KRISIS TIROID
Disusun oleh :
dr. Aladin
Pembimbing :
dr. Mohd. Faisyal Reza, Sp.PD
Pendamping :
dr. Ade Fitra
dr. Tiara Amalliyah
2019
DAFTAR ISI
COVER 1
DAFTAR ISI 2
Anamnesis 3
Pemeriksaan fisik 5
Penunjang 8
Diagnosis 10
Penatalaksanaan 10
Follow Up 12
Definisi 17
Etiologi 18
Patofisiologi 19
Manifestasi klinis 21
Diagnosis 24
Penatalaksanaan 30
Komplikasi 39
Prognosis 39
Pencegahan 40
Kesimpulan 41
2
BAB I
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
A. Identitas
Nama : Ny. N
Umur : 53 Tahun
Agama : Islam
Suku : Batak
B. Keluhan Utama
oleh aktifitas dan semakin lama semakin sering dan sulit hilang. Rasa
berdebar diikuti dengan demam dan lemas yang timbul 1 hari SMRS.
Selainitu, sejak 2 bulan yang lalu pasien mengaku kedua tangan sering
3
bergetar sehingga sulit untuk memegang sesuatu. Pasien juga merasa
pasien hampir setiap hari susah tidur dan gelisah. Semenjak muncul
Riwayat DM : disangkal
Riwayat hipertensi :+
4
Riwayat Diabetes melitus : disangkal
Pemeriksaan HasilPemeriksaan
Kulit warna sawo matang, turgor (-), ikterik (-), kulit
bergelambir (-), hipertrofi otot (-)
Kepala
Bentuk Mesocephal
Rambut Warnahitam keputih-putihan, distribusimerata,
tidakmudahdicabut
Mata Pupil Isokor, Mata cekung (-),Konjungtiva
Anemis(-/-), Sklera Ikterik (-/-) , Reflek Pupil (+/+),
5
Eksoftalmus (-/-), Lid-Lag Retraction (-/-)
Telinga BentukNormal, PembesaranKGB Retroaurikula(-/-),
Discharge (-/-), Gangguan Fungsi Pendengaran (-/-)
Hidung Epistaksis (-),Bentuk normal, septum deviasi(-),
Mulut Gusi Berdarah (-), Bibir Kering (-), Lidah
Kotor(-),Stomatitis (-).
Leher Trakealetaktengah, Tidakterabapembesaran KGB,
pembesaran kelenjar tiroid (-/-) : tidak nyeri.
Paru-Paru
Inspeksi Bentuk normal, simetrissaatinspirasidanekspirasi,
retraksidinding dada (-), sela iga melebar (-)
Palpasi Stem fremitus lapang paru kanan dan kiri sama kuat
Perkusi Sonorpadakedualapanganparu
Auskultasi ronki -/-, wheezing-/-
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak nampak
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midcalvicula sinistra
pulsus parasternal -, pulsus epigastium -, pulsus sternal
lift -
Perkusi Batas atas jantung : ICS II linea sternalis sinistra
Batas pinggang jantung :ICS III linea parasternal
sinistra
Batas kanan jantung : ICS V parasternal dextra
Batas kiri bawah : ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi Buni jantung I dan II iregular, murmur (-), gallop (-),
Punggung Kifosis (-), lordisis (-), skoliosis (-), nyeri ketok
kostovertevra (-), bengkak (-)
Abdomen
Inspeksi Datar, sikatrik (-), striae (-), umbilicus normal tertutup
dan tidak ditemukan hernia umbilicalis,
6
hiperpigmentasi (-), massa (-)
Auskultasi Bising usus (+) normal : 14 kali/menit
Perkusi Timpani +
Palpasi Supel, NyeriTekan (-), nyeri tekan lepas pada seluruh
kuadran (-) Tidak ada pembesaran
Anggotagerak Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capilary refills -/- -/-
Decubitus -/- -/-
Turgor Normal
7
Tidak ada 0 Tidak ada 0
Ringan(diare,muntah/nyeri perut) 10 Ada 10
Berat(ikterus tanpa sebab yang jelas) 20
Riwayatpencetus
Negatif 0
Positif 0
Pada kasus ini score BWPS yang didapat adalah 70 yaitu sugestif kuat krisis
tiroid
8
Kalium 4.3 mmol/L 3.5-5.0
Chlorida 100 mmol/L 95-105
HIV Negative negatif
TSH < 0.05 uIUl/mL 0,25-5.0
fT4 76.20 Pmol/L 10.6-19.4
B. EKG
C. Rontgen Thoraks
A. Krisis Tiroid
B. Atrial Fibrilasi dengan RVR
C. Hipernatremia
V. PENATALAKSANAAN
10
1. IVFD Dextrosa 5 % 500 cc/24 jam
2. Inj Cefoperazone 1 gram/ 8 jam IV
3. Inj Dexametason 2 mg/ 6 jam
4. Inj Ondansetron 4mg/8 jam IV
5. PTU 4 x 300 mg PO
6. Propanolol 4 x 60 mg PO
7. BICNAT 3 x 500 mg PO
8. Aminefron 3 x 1tab PO
9. Cek GDS / 4 jam
VI. Follow up
A. Tanggal 23/9/2019
11
S Saat ini pasien masih mengeluh jantung terasa berebar-debar. Demam -,
nyeri dada -, sesak berkurang. Mual dan muntah -
A Krisis Tiroid
Atrial Fibrilasi dengan RVR
Hipernatremia
B. Tanggal 24/9/2019
12
sesak berkurang. Mual dan muntah -. Tremor pada tangan berkurang
A Krisis Tiroid
Atrial Fibrilasi dengan RVR
Hipernatremia
C. Tanggal 25/9/2019
13
sesak berkurang. Mual dan muntah -. Tremor pada tangan berkurang
A Krisis Tiroid
Atrial Fibrilasi dengan RVR
Hipernatremia
D. Tanggal 26/9/2019
14
sesak -. Mual dan muntah -. Tremor pada tangan -
A Krisis Tiroid
Atrial Fibrilasi dengan RVR
Hipernatremia
E. Tanggal 27/9/2019
15
dan muntah -. Tremor pada tangan -
A Krisis Tiroid
Atrial Fibrilasi dengan RVR
Hipernatremia
BAB II
KRISIS TIROID
16
I. Definisi
Krisis tiroid atau disebut juga krisis thyrotoxic adalah kondisi akut yang
diikuti dengan gagal jantung kongestif yang beresiko terjadinya hipotensi dan
syok.1
Nasional Jepang, kejadian badai tiroid adalah 0,2 per 100.000 populasi per tahun
dan sekitar 0,22% dari semua pasien debgan tirotoksikosis dan 5,4% pada pasien
tirotoksikosis yang dirawat di rumah sakit. Usia rata-rata orang dengan krisis
tiroid adalah 42 hingga 43 tahun. Rasio pria dan wanita untuk kejadian krisis
populasi pasien yang dirawat inap. Dengan tirotoksikosis yang terkendali dan
penanganan dini Krisis Tiroid, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang
dari 20%.9
II. Etiologi
17
Penyebab paling sering terjadinya krisis tiroid adalah beberapa kondisi
pencetus yang memperberat kondisi tirotosikosis dari gangguan tiroid yang telah
mendasari, baik berasal dari hipertiroid primer ataupun sekunder. Kondisi yang
mendasari paling sering adalah penyakit grave yang tidak diterapi dan atau tidak
berlebihan dan tidak terkendali.2. Selain itu kondisitersebut dapat juga terjadinya
thyroid cancer. 3
diatas, krisis tiroid dapat terjadi akibat berbagai kondisi pencetus seperti infeksi
dan sepsis, ketoasidosis diabetic, kehamilan pada usia lanjut, prosedur terapi
lansgsung pada tiroid, pemijatan pada kelenjar tiroid yang membesar, terapi
radioiodine, atau adanya konsumsi iodine yang berlebihan pada pasien dengan
status tirotoksik. 1
18
Manifestasi klinis dari kritis tiroid merupakan suatu kondisi ekstrem dari
keadaan tirotoksikosis. Manifestasi klinis dari krisis tiroid meliputi 4 gejala utama
yaitu: 2
A. Gangguan Konstitusional
Salah satu kondisi yang dapat ditemukan pada pasien dengan krisis
tiroid adalah kehilangan berat badan. Hal ini dapat disebabkan kondisi
B. Gangguan Neuropsikiatri
C. Gangguan Gastrointestinal
yang disebabkan peningkatan kontraksi motor usus kecil. Hal ini akan
19
dengan muntah, diare bahkan obstruksi. Ikterik yang tidak dapat
D. Gangguan Kardiorespiratori
penurunan komplians paru dan gagal jantung kiri. Selain itu, nyeri
lainnya pada pasien dengan krisis tiroid dapat ditemukan kondisi seperti
lainnya. Gejala dan tanda lain yang khas dari tirotosikosis dapat melengkapi
gejala klinis krisis tiroid seperti goiter, oftalmopati, tremor, hyperreflexia, Kuku
Plummer, dan hipertensi sistolik. Pada pasien yang muda gejala yang
atipikal seperti krisis normotermis, kegagalan fungsi hati, apthetic storm juga
pernah dilaporkan. 4
IV. PATOFISIOLOGI
20
Krisis tiroid terjadi pada pasien yang sebelumnya telah mengalami
yang baik. Krisis tersebut merupakan kejadian yang cepat, dan hamper selalu
oleh hati dan ginjal menjadi bentuk aktifnya, yaitu triiodothyronine(T3). T4 dan
T3 terdapat dalam 2 bentuk: 1) bentuk yang bebas tidak terikat dan aktif secara
T4 dan T3 yang bebas tidak terikat sangat berkorelasi dengan gambaran klinis
pasien. Bentuk bebas ini mengatur kadar hormon tiroid ketika keduanya beredar
ini melibatkan autoimunitas oleh limfosit B dan T yang diarahkan pada 4 antigen
reseptor TSH. Reseptor TSH inilah yang merupakan autoantigen utama pada
autoantibodi terhadap reseptor TSH dan berikutnya sekresi TSH ditekan karena
21
ditemukan dari subkelas imunoglobulin (Ig)-G1. Antibodi ini menyebabkan
pelepasan hormon tiroid dan TBG yang diperantarai oleh 3,’5′-cyclic adenosine
melibatkan banyak sistem organ dan merupakan bentuk paling berat dari
tubuh. Pada derajat tertentu, respon sel terhadap hormon ini sudah terlalu tinggi
tirotoksikosis.5
berikut ini telah diajukan untuk menjawabnya. Pasien dengan krisis tiroid
dilaporkan memiliki kadar hormon tiroid yang lebih tinggi daripada pasien dengan
22
reseptor beta-adrenergik sehingga menamnah efek katekolamin. Respon dramatis
krisis tiroid terhadap beta-blockers dan munculnya krisis tiroid setelah tertelan
obat adrenergik, seperti pseudoefedrin, mendukung teori ini. Teori ini juga
menjelaskan rendah atau normalnya kadar plasma dan kecepatan ekskresi urin
patogenik dari sumbernya. Penurunan tajam kadar protein pengikat yang dapat
hormon tiroid bebas. Sebagai tambahan, kadar hormon dapat meningkat cepat
mulai rusaknya folikel setelah terapi radioactive iodine(RAI). Teori lainnya yang
adanya zat mirip katekolamin yang unik pada keadaan tirotoksikosis, dan efek
simpatik langsung dari hormon tiroid sebaai akibat kemiripan strukturnya dengan
23
Japan Thyroid Association Guidelines 2016
V. DIAGNOSIS
A. Anamnesis
seperti iritabilitas, agitasi, labilitas emosi, nafsu makan kurang dengan berat badan
sangat turun, keringat berlebih dan intoleransi suhu, serta prestasi sekolah yang
nafsu makan dan kehilangan berat badan. Keluhan saluran cerna yang sering
diutarakan oleh pasien adalah mual, muntah, diare, nyeri perut, dan jaundice.
24
Sedangkan keluhan neurologik mencakup gejala-gejala ansietas (paling banyak
B. Pemerikaan Fisik
lain hipertensi dengan tekanan nadi yang melebar atau hipotensi pada fase
berikutnya dan disertai syok. Takikardi terjadi tidak bersesuaian dengan demam.
seperti fibrilasi atrium, tetapi takikardi ventrikular juga dapat terjadi). Sedangkan
Selain kasus tipikal seperti digambarkan di atas, ada satu laporan kasus
seorang pasien dengan gambaran klinis yang atipik (normotermi dan normotensif)
yang disertai oleh sindroma disfungsi organ yang multipel, seperti asidosis laktat
dan disfungsi hati, dimana keduanya merupakan komplikasi yang sangat jarang
terjadi. Kasus ini menunjukkan bahwa kedua sistem organ ini terlibat dalam krisis
tiroid dan penting untuk mengenali gambaran atipik ini pada kasus-kasus krisis
C. Gambaran Laboratorium
gambaran laboratoris. Jika gambaran klinis konsisten dengan krisis tiroid, terapi
25
tidak boleh ditunda karena menunggu konfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium
dengan cepat dan biasanya tidak membantu untuk penanganan segera. Temuan
Kadar TSH tidak menurun pada keadaan sekresi TSH berlebihan tetapi hal ini
jarang terjadi. Tes fungsi hati umumnya menunjukkan kelainan yang tidak
spesifik, seperti peningkatan kadar serum untuk SGOT, SGPT, LDH, kreatinin
kinase, alkali fosfatase, dan bilirubin. Pada analisis gas darah, pengukuran kadar
gas darah maupun elektrolit dan urinalisis dilakukan untuk menilai dan memonitor
Kecurigaan dini, diagnosis yang tepat, dan tatalaksana yang intensif akan
pemeriksaan membutuhkan waktu yang lama dan terkadang kondisi klinis yang
mencetus sulit untuk dibedakan dengan gejala yang berasal dari krisis tiroid maka
diagnosis krisis tiroid. BWPS disusun secara empiris dalam sistem penilaian yang
26
kongestifgagal jantung, dan disfungsi gastro-hepatik, jugaperan faktor pencetus.
BWPStelah banyak diterapkan untuk diagnosis krisis tiroid selama lebih dari 2
dekade.3
baru untuk krisis tiroid yang disusun berdasarkan analisis rinci terhadap 99 kasus
yang diterbitkan dan akhirnya direvisi sesuai dengan hasil survey nasional. Dalam
kriteria JTA ini, diperlukan kondisi tirotosikosis yang disertai dengan peningkatan
kadar fT4 dan fT3 sebagai kondisi prasyarat,dan diagnosis krisis tiroid yang pasti
dalam BWPS. Salah satu gejala spesifikdalam kriteria JTA adalah gangguan
lainnya.3
27
Japan Thyroid Association Guidelines 2016
terjadinya krisis tiroid dapat dilakukan sesuai dengan pendekatan berikut. Ketika
pasien datang dengan demam (>38oC), disertai dengan takikardia (>130bpm), dan
28
terdapat gejela lain yang berasal dari sistem saraf pusat, kerdiovaskular dan
gastrointestinal maka perlu dicurigai krisis tiroid sesuai alur diagnosis dibawah
ini.3
29
VI. PENATALAKSANAAN
Idealnya, terapi yang diberikan harus menghambat sintesis, sekresi, dan aksi
30
pada penggunaan metimazol pada lima kasus (tiga diantaranya
kecuali pada pasien yang alergi atau intoleran terhadap metimazol atau
dan tanda kerusakan hati, terutama selama 6 bulan pertama setelah terapi
dimulai. Untuk suspek kerusakan hati, hentikan bertahap terapi PTU dan
suportif. PTU tidak boleh digunakan pada pasien anak kecuali pasien
alergi atau intoleran terhadap metimazol dan tidak ada lagi pilihan obat
lain yang tersedia. Berikan edukasi pada pasien agar menghubungi dokter
adalah 200-250mg setiap 6 jam daan MMI 20-25 mg setiap 6 jam baik
secara oral,via NGT, ataupun via rectal. Dosis loading diperlukan dalam
uptake iodium di kelenjar tiroid. Cairan lugol atau cairan jenuh kalium
31
iodida dapat digunakan untuk tujuan ini. Terapi iodium harus diberikan
setelah sekitar satu jam setelah pemberian PTU atau MMI. Perlu diketahui
Kalium iodida dapat menurunkan aliran darah ke kelenjar tiroid dan hanya
pelepasan hormon tiroid. Pasien yang tidak dapat menggunakan PTU atau
MMI juga dapat diobati dengan litium karena penggunaan iodium tunggal
gram IV diikuti dengan 1 gram perhari. Selain itu zat lain yang
mengandung iodine adalah solusio Lugol (10 tetes setiap 3 jam) dan
yang alergi terhadap iodium dapat diberikan Litium ( 300mg setiap 6 jam)
peritoneal, dan perfusi plasma charcoal adalah teknik lain yang digunakan
32
sekarang teknik-teknik ini hanya digunakan pada pasien yang tidak
80% dari produksi T3 adalah hasil dari monodeiodasi T4. Obat ini
33
yang diinginkan pada krisis tiroid hanya pada dosis yang besar. Pemberian
yang diikuti dengan 2-3 mg setiap 3 jam merupakan dosis beta bloker
yang berhasil digunakan pada krisis tiroid. Dosis yang diberikan pada awal
dapat menurunkan uptake iodium dan titer antibodi yang terstimulasi oleh
34
deksametason dan hidrokortison dapat memiliki efek menghambat
8 jam.3
35
Japan Thyroid Association Guidelines 2016
D. Penanganan Suportif
36
pada reseptornya dan malah meningkatkan beratnya krisis tiroid. Spons
yang dingin, es, dan alkohol dapat digunakan untuk menyerap panas
pasien ini.
jantung juga dapat muncul pada pasien yang muda dan bahkan pada pasien
dosis yang lebih besar daripada dosis yang digunakan pada kondisi lain.
Ganz.
cocok dengan melawan efek agonis kalsium yang terkait hormon tiroid
37
Japan Thyroid Association Guidelines 2016
38
VII. KOMPLIKASI
tiroidektomi subtotal atau terapi RAI, gangguan visual atai diplopia akibat
curah jantung yang tinggi, pengurangan massa otot dan kelemahan otot
yang jarang terjadi. Sebuah kasus seorang wanita Jepang berusia 50 tahun
yang mengalami henti jantung satu jam setelah masuk rumah sakit dilakukan
plasma glukosa mencapai 14 mg/dL dan kadar asam laktat meningkat hingga
6,238 mM. Dengan demikian, jika krisis tiroid yang atipik menunjukkan
untuk menegakkan diagnosis krisis tiroid lebih dini karena kondisi ini
VIII. PROGNOSIS
Krisis tiroid dapat berakibat fatal jika tidak ditangani. Angka kematian
39
diagnosis yang dini dan penanganan yang adekuat, prognosis biasanya akan
baik.7
IX. PENCEGAHAN
RAI dan ditahan hingga 5-7 hari setelahnya); 2) pelepasan sejumlah besar
hormon tiroid dari folikel yang rusak; dan 3) efek dari RAI itu sendiri. Karena
kadar hormon tiroid seringkali lebih tinggi sebelum terapi RAI daripada
dilakukan terapi RAI dan memulai kembali obat dalam 3 hari setelahnya.
Pemberian kembali obat anti-tiroid yang lebih dini setelah terapi RAI dapat
40
X. KESIMPULAN
ditandai oleh demam tinggi dan disfungsi sistem kardiovaskular, sistem saraf,
dan sistem saluran cerna. Etiologi yang paling banyak menyebabkan krisis
tiroid adalah penyakit Graves (goiter difus toksik). Krisis tiroid timbul saat
diagnosis yang dini dan penanganan yang adekuat, prognosis biasanya akan
baik.
41
BAB III
PEMBAHASAN
suatu keadaan klinis yang berat dari hipertiroid, merupakan hasil dari kegagalan
tahun, namun dapat juga timbul secara dramatis. Keadaaan ini dapat terjadi pada
individu baik yang telah diketahui atau belum hipertiroid yang mendasari.
Diagnosis krisis tiroid lebih didasarkan pada gambaran klinis pasien dibandingkan
dengan hasil uji laboratorium yang hasilnya tidak segera didapat. Skor kriteria
Pada kasus ini merupakan seorang wanita berusia 55 tahun yang datang
keluhan dada terasa berdebar-debar sejak 1 minggu SMRS dan memberat hingga
sulit beraktifitas sejak 1 hari SMRS. Rasa berdebar diikuti dengan demam dan
lemas yang timbul 1 hari SMRS. Selama observasi di IGD pasien mengalami
muntah 2 kali dengan isi makan dan air. Diare disangkal. Sejak 2 bulan yang lalu
pasien mengaku kedua tangan sering bergetar, mudah lelah, sering keringat
berlebihan, berat badan turun,dan sulit tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
kesan umum pasien tampak gelisah dengan tekanan darah150/80 mmHg, nadi 147
Kelainan yang ditemukan adalah tremor pada ektremitas atas dan lain-lain dalam
batas normal.
42
Pada pasien ini gejala kardiovaskular yang terjadi adalah rasa berdebar-
debar dengan frekuensi nadi 147 kali permenit, tidak teratur dan didapatkan kesan
atrial fibrilasi RVR pada pemeriksaan EKG. Keadaan ini merupakan akibat dari
menurunkan durasi potensal aksi, periode refrakter miocardium atrial dan begitu
juga periode refraksi nodus AV. Pada krisis tiroid juga terjadi peningkatan
termogenesis sehingga gejala sistem saraf pusat pasien ini ditandai dengan demam
dengan suhu 38,7oc dan keadaan umum yang gelisah. Gejala gastrointestinal pada
peristaltik usus akibat hormon tiroid yang berlebihan. Pasien menyangkal adanya
rasa sesak baik saat aktifitas maupun berbaring yang merupakan gejala gagal
jantung kongestif. Faktor pencetus pada pasien ini belum diketahui dengan pasti
dan membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Namun diduga kuat karena adanya
Pasien mengaku sejak 2 bulan yang lalu kedua tangan sering bergetar,
mudah lelah, sering keringat berlebihan, berat badan turun,dan sulit tidur. Gejala
Penyebab tirotosikosis pada pasien ini belum diketahui apakah karena hipertiroid
primer yaitu paling sering adalah penyakit Graves atau hipertiroidisme sekunder.
Pada pemeriksaan fisik tidak menunjukan tanda penyakit grave seperti goiter
diffuse, oftalmopati tiroid, dan dermatopati tiroid. Maka dari itu, sumber
43
Gejala yang dijelaskan diatas merupakan gejala tipikal pada tirotosikosis.
waktu yang lama. Pada kasus ini BWPS pasien yaitu 70 yang diantaranya adalah
demam, atrial fibrilasi, frekuensi nadi 147 x/m, terdapat mual dan muntah, dan
agitasi. maka dari itu interpretasi pada kasus ini adalah sugestif tinggi krisis tiroid.
Kecurigaan akan kasus ini didukung dengan adanya gejala tirotosikosis sejak 2
lanjut apakah berasal dari hipertiroid primer atau sekunder. Gejala pencetus pada
kasus ini diduga infeksi namun sumber infeksi tersebut perlu pemeriksaaan lebih
lanjut. Diagnosis krisis tiroid pada kasus ini pada akhirnya dibuktikan dengan
hasil labor yaitu penurunan kadar TSH akibat proses umpan balik negatif dari
antitiroid yaitu MMI dan PTU. Terapi ini harus diberikan pada kasus krisis
tiroid. Menurut JTA, MMI merupakan obat pilihan pertama yang harus
diberikan pada kasus ini mengingat tingginya komplikasi dari terapi yang
utama dalam terapi krisis tiroid dikarenakan pada dosis yang tinggi yakni
44
menurunkan kadar T3 lebih cepat dari pada MMI. Selain kerena efek
utama karena pada survey secara luas yang dilakukan oleh JTA
tiroid yang berat. Namun tidak ada perbedaan yang signifikan antara terapi
menggunakan PTU dan MMI. Maka dari itu, kedua obat ini tetap berfungsi
tatalaksana krisis tiroid PTU dapat diberikan dengan dosis awal 500-1000
mg, kemudian dilanjutkan dengan 250mg/4 jam dan MMI 60-80 mg/ 4
jam.6
dosis 4 x 300 mg peroral dan hanya PTU yang tersedia untuk obat
antitiroid saat itu. Pemberian tetap dilakukan peroral karena saat itu pasien
Anti Tiroid dan Iodine Inorganic pada kasus krisis tiroid dengan efektif
tersebut tidak tersedia sehingga tidak dpat diberikan pada kasus ini.
45
2) Menghambat Aksi Perifer Hormon Tiroid
gejala kardiovaskuler lainnya pada krisis tiroid, obat golongan ini dapat
Propanolol dengan dosis tinggi 60-80 mg/ hari dapat mencapai efek yang
bila tidak ada gangguan fungsi ginjal yang berat. Pemberian digoksin
secara intravena dengan dosis inisial 0,125 mg hingga 0,25 mg dan diikuti
46
Pada pasien ini diberikan injeksi digoksin intravena untuk
cc Ringer Laktat habis dalam 5 menit. Pada kasus ini dengan pemberian
digoksin laju denyut jantung masih diatas 130 x/m dan belum terkonversi
menjadi irama sinus. Maka dari itu control laju pada atrial fibrilasi tersebut
dilanjutkan dengan Drip Diltiazem 5mg/ jam dengan target HR < 100.
Sesuai dengan yang telah dijelakan pada PERKI bahwa Penyekat beta
dapat diberikan untuk kendali laju dan pemberian penyekat beta intravena
dosis tinggi berguna pada krisis tiroid. Pilihan terapi yang lain yang dapat
tiroid perlu hati-hati dikarenakan patofisiologi dari krisis tiroid itu sendiri
pada krisis tiroid karena agen antipiretik lain terbukti meningkatkan level
47
hormone tiroid bebas dalam darah dengan menghambat T4-binding
digunakan dalam kasus ini sebagai tatalaksana pencetus krisis tiroid yang
sebagai tatalaksana simptomatik muntah dan agar terapi peroral agen anti
tiroid dapat maksimal. Natrium Bicarbonat dan Aminefron pada kasus ini
terhadap gangguan sekresi zat asam lainnya sebagai akibat dari disfungsi
ginjal. Pada pasien ini juga diberikan dextrose 5 % per 24 jam karena pada
resiko hipoglikemia dan GDS awal pada pasien ini adalah 65 mg/dl.
terulang kembali.
48
DAFTAR PUSTAKA
49