LAPORAN PEMICU 1
“ Dampak Radiasi ”
Disusun Oleh:
Saidah Ritonga
190600037
PENDAHULUA
Radiasi merupakan pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang yang dapat diserap oleh benda lain. Beberapa radiasi berbahaya
karena dapat mengionisasi bahan yang dilaluinya, sumber-sumber penghasil radiasi seperti
akselerator, reaktor nuklir dan sumber radiasi lainnya yang memancarkan partikel-partikel alfa,
beta, gamma, neutron dan partikel lainnya. Partikel-partikel ini akan berinteraksi dengan
material yang dilaluinya dan hal tersebut dapat membahayakan makhluk hidup yang berada
disekitarnya karena dapat merusak sel-sel dan bisa menyebabkan penyakit seperti leukimia,
kanker dan sebagainya.
Kasus :
Seorang operator Radiologi Kedokteran Gigi perempuan, berumur 56 tahun yang sudah
bekerja selama 32 tahun pada suatu hari mengalami keluhan seperti mual, lemas dan pusing
sejak 6 bulan yang lalu. Kondisi ruangan radiologi tempat bekerja sudah berlapisi Pb
(plumbum)=Timah hitam.
Hasil pemeriksaan darah rutin Hb: 8.3 g/dl, MCV 85 fL, MCH 28 pg dan MCHC 35
gr/dL, Lekosit : 2.100/mm3 dengan hitung jenis sel 1/0/0/46/12/13 dan sel muda 28%,
Trombosit 105.000/mm3. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya suatu
keganasan.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kelainan darah apa yang mungkin terjadi akibat pekerjaannya sebagai operator di
intalasi radiologi dental?
Jawaban:
Risiko bahaya yang mungkin terjadi pada pekerja radiasi yaitu efek
deterministik dan efek stokastik. Pengaruh sinar X dapat menyebabkan kerusakan
haemopoetik (kelainan darah) seperti: anemia, leukimia, dan leukopeni yaitu menurunnya
jumlah leukosit (dibawah normal atau <6.000 m3). Pada manusia dewasa, leukosit dapat
dijumpai sekitar 7.000 sel per mikroliter darah (Mayerni dkk, 2013). Selain itu, efek de-
terminisitik yang dapat ditimbulkan pada organ reproduksi atau gonad adalah strerilitas
atau kemandulan serta menyebabkan menopause dini sebagai akibat dari gangguan
hormonal sistem reproduksi (Dwipayana, 2015).
Berdasarkan skenario, kemungkinan kelainan darah yang terjadi pada pasien
tersebut adalah anemia aplastik. Dimana anemia aplastik adalah salah satu jenis kelainan
darah yang disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah. Pada
kondisi ini, sumsum tulang tidak dapat memproduksi salah satu atau seluruh sel darah,
termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan platelet.
Ciri dari seseorang terkena anemia aplastik adalah apabila dilakukan tes darah
untuk melihat kadar sel darah merah, sel darah putih, trombosit, dan kadar hemoglobin,
jika jumlah salah satu atau ketiga sel darah berada jauh di bawah batas normal. Serta
mengalami gejala seperti pusing, mual dan lemas.
Berdasarkan beberapa penelitian, diketahui bahwa anemia aplastik yang didapat
setelah lahir ini lebih berisiko terjadi pada orang yang memiliki beberapa faktor risiko
berikut ini:
1. Infeksi virus, seperti hepatitis B, HIV, cytomegalovirus (CMV), dan virus Epstein-Barr.
2. Efek samping pengobatan tertentu, seperti kemoterapi untuk kanker dan obat-obatan
lain, misalnya antibiotik, antikejang, OAINS, dan acetazolamide.
3. Terpapar zat kimia atau racun, seperti logam berat, benzena (bahan bensin), pestisida,
dan insektisida.
4. Sering terpapar radiasi berkekuatan tinggi atau pernah menjalani terapi radiasi.
5. Kehamilan.
Seperti pada skenario bahwa pasien tersebut adalah seorang operator radiologi
yang sudah bekerja sangat lama ditempat tersebut sehingga paparan dari radiasi tersebut
merusak sumsum tulang sehingga menjadi faktor utama terjadinya anemia aplastik pada
pasien tersebut.
Kriteria diagnosis anemia aplastik berdasarkan International Agranulocytosisand
Aplastic Anemia Study Group (IAASG) adalah satu dari tiga sebagai berikut :
Hb <10 g/dl atau Hct < 30%
Trombosit < 50x109/L
Leukosit < 3,5x109 /L
6. Jelaskan efek radiasi pengion dan non pengion. Apa satuan dosis radiasi
Jawaban:
Efek Radiasi Pengion
Paparan radiasi pengion terhadap tubuh dapat menyebabkan perubahan pada
materi biologik khususnya materi genetik sel. Sejumlah perubahan atau kerusakan
yang timbul salah satunya adalah perubahan struktur kromosom pada sel limfosit
darah (Alatas 2005).
Efek Radiasi Non Pengion
Radiasi non pengion diantaranya sinar ultra violet, sinar tampak, sinar infra
merah, gelombang mikro yang hanya dapat mengakibatkan efek fisika dan
kimia (reaksi kimia) pada materi.
Satuan dosis radiasi
Beberapa satuan yang biasa digunakan dalam dosis radiasi adalah sbb:
- r (Rontgen)
- rad (radiation absorbed dose)
- Gy (Gray)
Kesetaraan besaran � besaran tersebut adalah sebagai berikut:
1 Gy = 1 joule/kg
1 rad = 10-2 joule/kg
1 rad = 100 erg / gram bahan0,01 J/kg bahan = 0,01 Gy
1 rad = 2,58 x 10-4/kg udara= 0,877 rad
Pasal 2:
(1) Peraturan Pemerintah ini mengatur Keselamatan Radiasi terhadap pekerja,
masyarakat, dan lingkungan hidup, Keamanan Sumber Radioaktif, dan
inspeksi dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir.
(2) Keselamatan Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
Pemanfaatan Tenaga Nuklir dan Intervensi.
Pasal 6:
(1) Penanggung jawab Keselamatan Radiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf a terdiri dari:
a. Pemegang Izin; dan
b. pihak lain yang terkait dengan pelaksanaan Pemanfaatan Tenaga
Nuklir.
(2) Pemegang Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a bertanggung
jawab untuk:
a. mewujudkan tujuan Keselamatan Radiasi sebagaimana ditetapkan
dalam Peraturan Pemerintah ini;
b. menyusun, mengembangkan, melaksanakan, dan mendokumentasikan
program Proteksi dan Keselamatan Radiasi, yang dibuat berdasarkan
sifat dan resiko untuk setiap pelaksanaan Pemanfaatan Tenaga Nuklir.
Pasal 8:
(1) Pemegang Izin wajib menyelenggarakan pemantauan kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c untuk seluruh Pekerja Radiasi.
(2) Pemegang Izin, dalam menyelenggarakan pemantauan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus:
a. melaksanakannya berdasarkan ketentuan umum kesehatan
kerja;
b. merancang penilain terhadap kesesuaian penempatan pekerja dalam
melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan padanya; dan
c. menggunakan hasil pemantauan sebagai landasan informasi pada:
1. kasus munculnya penyakit akibat kerja setelah terjadinya
Paparan Radiasi berlebih;
2. saat memberikan konseling tertentu bagi pekerja mengenai
bahaya Radiasi yang mungkin didapat; dan
3. penatalaksanaan kesehatan pekerja yang terkena Paparan
Radiasi berlebih.
(3) Pemantauan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui:
a. pemeriksaan kesehatan;
b. konseling; dan/atau
c. Penatalaksanaan kesehatan pekerja yang mendapatkan Paparan Radiasi
berlebih.
(4) Pemegang Izin harus menyimpan dan memelihara hasil pemantauan
kesehatan pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) tahun terhitung sejak tanggal pemberhentian pekerja
yang bersangkutan.
Pasal 9:
Pemegang Izin wajib melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf a, pada saat:
a. sebelum kerja;
b. selama bekerja; dan
c. akan memutuskan hubungan kerja.
Pasal 10:
Pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dilakukan oleh
dokter yang memiliki kompetensi yang ditunjuk oleh Pemegang Izin, dan
disetujui instansi berwenang di bidang ketenagakerjaan.
Pasal 11:
(1) Pemeriksaan kesehatan untuk pekerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf b wajib dilakukan secara berkala paling sedikit sekali
dalam 1 (satu) tahun.
(2) Pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. (3) Jika dianggap perlu, pemeriksaan
khusus dapat dilakukan terhadap pekerja tertentu.
Pasal 12:
Pemegang Izin wajib menyediakan konseling sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (3) huruf b untuk memberikan konsultasi dan informasi yang
lengkap mengenai bahaya radiasi kepada pekerja.
Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja
Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan
Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan
yang diwajibkan
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan
kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam
hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggung-jawabkan.
Jadi bila pekerja ingin memberi tuntutan terhadap resiko yang diterimanya,
berdasarkan peraturan yang berlaku, pekerja diperbolehkan menyatakan keberatan apabila
ada syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan diragukan olehnya maksudnya disini adalah ketika syarat tersebut belum
terpenuhi atau tidak sesuai dengan peraturan perundang undangan yang seharusnya
berlaku.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Efek radiasi terbagi menjadi dua yaitu efek deterministik dan efek stokastik. Efek
deterministik muncul seketika atau beberapa minggu setelah terkena radiasi yang ditandai
dengan keluhan, baik umum maupun lokal yang sulit dibedakan dengan penyakit lainnya,
dimana keluhan umum seperti nafsu makan berkurang, mual, lesu, lemah, demam, keringat
berlebih hingga menyebabkan kematian, sedangkan keluhan lokal adalah erythema atau kulit
memerah, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan kerontokan rambut. Efek stokastik
munculnya berlangsung lama setelah penyinaran radiasi seperti kanker (kerusakan somatik),
cacat pada keturunan (kerusakan genetik), katarak hingga kemandulan.
Radiasi dapat menyebabkan kematian atau kelainan pada sel, dalam waktu sementara
maupun permanen. Paparan radiasi dalam jumlah besar dapat menyebabkan penyakit bahkan
kematian dalam hitungan jam atau hari. Radiasi juga dapat menyebabkan mutasi pada gen,
sehingga dapat menurunkannya kepada anak. Radiasi ini dapat ditemukan dalam unsur-unsur
radioaktif, partikel kosmik dari luar angkasa, dan mesin sinar-x.
DAFTAR PUSTAKA
1. Laloan RJ, Marunduh SR, Sapulete IM. Hubungan Merokok dengan Nilai Indeks
Eritrosit (MCV, MCH, MCHC) pada Mahasiswa Perokok. Jurnal Medik dan
Rehabilitas 2018; 1(2) : 1-6.
2. Dianasari T, Koesyanto H. Penerapan Manajemen Keselamatan Radiasi Di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit. Unnes Journal of Public Health 2017; 6(3): 175.
3. Isyanto, Abdulsalam M. Masalah Pada Tata Laksana Anemia Aplastik Didapat. Sari
Pediatri 2005; 7(1): 26-33.
4. Berdasarkan Bahan Ajar Oleh Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG(K). Prasyarat
Sarana dan Prasarana Radiologi Dental 2020.
5. Finzia PZ, Ichwanisa N. Gambaran Pengetahuan Radio Grafer Tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Instansi Radiologi RSUD dr. Zainoel ABidin Banda Aceh.
Jurnal Aceh Medika 2017; 1(2) : 67-73.
6. Aryawijayanti R, Susilo, Sutikno. Analisis Dampak Radiasi Sinar X Pada Mencit
Melalui Pemetaan Dosis Radiasi Di Laboratorium Fisika Medik. Jurnal MIPA 2015;
38(1): 25-30.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007 Tentang
Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif.
https://jdih.bapeten.go.id/unggah/dokumen/peraturan/13-full.pdf.
8. Tetriana D, Evalisa M. Sangat Penting Pemeriksaan Kesehatan Pekerja Radiasi.
Buletin Alara 2006; 7(3): 93 – 101.
9. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, kewajiban dan hak tenaga kerja.