FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
REFRAT
Oleh:
2208022004
Pembimbing
NIM : 2208022004
Bagian : Ilmu Penyakit Saraf RSUD. Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang
Jurnal ini telah dibedah dan dibacakan di hadapan pembimbing klinik dalam rangka
memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di SMF/Bagian Ilmu
Penyakit Saraf RSUD. Prof. Dr. W.Z. Johannes, Kupang.
Pembimbing Klinik :
Ditetapkan di : Kupang
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan Anugerah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan bedah jurnal yang berjudul
“Lumbal punksi sebagai gold standar pemeriksaan vaskuler dan infeksi” dalam rangka
memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian Neurologi Program Studi Profesi Dokter
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada para pengajar di SMF
Neurologi RSUD Prof.W.Z. Johannes Kupang, khususnya dr. Johana Herlin Sp. N dan
dr. Yuliana Imelda W. Ora Adja, M. Biomed, Sp. N atas bimbingan yang diberikan
Penulis menyadari bahwa dalam pembedahan jurnal ini masih banyak terdapat
kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Semoga tugas bedah jurnal ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi
para pembaca dan rekan-rekan sejawat yang menempuh tugas kepaniteraan klinik
bagian Neurologi Program Studi Profesi Dokter Universitas Nusa Cendana di RSUD
Penulis
iii
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... 1
iv
2.3 Lumbal Punksi Dalam Pemeriksaan Vaskuler Dan Infeksi ..........................27
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR SINGKATAN
LP : Lumbar Punctrure
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu pemeriksaan di bidang Neurologi yang sangat penting dan tidak
tergantikan oleh kemajuan teknologi ilmu kedokteran adalah pungsi lumbal. Sejak
lumbal pungsi banyak memberikan hasil penemuan penyakit yang sangat penting
memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan
Pemeriksaan cairan serebrospinal adalah suatu tindakan yang aman,tidak mahal dan
encephalitis, untuk mengidentifikasi adanya darah pada CSF akibat trauma atau adanya
pendarahan subarachnoid, anestesi spinal, selain itu dilakukan juga untuk mendeteksi
9
adanya kehadiran dari sel-sel maligna didalam cairan serebrospinal seperti,
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
memasukan jarum kedalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan
2.1.2 Epidemiologi
Dengan munculnya operasi yang lebih kompleks dan obat-obatan yang lebih
mahal, tugas melakukan pungsi lumbal telah bergeser dari dokter umum ke ahli
anestesi sejak tahun 1990-an. Krol dkk. mempelajari penyediaan pungsi lumbal primer
secara retrospektif di AS dari 1991-2011. Pada tahun 2011, ahli anestesi melakukan
dengan tahun 1991, di mana mereka hanya melakukan 11,3% (n=10,533). Di sisi lain,
ahli saraf dan ahli bedah saraf melakukan 14.453 (14,9%) prosedur pungsi lumbal pada
tahun 2011 dibandingkan dengan 46.146 (49,4%) pada tahun 1991. Dokter pengobatan
11
darurat dan ahli saraf memiliki prosedur punksi lumbal antara 2010 dan 2018 (masing-
2.1.3 Indikasi
A. Prosedur Diagnostik(3,4)
2. Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSF akibat trauma atau dicurigai
B. Prosedur Terapi(3,4)
12
3. Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF
2.1.4 Kontraindikasi(3,4)
meningitis.
2) Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral atau herniasi
serebral.
3) Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini akan
menyebabkan pergeseran otak, (3) Infeksi kulit di dekat lokasi punksi lumbal (misalnya
dengan abses epidural tulang belakang), (3) Kompresi sumsum tulang belakang, (4)
13
Gambar 2.1 Diagram alir kontraindikasi LP
disingkirkan dengan prosedur lain. Namun, adapun prosedur yang bisa digunakan
1) Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke
abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas
kursi, dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
14
3) Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal pungsi meliputi
tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-sensasi yang akan dialami dan hal-
hal yang mungkin terjadi berikut upaya yang diperlukan untuk mengurangi hal-hal
tersebut.
A. Pre-Tindakan
5) Cuci tangan
1) Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung di pinggir tempat tidur.
Lutut pada posisi fleksi menempel pada abdomen, leher fleksi kedepan dagunya
15
Gambar 2.2 Posisi Lumbal Punksi
2) Pilih lokasi pungsi. Tiap celah interspinosus vertebral dibawah L2 dapat digunakan
pada orang dewasa, meskipun dianjurkan L4-L5 atau L5-S1 (Krista iliaca berada
dibidang prosessus spinosus L4). Beri tanda pada celah interspinosus yang telah
ditentukan.
16
Gambar 2.3 Lokasi Lumbal Punksi
3) Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan dan gaun steril.
4) Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk lapangan steril dengan
duk penutup.
5) Anesthesi kulit dengan Lidokain atau Xylokain, infiltrasi jaringan lebih dapam
Jarum harus memasuki rongga interspinosus tegak lurus terhadap aksis panjang
vertebra.
17
7) Tusukkan jarum kedalam rongga subarachnoid dengan perlahan-lahan, sampai
terasa lepas. Ini pertanda ligamentum flavum telah ditembus. Lepaskan stilet untuk
memeriksa aliran cairan serebrospinal. Bila tidak ada aliran cairan CSF putar
jarumnya karena ujung jarum mungkin tersumbat. Bila cairan tetap tidak keluar.
Masukkan lagi stiletnya dan tusukkan jarum lebih dalam. Cabut stiletnya pada
interval sekitar 2 mm dan periksa untuk aliran cairan CSF. Ulangi cara ini sampai
keluar cairan.
lateral recumbent. Sebelum mengukur tekanan, tungkai dan kepala pasien harus
10) Untuk mengetahui apakah rongga subarahnoid tersumbat atau tidak, petugas dapat
melakukan test queckenstedt dengan cara mengoklusi salah satu vena jugularis
selama I\10 detik. Bila terdapat obstruksi medulla spinalis maka tekanan tersebut
tidak naik tetapi apabila tidak terdapat obstruksi pada medulla spinalis maka
setelah 10 menit vena jugularis ditekan, tekanan tersebut akan naik dan turun
11) Tampung cairan CSF untuk pemeriksaan. Masukkan cairan tesbut dalam 3 tabung
steril dan yang sudah berisi reagen, setiap tabung diisi 1 ml cairan CSF. Cairan ini
18
digunakan untuk pemeriksaan : (1) jumlah dan jenis sel serta jenis kuman (2)
kadar protein dan glukosa (3) sitologi sel tumor (4) kadar gamaglobulin,
fraksi protein lainnya, keberadaan pita oligoklonal dan tes serologis (5) pigmen
laktat, ammonia, pH, CO2, enzim dan substansi yang dihasilkan tumor (contohnya
β2 mikroglobulin) dan (6) bakteri dan jamur (melalui kultur), antigen kriptokokus
dan organism lainnya, DNA virus herpes, citomegalovirus dan kuman lainnya
apelt prinsipnya adalah globulin mengendap dalam waktu 0,5 jam pada larutan
asam sulfat. Cara pemeriksaanya adalah kedalam tabung reaksi masukkan reagen
0,7 ml dengan menggunakan pipet, kemudian masukkan cairan CSF 0,5 . diamkan
selama 2–3 menit perhatikan apakah terbentuk endapan putih. Cara penilainnya
( + ) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar belakang hitam dan bila
( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi opolecement
(berkabut)
( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh
19
( ++++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat
keruh
12) Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan globulin
dan albumin, prinsipnya adalah protein mengendap pada larutan jenuh fenol dalam
air. caranya adalah isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc cairan reagen pandi
kemudian teteskan 1 tetes cairan CSF, perhatikan reaksi yang terjadi apakah ada
kekeruhan.
13) Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada pasien
dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan adalah 100 cc.
14) Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali stilet
jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada bekas tusukan.
kelurusan bekas jarum puncture dural dan arakhnoid di lapisan otak, untuk
2) Monitor pasien untuk komplikasi lumbar puncture. Memberi tahu dokter bila
terjadi komplikasi.
prosedur.
20
4) Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres es pada kepala, anjurkan tekhnik
relaksasi, bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit kepala hilang.
D. Rapikan alat-alat
E. Cuci tangan
F. Dokumentasi
Sudah diterima secara luas bahwa pungsi lumbal adalah intervensi yang aman,
namun pada kenyataannya adapun komplikasi yang dapat terjadi. Komplikasi yang
paling umum adalah PLPH. PLPH merupakan sakit kepala ortostatik yang disebabkan
oleh kebocoran CSF, biasanya dimulai dalam waktu 48 jam setelah pungsi lumbal pada
90% pasien. Pada 80% pasien, PLPH sembuh dalam 7 hari, tetapi pada sebagian kecil,
dilaporkan bervariasi dari 1% hingga 50%. Faktor risiko terkait pasien untuk PLPH
meliputi usia yang lebih muda, riwayat sakit kepala sebelumnya, jenis kelamin
perempuan dan kecemasan tentang komplikasi pasca pungsi lumbal. Risiko PLPH
kurang dari empat kali, secara pasif menarik 30 mL CSF dan melakukannya pada posisi
telentang lateral.(9,10)
21
Beberapa komplikasi lain yang dapat ditemukan adalah : (11)
1. Herniasi Serebral
4. Infeksi
Nyeri punggung dan iritasi akar saraf terjadi masing-masing pada 15% dan 11%
dari pungsi lumbal; insiden menurun ketika jarum atraumatik digunakan. Komplikasi
Komplikasi yang saat ini sedang diselidiki adalah degenerasi diskus yang
dipercepat setelah penetrasi sendi diskus intervertebralis selama pungsi lumbal. Ertas
et al. mengevaluasi risiko tusukan cakram selama prosedur tusukan lumbal standar
pada 50 mayat manusia. Kemungkinan tertusuknya sambungan adalah 20% untuk L3,
38% untuk L4, dan 16% untuk L5-S1. Studi ini menunjukkan bahwa pungsi lumbal
degenerasi diskus.
Selulitis, abses kulit, asbes epidural, abses spinal, atau diskitis (Komplikasi
infeksi) bisa terjadi akibat jarum spinal yang terkontaminasi. Untuk itu perlu dijaga
22
Iritasi saraf akibat jarum spinal dapat menyebabkan disestesia pada ekstremitas
bawah. Proses menarik jarum tanpa mengganti stylet dapat menyebabkan aspirasi dari
Herniasi Serebri setelah Pungsi lumbal adalah Komplikasi yang bersifat langka
tetapi sangat serius. Saat ini masih terdapat perdebatan apakah keadaan ini disebabkan
oleh pungsi lumbal atau penyakit lain yang mendasari. Konsensus yang membahas
keamanan prosedur ini pada pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial masih
belum tersedia.
subarachnoid. Pada dewasa normal, tekanan LCS biasanya 100-180 mm H2O atau 8-
14 mmHg. Pada anak tekanan berkisar antara 30-60mm H2O. Tekanan yang lebih dari
200 mm H2O pada pasien dengan kondisi rileks dan posisi kaki lurus merupakan tanda
peningkatan TIK. Pada pasien dewasa, tekanan 50 mm H2O atau kurang merupakan
tanda hipotensi intrakranial yang biasanya disebabkan oleh kebocoran LCS atau
dehidrasi sistemik.(12)
23
b) Gambaran makroskopik dan pigmen
Normalnya, cairan LCS bening dan tidak berwarna. Pada proses LP yang
berdarah, dimana darah dari pleksus vena epidural bercampur dengan cairan LCS,
akan meragukan dalam menegakkan diagnosis, karena jika tidak hati-hati bisa salah
dalam beberapa jam sehingga memberikan warna merah muda (eritrokromia) pada
cairan supernatan, kemudian dalam beberapa hari akan berubah warna menjadi kuning
disentifugasi dan hanya jika jumlah eritrosit lebih dari 100.000/mm3 yang akan
memberikan warna xantokorm apabila disentrifugasi, hal ini terjadi karena terdapat
c) Selularitas
monosit dalam jumlah kecil. Setelah itu dalam keadaan normal cairan LCS hampir
aselular ( sel limfosit dan mononuklear lainnya < 5/mm3). Peningkatan jumlah leukosit
biasanya merupakan reaksi terhadap bakteria dan agen infeksius lainnya, darah,
d) Protein
24
Pada orang dewasa jumlah protein dalam LCS berkisar 45-50mg/dL atau
kurang.Pada anak, konsenterasi protein LCS rata-rata lebih rendah pada setiap level
mengindikasikan suatu proses patologis pada daerah sekitar ependim dan meningen,
otak, medulla spinalis ataupun serabut syaraf, meskipun penyebab peningkatan sedikit
yang meningkat sampai 500mg/dL ditemukan pada keadaan khusus seperti pada
e) Glukosa
Konsentrasi glukosa LCS normal adalah 45-80 mg/dL, kira-kira dua pertiga
dari konsentrasi serum (0,6-0,7). Jumlah glukosa yang rendah (hipoglikorasia) dengan
jamur, meskipun juga terdapat pada infiltrasi tumor yan g luas ke meningen dan
Seperti juga dalam pemeriksaan laboratorium darah, urin, ataupun yang lainya,
pemeriksaan cairan serebrospinal juga memiliki nilai normal. Nilai ini dapat dijadikan
patokan untuk menentukan apakah terjadi infeksi intrakranial atau tidak. (15)
25
Tabel 2.1 Nilai Rujukan Pemeriksaan Cairan Serebrospinal
26
Sel Tidak ada sel darah Sel darah merah : indikasi jumlah
merah, < 5 darah di dalam kanal tulang
limfosit/mm2 belakang.
Sel darah putih : Abses cerebral,
meningitis bakteri, meningitis
jamur, meningitis TB, ensefalitis
Sensitivitas Tidak ada organisme Infeksi bakteri atau jamur
Protein 15-45 mg/dl atau 70 Meningiti, ensefalitis, mielitis,
mg/dl untuk lansia tumor, proses inflamasi
dan anak-anak
Glukosa 60-75 mg/dl Meningitis, neoplasma
Clorida (Tidak rutin 700-750 mg/dl Meningitis TB
dievaluasi)
Lactat <2-7.2 U/ml Meningitis bakteri, inflamasi
Dehidrogenase
Asam Laktat 10-25 mg/dl Meningitis bakteri atau meningitis
jamur
Sitologi Tidak ada sel Tumor otak, tumor pada spinal cord
malignant
Glutamin 6-15 mg/dl Ensefalopati hepatik, sindrom
reye’s
Aspek metodologis, diagnostik, dan terapeutik dari studi pungsi lumbal dan
cairan serebrospinal (CSF) memiliki lompatan yang sangat pesat sejak konsepsi pada
tahun 1890 oleh Quincke. Studi CSF umumnya digunakan untuk mendiagnosis infeksi
mendiagnosis banyak penyakit autoimun dan peradangan saraf pada sistem saraf
pusat.(15)
Pasien dengan penyakit seperti atrofi otot tulang belakang, yang hanya dirawat secara
suportif selama beberapa dekade, sekarang dapat memperoleh manfaat. Pungsi lumbal
umumnya merupakan intervensi yang aman. Namun, ada komplikasi yang dapat terjadi,
mulai dari komplikasi ringan, misalnya nyeri punggung bawah, hingga kompilkasi
1) Aneurisma
yang menyebabkan dilatasi lokal atau balooning pembuluh darah. Jika terjadi ruptur
paling sensitif terhadap SAH (opening pressure meningkat), xantocrom, jumlah sel >
28
Merupakan kondisi dimana terjadi pembesaran ventrikel otak secara patologis
dengan tekanan awal (Opening pressure) pada lumbal pungsi yang normal. Pada
Lumbal pungsi/ lumbal tap test, dikeluarkan LCS sebanyak 30-50 cc kemudain
evaluasi dari klinis. Perbaikan klinis akan memberikan hasil yang baik bila dilakukan
shunting. Sedangkan Lumbal tap test dilakukan bisa hingga 3 kali untuk dapat melihat
a) Multiple Sclerosis
b) Sarcoidosis
d) Mitochondrial Disorders
e) Paraneoplastic Syndromes
neuroimaging yang lebih baik termasuk computed tomography (CT) scan dan magnetic
kondisi serius : Kecurigaan infeksi SSP (dengan pengecualian abses otak atau proses
parameningeal) dan Kecurigaan SAH pada pasien dengan CT scan negatif. Penggunaan
pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF) dalam evaluasi pasien dengan suspek SAH.
29
2.3.1.2 Punksi Lumbal Diagnostik Infeksi
LP sangat penting atau sangat berguna dalam diagnosis infeksi bakteri, jamur,
mikobakteri, dan virus sistem saraf pusat (SSP) dan, dalam pengaturan tertentu, untuk
status mental, sakit kepala, atau tanda-tanda meningeal. Pemeriksaan CSF memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi untuk menentukan adanya meningitis bakterial
dan jamur.Temuan pada analisis CSF juga dapat membantu membedakan meningitis
bakteri dari infeksi virus pada SSP. Namun, sering terjadi tumpang tindih yang
substansial.
Infeksi SSP terus menjadi indikasi utama untuk pungsi lumbal diagnostik. CSF
normal dengan: tekanan pembukaan (OP) 10-20 cm H2O , konsentrasi sel darah putih
<5 sel/µL, protein <40 mg/dL, glukosa 26–45 mg/dL dan CSF: rasio glukosa
serum >0,66.(16)
Pada meningitis bakterialis, cairan serebrospinal keruh atau purulen. Selain itu,
OP meningkat, bersamaan dengan peningkatan jumlah sel darah putih (biasanya >100
sel/µL, terutama neutrofil), peningkatan protein (>100 mg/dL), glukosa rendah, dan
rasio CSF: glukosa serum yang sangat rendah. CSF pada meningitis virus jelas, dengan
30
OP normal atau sedikit meningkat, jumlah sel darah putih meningkat (kisaran normal
<1.000 sel/µL, terutama limfosit), protein sedikit meningkat (50-100 mg/dL), glukosa
normal atau sedikit rendah, dan rasio CSF: glukosa serum normal atau sedikit rendah.
Pada meningitis tuberkulosis, CSF jernih atau keruh, dengan OP yang meningkat,
jumlah sel darah putih yang meningkat (kisaran normal <500 sel/ µL, terutama
limfosit), protein yang sangat meningkat, glukosa rendah dan rasio CSF:glukosa serum
yang sangat rendah. Tes laktat dan prokalsitonin CSF dapat menunjukkan penyebab
bakteri, tetapi tes akurasi lebih lanjut diperlukan sebelum ini dapat direkomendasikan
adalah metode baru yang dapat mengidentifikasi organisme dari CSF lebih cepat
NMDAR) ensefalitis, CSF lebih sensitif daripada serum untuk mendeteksi antibodi
NMDAR. CSF abnormal pada 80-90% pasien dengan vaskulitis SSP primer, yaitu
31
Pada penyebab inflamasi mielitis transversa, CSF abnormal pada sekitar
setengah pasien, dengan limfositosis sedang (biasanya <100 sel/µL) dan tingkat
protein yang meningkat (biasanya 100-120 mg/dL). Kadar glukosa biasanya normal.
Studi CSF tambahan pada pasien dengan mielitis transversa termasuk tes laboratorium
penelitian penyakit kelamin, oligoclonal bands (OCBs), indeks IgG, sitologi dan studi
lebih lanjut yang menargetkan organisme tertentu (jika etiologi infeksi dicurigai).13
CSF OCB positif pada 85-95% pasien dengan multiple sclerosis, dan ketidakhadiran
mereka di CSF memiliki nilai prediksi yang sangat negatif 90%, membantu
32
Pedoman European Society of Clinical Microbiology and Infectious Diseases
dengan:(19)
Pungsi lumbal juga dapat digunakan secara terapeutik untuk memberikan obat
secara intratekal, misalnya colistin dan vankomisin pada ventrikulitis, interferon pada
USA) pada atrofi otot tulang belakang, dan kemoterapi Serta baclofen untuk spastisitas.
tengkorak.(19)
Pada gangguan lain, pungsi lumbal itu sendiri merupakan pengobatan. Pada
33
cairan serebrospinal melalui pungsi lumbal, yang dikaitkan dengan peningkatan relatif
penglihatan yang akan segera terjadi, pungsi lumbal dapat digunakan sebagai tindakan
cisternography.
Nusinersen intratekal telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
Amerika Serikat untuk pengobatan atrofi otot tulang belakang (SMA) pada bulan
Desember 2016 dan oleh Badan Obat Eropa pada bulan Juni 2017. Dalam sebuah
penelitian yang dilakukan pada 26 pasien dengan SMA, Mousa et al. berhasil
melakukan 104 suntikan nusinersen intratekal, bahkan pada pasien dengan skoliosis
neuromuskular atau instrumentasi tulang belakang (44 dari 104 prosedur dilakukan
pada 11 pasien tersebut). Hasilnya tidak ada komplikasi langsung atau jangka panjang.
Selain itu, mereka menganalisis 93 pungsi lumbal pada 20 pasien tersebut dan
mensurvei durasi dan lokasi pungsi lumbal, saturasi oksigen, jumlah upaya, kebutuhan
34
sedasi dan analgesia. Nusinersen intratekal ditemukan aman, layak dan dapat
ditoleransi dengan baik (tingkat komplikasi adalah 5 % dan terdiri dari PLPH ringan),
tinggi jika tidak segera dan ditangani secara agresif. Sangat sedikit antibiotik yang
melewati sawar darah-otak untuk mencapai konsentrasi yang cukup tinggi agar efektif.
Bargiacchi dkk. meninjau secara sistematis studi kasus orang dewasa dengan
infeksi SSP gram negatif yang diobati dengan intratekal atau intraventrikular colistin.
125.000 IU, seperti yang disarankan oleh pedoman Infectious Diseases Society of
America (IDSA), diberikan sekali sehari selama setidaknya 14 hari aman dan efektif.
Tidak ada kriteria standar untuk dosis vankomisin intratekal atau intraventrikular.
bertujuan untuk mencapai tingkat terendah 15-20 mg/L, aman dan efektif. Berbagai
35
Zhang dkk. melaporkan 86 pasien dengan infeksi intrakranial dengan cedera
otak traumatis yang parah. Kelompok yang diobati dengan meropenem dan
vankomisin intratekal memiliki waktu penyembuhan yang lebih baik daripada pasien
yang diobati dengan meropenem dan vankomisin intravena (p=0,004), dan mengalami
lebih sedikit efek samping (p=0,035) dan lebih sedikit gejala sisa yang parah (p =
0,007). Padahal sudah lebih dari tiga dekade sejak Panitch et al. menyuntikkan
kalinya pada tahun 1986, masih belum ada pedoman konkret mengenai dosis dan
36
BAB III
KESIMPULAN
sebagai alat diagnostik serta sebagai terapi. Pengambilan lumbal pungsi pada dewasa
dilakukan pada L4-L5 atau L5-S1 dengan posisi lateral recumbent dan posisi knee chest.
lain : (1) jumlah dan jenis sel serta jenis kuman (2) kadar protein dan glukosa (3)
sitologi sel tumor (4) kadar gamaglobulin, fraksi protein lainnya, keberadaan pita
oligoklonal dan tes serologis (5) pigmen laktat, ammonia, pH, CO2, enzim dan
substansi yang dihasilkan tumor (contohnya β2 mikroglobulin) dan (6) bakteri dan
jamur (melalui kultur), antigen kriptokokus dan organism lainnya, DNA virus herpes,
citomegalovirus dan kuman lainnya (menggunakan PCR) dan isolasi virus. Komplikasi
yang terjadi setelah pemeriksaan LP adalah Herniasi tonsiler, meningitis dan empiema
epidural atau sub dural, sakit pinggang, Infeksi, serta kerusakan diskus intervertebralis.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. McLane HC, Berkowitz AL, Patenaude BN, dkk. Ketersediaan, aksesibilitas, dan
2. Khasawneh AH, Garling RJ, Harris CA. Sirkulasi cairan serebrospinal: Apa yang
3. Moisset X, Ruet A, Brochet B, dkk. siapa yang melakukan pungsi lumbal, berapa
banyak yang mereka lakukan, bagaimana dan mengapa? Sebuah studi retrospektif
4. McGill F, Heyderman RS, Panagiotou S, dkk. Meningitis bakterial akut pada orang
reaction dalam diagnosis infeksi aliran darah: Tinjauan sistematis dan meta-
7. Graus F, Titulaer MJ, Balu R, dkk. Pendekatan klinis untuk diagnosis ensefalitis
2017;146:125-138.
12. Jensen RH, Radojicic A, Yri H. Diagnosis dan pengelolaan hipertensi intrakranial
idiopatik dan sakit kepala terkait. Ada Gangguan Neurol Adv. 2016;9:317–26.
13. Ishikawa M, Hashimoto M, Mori E, dkk. Nilai dari tes keran cairan serebrospinal
infeksi terkait perangkat ventrikel eksternal oleh bakteri Gram negatif yang
resisten terhadap banyak obat: laporan kasus dan ulasan. Infeksi. 2014;42:801– 9
15. Mooodley K, Bill P, Patel VB. Interferon alfa di subakut Mooodley K, Bill P, Patel
yang lebih tua dan orang dewasa dengan atrofi otot tulang belakang. Neurologi.
2019;92(15 Suppl.):S5.001.
39
17. Clement JM, Holle LM. Administrasi aman intraserebral kemoterapi cairan tulang
18. Hasnat MJ, Beras JE. Baclofen intratekal untuk mengobati kelenturan pada anak-
anak dengan cerebral palsy. Sistem Basis Data Cochrane Rev. 2015; CD004552.
19. Raza SM, Banu MA, Donaldson A, dkk. Sensitivitas dan spesifisitas fluorescein
40