Anda di halaman 1dari 33

1. Interpretasi dr Sp O2 92%, RR 30x/menit, GCS E2M4V2 ?

Nilai Pulse Oxymetri


a. 95-100% (dalam batas normal
b. 90-<95% (hipoksia ringan sampai sedang)
c. 85-<90% (hipoksia sedang sampai berat)
d. <85% (hipoksia yang mengancam jiwa)

NILAI RR
RR 30x menit menunjukkan adanya peningkatan RR.

Obstruksi jalan nafas Berkurangnya oksigen di dalam darah


(hipoksemia)  Hipoksia ( di jaringan otot – otot pernafasan,otak,jantung,dll)
 tubuh mengkompensasi dengan dua cara yaitu,meningkatkan Frekuensi
napas menjadi lebih cepat daripada keadaan normal yang tujuannya untuk
mempertahankan perfusi oksigen dan meningkatkan frekuensi nadi untuk
mempertahankan suplai darah ke jaringan yang membawa O2 jika keadaan
ini berlangsung lama ( tidak di tangani dengan cepat) selama 3 – 4 menit 
menyebabkan kelelahan pada otot-otot pernapasan mengakibatkan
terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2 darah dan
jaringan  Gas CO2 yang tinggi  akan mempengaruhi susunan saraf pusat (
medulla oblongata ), dengan menekan pusat napas  henti napas (respiratory
arrest).

Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah


dapat dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan Berhentinya
napas  maka oksigen tidak ada sama sekali di dalam tubuh  jantung tidak
dapat berkontraksi  akibatnya terjadi keadaan yang disebut henti jantung
(cardiac arrest).

Atau :
Berkurangnya fungsi
miokardium

Pengurangan
Aritmia jantung cardiac arrest
fungsi koroner

pengurangan
cardiac output
Fungsi respirasi
tergganggu

Cardiorespiratory
arrest

Kerusakan jaringan
otak
(Rab,T., Agenda gawat darurat, jilid 2)
 Dapat dibagi atas 4 stadium (jackson):

 Sesak nafas, stridor inspirator, retraksi suprasternal : keadaan umum


masih baik
 Gejala stadium 1 + retraksi epigastrium : penderita mulai gelisah
 Gejala stadium 2 + retraksi supra/infraklavikular, penderita sangat
gelisah dan sianotik
 Gejala stadium 3 + retraksi interkostal, penderita berusaha sekuat
tenaga untuk menghirup udara : lama kelamaan terjadi paralisis
pusat pernafasan, penderita menjadi apatik dan akhirnya
meningggal

Penilaian GCS

MATA SCORE
Spontan membuka mata 4
Terhadap suara membuka mata 3
Terhadap nyeri membuka mata 2
Menutup mata terhadap segala jenis rangsang 1
VERBAL RESPON SCORE
Berorientasi baik 5
Bingung 4
Membentuk kata tapi tidak mengucapkan sesuatu 3
Bergumam (groaning) 2
Tidak bersuara 1
MOTORIK RESPON SCORE
Menurut perintah 6
Mampu melokalisir rangsangan sensorik 5
Menolak rangsang nyeri pada anggota gerak 4
(withdrawal)
Menjauhi rangsang nyeri (flexion) 3
Ekstensi spontan 2
Tidak ada gerakan 1
PENILAIAN SCORE
Komposmentis 15
Coma 3

(Sumber : Buku Panduan Gawat Darurat, Jilid 1, FKUI).


1) Skor 14-15 : compos mentis
2) Skor 12-13 : apatis
3) Skor 11-12 : somnolent
4) Skor 8-10 : stupor
5) Skor < 5 : koma
Tingkat kesadaran:
 Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
 Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
 Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
 Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi
jawaban verbal.
 Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
 Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong.

E2M4V2
E2 : Mata membuka terhadap rangsang nyeri
M4 : Menolak rangsang nyeri pada anggota gerak (withdrawal)
V2 : Bergumam (groaning)
Total GCS : 8 berarti pasien berada dalam level penurunan kesadaran STUPOR
(soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri.
(Sumber : Buku Panduan Gawat Darurat, Jilid 1, FKUI).
2. Mengapa penderita mengeluarkan suara mengorok ?
Suara mengorok
Suara mendengkur timbul akibat turbulensi aliran udara pada saluran nafas
atas akibat sumbatan. Tempat terjadinya sumbatan biasanya di basis lidah atau
palatum. Sumbatan terjadi akibat kegagalan otot-otot dilator saluran nafas atas
menstabilkan jalan nafas di mana otot-otot faring berelaksasi, lidah dan palatum
jatuh ke belakang sehingga terjadi obstruksi.
Journal of The Royal Society of Medicine 2003; 96: 343 – 4. Can Med Assoc J
2007; 176(9): 1299-303.

Suara berkumur
Gargling: suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang
disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas),
lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah
dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support.

 Tachypneakemungkinan akibat dari hipoksia


 Tachypneadapat disebabkan nyeri atau ketakutan, namun harus selalu
diingat kemungkinan gangguan jalan nafas yang dini.

 Terdengar suara nafas tambahan, seperti :

- Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya


kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika
terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung
dengan cara cross-finger untuk membuka mulut
(menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas
ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah
apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban
(eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut.
- Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada
kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka
lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-
sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah
dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari
cairan-cairan).
- Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan
karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk
pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and
chin lift atau jaw thrust saja

3. Mengapa pasien tampak sianosis ?


Sianosis adalah suatu keadaan di mana kulit dan membran mukosa berwarna
kebiruan akibat penumpukan deoksihemoglobin pada pembuluh darah kecil
pada area tersebut. Sianosis biasanya paling terlihat pada bibir, kuku, dan
telinga. Derajat sianosis ditentukan dari warna dan ketebalan kulit yang
terlibat. Sebenarnya, penilaian akurat dari derajat sianosis ini sulit ditentukan,
karena tingkat penurunan saturasi oksigen yang dapat berakibat sianosis
berbeda pada tiap ras. Selain itu, pemeriksaan sianosis pada membran
mukosa, seperti mulut dan konjungtiva, lebih bermakna daripada
pemeriksaan pada kulit.
Penyebab dari penumpukan hemoglobin tereduksi bisa karena peningkatan
darah vena akibat dilatasi venula atau penurunan saturasi oksigen di dalam
darah.1 Sianosis biasanya muncul ketika kadar hemoglobin tereduksi minimal
5 g/dL pada darah arteri. Namun, tidak semua sianosis berhubungan dengan
peningkatan kadar hemoglobin tereduksi. Penyebab lain yang mungkin yaitu
adanya pigmen abnormal, seperti methemoglobin atau sulfhemoglobin, pada
eritrosit.
Pada umumnya sianosis menjadi jelas bila konsentrasi rata-rata dari Hb yang
tereduksi pada pembuluh darah kapiler melebihi 4 gr/dl. Untuk menimbulkan
sianosis, yang lebih berperan adalah jumlah absolut Hb yang tereduksi
daripada jumlah relatifnya. Dengan demikian, pada penderita dengan anemia
berat, jumlah relatif dari Hb yang tereduksi pada darah vena dapat sangat
banyak bila dibandingkan dengan jumlah total Hb dalam darah. Namun
karena konsentrasi Hb turun, jumlah Hb yang tereduksi tetap kecil dan
karenanya, pasien denagn anemia berat dan bahkan dengan desaturasi arteri
yang jelas, tidak tampak sianosis.
Makin tinggi kandungan total Hb, makin besar tendensi terjadinya
sianosis. Dengan demikian, pasien dengan polisitemia yang jelas cenderung
untuk menjadi sianosis pada tingkat SaO2 yang lebih tinggi dibandingkan
pasien dengan nilai hematokrit normal.

Pada fraktur impresi (juga disebut fraktur depresi), bagian yang patah
menonjol ke dalam rongga tengkorak. Fraktur depresi melibatkan pergeseran
tulang tengkorak atau fragmennya ke bagian lebih dalam dan memerlukan
tindakan bedah saraf segera terutama bila bersifat terbuka dimana fraktur
depresi yang terjadi melebihi ketebalan tulang tengkorak. Fraktur basis cranii
merupakan fraktur yang terjadi pada dasar tulang tengkorak yang bisa
melibatkan banyak struktur neurovaskuler pada basis cranii, tenaga benturan
yang besar, dan dapat menyebabkan kebocoran cairan serebrospinal melalui
hidung dan telinga dan menjadi indikasi untuk evaluasi segera di bidang
bedah saraf.
Snell RS. Clinical Anatomy for Medical Student. 6th ed. Sugiharto L, Hartanto
H, Listiawati E, Susilawati, Suyono J, Mahatmi T, dkk, penerjemah. Anatomi
Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC: 2006.740-59.

4. Mengapa penderita mengalami penurunan kesadaran ?

5. Mengapa pada penderita ini mengeluarkan byk darah melalui rongga mulut ?
Pada fraktur impresi (juga disebut fraktur depresi), bagian yang patah
menonjol ke dalam rongga tengkorak. Fraktur depresi melibatkan pergeseran
tulang tengkorak atau fragmennya ke bagian lebih dalam dan memerlukan
tindakan bedah saraf segera terutama bila bersifat terbuka dimana fraktur
depresi yang terjadi melebihi ketebalan tulang tengkorak. Fraktur basis cranii
merupakan fraktur yang terjadi pada dasar tulang tengkorak yang bisa
melibatkan banyak struktur neurovaskuler pada basis cranii, tenaga benturan
yang besar, dan dapat menyebabkan kebocoran cairan serebrospinal melalui
hidung dan telinga dan menjadi indikasi untuk evaluasi segera di bidang bedah
saraf.
Snell RS. Clinical Anatomy for Medical Student. 6th ed. Sugiharto L, Hartanto
H, Listiawati E, Susilawati, Suyono J, Mahatmi T, dkk, penerjemah. Anatomi
Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC: 2006.740-59.

6. Bagaimana penanganan pertama dari skenario diatas ?


7. Lihat sekitar korban ada bahaya, singkirkan dan bawa korban ke tempat yang aman
dan tenang
8. Periksa apakah korban atau pasien sadar : dengan panggil pasien misalnya : "Pak
bangun pak ??? Baik-baik sajakah ??? sambil sentuh pundak/bahu pasien kalau dia
tidak sadar. Kalau yakin pasien mengalami penurunan kesadaran, terus ke 3.
9. Minta bantuan teman atau telepon no darurat 118/112 (di Indonesia banyak
banget), kalau Kuwait cukup 777 (pasti ambulance, polisi dan pemadam kebakaran
akan datang kompak), atau di Negara lain Amerika Serikat misalnya 911.
Lantas kita Lakukan Prinsip ABC !!!!
A (Airway) – Jalan napas B (Breathing) – Napasnya C (Circulation) – Denyut nadi

Apa yang dilakukan di A - AIRWAY ???


Periksa jalan napas korban dengan cara :
Membuka mulut korban dengan 2 jari, lihat apakah ada benda asing, lidah yang
drop atau darah. Kemudian taruh tangan penolong diatas jidat dan bawah dagu
korban dan dongakkan kepalanya, ekstensi - (Head tilt chin lift), kalau kita curiga
ada fraktur servikal maka pakai model jaw trust. Dan buka jalan napas

Selanjutnya B – BREATHING ???


Cek napas korban selama 10 detik dengan : Look – Feel – Listen (Letakkan pipi
penolong di depan mulut korban, sambil rasakan dan lihat ke arah dada pasien
apakah naik – turun (ekspansinya ada).
Kalau tidak ada napas – berikan mouth to mouth ventilation dengan cara tutup
hidung korban dan berikan napas dua kali dengan jarak antaranya 5 detik,
lakukan sampai terlihat rongga dada pasien ekspansi/naik. Ingat posisi pasien
masih ekstensi (head till chin lift). Setelah itu kita periksa denyut nadi di arteri
karotis sebelah kanan – kiri dekat jakun ( 2- 3 jari) selama 10 detik – rasakan.

Setelah itu C – CIRCULATION ???


Kalau ada denyut nadi, korban hanya henti napas maka lanjutkan Pulmonary
Recusitation dengan berikan napas mulut ke mulut sampai 1 menit (berarti 12
kali), sampai napas OK (satu siklus).
Kalau denyut nadi tidak ada maka lakukan kompresi jantung (CPR-cardiac
pulmonary resucitation) dengan letakkan ujung telapak tangan di kunci dengan
telapak tangan yang lain di tulang dada (sternum) bisa sejajar/segaris antara
puting payudara atau 3 jari diatas tulang muda di bawah sternum (prosessus
xypoid), letakkan kedua bahu anda sejajar dan lakukan kompresi jantung.

Kompresi dilakukan dengan kedalaman 4 – 5 cm dengan 30 kompresi (dulu 15,


yang terbaru 30 kompresi). Mau 1 atau 2 penolong semua 30 kompresi per
siklus. Ini dilakukan selama 4 siklus (kurang lebih 1 menit menjadi 100 kompresi).

Di Inggris sendiri setelah 30 kompresi tidak dilakukan ventilasi (2 bantuan napas


mulut – mulut), sedang di AS tetap , 30 kompresi : 2 Ventilasi.

Setelah 4 siklus tadi, cek kembali denyut nadi karotis sampai bantuan Ambulance
datang, atau ada respon pasien, atau pasien terlihat mati biologis – tanda-tanda
rigor mortis.

10. Klasifikasi dr sumbatan jalan napas ?


 Berdasar penyebab
› Trauma
Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri, atau kasus
percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya terjadi di tulang rawan sekitar,
misalnya aritenoid, pita suara dll.
› Benda asing, dapat tersangkut pada:
 Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda
sebagai berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispneu, apneu, digagia,
hemopsitis, pernafasan dgn otot-otot nafas tambahan, atau dapat pula terjadi
sianosis.
 Saluran nafas
 Trakhea
Benda asing pada trakhea jauh lebih berbahaya dari pada di dalam
bronkhus, karena dapat menimbulkan asfiksia. Benda asing didalam trakea tidak
dapat dikeluarkan, karena tersangkut di dalam rima glotis dan akhirnya tersangkut
dilaring dan menimbulkan gejala obstruksi laring
 Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena diameternya
lebih besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi bronkhus sehingga menjadi besar
BUKU AGENDA GAWAT DARURAT, JILID 2, PROF. DR.. H. TABRANI RAB

 Berdasar macam
› Sumbatan Jalan Nafas Total
Bila tidak dikoreksi dalam waktu 5 – 10 menit dapat mengakibatkan asfiksi (
kombinasi antara hipoksemia dan hipercarbi), henti nafas dan henti jantung.
› Sumbatan jalan Nafas partial
Bila tidak dikoreksi dapat menyebabkan kerusakan otak, sembab otak, sembab paru,
kepayahan henti nafas dan henti jantung sekunder.
BUKU AGENDA GAWAT DARURAT, JILID 2, PROF. DR.. H. TABRANI RAB

 Obstruksi Total
 Bisa ditemukan dalam keadaan sadar atau dalam keadaan tidak sadar
 Pada obstruksi total akut, biasanya disebabkan oleh tertelannya benda asing yang
kemudian menyangkut dan menyumbat pangkat larinks.
 Bila obstruksi total timbul perlahan maka berawal dari obstruksi parsial yang kemudaian
menjadi total
 Obstruksi Parsial
 Biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga timbul beraneka ragam suara,
tergantung penyebabnya:
o Cairan (darah, secret, aspirasi lambung, dsb)
Timbul suara “gurgling” suara bernafas bercampur suara cairan. Dalam keadaan ini harus
dilakukan penghisapan (suction)
o Pangkal lidah yang jatuh ke belakang
Keadaan ini dapat timbul pada pasien yang tidak sadar (coma) atau pada penderita yang
tulang rahan bilateralnya patah. Sehingga timbul suara mengorok (snoring) yang harus
segera diatasi dengan perbaikan airway secara manual atau dengan alat.
o Penyempitan di larinks atau trachea
Dapat disebabkan edema karena berbagai hal ataupun desakan neoplasma. Timbul suara
“crowing” atau stridor respiratoir. Keadaan ini hanya dapat diatasi dengan perbaikan airway
pada bagian distal dari sumbatan, misalnya trakhetostomi
Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support

11. Patofisiologi dr sumbatan jalan napas ?


12. bagaimana cara melakukan tripel airway manuver dan oropharyngeal airway
?
. Head tilt
Bila tidak sadar, pasien dibaringkan dalam posisi terlentang dan horizontal, kecuali pada
pembersihan jalan napas dimana bahu dan kepala pasien harus direndahkan dengan posisi
semilateral untuk memudahkan drainase lendir, cairan muntah atau benda asing. Kepala
diekstensikan dengan cara meletakkan satu tangan di bawah leher pasien dengan sedikit
mengangkat leher ke atas. Tangan lain diletakkan pada dahi depan pasien sambil
mendorong / menekan ke belakang. Posisi ini dipertahankan sambil berusaha dengan
memberikan inflasi bertekanan positif secara intermittena (Alkatri, 2007).
Chin lift
Jari - jemari salah satu tangan diletakkan bawah rahang, yang kemudian secara hati – hati
diangkat ke atas untuk membawa dagu ke arah depan. Ibu jari tangan yang sama, dengan
ringan menekan bibir bawah untuk membuka mulut, ibu jari dapat juga diletakkan di
belakang gigi seri (incisor) bawah dan, secara bersamaan, dagu dengan hati – hati diangkat.
Maneuver chin lift tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher. Manuver ini berguna
pada korban trauma karena tidak membahayakan penderita dengan kemungkinan patah
ruas rulang leher atau mengubah patah tulang tanpa cedera spinal menjadi patah tulang
dengan cedera spinal.
Jaw thrust
Penolong berada disebelah atas kepala pasien. Kedua tangan pada mandibula, jari
kelingking dan manis kanan dan kiri berada pada angulus mandibula, jari tengah dan
telunjuk kanan dan kiri berada pada ramus mandibula sedangkan ibu jari kanan dan kiri
berada pada mentum mandibula. Kemudian mandibula diangkat ke atas melewati molar
pada maxila (Arifin, 2012).

ADVANCED TRAUMA LIFE SUPPORT (ATLS)

Posisikan kepala pasien lurus dengan tubuh. Kemudian pilih ukuran pipa orofaring yang
sesuai dengan pasien. Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan ukuran pipa oro-faring
dari tragus (anak telinga) sampai ke sudut bibir. Masukkan pipa orofaring dengan tangan
kanan, lengkungannya menghadap ke atas (arah terbalik), lalu masukkan ke dalam rongga
mulut. Setelah ujung pipa mengenai palatum durum putar pipa ke arah 180 drajat.
Kemudian dorong pipa dengan cara melakukan jaw thrust dan kedua ibu jari tangan
menekan sambil mendorong pangkal pipa oro-faring dengan hati-hati sampai bagian yang
keras dari pipa berada diantara gigi atas dan bawah, terakhir lakukan fiksasi pipa orofaring.
Periksa dan pastikan jalan nafas bebas (Lihat, rasa, dengar). Fiksasi pipa oro-faring dengan
cara memplester pinggir atas dan bawah pangkal pipa, rekatkan plester sampai ke pipi
pasien (Arifin, 2012)

ADVANCED TRAUMA LIFE SUPPORT (ATLS)


13. bagaimana melakukan primary surve
14. Indikasi dari tripel airway manuver, definitive airway dan oropharyngeal
airway ?
Indikasi dilakukannya definitive airway?

Apa saja yang harus di lakukan paramedis untuk menentukan bahwa kasus pasien merupakan
kegawat daruratan atau tidak?

Kata triase (triage) berarti memilih. Jadi triase adalah proses skrining secara cepat terhadap
semua anak sakit segera setelah tiba di rumah sakit untuk mengidentifikasi ke dalam salah
satu kategori berikut:

Dengan tanda kegawatdaruratan (EMERGENCY SIGNS): memerlukan penanganan


kegawatdaruratan segera.

Dengan tanda prioritas (PRIORITY SIGNS): harus diberikan prioritas dalam antrean untuk
segera mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan tanpa ada keterlambatan.

Tanpa tanda kegawatdaruratan maupun prioritas: merupakan kasus NON-URGENT sehingga


dapat menunggu sesuai gilirannya untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan.

Tanda kegawatdaruratan, konsep ABCD:

Airway. Apakah jalan napas bebas? Sumbatan jalan napas (stridor)

Breathing. Apakah ada kesulitan bernapas? Sesak napas berat (retraksi dinding dada,
merintih, sianosis)?

Circulation. Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 3 detik, nadi cepat dan lemah).
Consciousness. Apakah anak dalam keadaan tidak sadar (Coma)? Apakah kejang
(Convulsion) atau gelisah (Confusion)?

Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah, mata cekung, turgor
menurun).

Anak dengan tanda gawat-darurat memerlukan tindakan kegawatdaruratan segera untuk


menghindari terjadinya kematian.

Tanda prioritas digunakan untuk mengidentifikasi anak dengan risiko kematian tinggi. Anak
ini harus dilakukan penilaian segera.

Periksa tanda kegawatdaruratan dalam 2 tahap:

Tahap 1: Periksa jalan napas dan pernapasan, bila terdapat masalah segera berikan tindakan
untuk memperbaiki jalan napas dan berikan napas bantuan.

Tahap 2: Segera tentukan apakah anak dalam keadaan syok, tidak sadar, kejang, atau diare
dengan dehidrasi berat.

Bila didapatkan tanda kegawatdaruratan:

Panggil tenaga kesehatan profesional terlatih bila memungkinkan, tetapi jangan menunda
penanganan. Tetap tenang dan kerjakan dengan tenaga kesehatan lain yang mungkin
diperlukan untuk membantu memberikan pertolongan, karena pada anak yang sakit berat
seringkali memerlukan beberapa tindakan pada waktu yang bersamaan. Tenaga kesehatan
profesional yang berpengalaman harus melanjutkan penilaian untuk menentukan masalah
yang mendasarinya dan membuat rencana penatalaksanaannya.

Lakukan pemeriksaan laboratorium kegawatdaruratan (darah lengkap, gula darah, malaria).


Kirimkan sampel darah untuk pemeriksaan golongan darah dan cross-match bila anak
mengalami syok, anemia berat, atau perdarahan yang cukup banyak.

Setelah memberikan pertolongan kegawatdaruratan, lanjutkan segera dengan penilaian,


diagnosis dan penatalaksanaan terhadap masalah yang mendasarinya.

Bila tidak didapatkan tanda kegawatdaruratan, periksa tanda prioritas (konsep 4T3PR MOB):

Tiny baby (bayi kecil < 2 bulan)

Temperature (anak sangat panas)

Trauma (trauma atau kondisi yang perlu tindakan bedah segera)


Trismus

Pallor (sangat pucat)

Poisoning (keracunan)

Pain (nyeri hebat)

Respiratory distress (distres pernapasan)

Restless, irritable, or lethargic (gelisah, mudah marah, lemah)

Referral (rujukan segera)

Malnutrition (gizi buruk)

Oedema (edema kedua punggung kaki)

Burns (luka bakar luas)

Anak dengan tanda prioritas harus didahulukan untuk mendapatkan pemeriksaan dan
penanganan lebih lanjut dengan segera (tanpa menunggu giliran). Pindahkan anak ke depan
antrean. Bila ada trauma atau masalah bedah yang lain, segera cari pertolongan bedah.

15. Mengapa setelah dilakukan perlakuan kondisi pasien semakin memburuk ?


1.

Snell RS. Clinical Anatomy for Medical Student. 6th ed. Sugiharto L, Hartanto H,
Listiawati E, Susilawati, Suyono J, Mahatmi T, dkk, penerjemah. Anatomi Klinik
Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC: 2006.740-59.
 Tingkat kesadaranbila volume darah menurun, perfusi otak dapat
berkurang, yang akan mengakibatkan penurunan kesadaran
Advanced Trauma Life Support
 Kesadaran merupakan fungsi utama susunan saraf pusat.Untuk
mempertahankan fungsi kesadaran yang baik, perlu suatu interaksi yang
konstan dan efektif antara hemisfer serebri yang intak dan formasio
retikularis di batang otak. Gangguan pada hemisfer serebri atau formasio
retikularis dapat menimbulkan gangguan kesadaran.
 Bergantung pada beratnya kerusakan, gangguan kesadaran dapat berupa
apati, delirium, somnolen, sopor atau koma.
Benyamin Chandral menggunakan istilah cemented yang merupakan huruf-huruf
pertama penyebab gangguan kesadaran.
C= circulation (gangguan sirkulasi darah).
E= ensefalomeningitis.
M = metabolisme (gangguan metabolisme).
E = elektrolit and endokrin (gangguan elektrolit dan endokrin)
N = neoplasma
T = trauma kapitis.
E = epilepsy
D = drug intoxication.
 Gangguan difus (gangguan metabolik) Pada penyakit metabolik, gangguan
neurologik umumnya bilateral dan hampir selalu simetrik. Selain itu gejala
neurologiknya tidak dapat dilokalisir pada suatu susunan anatomic tertentu
pada susunan saraf pusat.2 Penyebab gangguan kesadaran pada golongan
initerutama akibat kekurangan 02 , kekurangan glukosa, gangguan sirkulasi
darah serta pengaruh berbagai macam toksin.6
 Kekurangan 02
Otak yang normal memerlukan 3.3 cc 02/100 gr otak/menit yang disebut
Cerebral Metabolic Rate for Oxygen (CMR 02). CMR 02 ini pada berbagai
kondisi normal tidak banyak berubah. Hanya pada kejang-kejang CMR 02
meningkat dan jika timbul gangguan fungsi otak, CMR 02 menurun. Pada
CMR 02 kurang dari 2.5 cc/100 gram otak/menit akan mulai terjadi gangguan
mental dan umumnya bila kurang dari 2 cc 02/100 gram otak/menit terjadi
koma.
 Glukosa
Energi otak hanya diperoleh dari glukosa. Tiap 100 gram otak memerlukan
5.5 mgr glukosa/menit. Menurut Hinwich pada hipoglikemi, gangguan
pertama terjadi pada serebrum dan kemudian progresif ke batang otak yang
letaknya lebih kaudal. Menurut Arduini hipoglikemi menyebabkan depresi
selektif pada susunan saraf pusat yang dimulai pada formasio retikularis dan
kemudian menjalar ke bagian-bagian lain.6 Pada hipoglikemi, penurunan atau
gangguan kesadaran merupakan gejala dini.
 Gangguan sirkulasi darah
Untuk mencukupi keperluan 02 dan glukosa, aliran darah keotak memegang
peranan penting. Bila aliran darah ke otak berkurang, 02 dan glukosa darah
juga akan berkurang.
dr. Manthurio dan dr. P Nara, Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSU Ujung Pandang.

16. Bagaimana cara melakukan secondary survey dan indikasinya ?


17. Bagaimana cara pengelolaan jalan napas sederhana dan lanjut ?
18. Indikasi pemberian O2 dan bagaimana cara melakukan ?

Tujuan Terapi oksigen

mencegah terjadinya hipoksia. kadar oksigen yang terangkut melalui peredaran darah
cukup dan persediaan oksigen di jaringan sel dapat terpenuhi  oksigen yang berdifusi
melalui dinding alveolus lebih banyak  tekanan pastial oksigen dialveolus meningkat 
kadar oksigen yang ada di paru-paru menjadi tinggi  Meningkatkan kadar
oksigen udara napas
Efek langsung dari pemberian fraksi oksigen inspirasi ( FIO2 )

Mengatasi hipoksemia dengan peningkatan tekanan oksigen alveoli

Menurunkan usaha pernafasan untuk mempertahankan tekanan oksigen alveoli

Menurunkan kerja jantung untuk mempertahankan tekanan oksigen arteri

Sistem pengaturan konsentrasi O2

Rebreathing system

– Ada reservoir pada udara ekspirasi dan absorber CO2 shg udara tanpa CO2 dpt
diinspirasi

– Populer penggunaannya di anestesi

Non-Rebreathing system

– prinsipnya adalah kontak minimal antara udara ekspirasi dengan udara inspirasi

– Digunakan dalam terapi oksigen

– high flow system

– low flow system

Tanda dan gejala penderita kekurangan oksigen:

Sesak

Napas cuping hidung

Denyut jantung meningkat

Adanya gerak otot napas tambahan, retraksi interkostal, suprasternal

Berkeringat dingin

Gelisah, bingung, kesadaran menurun

Jika sudah berat kuku tampak biru


Penyakit di ruang perawatan yang memerlukan terapi oksigen

Sesak napas, Gagal napas akut

Shock, apapun penyebabnya.

Nyeri dada, infark miokard akut

Payah jantung

Kesadaran menurun, Koma

Pasca bedah, terutama operasi besar.

Meningkatnya kebutuhan oksigen, seperti : luka bakar, trauma ganda, infeksi berat,
demam tinggi, dll

Sumber oksigen

Oksigen murni tersedia dalam tangki atau silinder logam bertekanan tinggi yaitu
lebih dari 150 atmosfir ( 150 kali tekanan udara luar ).

Manometer tekanan yang terpasang pada katup utama memberikan estimasi sisa
isi tangki.

Dari tangki, diperlukan stepdown pressure regulator untuk menurunkan tekanan


menjadi 3- 5 atm.

Oksigen tangki adalah gas kering yang harus bebas debu dan partikel minyak agar
dapat digunakan dalam terapi medik.

Dari regulator oksigen dapat digunakan untuk menjalankan ventilator, nebulizer,


humidifer dan flowmeter.

Dari flowmeter baru boleh diberikan ke alat terapi oksigen (kanula, masker, bag).

Prinsip Umum terapi oksigen

1. Sebelum pemberian oksigen harus terlebih dahulu diberitahukan kepada penderita


tentang prosedur, maksud dan manfaat pemberian oksigen.
2. Selalu memeriksa tabung, tentang label, isi, flow meter dan sebagainya. Ingat tidak
tertutup kemungkinan pemberian gas yang salah. Bila terjadi kesalahan (tertukar)
biasanya sulit ditangani.
3. Instruksi terapi tidak menyebabkan rasa tercekik atau perasaan tidak nyaman pada
pasien.
4. oksigen (oleh dokter) harus selalu dicatat distatus penderita tentang tekanik yang
diberikan (kanul atau sungkup), berapa L/menit, kapan mulai dan sampai kapan
diberikan.
5. Setiap pasien gawat, kadar oksigen yang diberikan harus lebih dari 40-50 %.
6. Nasal kanul atau nasal kateter sebaiknya tidak diberikan pada pasien gawat karena
kadar O2 terlalu rendah.
7. Aliran jangan terputus karena CO2 akan terkumpul cukup tinggi dalam sungkup,
apalagi kalau sistem menggunakan kantong.
8. Jika diperlukan terapi oksigen lebih dari 30 menit sebaiknya digunakan humidifier.
Humidifier mutlak diberikan jika oksigen diberikan langsung ke trachea (intubasi,
tracheostomy).
9. Pemberian oksigen dengan kanul nasal atau sungkup hanya untuk penderita yang
bernapas spontan sebab pemberian oksigen berapapun tidak bermanfaat pada pasien
yang tidak bernapas atau tidak ada usaha napas, pada pasien dengan hipoventilasi
berat dimana volume semenit (Minute Volume) terlalu rendah, kecuali jika diberikan
dengan alat bantu napas.
10. Jangan memberikan oksigen konsentrasi tinggi dalam waktu yang lama di rung
perawatan, hati-hati dengan keracunan oksigen.
11. Harus selalu memantau setiap perkembangan penderita yang diberikan oksigen,
misalnya apakah tidak tambah sesak atau tambah gelisah, apakah kanula atau sungkup
tetap terpasang dengan baik.
12. Selalu memeriksa kecukupan oksigen dalam tangki oksigen. Apakah cukup untuk
waktu yang direncanakan.

Cara pemberian Oksigen

1. Kanula hidung
2. Sungkup sederhana
3. Sungkup dengan reservoir rebreathing
4. Sungkup dengan reservoir non rebreathing
5. Sungkup venture

Kanula hidung

Dengan kanula hidung fraksi oksigen (FiO2) yang dapat dicapai 30-40 %. Flow rate
yang diberikan cukup 2-4 liter, sebab pemberian flow rate yang lebih dari 4 liter tidak
akan menambah FiO2 lebih dari 40 %, bahkan hanya pemborosan okasigen, akan
menyebabkan iritasi mukosa hidung dan kurang nyaman bagi pasien.
Dengan kanula hidung pasien masih dapat berbicara, makan dan minum.

Cara kerja

– Selain oksigen yang diberikan melalui kanula hidung, udara masih dapat masuk
melalui kedua lubang hidung.

– Bila pasien bernapas melalui mulut, menyebabkan udara masuk pada waktu
inhalasi dan akan mempunyai efek venturi pada bagian belakang faring sehingga
menyebabkan oksigen yang diberikan melalui kanula hidung terhirup melalui hidung.

Sungkup sederhana

Sungkup ini dirancang untuk menambah kadar oksigen pada udara pernapasan
pasien, umumnya untuk meningkatkan kadar oksigen dengan konsentrasi sedang.
Fraksi oksigen yang dapat dicapai yaitu 40 – 60 %. Flow rate yang diberikan 4- 12
L/menit.

Komponen :

– Bagian badan sungkup yang dilengkapi dengan lubang hidung di kedua sisinya.

– Bagian lain dihubungkan dengan pipa ke sumber oksigen

– Pipa elastik untuk mengikat sungkup pada wajah pasien.

Mekanisme kerja :

– Udara luar masuk dan udara ekshalasi keluar melalui lubang-lubang pada kedua
sisi badan sungkup

– Oksigen masuk melalui sisi lubang yang lain

– Konsentrasi akhir dari oksigen yang dihirup tergantung dari pola pernapasan
pasien dan tingginya liter oksigen yang diberikan serta besarnya kebocoran dari sisi
sungkup yang tidak melekat erat di wajah pasien.

Sungkup reservoir rebreathing

Fungsi:

Seperti halnya sungkup sederhana namun dengan sungkup yang memakai reservoir
rebreathing diharapkan tekanan partial oksigen pada inspirasi dapat lebih tinggi. Fraksi
oksigen yang dapat dicapai yaitu 40-80 %. Flow rate yang diberikan untuk mencapai
FiO2 yang tinggi yaitu 10-12 L/menit.
Komponen :

Sungkup sederhana ditambah reservoir bag.

Mekanisme kerja:

Oksigen aliran tinggi yang diberikan akan mengisi sungkup yang berlubang-lubang pada
kedua sisi dinding. Sungkup menerima okigen yang masuk pada saat ekspirasi hawa
ekshalasi mengisi sungkup campur dengan oksigen yang ada, sedang hawa ekshalasi
sebagian yang lain. Selanjutnya pada inspirasi berikutnya terhisaplah udara luar yang
masuk bercampur dengan udara sisa ekshalasi sebelumnya dan oksigen dari reservoir
bag maupun dari sumber oksigen (tabung).

Sungkup reservoir non rebreathing

Fungsi:

Tidak berbeda dengan sungkup yang lain, hanya saja pada pemakaian sungkup dengan
reservoir non rebreathing ini dapat dicapai tekanan partial oksigen pada inspirasi lebih
tinggi yaitu 90 %. Digunakan aliran oksigen 10-12 L/menit.

Komponen:

Sungkup sederhana dengan lubang berkatup searah pada kedua sisinya. Selama
dihubungkan dengan sumber oksigen juga terpasang reservoir bag.

Mekanisme kerja:

Seperti sungkup dengan reservoir bag, namun disini tidak terhirup ulang hawa ekshalasi
sebelumnya.

Sungkup venturi

Fungsi:

Umumnya diberikan untuk memberikan kadar oksigen tinggi dengan konsentrasi yang
tetap. Biasansa hanya diberikan pada penderita tertentu misalnya penderita penyakit
paru obstruktif menahun. Fraksi oksigen yang dicapai sesuai dengan ukuran dan warna
yaitu 24 %, 28 %, 31 %, 35 %, 40 % dan 60 %.

Komponen:

– Badan sungkup berlubang-lubang pada kedua sisi sungkup

– Ujung atas sungkup dihubungkan dengan alat venturi. Alat ini dibuat dalam
berbagai ukuran warna, sebagai tanda berapa konsentrasi oksigen yang dapat dicapai.
– Adapula alat venturi ini yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diatur
seberapa lubang yang dikehendaki dibentuk sehingga dapat dicapai konsentrasi oksigen
yang sesuai.

Mekanisme kerja:

– Oksigen flow yang diberikan tinggi

– Oksigen tersebut mengalir melalui bagian yang sempit sehingga menyebabkan


efek venturi yaitu tekanan negatif ditempat tersebut sehingga hal ini menyebabkan udara
luar tersedot masuk melalui celah-celah alat venturi da bercampur dengan oksigen,
sehingga mencapai konsentrasi yang sesuai.

– Oleh karena flow dari oksigen yang diberikan cukup tinggi maka hawa ekshalasi
pasien segera akan didorong keluar dari dalam sungkup melalui lubang, pada kedua sisi
sungkup, maka dari itu tidak ada udara ekshalasi yang terhirup kembali dan ini tidak
akan meningkatkan ruang mati.

Penilaian

Penilaian dari memadai dan berhasilnya terapi oksigen adalah dengan evaluasi
fisik dari fungsi kardiorespirasi dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan analisis
gas darah.

Tanda ventilasi diukur dari tidal volume, jumlah pernapasan dan bantuan otot-otot
pernapasan.

Tanda vital kardiovaskuler termasuk denyut nadi, tekanan darah, kondisi perfusi
jaringan, tingkat kesadaran termasuk produksi urine.

ADVANCED TRAUMA LIFE SUPPORT (ATLS)

19. Komplikasi dari sumbatan jalan napas ?

Komplikasi dan Faktor Prognosis


Komplikasi gagal napas akut dapat terjadi pada beberapa sistem organ, yaitu: 1
Paru
 Komplikasi yang sering terjadi adalah emboli paru, barotraumas, fibrosis paru, dan
komplikasi sekunder akibat alat mekanis yang digunakan
 Pasien juga rentan terhadap pneumonia nosokomial
 Fibrosis paru dapat terjadi pasca acute lung injury yang terkait acute respiratory distress
syndrome (ARDS)
Kardiovaskular
 Komplikasi yang sering terjadi pada gagal napas akut adalah hipotensi, menurunnya kardiak
aoutput, aritmia, perikarditis, dan infark miokard akut
 Komplikasi ini terkait dengan penyakit yang mendasari, ventilasi mekanik, atau pemakaian
kateter arteri pulmonaris
Gastrointestinal
 Komplikasi yang utama pada gastrointestinal akibat gagal napas akut adalah perdarahan,
distensi lambung, ileus, diare, dan pneumoperitoneum
 Stress ulcer sering terjadi pada gagal napas akut
Infeksi
Infeksi nosokomial sering terjadi, seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, catheter-related
sepsis
Ginjal
 Acute Renal Failure (ARF) dan abnormalitas elektrolit dan homeostasis asam basa sering
terjadi
 ARF pada gagal napas akut berkaitan dengan buruknya prognosis dan tingginya mortalitas.
ARF ini terjadi akibat hipoperfusi renal dan penggunaan obat nefrotoksik, termasuk bahan
kontras radiologi
Nutrisi
 Malnutrisi akibat nutrisi enteral dan parenteral
 Komplikasi akibat nasogastric tubes yaitu distensi lambung dan diare
 Komplikasi akibat nutrisi parenteral dapat berupa infeksi, ataupun komplikasi metabolik
(hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit)
Prognosis
 Mortalitas
 Pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) dan gagal napas akut,
tingkat mortalitas yang terjadi adalah 10%. 4
II. DEFINISI
Gagal napas adalah sindrom akibat kegagalan sistem respirasi melaksanakan salah satu atau kedua
fungsi pertukaran gas, yaitu oksigenasi atau eliminasi karbondioksida. Gagal napas didefinisikan
sebagai PaO2 kurang dari 60 mmHg atau PaCO2 lebih dari 50mmHg. Gagal napas dapat akut atau
kronik. Gagal napas akut dapat mengancam nyawa dan menyebabkan ketidakseimbangan tekanan
gas arterial dan status asam basa. 1,5
Klasifikasi gagal napas 1,5,6
Gagal napas dapat diklasifikasikan sebagai tipe hipoksemia atau tipe hiperkapnia/hipoksemia;
maupun akut atau kronik.
Gagal napas Hipoksemia (tipe I) ditandai dengan PaO2 kurang dari 60 mmHg dengan PaCO2 normal
atau rendah. Tipe merupakan tipe yang sering terjadi, dan berhubungan dengan gangguan paru akut
yang melibatkan pengisian cairan ataupun kolapsa alveolar. Beberapa contoh gagal napas tipe
hipoksemia adalah edema pulmoner kardiogenik ataupun nonkardiogenik, pneumonia, dan
perdarahan paru.
Gagal napas hiperkapnia/hipoksemia (tipe II) ditandai dengan PaCO2 lebih dari 50 mmHg. pH pada
gagal napas akut menunjukkan tidak adanya atau tidak lengkapnya kompensasi metabolik dari
asidosis respiratorik. Hiperkapnia berhubungan dengan penurunan PaO2 karena perubahan PACO2.
Karenanya, walaupun ventilasi dan perfusi relatif seimbang dan shunt darah yang melalui pembuluh
darah paru tidak meningkat, PaO2 turun bila terdapat hiperkapnia. Pada kenyataannya, pada
kebanyakan tipe ini terdapat V/Q mismatch yang bermakna, yang akan menyebabkan hipoksemia
yang lebih lanjut. Dengan demikian, tipe hiperkapnia selalu disertai dengan hipoksemia. Beberapa
kelainan yang menyebabkan gagal napas tipe ini adalah (1) depresi napas, (2) gangguan dari
pengembangan rongga dada dan paru akibat gangguan neuromuskular maupun gangguan pada
dinding dada, (3) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), dan (4) asma.
Perbedaan Gagal Napas Akut dan Kronik 1
Gagal napas akut terjadi dalam menit sampai jam, sehingga pH kurang dari 7,3. Gagal napas kronik
terjadi dalam beberapa hari atau lebih lama, sehingga sudah terjadi kompensasi ginjal dan terjadi
peningkatan konsentrasi bikarbonat, karenanya pH hanya turun sedikit. Membedakan gagal napas
akut dengan kronik juga dapat melalaui petanda dari hipoksemia kronik seperti adanya polisitemia
atau kor pulmonale yang menandakan kelainan kronik.
Klasifikasi lain dari hipoksemia adalah berdasarkan anatomi. Penyebab hipoksemia arterial akut
dapat diklasifikasikan berdasarkan kelainan patologi primer yang mendasarinya yaitu pada udara
pernapasan, interstisium, pembuluh darah jantung atau paru, jalan napas, atau rongga pleura. Kasus
yang sering menjadi penyebab hal ini adalah edema pulmoner, pneumonia, pneumonitis
hipersensitivitas, emboli paru, bronkospasme, dan pneumotoraks. Sedangkan kelainan yang
melibatkan sistem saraf pusat dan otot pernapasan sering kali menyebabkan
hiperkapnia/hipoksemia.

20. Tanda-tanda sumbatan jalan napas ?


. Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :
Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi :
chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa
endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara
mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction.
Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi,
trakeostomi.

Anda mungkin juga menyukai