Anda di halaman 1dari 13

1. Bagaimana perbedaan cemas fisiologis maupun patologis?

Ganggan Kecemasan
Kecemasan

Kecemasan Normal
patologis

Kecemasan

Penyerta normal dari


perubahan,pengalaman
sesuatu yang baru dan
belum pernah dicoba

Respon yang tidak sesuai


dengan stimulus yang
diberikan dan terlalu
berlebihan.

Contoh : cemas perpisahan


dengan orang tua,orang tua
usia lanjut yang
merenungkan
kematian,penyakit,
perpisahan dengan orang
yang penting

Contoh : Cemas
menyeluruh(selalu cemas
dengan berlebihan pada tiap
waktu), fobia, dan ganguan
cemas lainnya

Kecemasan dan Ketakutan


Kecemasan Sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya
yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman.
-

Suatu respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak jelas


diketahui, internal, samar-samar, atau bersifat konfliktual.
Emosi yang menyerupai ketakutan, memperingatkan adanya ancaman
internal-eksternal.
Jika pada tingkatan yang lebih parah kecemasan dapat menyertai atau
ada
pada
:
cedera
tubuh,keputusasaan,frustasi
kebituhan
sosial,perpisahan, ketakutan.

Kecemasan
membuat
orang
segera
mngambil
langkah
yang
diperlukan.Mencegah kerusakan dengan cara menyadarkan seseorang untuk
melakukan tindakan tertentu yang mencegah bahaya.
Contoh :
-

cemas ujian belajar dengan giat


cemas jika terlambat pulang malam menyelinap

Ketakutan Sinyal yang serupa dengan menyadarkan.

Respon terhadap ancaman yang sumbernya jelas diketahui, eksternal,


jelas, bukan bersifat konfliktual.
Ketakutan dan kecemasan harus dibedakan walaupun terkadag ketakutan
juga berasal dari internal, yang tidak disadari, dan direpresikan ke objek
lain di dunia luar.
Tetapi pada saat ketakutan terjadi, kecemasan juga dapat menyertai
ketakutan.

Contoh perbedaan :
Ketakutan : emosi yang ditimbulkan oleh kendaraan yang datang dengan cepat
saat seseorang sedang menyebrang jalan. sifat akut ketakutan
Kecemasan : emosi yang timbul seperti kegelisahan samar-samar yang dialami
seseorang saat bertemu seseorang yang baru atau lingkungan baru. kronisitas
kecemasan
(Kaplan, Sadock, 1997).

2. Jelaskan tentang teori-teori kecemasan?


Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor etiologi
dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut :
a. Teori Psikodinamik
Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik
psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk
mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan
menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan,
maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami
sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep
psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul
pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama
kali. Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan
respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama.
Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id untuk
menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka
terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan
sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut
ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh
oleh waktu, sering tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul
ke permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun, desakan
Id meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasankecemasan berikutnya (Prawirohusodo, 1988).
b. Teori Perilaku
Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus
khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi
untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi,

sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang


di inginkan.
c. Teori Interpersonal
Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar
individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga.
d. Teori Keluarga
Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat
adanya konflik dalam keluarga.
e. Teori Biologik
Beberapa kasus kecemasan (5 - 42%), merupakan suatu perhatian terhadap
proses fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik
atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk
kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart & sundeens, 1998).
Faktor Predisposisi Kecemasan
Setiap perubahan dalam kehidupan atau peristiwa kehidupan yang dapat
menimbulkan keadaan stres disebut stresor. Stres yang dialami seseorang dapat
menimbulkan kecemasan, atau kecemasan merupakan manifestasi langsung dari
stres kehidupan dan sangat erat kaitannya dengan pola hidup (Wibisono, 1990).
Berbagai faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kecemasan (Roan, 1989)
yaitu faktor genetik, faktor organik dan faktor psikologi. Pada pasien yang akan
menjalani operasi, faktor predisposisi kecemasan yang sangat berpengaruh
adalah faktor psikologis, terutama ketidak pastian tentang prosedur dan operasi
yang akan dijalani.
Berdasarkan aspek biologis, didapatkan beberapa teori yang mendasari
timbulnya cemas yang patologis antara lain:

Sistem saraf otonom

Neurotransmiter
Neurotransmiter
A Norepinephrine
Gejala kronis yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan cemas berupa
serangan panik, insomnia, terkejut, dan autonomic hyperarousal, merupakan
karakteristik dari peningkatan fungsi noradrenergik. Teori umum dari keterlibatan
norepinephrine pada gangguan cemas, adalah pasien tersebut memiliki
kemampuan regulasi sistem noradrenergik yang buruk terkait dengan
peningkatan aktivitas yang mendadak. Sel-sel dari sistem noradrenergik
terlokalisasi secara primer pada locus ceruleus pada rostral pons, dan memiliki
akson yang menjurus pada korteks serebri, sistem limbik, medula oblongata, dan
medula spinalis. Percobaan pada primata menunjukan bila diberi stimulus pada
daerah tersebut menimbulkan rasa takut dan bila dilakukan inhibisi, primata
tersebut tidak menunjukan adanya rasa takut. Studi pada manusia, didapatkan
pasien dengan gangguan serangan panik, bila diberikan agonis reseptor adrenergik ( Isoproterenol ) dan antagonis reseptor -2 adrenergik dapat

mencetuskan serangan panik secara lebih sering dan lebih berat. Kebalikannya,
clonidine, agonis reseptor -2 menunjukan pengurangan gejala cemas.
B Serotonin
Ditemukannya banyak reseptor serotonin telah mencetuskan pencarian peran
serotonin dalam gangguan cemas. Berbagai stress dapat menimbulkan
peningkatan 5-hydroxytryptamine pada prefrontal korteks, nukleus accumbens,
amygdala, dan hipotalamus lateral. Penelitian tersebut juga dilakukan
berdasarkan penggunaan obat-obatan serotonergik seperti clomipramine pada
gangguan obsesif kompulsif. Efektivitas pada penggunaan obat buspirone juga
menunjukkan kemungkinan relasi antara serotonin dan rasa cemas. Sel-sel tubuh
yang memiliki reseptor serotonergik ditemukan dominan pada raphe nuclei pada
rostral brainstem dan menuju pada korteks serebri, sistem limbik, dan
hipotalamus.
C GABA
Peran GABA pada gangguan cemas sangat terlihat dari efektivitas obat-obatan
benzodiazepine, yang meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABA tipe A.
Walaupun benzodiazepine potensi rendah paling efektif terhadap gejala
gangguan cemas menyeluruh, benzodiazepine potensi tinggi seperti alprazolam
dan clonazepam ditemukan efektif pada terapi gangguan serangan panik
Pada suatu studi struktur dengan CT scan dan MRI menunjukan peningkatan
ukuran ventrikel otak terkait dengan lamanya pasien mengkonsumsi obat
benzodiazepine. Pada satu studi MRI, sebuah defek spesifik pada lobus temporal
kanan ditemukan pada pasien dengan gangguan serangan panik. Beberapa studi
pencitraan otak lainnya juga menunjukan adanya penemuan abnormal pada
hemisfer kanan otak, tapi tidak ada pada hemisfer kiri. fMRI, SPECT, dan EEG
menunjukan penemuan abnormal pada korteks frontal pasien dengan gangguan
cemas, yang ditemukan juga pada area oksipital, temporal, dan girus
hippocampal. Pada gangguan obsesif kompulsif diduga terdapat kelainan pada
nukleus kaudatus. Pada PTSD, fMRI menunjukan pengingkatan aktivitas pada
amygdala.
Sistem Saraf Otonom
Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat stimulus terhadap sistem saraf otonom
adalah:

sistem kardiovaskuler (palpitasi)

muskuloskeletal (nyeri kepala)

gastrointestinal (diare)

respirasi (takipneu)
Sistem saraf otonom pada pasien dengan gangguan cemas, terutama pada
pasien dengan gangguan serangan panik, mempertunjukan peningkatan tonus
simpatetik, yang beradaptasi lambat pada stimuli repetitif dan berlebih pada
stimuli yang sedang.

Berdasarkan pertimbangan neuroanatomis, daerah sistem limbik dan korteks


serebri dianggap memegang peran penting dalam proses terjadinya cemas.
Korteks Serebri
Korteks serebri bagian frontal berhubungan dengan regio parahippocampal,
cingulate gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga berkaitan dengan gangguan
cemas. Korteks temporal juga dikaitkan dengan gangguan cemas. Hal ini diduga
karena adanya kemiripan antara presentasi klinis dan EEG pada pasien dengan
epilepsy lobus temporal dan gangguan obsesif kompulsif.
Sistem Limbik
Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem limbik juga
memiliki reseptor GABA dalam jumlah yang banyak. Ablasi dan stimulasi pada
primata juga menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh pada respon cemas
dan takut. Dua area pada sistem limbik menarik perhatian peneliti, yakni
peningkatan aktivitas pada septohippocampal, yang diduga berkaitan dengan
rasa cemas, dan cingulate gyrus, yang diduga berkaitan dengan gangguan
obsesif kompulsif.

Respon Fisiologis terhadap Kecemasan:


Kardio vaskuler; Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar,
denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.
Respirasi; napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
Kulit; perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh
tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
Gastro intestinal; Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di
epigastrium, nausea, diare.
Neuromuskuler; Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip,
insomnia, tremor, kejang, , wajah tegang, gerakan lambat.
(Kaplan, Sadock, 1997).

3. Apa macam-macam penggolongan gangguan cemas?


Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (
DSM-IV), gangguan cemas terdiri dari :
(1) Serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia;
(2) Agoraphobia dengan atau tanpa Serangan panik;
(3) Fobia spesifik;
(4) Fobia sosial;
(5) Gangguan Obsesif-Kompulsif;
(6) Post Traumatic Stress Disorder ( PTSD );
(7) Gangguan Stress Akut;

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa


di Indonesia III, gangguan cemas dikaitkan dalam gangguan
neurotik, gangguan somatoform dan gangguan yang berkaitan
dengan stress (F40-48).
F40F48 GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM
DAN GANGGUAN YANG BERKAITAN DENGAN STRES
F40 Gangguan Anxieta Fobik
F40.0 Agorafobia
.00 Tanpa gangguan panik
.01 Dengan gangguan panik
F40.1 Fobia sosial
F40.2 Fobia khas (terisolasi)
F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya
F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT
F41 Gangguan Anxietas Lainnya
F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik)
F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh
F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif
F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya
F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT
F41.9 Gangguan anxietas YTT
F42 Gangguan Obsesif-Kompulsif
F42.0 Predominan pikiran obsesional atau pengulangan
F42.1 Predominan tindakan kompulsif (obsesional ritual)
F42.2 Campuran tindakan dan pikiran obsesional
F42.8 Gangguan obsesif kompulsif lainnya
F42.9 Gangguan obsesif kompulsif YTT
F43 Reaksi Terhadap Stres Berat dan Gangguan Penyesuaian
(F43.0-F43.9)

F44 Gangguan Disosiatif (Konversi) (F44.0-F44.9)


F45 Gangguan Somatoform (F45.0-F45.9)
F48 Gangguan Neurotik Lainnya (F48.0-F48.9)
PPDGJ III dan DSM-V

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III


(PPDGJ)
Agorafobia
Semua kriteria ini harus dipenuhi untuk :
Gejala psikologis/otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari
anxietas dan bukan merupakan gejala lain yang sekunder seperti waham atau
pikiran obsesif.
Anxietas yang timbul harus terutama terjadi dalam sekurang-kurangnya dua dari
situasi berikut :

Banyak orang

Tempat-tempat umum

Bepergian keluar rumah

Bepergian sendiri
Menghindari situasi fobik harus/sudah merupakan gambaran yang menonjol
Etiologi agorafobia belum diketahui secara pasti tapi patogenesis fobia
berhubungan dengan faktor biologis, genetik, dan psikososial.
DSM IV TR
Menurunnya sensitivitas terhadap reseptor 5HT1A, 5HT2A/2C
Meningkatnya sensitivitas discharge dari reseptor adrenergic pada saraf
pusat, terutama reseptor alfa-2 katekolamin meningkatnya aktivitas
locus coereleus yang mengakibatka teraktivasinya aksis hipotalamuspituitari-adrenal (biasanya berespons abnormal terhadap klonidin pada
pasien dengan panic disorder)
Meningkatnya aktivitas metabolic sehingga terjadi peningkatan laktat
(biasanya sodium laktat yang kemudian diubah menjadi CO2
([hiperseansitivitas batang otak terhadap CO2)
Menurunnya sensitivitas reseptor GABA-A sehingga menyebabkan efek
eksitatorik
melalui
amigdala
dari
thalamus
melalui
nucleus
intraamygdaloid circuitries
Model neuroanatomik memprediksikan panic attack dimediasi oleh fear
network pada otak yang melibatkan amygdale, hypothalamus, dan pusat
batang otak. Terutama pada corticostriatalthalamocortical (CSTC) yang
memediasi cemas bersama dengan sirkuit pada amygdale. Kemudian
sensai tersebut diteruskan ke korteks anterior cingulated dan/atau korteks
orbitofrontal. Selain itu diteruskan juga ke hypothalamus untuk respons
endokrin
Hipotesis keterlibatan genetic namun belum berhasil menentukan gen
pasti

Pine DS. Anxiety disorders: clinical features. In: Kaplan and Sadocks

4. Bagaimana derajat dari cemas?


Tingkat kecemasan menurut stuart dan sudden (1995) dibagi
menjadi 4 tingkatan, yaitu :
Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan alam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan menigkatkan lahan presepsinya.
Kecemasan ringat dapat memotivasi belajar dan
menghsilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
Manfes yang muncul pda tingkat ini ( kelelahan, iritabel,
lpang presepsi meningkat, kesadarn tinggi, mampu
untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku
sesuai situasi)
Karakteristik :
a. Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa
sehari hari
b. Kewaspadaan meningkat
c. Persepsi terhadap lingkungan meningkat
d. Dapat menjadi motivasi untuk belajar dan
menghasilkan kreativitas.
e. Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan
tekanan darah meningkat sedikit, gejala ringan
pada lambung, muka berkerut, serta bibir
bergetar.
f. Respon kognitif :mampu menerima rangsang yang
kompleks, konsentrasi pada masalah,
menyelesaikan masalah scr efektif, dan
terangsang untuk melakukan tindakan.
g. Respon perilaku den emosi : tidak dapat duduk
tenang, tremor halus pada tangan,dan suara
kadang-kadang meninggi.
Kecemasan sedang
Memunkinkan seseorang untuk memusatkan pada
masalah penting dan mengesampingkan yg lain
sehingga seseoang menalami perhatian selektif, namun
dapat melakukan sesuatu yang terarah.
Manfes ( kelelahan meningkat, kecepatan denyut
jantung dan pernafasan meningkat, ketegangan otot
meningkat, bicara cepat an volume tinggi, lahan
persepsi menyempit,mampu belajar namun tidak
optimal, konsentrasi menurun, perhatian selektif dan
terfokus pada rangsangan yang tiak menambah

ansietas, mudsh tersinggung, tidak sabar, mudh lupa,


mrah dan menangis)
Karakteristik :
a. Respon fisiologis : serng nafas endek, tekanan
darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/
konstipasi, sakit kepala, sering berkemih dan letih
b. Respon kognitif :memusatkan perhatian pada hal
yang penting dan mengesamingkan yang lain,
lapang presepsi meyempit, dan rangsangan dari
luar tidak mampu diterima.
c. Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentaksentak, terlihat lebih tegas, bicara banyak dan
lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman
Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat megurangi lahan presepsi
seseorang, seseorang dengan kecemasan berat
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang rinvi
dan spesifik, tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area yang lain.
Manfes (mengeluh pusing, sakit kepala, nausea,
insomnia, sering kencing, diare,palpitasi,lahan presepsi
menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus
pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan
kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung,
disorientasi)
Karakteristik :
a. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja
dan mengabaikan hal yang lain
b. Respon fisiologis : nfas pendek, nadi dan tekanan
darah naik, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, serta tampak tegang.
c. Respon kognitif : tidak mampu berpikir berat lagi
dan membutuhkanbanyak pengarahan/ tuntunan,
serta lapang presepsi menyempit.
d. Respon perilaku dan emosi :perasaan terancam
meningkat dan komunikasi menjadi terganggu
(verbalisasi cepat).
Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
teror karen megalami kehilangan kendali. Orang yang
sedang panik tidak mampu melaukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan.
Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah
susah bernfas, dilatasi pupil,palpitasi,pucat,

pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap


perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, megalami
halusinasi dan delusi.
Karakteristik :
a. Respon fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik,
dan palpitasi, sakit dada,pucat,hipotensi,serta
rendahnya koordinasi motorik.
b. Respon kognitif : gangguan realitas, tidak dapat
berfikir logis, perdepsi thdp lingkungan
mengallami distorsi, dan ketidak mampuan
memahami situasi.
c. Repon perilaku dan emosi : agitasi, mengamuk
dan marah, ketakutan, berteriak-teriak,
kehilangan kendali atau kontrol diri (aktifitas
motori tidak menentu), perasaan terancam serta
dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri
sendiri atau orang lain.
Derajat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan
instrument Halminton Rating Scale for Anxiety , dalam HARS
terdapat 14 symptom yang nampak pada individu yang mengalami
kecemasan.
5. Mengapa pasien mengalami hiperaktivitas otonom?
6. Mengapa pasien sering merasa khawatir, ketakutan dan cemas?
7. Mengapa keluhan muncul saat penderita berada di tempat umum
atau keramaian?
8. Mengapa badan sakit semua, kencang di daerah tengkuk, gemetar
(ketegangan motorik)?
9. Apa hubungan skenario dengan teori ttg fobia?
10.
Bagaimana respon tubuh terhadap serangan cemas?
Mekanisme individu mejadi cemas atau mengembangkan cemas
Ada dua hal yang menghasilkan kecemasan :
1

Pengalaman individu,stimulus netral yang sebenarnya tdak bersifat


berbahaya dan tidak menimbulkan kecemasan oleh individu tersebut
dikaitkan dengan stimulus yang menyakitkan dan menimbulkan
kecemasan.
Contoh : Pada skenario seorang wanita takut dan mengalami gangguan
cemas terutama pada keramaian, bisa saja dia sebelumnya mengetahui
kalau ada ibu ibu dijambet di keramaian)supermarket,dan saat dia berada
di situasi keramaian(yang sebenarnya stimulus netral) dia mengaitkan
dengan kejadia ibu-ibu yang kejambretan (stimulus menyakitkan).

Individu menghindar dari stimulus yang sudah terkondisi,dan sejak


penghindaran ini akan jadi kebiasaan.

Contoh : pada fobia(MPJ DISPLACEMENT)


Seorang wanita takut dan cemas bila dia dihadapkan dalam keadaan
keramaian (Agorafobia).Wanita itu ternyata pernah punya trauma/hal yang
menakutkan di keramaian.Hal ini tidak bisa diatasi oleh wanita tersebut
(mekanisme pertahanan diri gagal) akhirnya terjadi fiksasi mental
(mentalnya terkunci/mental blocking) sehingga wanita terbeut tidak dapat
mentolerir ketika dihadapkan dengan suasana atau keadaan yang
sama.Karena dia kebiasaan menghindari stimulus itu dan merasa aman.

Sigmund Freud pernah mengatakan jiwa individu bagaikan gunung es.


Bagian yang muncul dari gunus es, bagian terkecil dari kejiwaan yang disebut
kesadaran. Agak dibawah permukaan air adalah pra kesadaran dan yang paling
dalam dan merupakan bagian paling besar dari kejiwaan adalah ketidaksadaran.
Dimana ketidaksadaran ini berisi dorongan dorongan primitif yang belum
dipengaruhi oleh budaya dan peraturan.Dorongan ini bersifat emosi murni dari
jiwa tiap individu.Dorongan ini ingin muncul ke permukaan kesadaran,
sedangkan tempat kesadaran terbatas. Ego yang menjadi pusat kesadaran harus
mengatur dorongan dorongan mana yang boleh muncul dan mana yang tetap
tinggal di ketidaksadaran. Jika ego tidak cukup kuat menekan maka terjadilah
luapan emosi dan dorongan yang muncul dari ketidaksadaran gangguan
kejiwaan (termasuk kecemasan yang patologis).Oleh karena itu herus dengan
pendekatan karena akarnya dari ketidak mampuan ego untuk mengatasi
dorongan dalam dirinya. Sehingga mengharuskan dirinya mengembangkan
pertahanan dirinya.
Mekanisme pertahanan diri adalah upaya ego untuk penyalurkan
dorongan diri sendiri. Jika pertahanan diri ini gagal maka individu menjadi
maladaptif. Sebagai contoh jenis pertahanan diri represi (menekan
dorongan
ke
alam
ketidaksadaran)
MPJ
Cemas,
Displacement(pemindahan ke objek lain) MPJ Fobia.
Jika orang melihat (berhadapan pada situasi tertentu yang membuat
dirinya cemas yang masih wajar ( disini cemas masih sesuai dengan
stimulus, emosi cemas yang ingin keluar masih dibatasi oleh ego).Jika
pertahanan diri gagal, maka luapan emosi cemas itu keluar ke kesadaran
sehingga muncul perasaan inadekuat dalam menghadapi situasi tertentu.
Faktor awalnya bisa berupa peristiwa buruk, stresor ekstrim timbul jadi
ketegangan luar biasa. Karena tubuh manusia tidak mungkin untuk terus
menerus tegang : upaya perdaan dengan mekanisme pertahanan diri.Jika hal ini
berhasil bisa teratasi kecemasannya. Jika gagal perasaan tentang meori itu akan
terfiksasi( mental terkunci atau mental blocking). Dikemudian hari jika
dihadapkan pada situasi yang sama akan timbul rasa cemas seperti pada trauma
yang pertama.
Respon Psikologis terhadap Kecemasan:

Perilaku; Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi,
menarik diri, menghindar.
Kognitif; Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir,
bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan,
kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan
lain-lain.
Afektif; Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat
gelisah dan lain-lain.
(Kaplan, Sadock, 1997).

11.
Bagaimana cara mendiagnosis cemas?
12.
Bagaimana pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
dari cemas?
13.
DD?
14.
Bagaimana Penatalaksanaannya?
TERAPI
Farmakoterapi
Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepin dimulai dengan dosis
terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi, Penggunaan sediaan
dengan waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya
efek yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu.
Buspiron
Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding dengan
gejala somatik. Tidak menyebabkan withdrawl. Kekurangannya adalah efek
klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita yang
sudah menggunakan benzodiazepin tidak akan memberikan respon yang baik
dengan buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepin
dengan buspiron kemudian dilakukan tapering benzodiazepin setelah 2-3
minggu, disaat efek terapi buspiron sudah mencapai maksimal.
Memperbaiki ansietas tanpa sedasi.
SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
Sertraline dan paroxetine merupakan pilihan yang lebih baik daripada fluoksetin.
Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan anxietas sesaat. SSRI efektif terutama
pada pasien gangguan anxietas menyeluruh dengan riwayat depresi.
Psikoterapi
Terapi Kognitif Perilaku

Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi kognitif


dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik, secara langsung. Teknik
utama yang digunakan adalah pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan
biofeedback.
Terapi Suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada
dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam
fungsi sosial dan pekerjaannya.
Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar,
menilik egostrength, relasi obyek, serta keutuhan diri pasien. Dari pemahaman
akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapis dapat memperkirakan
sejauh mana pasien dapat diubah menjadi lebih matur; bila tidak tercapai,
minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial
dan pekerjaannya.
Gangguan

Cemas,

Kepaniteraan

Universitas Tarumanegara

Klinik

Ilmu

Kedokteran

Jiwa,

Anda mungkin juga menyukai