Anda di halaman 1dari 10

KETERANGAN AHLI

A. bahwa dalam persidangan, Penuntut Umum telah mengajukan


alat bukti Keterangan Ahli a charge sebagai berikut :

1. Nama Ahli : dr. Dayana Srikandi, S.Ked., M.Ked(For), SpF


Tempat, Tanggal Lahir : Tanjung Karang, 16 Mei 1980
Umur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Merpati Putih , Kec. Tanjung Karang , Kota Bandar Lampung
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan : S2
Pekerjaan : Dokter Ahli

Memberikan keterangan di bawah sumpah, pada pokoknya


sebagai berikut:
- Bahwa benar Ahli menjelaskan hadir di persidangan ini sesuai
dengan permintaan Penuntut Umum untuk memberikan keterangan sesuai dengan apa yang
saya lihat, dengar, dan alami sendiri yang berhubungan dengan perkara ini.
- Bahwa benar Ahli menjelaskan tidak memiliki hubungan
keluarga dengan Terdakwa dan Saksi tidak mengenal Terdakwa.
- Bahwa benar Ahli menerangkan Ahli pernah memberikan
keterangan di depan penyidik.
- Bahwa Ahli menjelaskan mengerti dihadirkan pada persidangan
ini untuk memberikan keterangan forensik terhadap korban.
- Bahwa Ahli menerangkan dari hasil pemeriksaan forensi yang
Saksi lakukan, para korban menderita memar kebiruan akibat pukulan tongkat besi
- Bahwa benar Ahli menjelaskan tidak mendapat arahan,
masukan atau paksaan tertentu dari pihak manapun.
- Bahwa benar Ahli menjelaskan pekerjaannya yaitu sebagai
Dokter Forensik di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdul Moeloek
- Bahwa benar Ahli menjelaskan Riwayat pendidikan Ahli yaitu:
1. S1 Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia (1961)
2. S2 Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia (1965)
- Bahwa benar Ahli menjelaskan tentang Visum et Repertum yaitu
keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan tertulis
(resmi) penyidik tentang pemeriksaan terhadap seseorang
manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh
manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah bawah
sumpah dan untuk kepentingan peradilan. Selain itu, visum
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu: Visum untuk korban yang masih
hidup dan visum untuk korban yang sudah meninggal. Untuk
visum korban yang masih hidup itu contohnya seperti orang
yang dipukul dan mengalami memar dan pembuktiannya dari luka memarnya itu. Sedangkan,
untuk visum korban yang sudah
meninggal, itu dilakukan pemeriksaan di bagian jasad korban
dengan cara melihat luka korban dan menentukan penyebab
kematiannya. Setelah itu, dari hasil pemeriksaan keluarlah hasil
autopsi.
- Bahwa benar Ahli menjelaskan objek pemeriksaan dalam Ilmu
Kedokteran Forensik, itu ada 3 (tiga) yaitu:
1. mengenai manusia hidup;
2. mengenai mayat; dan
3. bagian-bagian tubuh manusia.
- Bahwa benar Ahli menjelaskan luka memar itu merupakan luka
yang disebabkan oleh pukulan dari benda tumpul .
- Bahwa benar Ahli menjelaskan luka dan lebih lanjut Ahli menguraikan urutan luka sebagai
berikut :
1. Regio
A. Menunjukkan bagian tubuh mana yang terkena luka (dada,
leher,kepala).
B. Lebih baik jika menggunakan bagian spesifik mana dari bagian
tubuh tersebut yang terdampak luka (misal : dada bagian atas, leher
sebelah kiri, lengan bagian dalam, tungkai bawah bagian luar).
2. Koordinat
A. Menggunakan patokan titik-titik tertentu dari tubuh, diikuti ukuran
jarak. Disarankan seluruhnya menggunakan sentimeter (tidak boleh
menggunakan dua atau lebih satuan, seperti sentimeter dan milimeter
dalam satu dokumen VeR).
B. Menentukan letak luka berdasar jarak berdasar sumbu x (horizontal)
dan y (vertikal).
C. Untuk anggota gerak/ekstremitas, sumbu x digantikan dengan
bagian depan/belakang/luar/dalam. Misal : “pada lengan atas bagian
luar, lima sentimeter dari bahu……”
3. Jenis luka
A. Tuliskan jenis luka yang ditemukan.
B. Pada luka robek dan iris, jika ragu maka dituliskan dengan “luka
terbuka” terlebih dahulu. Penulisan ciri-ciri luka akan membantu
menentukan jenis luka pada kesimpulan.
4. Kondisi (warna, bentuk, dasar luka, kotor/bersih, arah)
A. Warna : kemerahan, coklat, pucat,dll
B. Bentuk : bulat, lonjong, tidak beraturan,dll.
C. Dasar luka : kulit, jaringan bawah kulit, otot, atau tulang
D. Kotor jika terdapat kontaminasi luka
E. Bersih jika luka terlihat tidak terkontaminasi dan/atau rapi.
F. Arah luka
5. Ukuran/Dimensi
A. Dengan satuan yang konsisten, sebaiknya seluruh ukuran dengan
sentimeter.
B. Panjang luka adalah jarak dua titik terpanjang pada tepi luka.
C. Lebar luka adalah jarak dua titik yang kurang dari titik terpanjang
pada tepi luka.
D. Untuk luka multipel/sekumpulan maka diambil jarak dua titik
terpanjang

- Bahwa benar Ahli menjelaskan terdapat 3 (tiga) mekanisme


Tersering pada luka pukulan.
yaitu:
1. Kehilangan darah masif (pendarahan), luka pukulan
jenis ini adalah penyebab tersering kematian akibat senjata tumpul,
karena kehilangan darah yang banyak. Pembuluh menembus
pembuluh darah arteri besar yang mengakibatkan pembuluh
darah rusak sehingga terjadi perdaharan. Jika sebuah
pukulan menyebabkan pembuluh darah pecah,
cederanya itu sendiri tidak mengancam jiwa, tetapi perdarahan
yang masif dapat membuat cedera itu mengancam jiwa
2. Memar, memar adalah kondisi medis berupa perubahan warna pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah kecil di bawah kulit. Kondisi yang juga sering disebut lebam ini sering terjadi
karena cedera pada bagian tertentu tubuh, seperti jatuh atau terbentur sesuatu.
3. Trauma, trauma juga dapat menyebabkan kematian. Saat
Pukulan mengenai bagian vital, Pukulan itu dapat menyebabkan seseorang tak sadarkan diri.
Tergantung pada jenis senjata dan bagian
tubuh mana yang terkena pukulan, pukulan akan membuat luka
utama. Jika pukulan mengenai ke bagian penting seperti kepala,
dapat menyebabkan geger otak dan trauma tersebut dapat langsung
menyebabkan kematian.

1.Steven Saputra, itu termasuk ke dalam jenis luka memar dan


Trauma serta kehilangan darah masif (Pendarahan), karena pada saat awal di temukan Steven
Saputra dalam kondisi berlumuran darah dan tak sadarkan diri karena pukulan itu dilakukan
pada bagian samping kepala menembus bagian vital dari tubuh dengan mengenai syaraf yang
terdapat di kepala yaitu saraf optikus;
2. Ramona Nopera, termasuk ke dalam jenis luka
Memar dan trauma karena ditemukan dalam kondisi tak sadarkan diri, kondisi tersebut di
akibatkan luka memar yang terdapat pada bagian samping kepala.
- Bahwa benar Ahli menjelaskan Berdasarkan hasil visum yang
dilakukan, terdapat sejumlah luka-luka pada tubuh para
korban, dengan rincian sebagai berikut:
1. Steven Saputra, Hasil visum terhadap luka ditemukan pada bagian samping kepala terdapat
memar kebiruan yang menyebabkan kebengkakan. Adapun tahapan visum terhadap korban
meliputi, karena korban datang pertama kali dalam keadaan kepala dan pundak mengalami
memar kebiruan, maka dilakukan tindakan medis berupa pengompresan air dingin guna
meringankan kememaran yang ada. Korban mengalami kekerasan yang mengakibatkan kepala
dan pundak korban mengalami kebengkakan serta kebiruan.
2. Ramona Nopera, Hasil visum terhadap korban meliputi karena korban datang pertama kali
dalam keadaan kepala mengalami memar kebiruan, maka dilakukan tindakan medis berupa
pengompresan air dingin guna meringankan kememaran yang ada Korban mengalami
kekerasan yang mengakibatkan kepala mengalami kebengkakan serta kebiruan

- Bahwa benar Ahli menjelaskan dari hasil pemeriksaan terhadap korban, yang dapat
diidentifikasi itu mengenai identitas korban,
umur, jenis kelamin, lokasi luka, sebab kematian, serta waktu
di temukan.
- Bahwa benar Ahli menjelaskan hasil pemeriksaan yang Ahli
lakukan pada para korban, Ahli menyimpulkan waktu penemuan
para korban itu di temukan pada pagi setelah terjadinya kejadian perampokan di malam harinya
di identifikasi dari suhu pada tubuh korban.
- Bahwa benar Ahli menjelaskan tentang pemeriksaan, luka
luka yang langsung mengenai bagian vital para korban dan
bukan luka di sembarang tempat, terutama pada korban Steven saputra, karena mengenai area
kepala dan itu sangat fatal sehingga menyebabkan pendarahan.
- Bahwa benar Ahli menjelaskan Ahli tidak menemukan adanya
tanda-tanda adanya luka tangkisan karena perlawanan.

Berdasarkan keterangan Saksi, Terdakwa menanggapi sebagai


berikut:
- Terdakwa tidak menanggapi keterangan yang diberikan Ahli dr. Dayana Srikandi, S.Ked.,
M.Ked(For), SpF

B. bahwa dalam persidangan, Penasihat Hukum telah mengajukan


alat bukti Keterangan Ahli a de charge sebagai berikut:

1. Nama Ahli : Dr. Windah Basudara, S.H., M.H.


Tempat, Tanggal Lahir : Way Kanan, 29 November 1967
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Laki Laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Phoenix No. 19, Tanjung Karang, Bandar Lampung
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan : S3
Pekerjaan : Dosen Pidana Universitas Lampung

Memberikan keterangan di bawah sumpah, pada pokoknya


sebagai berikut:
- Bahwa Ahli dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
- Bahwa Ahli menjelaskan pencurian dengan kekerasan dalam
KUHP Diatur dalam Pasal 365 ayat (1) adalah “Diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang
didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk
mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal
tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri
atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang
dicuri.”. Tindak pidana pencurian dengan kekerrasan merupakan
tindak pidana pencurian yang didahului, disertai atau diikuti
dengan kekerasan dengan maksud untuk mencapai tujuan
dilakukannya tindak pidana itu sendiri.

- Bahwa Ahli menjelaskan unsur-unsur pencurian dengan


kekerasan berdasarkan Pasal 365 ayat (1) KUHP adalah:
1. Diancam dengan pidana, merupakan perbuatan yang
jika dilakukan diberi peringatan/ancaman berupa Sanksi
karena telah melakukan/melanggar perbuatan yang
melanggar undang-undang

2. Pencurian yang didahului Dengan kekerasan atau


ancaman kekerasan , pencurian yang didahului, disertai,
diikuti dengan kekerasan yang akan ditujukan pada orang
dengan tujuan untuk mempermudah dalam melakukan aksinya.
Jadi, Pencurian tersebut di dikuti dengan niat, dan adanya
perbuatan kekerasan. membutuhkan waktu, yakni waktu dari
rencana hingga perbuatan pidana itu dilakukan. Jadi, ada
tahapan-tahapan perencanaan untuk melakukan tindak pidana
pencurian dengan kekerasan didasarkan pada motif. Motif bisa
dijadikan sebagai salah satu instrument untuk membuktikan
pencurian dengan kekerasan telah terjadi.
3. Dengan maksud untuk mempersiapkan atau
mempermudah pencurian, artinya terdapat waktu jeda antara
perencanaan dengan tindakan yang memungkinkan adanya
perencanaan secara sistematis dengan maksud menghilangkan
hambatan terlebih dahulu baru diikuti dengan tindakannya.

4. Untuk memungkinkan melarikan diri sendiri/peserta


lainnya, artinya perbuatan yang memungkinkan para pelaku
untuk melarikan diri dari tempat kejadian dan menghilangkan
bukti agar terhindar dari tindak pidana

5. Untuk tetap menguasai barang yang dicuri, artinya


dimana seseorang menguasai barang tersebut seolah-olah
kepunyaannya sendiri, yang oleh hukum dilindungi

- Bahwa Ahli menjelaskan rencana terlebih dahulu sebagaimana


dimaksud di dalam Pasal 365 KUHP itu harus terpenuhi 3 (tiga)
syarat, yaitu:
Pertama; Memutuskan kehendak dalam suasana tenang, artinya
pada saat memutuskan kehendak untuk membunuh itu
dilakukan dalam suasana (batin) yang tenang. Suasana (batin)
yang tenang adalah suasana yang tidak tergesa-gesa atau tiba-
tiba, tidak dalam keadaan terpaksa dan emosional yang tinggi.

Indikatornya adalah sebelum memutuskan kehendak untuk


membunuh itu, telah dipikirnya dan dipertimbangkannya
untung dan rugi dari akibat perbuatannya. Sedangkan
perbuatannya tidak diwujudkan ketika itu.
Kedua; Ada tenggang waktu yang cukup, artinya adanya
tenggang waktu yang cukup antara timbulnya/diputuskannya
kehendak sampai pelaksanaan keputusan kehendaknya itu.
Waktu yang cukup adalah relatif. Tidak terlalu singkat, sehingga
mempunyai kesempatan untuk berpikir dan tidak boleh terlalu
lama. Sebab, bila terlalu lama sudah tidak lagi menggambarkan
ada hubungan antara pengambilan putusan kehendak untuk
membunuh dengan pelaksanaan pembunuhan.
Ketiga; Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana
tenang, maksudnya suasana hati dalam melaksanakan
pembunuhan itu tidak dalam suasana hati yang tergesa-gesa,
amarah yang tinggi, rasa takut yang berlebihan.

- Bahwa Ahli menjelaskan pembelaan terpaksa (noodweer) dalam


KUHP dibedakan menjadi dua, yaitu noodweer (pembelaan
terpaksa) dan noodweer-exces (pembelaan darurat yang
melampaui batas) terdapat dalam Pasal 49 KUHP yang berbunyi:
(1) Tidak dipidana, barang siapa melakukan perbuatan
pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun untuk orang lain,
kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang
lain, karena ada serangan atau ancaman serangan yang sangat
dekat pada saat itu yang melawan hukum.
(2) Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung
disebabkan oleh keguncangan jiwa yang hebat karena serangan
atau ancaman serangan itu, tidak dipidana.

- Bahwa Ahli menjelaskan persamaan antara pembelaan terpaksa


(noodweer) dengan pembelaan terpaksa yang melampaui batas
(noodweer exces), yaitu keduanya mensyaratkan adanya
serangan yang melawan hukum, yang dibela juga sama, yaitu
tubuh, kehormatan kesusilaan, dan harta benda, baik diri
sendiri maupun orang lain. Sedangkan perbedaannya ialah:
1. Pada pembelaan terpaksa yang melampaui batas (noodweer
exces), pembuat melampaui batas karena keguncangan jiwa
yang hebat. Oleh karena itu maka perbuatan membela diri
melampaui batas itu tetap melawan hukum, hanya orangnya
tidak dipidana karena guncangan jiwa yang hebat. Lebih lanjut maka pembelaan terpaksa yang
melampaui batas
menjadi dasar pemaaf.
2. Pembelaan terpaksa (noodweer) merupakan dasar pembenar,
karena melawan hukumnya tidak ada.

- Bahwa Ahli menjelaskan berdasarkan Pasal 49 KUHP, agar


tindakan tersebut benar-benar dapat digolongkan sebagai
“pembelaan terpaksa” dan tidak dapat dihukum, maka tindakan
itu harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Adanya serangan yang bersifat melanggar hukum. Serangan
yang dimaksud disini adalah serangan yang mengancam diri
sendiri atau membahayakan diri sendiri maupun orang lain
dimana perbuatan tersebut terdapat kesalahan dan
kesengajaan, yang nantinya pembelaanterpaksa tersebut
dibenarkan dalam melakukanserangan tersebut walaupun
merugikan oranglain dan hukum yang ada yang artinya disini
serangan tersebut termasuk serangan yang melawan hukum
juga.
2. Adanya Serangan yang bersifat seketika. Dalam hal ini
seseorang dapat dibenarkan melakukan perlawanan untuk
menghalau serangan yang dilakukannya karena serangan
tersebut bersifat seketika yang membuat ia tidak dapat
meminta pertolongan kepada orang lain maupun aparat
berwenang, walaupun perlawanan tersebut melanggar
hukum.
- Bahwa Ahli menjelaskan warga sipil yang boleh memiliki senjata
api untuk tujuan perlindungan diri hanya golongan tertentu
seperti direktur utama, menteri, pejabat pemerintahan,
pengusaha utama, komisaris, pengacara, dan dokter. Catatannya, orang-orang ini harus
memenuhi persyaratan.
Sedangkan untuk umur, jika dalam Pasal 8 ayat (1) yang
mengatur surat izin tentang kepemilikan senjata api yang di
keluarkan kepolisian usia minimal adalah 24 tahunsedangkan
jika surat izin kepemilikan senjata api dari Perbakin (Persatuan
Menembak dan Berburu Seluruh Indonesia) adalah 21 tahun.
- Bahwa Ahli menjelaskan jenis senjata api yang dapat dimiliki
adalah senjata api genggam jenis revolver kaliber32, kaliber 25,
ataukaliber 22, Senjataapi bahu jenis shotgun kaliber 12 mm,
Senjataapi bahukaliber 12 GA dankaliber 22.
- Bahwa Ahli penyalahgunaan senjata api sifatnya administratif.
Tetapi jika ada tindakan lain seperti melindungi diri. Kalau itu
sebagai pengancaman terhadap nyawa orang lain, atau terhadap
kebebasan orang lain dan itu ada tindak pidana sendiri dalam
KUHP. Senjata boleh digunakan apabila terjepit dan mengancam
posisi jiwanya, alasan hukum.
Berdasarkan keterangan Saksi, Terdakwa menanggapi sebagai
berikut:
- Terdakwa tidak menanggapi keterangan yang diberikan Ahli Dr.
Ria Ricis, S.H., M.H.

Anda mungkin juga menyukai