Anda di halaman 1dari 18

SGD LBM 6 RIZKY R.

STEP 7

1. Kenapa pasien mengeluh BAK berwarna merah dan tidak terasa nyeri?
 Hematuri disebabkan oleh karena tumor yang rapuh, kemudian tergesek oleh cairan
urin mengakibatkan darah keluarkan bersama urin. Darah yang keluar bersama urin
berwarna merah dan terkadang juga terdapat gumpalan darah.
(Panduan Penanganan Kanker Kandung Kemih Tipe Urotelial.2014.Ikatan Ahli Urologi Indonesia)
 Hematuria, angiogenesisi pada sel tumor serta massa tumor yang mudah ruptur dapat
menimbulkan perdarahan dan dikeluarkan melalui urin.


2. Apa hubungan pekerjaan pasien di SPBU dengan keluhan pasien?
 Pekerjaan pasien merupakan salah satu factor resiko dari karsinoma buli, yang mana
pasien bekerja di stasiun pengisian bahan bakar umum yang banyak menghirup bahan
karsinogenik yang bisa menimbulkan kanker pada buli.
 Individu yang bekerja di pabrik kimia (terutama cat), pabrik rokok, tempat pengolahan
bahan-bahan kulit serta pekerja salon. Orang tersebut memiliki resiko lebih besar
akibat terpapar dengan zat karsinogen (senyawa amin aromatic: 2 naftilamin, bensidin
dan 4 aminobifamil). Zat karsinogen tersebut menyebabkan kerusakan pada DNA sel,
terjadi pembelahan sel abnormal sehingga menjadi tumor.
 Senyawa hidrokarbon yang ada dalam bensin bersifat karsinogenik.

3. Mengapa didapatkan conjungtiva anemis pada pasien?


SGD LBM 6 RIZKY R.P

4. Apakah pasien yang merokok adalah salah satu factor resiko penyakit pasien? bagaimana
hubungannya?
 Riwayat merokok 1 pak/hari saat muda juga dapat menjadi factor resiko terjadinya ca
buli.
 Merokok, asap rokok dapat menyebabkan kerusakan DNA sel organ. Menurut Cancer
Research UK (2016), zat kimia yang ditemukan pada rokok yang merusak DNA adalah
benzene, polonium-210, benzopyrene, dan nitrosamine. Meningkatnya kadar zat kimia
tersebut menyebabkan perubahan DNA sel, sehingga proses apoptosis sel mengalami
perubahan. Terjadinya kanker pada seseorang berbeda-beda dipengaruhi oleh jumlah
paparan zat, lamanya terpapar zat, kesehatan individu serta faktor lainnya. Pada asap
rokok terdapat zat karsinogen berupa zenobiotik, zat ini merupakan salah satu oksidan.
Radikal bebas bebas ini dapat menyebabkan penurunan serum, berkurangnya jumlah
antioksidan, B12 dan sel darah merah
SGD LBM 6 RIZKY R.P

(Maninno, et al., 2003; Tungtrongchitr, et al., 2003 dalam Rouissi,et al., 2011; Harnack et
al, 1997)


5. Mengapa pada urin terdapat gumpalan darah?
 Hematuri disebabkan oleh karena tumor yang rapuh, kemudian tergesek oleh cairan
urin mengakibatkan darah keluarkan bersama urin. Darah yang keluar bersama urin
berwarna merah dan terkadang juga terdapat gumpalan darah.
(Panduan Penanganan Kanker Kandung Kemih Tipe Urotelial.2014.Ikatan Ahli Urologi Indonesia)
 Hematuria, angiogenesisi pada sel tumor serta massa tumor yang mudah ruptur dapat
menimbulkan perdarahan dan dikeluarkan melalui urin.


6. Apa etiologi dan factor resiko dari scenario?
 ETIOLOGI
 Penyebab pasti ca buli sampai sekarang belum dapat di tentukan dengan pasti, namun
terdapat beberapa faktor resiko pada individu tertentu. Menurut NCI (2010) dan WRCFI
(2014), beberapa faktor resiko ca buli diantaranya adalah:
 Merokok, asap rokok dapat menyebabkan kerusakan DNA sel organ. Menurut Cancer
Research UK (2016), zat kimia yang ditemukan pada rokok yang merusak DNA adalah
benzene, polonium-210, benzopyrene, dan nitrosamine. Meningkatnya kadar zat kimia
tersebut menyebabkan perubahan DNA sel, sehingga proses apoptosis sel mengalami
perubahan. Terjadinya kanker pada seseorang berbeda-beda dipengaruhi oleh jumlah
paparan zat, lamanya terpapar zat, kesehatan individu serta faktor lainnya. Pada asap
SGD LBM 6 RIZKY R.P

rokok terdapat zat karsinogen berupa zenobiotik, zat ini merupakan salah satu oksidan.
Radikal bebas bebas ini dapat menyebabkan penurunan serum, berkurangnya jumlah
antioksidan, B12 dan sel darah merah (Maninno, et al., 2003; Tungtrongchitr, et al.,
2003 dalam Rouissi,et al., 2011; Harnack et al, 1997)
 Individu yang bekerja di pabrik kimia (terutama cat), pabrik rokok, tempat pengolahan
bahan-bahan kulit serta pekerja salon. Orang tersebut memiliki resiko lebih besar
akibat terpapar dengan zat karsinogen (senyawa amin aromatic: 2 naftilamin, bensidin
dan 4 aminobifamil). Zat karsinogen tersebut menyebabkan kerusakan pada DNA sel,
terjadi pembelahan sel abnormal sehingga menjadi tumor.

 Arsenik, terpapar arsenik dalam waktu lama dapat meningkatakan seseorang beresiko
terkena ca buli, keracunan arsenik dapat menyebabkan kematian. Arsenik dalam sel
mempengaruhi retikulum endoplasma yang menstimulasi proses proliferasi jaringan.
Arsenik juga menimbulkan kerusakan DNA, dan memicu peningkatan aktivitas zat
karsinogen laindan abnormalitas kromosom.

 Riwayat keluarga dengan ca buli, persamaan genetik pada keluarga dengan riwayat ca
buli menyebabkan seseorang beresiko terkean ca buli.

 Inflamasi akibat bakteri atau infeksi kronis akibat pemasangan kateter. E cholli
merupakan bakteri paling sering menimbulkan infeksi saluran kencing, kolonisasi bakteri
E choli disebabkan oleh kurangnya higiene perianal. Parasit schistozomiasis yang
terdapat pada siput merupakan salah satu penyebab infeksi saluran kemih.
Schistozomiasis mensekresi nitrosamine, zat karsinogen yang dapat mempengaruhi
perubahan DNA sel. Riwayat batu saluran kemih yang memicu inflamasi dapat
mennimbulkan ca buli akibat proses penyembuhan luka yang terpapar zat karsinogenik.

 Beberapa faktor resiko ca buli di picu oleh zat amin aromatic: 2 naftilamin, bensidin
dan 4 aminobifamil (Lyndon 2014). Sakarin dan siklamat merupakan zat karsinogen
yang terdapat didalam bahan pemanis buatan, serta minuman mengandung arsenik
seperti anggur dan bir (Cohen, et al., 2000 dalam Rouissi, et al., 2011). Zat-zat tersebut
bertanggung jawab atas 50% kasus keadian ca buli pada pria dan 35% pada wanita
(Zeegers,et al., 2000 dalam Rouissi, et al., 2011). Penggunaan bberapa jenis obat-obatan
SGD LBM 6 RIZKY R.P

seperti siklofosfamid dan INH yang digunakan dalam jangka waktu lama. Faktor resiko
lain menurut Ferry (2014), akibat penggunaan kateter urin dalam jangka waktu lama,
seperti pada kasus fraktur vertebra sehingga klien mengalami kerusakan kontrol
bladder. Iritasi pada mukosa uretra atau kandung kemih dapat menimbulkan ca buli
akibat terpapar radikal bebas.

7. Bagaimana pathogenesis dan patofisiologi dari scenario?


 Meningkatnya usia harapan hidup pada seseorang merupakan salah satu faktor resiko
terkena ca buli (Brunner &Suddarth. 2002). Pada laki-laki dengan usia diatas 50 tahun
resiko mengidap ca buli lebih besar daripada perempuan. Semakin bertambah usia
seseorang, imunitas menurun sehingga rentan terpapar oleh radikal bebas. Merokok
serta terpapar dengan zat karsinogenik trurt meningkatkan seseorang mengidap ca buli
(Jameson, 2008). Proses terpaparnya kandung kemih dengan zat-zat karsinogen dimulai
dengan terserapnya radikal bebas didalam sirkulasi darah. Selanjutnya zat tersebut
terfiltrasi diglomerolus untuk diekskresi bersama urin. Radikal bebas bergabung dengan
urin secara terus menerus dan masuk ke kandung kemih. Selanjutnya terjadi stagnasi
radikal bebas, radikal bebas ini menimbulkan kerusakan pada DNA dan RNA. Kerusakan
DNA menstimuli sel tubuh untuk melakukan pernbaikan, akibat terpapar zat karsinogen
maka dalam proses perbaikan DNA tersebut mengalami mutasi pada genom sel somatik.
Mutasi dari genom sel somatik menyebabkan pengaktifan onkogen yang mendorong
proses pertumbuhan, terjadinya perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan dan
yang terakhir adalah penonaktifan gen supresor kanker. Ketiga hal tersebut
mengakibatkan produksi gen regulatorik hilang. Pada akhirnya ca buli terjadi akibat dari
replikasi DNA yang berlebihan di dalam kandung kemih (M. B. Amin, (2013).
SGD LBM 6 RIZKY R.P
SGD LBM 6 RIZKY R.P
SGD LBM 6 RIZKY R.P

8. Bagaimana alur penegakan diagnosis? (apa saja yang dinilai dalam RT, perbedaan PP)

Yang dinilai dalam RT

 I. Anoperineal
 Pemeriksaan anus dan perineal ditujukan untuk mengetahui kelainan - kelainan sebagai
berikut : Gunakan Ibu jari & Jari tengah untuk memperjelas area.
 Gunakan senter bila area kurang terang. a. Inflamasi / peradangan b. Kondiloma c.
Fissura ani, robekan pada kulit anus, biasanya pada jam 6 d. Skin tag, merupakan
tonjolan kulit akibat fisura ani, juga biasanya pada jam 6 e. Lubang luar / external
openingfistula f. Prolaps rektum g. Hemoroid eksterna atau interna yang prolaps h. Polip
rekti bertangkai yang prolaps, dll Pemeriksaan anoperineal meliputi inspeksi dan palpasi.
Jelaskan semua temuannya.
 Inspeksi adalah massa / tumor, external opening, fissure pada anus dll.
 Palpasi adalah nyeri tekan, hal lain yang berhubungan dengan massa / tumor dan lain –
lain.
SGD LBM 6 RIZKY R.P

 Prostat ( ini hanya pada laki – laki )


 Yang diperiksa pada prostat adalah :
 1. Besar prostat ditentukan dengan mengukur batas lateral kanan sampai dengan
kiri( disingkat laterolateral). Normal laterolateral 2cm. Pembesaran bisa lebih dari 3cm.
BPH laterolateral bisa 4-5 cm.
 2. Sulcus medianus. Cekung, datar atau cembung. Normal cekung. Pada pembesaran
prospat sulkus median bisa datar atau cembung.
 3. Pole atas. tercapai atau tidak tercapai, normal tercapai. pada pembesaran prostat
pole atas bisa tercapai atau tidak.
 4. Permukaan. Rata atau berbenjol. Normal = rata Berbenjol / atau bernodul
menunjukkan ada sesuatu kelainan bisa tumor Fibrosis. Bila ada nodul didiskripsikan
dimana materi modul? berapa jumlahnya?
 5. Konsistensi. kenyal, keras atau lunak / kistik. Normal = konsistensi kenyal. Adanya
nodul dengan konsistensi beras bisa menunjukkan tumor atau batu prostat. BPH =
konsisteni kenyal. Kistik = biasa pada abses prostat.
 6. Nyeri Tekan Normal tidak ada nyeri tekan Bila ada, kemungkinan ada peradangan
prostat (pada kasus tertentu perlu diperiksa adalah floating prostat, ini pada rumplur
uretra oleh karena trauma)
Sumber : Buku Pedoman Skill Rectal Toucher FK Unissula

A. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan, antara lain:

1. Palpasi Bimanual (Shenoy 2014) penebalan dinding buli, mobilitas, fiksasi, dan keras tidaknya
tumor dapat ditentukan dengan palpasi. Palpasi bimanual dilakukan dengan narkose umum
(supaya otot buli- buli relaks) pada saat sebelum dan sesudah reseksi tumor TUR buli- buli.
Kontribusi perawat dalam pemeriksaan bimanual adalah untuk mengetahui apakah teraba
tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi sesuai prosedur.

(Shenoy RK, Nileshwar A, 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah,jilid satu.)

2. Pemeriksaan Laboratorium (Nursalam 2009)

o Laboratorium rutin.

- Pemeriksaan hemoglobin, untuk mengetahui adanya anemia, nilai normal pada laki-laki
adalah 13-16 g/dl.
SGD LBM 6 RIZKY R.P

- Pemeriksaan darah tepi lainnya seperti hematokrit, trombosit dan leukosit.

o Pemeriksaan Fungsi Faal Ginjal, Pemeriksaan fungsi ginjal, sebagai evaluasi adanya
kerusakan fungsi ginjal atau tidak;

- BUN, kerusakan pada fungsi ginjal menyebabkan eksresi urea yang tidak maksimal dan
ditunjukan dengan adanya peningkatkan kadar nitrogen urea darah (Joan dan Lyndon
2014). Nilai normal ureum 10-45 mg/dl.

- Kreatinin Serum, derajat kerusakan ginjal dapat diukur dengan menilai kadar nitrogen
serum, karena ganggguan ginjal yang berat dan persisten akan menyebabkan
peningkatan kreatinin yang signifikan (Joan dan Lyndon 2014). Nilai normal adalah 0,9-
1,5 mg/dl.

o Urinalisis

Pemeriksaan air seni untuk melihat adanya darah dalam air seni, khususnya yang kasat
mata. Selain itu juga untuk mengetahui adanya epitel, eritrosit, atau leukosit pada urin.
Pemeriksaan sitologi urin, memiliki sensitifitas 38-78%, dan meningkat pada tumor tingkat
tinggi. Kultur air seni dapat diperiksa untuk menyingkirkan adanya infeksi atau peradangan.
Tumor marker pada ca buli adalah NMP 22 (Nuclear Matrix Protein), kadar NMP 22 pada
orang normal adalah kurang dari 10 u/ml. Pada fase awal ca buli, sel kanker akan
melepaskan NMP 22 sehingga akan menyebabakan peningkatan kadar NMP 22 dalam urine
(Alere, 2017).

o Sitologi Urin, merupakan jenis pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urin
(biasanya nilai negatif palsu tinggi). Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop melalui
sampel sel-sel didalam urin. Tujuan dari pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis
kanker saluran kemih dan untuk follow up serta evaluasi pada klien yang telah mengalami
cistektomi. Sitologi urin juga dilakukan untuk penyaringan kanker pada orang-orang resiko
tinggi (misalnya perokok, pekerja petrokimia dan penderita perdarahan tanpa rasa nyeri).

o Cell survey antigen study, yaitu pemeriksaan laboratorium dengan sampel bahan darah
vena untuk mencari sel antigen terhadap kanker.
SGD LBM 6 RIZKY R.P

o Flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel- sel urotelim.

3. Pemeriksaan Radiologi (Shenoy 2014)

o BOF/ BNO (Buik Nier Overzicht), tujuan untuk mengetahui struktur dari kandung kemih
bagus atau tidak.
Persiapan klien sebelum BNO adalah sebelum pemeriksaan anjurkan klien untuk makan
bubur, hindari konsumsi santan karena akan memerlukan waktu penyerapan yang lama dan
mengandung kolesterol. Klien dipuasakan 6-8 jam dan dilakukan lavement/huknah/enema
untuk mengurangi intepretasi kesalahan pada gambaran kolon dan kandung kemih.

o IVP
Defek pengisian dalam buli, dilatasi ureter dapat ditemukan. Sebelum dilakukan
pemeriksaan, perawat mengevaluasi fungsi ginjal klien (BUN dan Kreatinin) dan pemeriksaan
alergi sebelum dilakukan tindakan.

o Ultrasonografi
USG bladder dilakukan untuk mendeteksi karsinoma buli. Pemeriksaan ini juga dapat
mendeteksi adanya metastase hati. Kontribusi perawat adalah menganjurkan klien untuk
menahan kencing untuk mengetahui perbedaan urin dan massa tumor.

o CT Scan
Merupakan pemeriksaan pilihan terutama untuk mengetahui penyebaran penyakit.
Pemeriksaan CT scan bermanfaat khususnya untuk mengetahui adanya infiltrasi adanya
infiltrasi pada otot, jaringan prevesika serta prostat, dan dinding pelvik.

o MRI

Dapat memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor. Jika tumornya


berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan analisa. Aortografi dan angiografi
arteri renalis bisa dilakukan sebagai persiapan pembedahan untuk memberikan keterangan
tambahan mengenai tumor dan arteri renalis.
SGD LBM 6 RIZKY R.P

o Sistoskopi
Sitoskopi merupakan pemeriksaan gold standart untuk menentukan lokasi lesi dan
mengambil biopsi yang sangat diperlukan untuk penatalaksanaan kasus lebih lanjut (Wojcik.
E. M, 2016). Indikasi untuk sitoskopi, antara lain:

- Hematuria dengan IVP yang normal.

- Gejala klinis saluran kemih bagian bawah.

- Sel maligna dalam sitologi urine.

Peran perawat yaitu memantau adanya komplikasi pasca prosedur sistoskopi berupa
perdarahan, perforasi kandung kemih, dan infeksi. Perawat melakukan observasi terhadap
perubahan warna urin. Pasca dilakukan sistoskopi, urin normalnya berwarna merah muda
karena trauma saat memasukkan instrumen, tetapi bila ada perdarahan nyata harus segera
dilaporkan. Perawat memantau kecukupan asupan cairan klien untuk mencegah statis urin
dan obstruksi darah beku. Perawat memantau tanda-tanda vital klien secara teratur untuk
mendeteksi dini potensi adanya infeksi.

(Shenoy RK, Nileshwar A, 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah,jilid satu.)



9. Bagaimana dx dan dd dari scenario?

Dx

Dd
SGD LBM 6 RIZKY R.P

10. Apa saja manifestasi klinis dari kasus diskenario?

B. MANIFESTASI KLINIS

Pada ca buli terdapat manifestasi klinis berupa:

1. Lokal

o Obstruktif, keluhan berupa kencing sedikit, hal ini diakibatkan oleh obstruksi aliran urin akibat
dari tumbuhnya tumor yang menutup aliran menuju uretra.

o Hematuria, angiogenesisi pada sel tumor serta massa tumor yang mudah ruptur dapat
menimbulkan perdarahan dan dikeluarkan melalui urin.

o Keluhan adanya aliran berkemih yang melemah diakibatkan karena adanya obtruksi oleh
massa tumor, sehingga kencing menjadi sedikit dan mengakibatkan pancaran melemah.

o Iritatif, terjadi peningkatkan frekuensi berkemih karena adanya retensi urine dan pengisian
kandung kemih secara kontinyu.

o Urgensi, nocturia ( jarang ), urgen incontinensia, disuria


SGD LBM 6 RIZKY R.P

2. Sistemik

Gejala sistemik akan terjadi bila kondisi ca bulli telah menjadi suatu komplikasi, gejala yang
ditunjukan dapat berupa upaya kompensasi tubuh untuk mempertahankan fungsi fisiologi,
diantaranya:

o Hematuri yang berlangsung kronis dapat menyebabkan tubuh mengalami anemia, sehingga
seseorang menjadi pucat dan mengalami penururnan kemampuan fisik untuk beraktivitas.

o Hiperventilasi: karena adanya penurunan jumlah Hb yang mengikat O 2 sehingga


mengakibatkan sesak napas.

o Gejala Hipertensi dapat timbul akibat kerusakan ginjal oleh adanya hidronefrosis.
Timbulmnya gangguan pada fungsi ginjal sehingga mengakibatkan aldosteron terganggu,
pembuluh darah menjadi vasokonstriksi sehingga muncul hipertensi.

o Kerusakan ginjal juga dapat ditandai dengan adanya udema tungkai, hal ini akibat adanya
retensi Na yang disebabkan adanya gangguan pada renin angiotensin. Reaksi ini berdampak
pada pompa Na dan K, sehingga Na tidak dapat keluar dan mengikat banyak air yang
mengakibatkan oedema.

Manifestasi klinis dari kanker kandung kemih menurut Gemmil (2013), antara lain:

o Hematuria, terdapat dua jenis hematuri yaitu groos hematuri yaitu adanya darah dalam urin
yang menimbulkan urin berwarna merah di lihat secara makroscopis. Kedua adanya darah
yang ditemukan dalam urin dengan pemeriksaan mikroskopis disebut hematuri mikroskopis
(Americans Urological Association, 2013). Apabila pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
jumlah sel darah merah 1-2 sel melalui 2-3 persampel urine maka hematuri mikroskopis
dinyatakan positif. Hematuri makroskopis diklasifikasikan menjadi tiga yaitu hematuri inisial
(darah dalam urin muncul pada saat awal berkemih, kemungkinan masalah di uretra atau
prostat), hematuri terminal ( darah terlihat pada akhir proses berkemih, terjadi masalah di
kandung kemih atatu prostat) dan hematuri total darah terlihat selamam proses berkemih.
SGD LBM 6 RIZKY R.P

o Iritasi kandung kemih, infeksi pada kandung kemih menstimulasi sering buang air kecil dan
urgen.

o Gejala obstruktif saluran kemih, pertumbuhan tumor pada leher kandung kemih dan
penyumbatan gumpalan darah akan menyebabkan buang air bahkan sampai retensi urin.
Tertutupnya saluran kemih akibat infiltrasi tumor ke dalam lubang saluran kemih dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih, sehingga menimbulkan nyeri pinggang, hidronefrosis
dan fungsi ginjal terganggu.

o Gejala metastase, berupa nyeri tulang atau nyeri menjalar kearea lain akibat invasi tumor
stadium lanjut sampai ke sekitar jaringan kandung kemih. seperti kelenjar getah bening, maka
gejala nyeri samapi ke organ yang lebih jauh.

Gambaran klinis dari kanker kandung kemih, antara lain: (Shenoy 2014)

o Hematuri tanpa disertai rasa nyeri biasanya terdapat pada sebagian besar kasus ca buli.

o Pada ulkus karsinoma akan timbul gejala menyerupai sistitis, yaitu nyeri hebat.

o Gejala hematuri disertai nyeri saat bak.

o Proses berkemih yang tidak lampias, disebabkan oleh rasa nyeri saat miksi dengan perdarahan
dan pengosongan buli.

o Obstruksi pada ureter akan menimbulkan hidronefrosis dengan manifestasi klinis berupa nyeri
pinggang.

o Pada metastase akan menimbulkan nyeri suprapubik, nyeri lipat paha, nyeri perineal
disebabkan oleh infiltrasi nervus ini merupakan salahsatu gejala fase lanjut dari tumor buli .


11. Bagaimana tatalaksana dari scenario?

C. PENATALAKASANAAN
SGD LBM 6 RIZKY R.P

Tatalaksana ca buli dilakukan berdasarkan grade dan stage ca, menurut Gemmil et al (2013) dan
Jameson (2008) tatalaksana ca buli adalah:

1. Ca buli superfisial (Tis, Ta, T1) tindakan berupa pembedahan, intravesical kemoterapi dan intra
vesical imunoterapy dengan menggunakan vaksin BCG. Operasi pada ca buli superfisial dilakukan
dengan teknik TranUretral Resection (TUR) bertujuan untuk mengangkat jaringan tumor
superfisial. Intra vesical kemoterapi dilakukan dengan cara memasukan dosis obat kemoterapi
kedalam kandung kemih. Bisa dilakukan setelah operasi pengangkatan tumor, bertujuan untuk
membunuh sel kanker dan mencegah kekambuhan ca. Obat kemoterapi intravesikal berisi
Mitomicyn C, gemcitabine, dan valrubicin. Penggunaan intra vesikal imunoterapy menggunakan
vaksin TBC, seringkali dikombinasikan dengan interferon alpha atau kombinasi dengan vaksin
BCG.

2. Cancer invasif kandung kemih (T2-T4), pasien akan direkomendasikan untuk tindakan
parsial/segmental cystectomy dan radical cystectomy. Setelah dilakukan cystektomi, untuk
proses drainase urine menggunakan teknik urinary diversion. Kemoterapi dapat diberikan pada
fase sebelum pembedahan (neo adjuvant) dan setelah pembedahan (adjuvant).

Penatalaksanaan ca bulli selanjutnya adalah:

1. Hematuria
a. Pada hematuri dilakukan three way kateter untuk irigasi kandung kemih yang mengalami
perdarahan dan mencegah obstruksi. Kontribusi perawat adalah monitoring irigasi,
monitoring balance cairan, evaluasi warna urine dan kondisi bladder.
b. Oksigenasi karena klien mengalami hiperventilasi.
c. Transfusi dan farmakologi (anti hemoragik).
2. TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)
Dilakukan reseksi untuk mengambil tumor. Pemasangan kateter untuk monitor output urine
lakukan tindakan irigasi kandung kemih, jika urine tidak keluar, curiga adanya stone cell dan
tatalaksana dengan dilakukan irigasi.
3. Cystektomy radikal atau parsial
Sistektomi radikal merupakan pengangkatan buli dengan prostat dan vesikula seminalis, uretra
pada pria dan buli serta lemak perisistik, serviks, uuterus, kubah vagina anterior, uretra dan
SGD LBM 6 RIZKY R.P

ovarium pada wanita. Sistektomi radikal merupakan suatu operasi mayor dengan angka
mortalitas 3 sampai 8%. Setelah sistektomi radikal dilajutkan dengan kemoterapi sistemik
(MVAC-Methotrexate, Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin).

4. Diversi Urine
Diversi urin merupakan metode untuk mengalirakan urin setelah seseorang dilakukan
pengangkatan kandung kemih. Sistektomi berupa pengangkatan jaringan sekitarnya (pada pria
berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urine dari ureter dialirkan melalui beberapa
cara diversi urine, antara lain: (Yosef, 2007)

a. Uretrosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis aliran urin dari kedua ureter melalui
kolon sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan
penyulit.

b. Diversi usus, yaitu metode yang menggunakan illeum sebagai pengganti kandung kemih
untuk menampung urin. Pada stoma dipasang kateteer untuk mengalirkan urin. Metode ini
diperkenalkan oleh Bricke pada tahun 1950 dan saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena
dianggap tidak praktis.

c. Diversi urin kontinen, yaitu mengganti kandung kemih dengan segmen ileum dengan
membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada volume tertentu). Urin kemudian
dikeluarkan melalui stoma dengan melakukan kateterisasi mandiri secara berkala. Cara
diversi urin ini yang terkenal adalah cara Kock pouch dan Indian pouch.

d. Diversi urin Orthotopic, adalah membuat neobladder dari segmen usus yang kemudian
dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien, karena
berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma .

5. Kemoterapi intra Buli


Kemoterapi intravesika pasca bedah dengan Thiotepa/Adriamycin/Mitomycin yang ditahan di sisi
dalam kandung kemih selama 1 jam.


12. Apa saja komplikasi dari scenario?
SGD LBM 6 RIZKY R.P

 Karsinoma kandung kemih menyebar secara limfogen dan hematogen.


Metastasis jauh sering ke tulang, hati, dan paru-paru. Anemia dapat terjadi bila
metastasis ke sumsum tulang atau kehilangan darah yang kronis. Edema pada
kedua tungkai disebabkan karena obstruksi pembuluh vena atau saluran limfe.
Bekuan darah dapat menyebabkan obstruksi uretra dengan akibat terjadi
pembesaran dan nyeri pada kandung kemih dan pinggang; dapat terjadi
hidroureter, hidronefrosis, dan pielonefritis

Anda mungkin juga menyukai