka- bentuk kal mencerminkan
49
tubulus di mana mereka dibentuk dan dipertahankan ketika gips dicuci. Pra-elemen
seluler dominan menentukan jenis gips: hialin, eritrosit, leukosit, epitel, granular,
lilin, berlemak, atau luas (Gambar 3) .
KRISTAL
Kristal dapat terlihat pada endapan urin sehat pasien (Gambar 4) . Kristal kalsium
oksalat memiliki bentuk "amplop" refraktil persegi yang dapat bervariasi ukurannya
Kristal asam urat berwarna kuning hingga oranye-coklat dan mungkin berbentuk
berlian atau tong. Kristal fosfat rangkap tiga mungkin normal tetapi sering dikaitkan
dengan alkali urin dan ISK (biasanya terkait dengan Proteus spesifik cies). Kristal
kristal ini tidak berwarna dan memiliki karakteristik tic "tutup peti mati"
penampilan. Kristal sistin tidak berwarna, memiliki bentuk heksagonal, dan hadir
dalam urin asam, yang merupakan diagnostik cystinuria.
50
BAKTERIURIA
Streptokokus gram-negatif dan stafilokokus dapat dibedakan oleh penampilan
karakteristik mereka di bawah perbesaran bertenaga tinggi. Pewarnaan gram dapat
membantu memandu terapi antibiotik, tetapi itu tidak ditunjukkan dalam praktik
rawat jalan rutin. Bersih- sering menangkap spesimen dari pasien wanita
terkontaminasi oleh flora vagina. Pada pasien ini, lima bakteri per HPF mewakili
sekitar 100.000 koloni membentuk unit (CFU) per mL, diagnostik klasik Kriteria
untuk bakteriuria asimptomatik dan tentu saja kompatibel dengan ISK. Pada pasien
bergejala, suatu hanya dihitung serendah 100 CFU per mL menunjukkan ISK, dan
antibiotik harus dipertimbangkan. Kehadiran bakteriuria dalam spesimen urin pria
yang dikumpulkan dengan benar disarankan infeksi, dan biakan harus diperoleh.
51
Sifat – sifat urine adalah:
1. Volume urin normal orang dewasa 600 – 25000 ml/ hari. Jumlah ini
tergantung padamasukan air, suhu luar, makanan dan keadaan mental/ fisik
individu, produk akhirnitrogen dan kopi, teh serta alkohol mempunyai efek
diuretic.
2. Berat jenis berkisar antara 1,003 – 1,0303. Reaksi urin biasanya asam dengan
pH kurang dari 6(berkisar 4,7 – 8). Bila masukan protein tinggi, urin menjadi
asam sebab fosfor dan sulfat berlebihan dari hasil metabolism protein.
3. Warna urin normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya
urokrom, sedikiturobilin dan hematopofirin. Pada keadaan demam, urin
berwarna kuning tua ataukecoklatan. Pada penyakit hati pigmen empedu
mewarnai urin menjadi hijau, coklat ataukuning tua. Darah (hemoglobin)
memberi warna seperti asap sampai merah pada urin.
4. Urin segar beraroma sesuai dengan zat – zat yang dimakannya.
52
11) Vitamin, hormone, dan enzim ditemukan dalam urin dengan jumlah
kecil.
2. Glukosa: glukosaria tidak tetap dapat ditemukan setelah stress emosi, 15%
kasus glikosuria tidak karena diabetes.
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul
dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam
urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi
tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus.
53
Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar
glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai
untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa
urine, reagen strip diberi enzim glukosaoksidase (GOD), peroksidase (POD),
dan zat warna.
3. Bilirubin : yang dapat dijumpai dalam urin adalah bilirubin direk
(terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi
oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urin bila kadar dalam darah
meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis
infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF
disertai ikterik.
4. Urobilinogen
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai
area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah
besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang
menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urin oleh
ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urin terjadi bila fungsi sel hepar
menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal
yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi.
Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan
(ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan
parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan
hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus,
mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun
dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah
(jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang
parah, kolelitiasis, diare yang berat.
54
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat
disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat
mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
5. Keasaman (pH)
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan
saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun,
tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH
bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa
setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan
berikutnya. Urin pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan
tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat
mempengaruhi pH urin.
Urin yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka
pH akan berubah menjadi basa. Urin basa dapat memberi hasil negatif atau
tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen
urin, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urin yang basa
sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urin dengan pH yang selalu
asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran
kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan
ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak),
asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis
respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urin dan meningkatkan
ekskresi NH4+), terapi pengasaman.
55
6. Berat Jenis (Specific Gravity, SG)
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur
konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk
menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin.
Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap
wajar jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 –
1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai normal >
1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi dini yang
tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk
memekatkan urin.
BJ urin yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi
tubulus. Nokturia dengan ekskresi urin malam > 500 ml dan BJ kurang dari
1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini
menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi
radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004
untuk setiap 1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-
glukosa.
7. Darah (Blood)
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk
hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup
ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta
aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan
adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan
metode mikroskopik sedimen urin.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urin yang
disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urin juga
dapat terjadi karena urin encer, pH alkalis, urin didiamkan lama dalam suhu
kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh
56
darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai
akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molekul
kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam urin.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Hasil positif palsu dapat terjadi bila urin tercemar deterjen yang
mengandung hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang
mengandung peroksidase.
Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung vitamin C dosis
tinggi, pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein
konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.
Urine dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil positif.
8. Keton
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi
untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam
aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi
normal dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks
ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah
mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urin, dan apabila kemampuan
ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi
ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan
asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak
seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan
absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme
karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi
dari lemak atau protein, febris.
57
9. Nitrit
Di dalam urin orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein,
yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin
(Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang
megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini
terjadi bila urin telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil
negative bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis
bakteri dapat membentuk nitrit, atau urin memang tidak mengandung nitrat,
atau urine berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu,
pada keadaan tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit,
namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa
dalam keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan
perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat
menghasilkan nitrit.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in vitro apabila
pemeriksaan tertunda, urine merah oleh sebab apapun, pengaruh obat
(fenazopiridin).
Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat
dalam jumlah cukup banyak, terapi antibiotik mengubah metabolisme
bakteri, organism penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar
asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6
jam, atau berat jenis urine tinggi.
10. Lekosit esterase
Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi.
Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit
(granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak
58
memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil
positif. Hal ini memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil
pemeriksaan carik celup.
Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine
tinggi (>500mg/dl), protein urin tinggi (>300mg/dl), berat jenis urin tinggi,
kadar asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin, cephalothin,
tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid.
Urin basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
59
BAB 4
KESIMPULAN
Telah dibuatkan TOP TEN DISEASE berjudul Infeksi Saluran Kemih dan
dibahas mengenai defisini, klasifikasi, patofisiologi, penatalaksanaan dan
pemeriksaan urinalisis. Disertai dengan pengantas kasus seorang perempuan usia 19
tahun yang datang dengan keluhan nyeri ulu hati selama 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit dan pada pemeriksaan penunjang urinalisa didapatkan leukosit esterase
+3 sehingga dapat didiagnosa sebagai dyspepsia sindrom dan infeksi saluran kemih.
60
Daftar Pustaka
61