OLEH :
NOVALIN MAAKEWE, S.Kep
(……………………….) (……………………….)
5. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Penatalaksanaan CML tergantung pada fase penyakit, yaitu :
a. Fase Kronik
1) Busulphan (Myleran), dosis : 0,1-0,2 mg/kgBB/hari. Leukosit diperiksa tiap minggu.
Dosis diturunkan setengahnya jika leukosit turun setengahnya. Obat di hentikan jika
leukosit 20.000/mm3. Terapi dimulai jika leukosit naik menjadi 50.000/mm3. Efek
smaping dapat berupa aplasia sumsum tulang berkepanjangan, fibrosis paru, bahaya
timbulnya leukemia akut (I Made, 2006).
2) Hydroxiurea, bersifat efektif dalam mengendalikan penyakit dna mempertahankan
hitung leukosit yang normal pada fase kronik, tetapi biasanya perlu diberikan seumur
hidup (Victor et al., 2005). Dosis mulai dititrasi dari 500 mg sampai 2000 mg. Kemudian
diberikan dosis pemeliharaan untuk mencapai leukosit 10.000-15.000/mm3. Efek
samping lebih sedikit (I Made, 2006).
3) Interferon α juga dapat mengontrol jumlah sel darah putih dan dapat menunda onset
transformasi akut, memperpanjang harapan hidup menjadi 1-2 tahun (Atul & Victor,
2005). IFN-α biasanya digunakan bila jumlah leukosit telah terkendali oleh
hidroksiurea. IFN-α merupakan terapi pilihan bagi kebanyakan penderita leukemia
Mielositik (CML) yang terlalu tua untuk transplantasi sumsum tulang (BMT) atau yang
tidak memiliki sumsum tulang donor yang cocok. Interferon alfa diberikan pada rata-rata
3-5 juta IU / d subkutan (Emmanuel, 2010). Tujuannya adalah untuk mempertahankan
jumlah leukosit tetap rendah (sekitar 4x109/l). Hampir semua pasien menderita gejala
penyakit ”mirip flu” pada beberapa hari pertama pengobatan. Komplikasi yang lebih
serius berupa anoreksia, depresi, dan sitopenia. Sebagian kecil pasien (sekitar 15%)
mungkin mencapai remisi jangka panjang dengan hilangnya kromosom Ph pada analisis
sitogenik walaupun gen fusi BCR-ABL masih dapat dideteksi melalui PCR. (Victor et
al., 2005).
4) STI571, atau mesylate imatinib (Gleevec), merupakan obat yang sedang diteliti dalam
percobaan klinis dan tampaknya memberikan hasil yang menjanjikan. Zat STI 57I adalah
suatu inhibitor spesifik terhadap protein ABL yaitu tiroksin kinase sehingga dapat
menekan proliferasi seri myeloid. Gleevec mengontrol jumlah darah dan menyebabkan
sumsum tulang menjadi Ph negative pada sebagian besar kasus. Obat ini mungkin
menjadi lini pertama pada CML, baik digunakan sendiri atau bersama dengan interferon
atau obat lain (Atul & Victor, 2005; Emmanuel, 2010; Victor et al., 2005; I Made, 2006)
5) Transplantasi sumsum tulang alogenik (stem cell transplantation, SCT) sebelum usia 50
dari saudara kandung yang HLA-nya cocok memungkinkan kesembuhan 70% pada fase
kronik dan 30% atau kurang pada fase akselerasi (Atul & Victor, 2005).
b. Fase Akselerasi dan Fase Blast
Terapi untuk fase akselerasi atau transformasi akut sama seperti leukemia akut, AML
atau ALL, dengan penambahan STI 57I (Gleevec) dapat diberikan. Apabila sudah
memasuki kedua fase ini, sebagian besar pengobatan yang dilakukan tidak dapat
menyembuhkan hanya dapat memperlambat perkembangan penyakit. (Atul & Victor,
2005; I Made, 2006).
2. Non-Medikamentosa
a. Radiasi
Terapi radiasi dengan menggunakan X-Rays dosis tinggi sinar-sinar tenaga tinggi secara
external radiation therapy untuk menghilangkan gejala-gejala atau sebagian dari terapi
yang diperlukan sebelum transplantasi sumsum tulang (Atul & Victor, 2005).
. Prognosis
Pada kebanyakan pasien tidak akan mengalami leukemia mielogenus akut dan biasanya resisten
terhadap terapi apapun. Secara keseluruhan pasien dapat bertahan selama 3 sampai 4 tahun.
Sebagian besar pasien dengan CML akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut
krisis blastik (Handayani & Haribowo, 2008).
C. Pathway
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada leukemia meliputi :
a. Riwayat penyakit
b. Kaji adanya tanda-tanda anemia :
1) Pucat
2) Kelemahan
3) Sesak
4) Nafas cepat
c. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia
1) Demam
2) Infeksi
d. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
1) Ptechiae
2) Purpura
3) Perdarahan membran mukosa
e. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
1) Limfadenopati
2) Hepatomegali
3) Splenomegali
f. Kaji adanya :
1) Hematuria
2) Hipertensi
3) Gagal ginjal
4) Inflamasi disekitar rectal
5) Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 178)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Infeksi berhubungan gangguan kematangan sel darah putih
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen fiscal
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan
d. ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan depresi sumsum tulang
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikis
dan fisik yang mengurangi nafsu makan
f. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan kekuatan tulang
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Resiko infeksi berhubungan NOC NIC 1. Untuk mengetahui nilai dan
gangguan kematangan sel Self management chronic Fluid / Electrolyte Management kondisi elektrolit pasien. Masih di
darah putih disease 1. Monitor elektrolit level yang rentang normal atau memerlukan
Setelah dilakukan tindakan tersedia perbaikan elektrolit
keperawatan selama 3 x 24 jam, 2. Monitor hasil laboratorium 2. Untuk mengetahui kondisi sel
pasien mampu dengan kriteria pasien dalam darah maupun faal lainnya
hasil : 3. Monitor tanda – tanda vitasl yang ada di dalam tubuh
1. Menggunakan strategi untuk pasien 3. Mengetahui adanya perubahan
meningkatkan kenyamanan 4. Ajarkan pasien dan keluaraga gejala yang dialami pasien.
2. Menggunakan strategi untuk untuk mengenal tamda – tanda 4. Supaya segera membawa ke
mengontrol nyeri terjadinya infeksi pelayanan kesehatan dan segera
3. Monitor perubahan penyakit 5. Kolaborasi pemberian antibiotik melaporkan jika terjadi tanda
infeksi
5. Membantu mengurangi resiko
infeksi
2. Nyeri akut berhubungan Tujuan: NIC: Pain Management 1. Memberikan dasar untuk
dengan agen fiscal NOC: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara mendeteksi lebih lanjut
Pain control komprehensif termasuk lokasi, kemunduran keadaan pasien dan
Prain level karakteristik nyeri, durasi, untuk mengevaluasi intervensi.
Setelah dilakukan tindakan frekuensi, kualitas dan fraktor 2. Mengalihkan fokus rangsang nyeri
keperawatan selama....x....jam presipitasi pada hal lain, sehingga rasa nyeri
nyeri pasien dapat teratasi 2. Observasi reaksi non verbal atas yang timbul tidak dirasakan
Kriteria Hasil: ketidaknyamanan berlebihannjl,,
1. Mampu mengontrol nyeri 3. Kurangi faktor presipitasi nyeri 3. Mengurang hal yang menambah
(tahu penyebab nyeri, cara 4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri pasien
mengontrol nyeri dnegan nyeri (Nonfarmakologis atau 4. Menentukan intervensi yang tepat
teknik non farmakologis) farmakologis) untuk membantu pasien
2. Melaporkan nyeri berkurang 5. Ajarkan teknik non farmakologik 5. Membantu pasien tanpa
dengan menggunakan 6. Berikan analgetik untuk memberikan efek pengobatan pada
manajemen nyeri mengurangi nyeri pasien
3. Menyatakan rasa nyaman 7. Evaluasi keefektifan kontrol 6. Mempercepat mengatasi nyeri
setelah nyeri berkurang nyeri yang dirasakan pasien
7. Mengetahui keberhasilan intervensi
3. Kekurangan volume cairan NOC NIC 1. Untuk mengetahui kondisi balance
kehilangan cairan Setelah dilakukan asuhan 1. Awasi masukan dan pengeluaran. cairan pasien
berlebihan keperawatan selama 3 x 24 jam Hitung pengeluaran tak kasat 2. Untuk melihat adanya kenaikan
volume cairan tubuh adekuat, mata dan keseimbangan cairan. atau penumpukan serta kekurangan
ditandai dengan : Perhatikan penurunan urine pada cairan dari tubuh
1. Tanda tanda vital dalam pemasukan adekuat. Ukur berat 3. Untuk memantau perubahan tanda
rentang normal jenis urine dan pH Urine. vital pasien
2. Nadi teraba 2. Timbang BB tiap hari. 4. Mengetahui kondisi kebutuhan
3. Input output stabil 3. Awasi TD dan frekuensi jantung cairan terpenuhi atau tidak
4. Evaluasi turgor kulit, pengiisian 5. Mengurangi resiko kehilangan
kapiler dan kondisi umum airan tubuh
membran mukosa. 6. Mempertahankan cairan tubuh
5. Implementasikan tindakan untuk pasien
mencegah cedera jaringan / 7. Menjaga volume cairan tubuh
perdarahan, ex : sikat gigi atau
gusi dengan sikat yang halus.
6. Berikan cairan IV sesuai indikasi
7. Berikan sel darah Merah,
trombosit atau factor pembekuan
4. ketidakefektifan perfusi NOC: NIC 1. Untuk mengetahui keadaan
jaringan perifer Setelah dilakukan tindakan umum jaringan perifer
1. Lakukan pengkajian
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam, 2. Untuk memberikan latihan yang
komprehensif terhadap
depresi sumsum tulang pasien mampu dengan kriteria sesuai dan tidak mencederai
sirkulasi perifer
hasil: pasien
2. Pantau tingkat
3. Untuk mengukur balance juga
1. Status sirkulasi; aliran darah ketidaknyamanan atau nyeri
keefektifan perfusi jaringan
yang tidak obstruksi dan satu saat melakukan latihan fisik
4. Mengetahui status lokalis perifer
arah, pada tekanan yang 3. Pantau status cairan
5. Mengetahui adanya masalah
sesuai melalui pembuluh termasuk asupan dan
perfusi perifer
darah besar sirkulasi haluaran
6. Untuk memberikan penangan
pulmonal dan sistemik 4. pantau perbedaan ketajaman
segera
2. Keparahan kelebihan beban atau ketumpulan, panas atau
7. Untuk mengurangi masalah
cairan; keparahan kelebihan dingin
gangguan perfusi jaringan perifer
cairan didalam kompartemen 5. Pantau parestesia, kebas,
intrasel dan ekstrasel tubuh kesemutan, hiperestesia dan
3. Fungsi sensori kutaneus; hipoestesia
tingkat stimulasi kulit 6. Pantau tromboflebitis dan
dirasakan denga tepat thrombosis vena profunda
4. Integritas jaringan: kulit dan 7. Pantau kesesuaian alat
membrane mukosa; keutuhan penyangga, prosthesis,
structural dan fungsi sepatu dan pakaian
fisiologis normal kulit dan
membrane mukosa
5. Perfusi jaringan: perifer;
keadekuatan aliran darah
melalui pembuluh darah kecil
ekstremitas untuk
mempertahankan fungsi
jaringan
5. Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC : 1. Mengurangi komplikasi
kurang dari kebutuhan Nutritional Status : food and Nutrition Management 2. Memaksimalkan kebutuhan nutrisi
tubuh berhubungan dengan Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi makanan 3. Meningkatkan nutrisi dan stamina
faktor psikologis dan Nutritional Status : nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli gizi 4. Meningkatkan nafsu makan
biologis yang mengurangi Intake untuk menentukan jumlah kalori 5. Intake adekuat
pemasukan makanan. dan nutrisi yang dibutuhkan 6. Meningkatkan pengetahuan pasien
Setelah dilakukan tindakan pasien. dan keluarga tentang nutrisi
keperawatan selama 3 x 24 jam, 3. Anjurkan pasien untuk 7. Memaksimalkan nutrisi yang
pasien mampu dengan kriteria meningkatkan protein dan sesuai dengan klien
hasil: vitamin C
1. Adanya peningkatan berat 4. Yakinkan diet yang dimakan
badan sesuai dengan tujuan mengandung tinggi serat untuk
2. Berat badan ideal sesuai mencegah konstipasi
dengan tinggi badan 5. Berikan makanan yang terpilih
3. Mampu mengidentifikasi (sudah dikonsultasikan dengan
kebutuhan nutrisi ahli gizi)
4. Tidak ada tanda tanda 6. Berikan informasi tentang
malnutrisi kebutuhan nutrisi
5. Menunjukkan peningkatan 7. Kaji kemampuan pasien untuk
fungsi pengecapan dari mendapatkan nutrisi yang
menelan dibutuhkan.
6. Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made., & Suastika I Ketut. 1999. Gawat Darurat dalam Penyakit Dalam.
Jakarta : EGC
Handayani, Wiwik., & Haribowo Andi S. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis proses
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi & Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC