Anda di halaman 1dari 11

BORANG PORTOFOLIO MEDIKOLEGAL

Topik : Contusion + Vulnus Excoriatum et causa trauma benda tumpul


Tanggal (kasus) : 19 Desember 2017 Presenter : dr. Wa Ode Linda Ika W.D.
dr. Putu Gede Darmadi dan
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Winarto

Tempat Presentasi : RSUD Kota Kendari


Objektif Presentasi :
□ Keilmuan √ □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka √
□ Diagnostik √ □ Manajemen √ □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa√ □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi :
Mampu membuat deskripsi luka dan memberikan pertolongan pertama pada luka
□ Tujuan :
serta membuat kesimpulan hasil pemeriksaan dalam bentuk visum et repertum.
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus √ □ Audit
Bahasan :
Cara
□ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi √ □ E-mail □ Pos
Membahas :
Data Pasien : Nama : Tn. M. A No. Registrasi : 148111
Nama Klinik : RSUD Kota Kendari Telp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Contusion + Vulnus Excoriatum et causa trauma benda tumpul
Luka memar dan luka lecet pada lengan kanan yang dialami sejak ±30 menit SMRS setelah
dikeroyok oleh dua orang.
2. Riwayat Pengobatan : tidak ada
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit : tidak ada
4. Riwayat Keluarga : tidak ada
5. Riwayat Pekerjaan : tidak berhubungan
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : tidak berhubungan
7. Riwayat Imunisasi : tidak diketahui
8. Lain-lain : tidak ada
Daftar Pustaka :

1
Alexandropoulou, C. A., dan Panagiotopoulos, E. 2010. Wound Ballistics: Analysis of Blunt and
Penetrating Trauma Mechanisms. Health Science Journal, vol. 4, issue 4, pp. 225-236
Idries, A. M. 2008. Sistematik Pemeriksaan Ilmu Kedokteran Forensik Khusus Pada Korban
Perlukaan. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, Bab 7, hal. 133-
143. Jakarta: Sagung Seto
Satyo, A. C. 2006. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah Kedokteran Nusantara,
vol. 39, no. 4, pp. 430-433
Shkrum, M. J. dan Ramsay, D. A. 2007. Blunt Trauma. Forensic Pathology of Trauma, Chapter 8,
pp. 405-518
Vincent J. D. dan Dominick, D. 2001. Blunt Trauma Wounds. Forensic Pathology Second Edition,
Chapter 4, pp. 1-26
Hasil Pembelajaran :
1. Membuat deskripsi luka.
2. Memberikan pertolongan pertama pada luka.
3. Membuat kesimpulan hasil pemeriksaan dalam bentuk visum et repertum.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :
Pasien laki-laki, 38 tahun, datang ke UGD RSUD Kota Kendari dengan keluhan luka
memar dan luka lecet pada pergelangan tangan kanan. Menurut keterangan, korban
tiba-tiba dihampiri oleh 2 orang tak dikenal saat sedang duduk di teras rumahnya.
Kedua orang tersebut seketika memukul korban. Korban yang terkejut berusaha
menepis pukulan kemudian berteriak meminta pertolongan. Beberapa saat kemudian,
keluarga korban datang menghampiri namun kedua pelaku pengeroyokan telah
melarikan diri. Korban tidak mengetahui motif pengeroyokan tersebut.
Objektif :
 SP: SS/GC/CM, BB = 57 kg
 GCS = 15
 T = 120/70 mmHg, N = 82 x/menit, P = 22 x/menit, S = 36,oC (axilla)
 Pemeriksaan regional:
 Kepala: tidak tampak kelainan
 Leher: tidak tampak kelainan
 Bahu: tidak tampak kelainan

2
 Dada: tidak tampak kelainan
 Punggung: tidak tampak kelainan
 Perut: tidak tampak kelainan
 Pinggang: tidak tampak kelainan
 Anggota gerak atas: Tampak satu buah luka memar dan satu buah luka lecet pada
lengan kanan bawah. Luka memar terdapat di lengan kanan bawah bagian ujung,
Luka berwarna kemerahan, ukuran panjang tiga sentimeter dan lebar dua sentimeter,
dimana titik tengah luka terletak lima sentimeter dari garis pergelangan tangan dan
tepat melewati garis tengah lengan. Sedangkan untuk luka lecet, terdapat pada
punggung tangan kanan, ukuran panjang dua sentimeter dan lebar satu sentimeter,
dimana ujung luka atas terletak tiga sentimeter dari garis pergelangan tangan dan
dua sentimeter dari garis tengah tangan
 Anggota gerak bawah: tidak tampak kelainan
 Alat kelamin: tidak dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan fisis neurologis dalam batas normal.
Assesment (penalaran klinis) :
Luka akibat trauma benda tumpul adalah kerusakan jaringan disebabkan oleh
benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi keras atau kenyal, dan
permukaan halus atau kasar.Cara kejadian trauma benda tumpul lebih sering
disebabkan oleh kecelakaan atau penganiyaan, jarang karena bunuh diri (Satyo,
2006).
Jenis luka yang ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang sering dijumpai
dalam kasus kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar, luka babras, luka robek
dengan tepi tidak rata, serta patah tulang. Bagian tubih yang paling banyak terkena
adalah kepala dan anggota gerak atas dan bawah.Luka-luka tersebut dapat
menyebabkan dampak kerusakan jaringan maupun organ bervariasi mulai dari ringan
hingga berat, bahkan lebih parah yaitu kematian.Sebab kematian terjadi karena
kerusakan organ vital atau perdarahan yang banyak (Vincent dan Dominick, 2001).
Luka trauma benda tumpul yang terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
merupakan akibat dari benda yang mengenai atau meluakai orang yang relative tidak
bergerak dan orang bergerak ke arah benda yang tidak bergerak. Dalam bidang
medikolegal yang diharapkan dapat membantu dalam proses pemeriksaan untuk
kepentingan di bidang kedokteran forensik.

3
Trauma Benda Tumpul
Trauma benda tumpul adalah luka yang disebabkan karena persentuhan tubuh
dengan benda yang permukaannya tumpul. Benda tumpul yang sering mengakibatkan
luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai dan lain-lain. Adapun defenisi
dari benda tumpul itu sendiri adalah : (Idries, 2006)
- Tidak bermata tajam
- Konsistensi keras / kenyal
- Permukaan halus / kasar
Luka akibat trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu benda
yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan orang bergerak ke
arah benda yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal ini
oerlu dijelaskan, walaupun terkadang sulit dipastikan. Sekilas tampak sama dalam
hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada
kedua mekanisme itu. (Vincent dan Dominick, 2001).
Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan benda tumpul yang dapat
dikenali, yang mengarah kepada kepentingan medikolegal.Pola trauma banyak
macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa medikolegal.Kadangkala sukar
dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa, namun karena pemeriksa cenderung
memeriksa per area dan gagal mengenali polanya. Foto korban dari depan maupun
belakang cukup berguna untuk menentukan pola trauma. Persiapan diagram tubuh
memperhatikan grafik lokasi dan penyebab trauma adalah lathan yang baik untuk
mengungkapkan pola trauma (Shkrum dan Ramsay, 2007).
Contoh pola trauma:
a. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat terjadi
kecelakaan, ketika terjadi benturan, kaca spion akan menjadi fragmen-fragmen kecil.
Luka dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang berbentuk segiempat atau sudut.
b. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur
tulang panjang di kaki. Hal ini disebut "bumper fractures". Adanya fraktur tersebu
disertai luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan, memperlihatkan
bahwa korban adalah pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat
diketahui tinggi bempernya. Karena hampir seluruh kendaraan bermotor "nose
dive"ketika mengerem mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur
dari telapak kaki, dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk
mengerem pada saat kecelakaan terjadi.
4
c. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola luka
pada dan di bawah area "hat band"dan biasanya terbatas pada satu sisi wajah. Dengan
adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai penyebab, bukan karena dipukul.
d. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukuland dengan
kepalan tangan, luka tumpul yang terjadi tidak dapat dilihat dari luar, namun
menimbulkan edem jaringan bagian dalam tepat di depan gigi geligi. Frenum pada
bibir atas kadang rusak, terutama bila korban adalah bayi yang sering mendapat
pukulan pada kepala.
e. Kekerasan benda tumpul pada leher dapat berakibat patah tulang leher, robek
pembuluh darah, otot, oesophagus, trachea/larynx, dan kerusakan saraf.
f. Kekerasan benda tumpul pada dada dapat berakibat patah tulang kosta, sternum,
skapula, klavikula, robek organ jantung, paru, pericardium.
g. Kekerasan benda tumpul pada perut dapat berakibat patah os pubis, os sacrum,
simfisiolisis, luxation sendi, robek organ hepar, lien, ginjal, pankreas, adrenal,
lambung, usus dan vesika urinaria
h. Kekerasan benda tumpul pada vertebra dapat berakibat fraktur, dislokasi os
vertebrae
i. Kekerasan benda tumpul pada anggota gerak dapat berakibat patah tulang, dislokasi
sendi, robek otot, pembuluh darah, dan kerusakan saraf.
Klasifikasi Trauma Tumpul
Luka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau kombinasi luka
memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.
Derajat luka, perluasan luka, serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh
trauma benda tumpul tergantung kepada:
- Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh
- Waktu dari benda yang mengenai tubuh
- Bagian dari tubuh yang terkena
- Perluasan terhadap jaringan tubuh
- Jenis benda yang mengenai tubuh
Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan
yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe
luka.Luka akibat benda tumpul dibagi menurut beberapa kategori.(Vincent dan
Dominick, 2001).

5
a. Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada
lapisan kulit epidermis.Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis
pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan.Arah dari pengelupasan
dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanya yang dapat digunakan adalah ;
yang pertama dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan
kedalaman luka yang menandakan ketidakaturan benda yang mengenainya (Vincent
dan Dominick, 2001).
Karakteristik luka lecet :
- Sebagian/ seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis
- Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan kasar dan
tumpul
- Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)
- Timbul reaksi radang (Sel PMN)
- Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan
jaringan parut
Pola abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang
mengenainya.Waktu terjadinya luka sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan
kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk
menentukan usia luka adalah saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa
jam sebelum sampai beberapa hari). Efek lanjut dari abrasi sangat jarang
terjadi.Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas (Idries, 2008).
Memperkirakan umur luka lecet :
- Hari ke 1-3 : warna coklat kemerahan
- Hari ke 4-6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram
- Hari ke 7-14 : pembentukan epidermis baru
-Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap
Luka lecet juga harus dibedakan terjadinya, apakah ante mortem atau
post mortem. Berikut ini tabel yang menunjukkan perbedaan dari keduanya :
ANTE MORTEM POST MORTEM
Coklat kemerahan Kekuningan
Terdapat sisa-sia epitel Epidermis terpisah sempurna dari dermis
Tanda intravital (+) Tanda intravital (-)
Sembarang tempat Pada daerah yang ada penonjolan tulang
6
Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai
luka gores (scratch), luka lecet serut (scrape), luka lecet tekan (impact abrasion) dan
luka berbekas (patterned abrasion).
- Luka lecet gores (Scratch)
Disebabkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores kulit)
yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan mengakiatkan
lapisan tersebut terangkat, sehingga dapt menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.
- Luka lecet serut (Scraping)
Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan
permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat tumpukan
epitel.
- Luka lecet tekan (Impact abrasion)
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah
jaringan yang lentur maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk
permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda
penyebab yang mempunyai bentuk yang khas, misalanya kisi-kisi radiator mobil, jejas
gigitan dan sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang di temukan pada mayat
adalah daerah kulit yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya akibat
menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang
berlangsung pada kematian.
b. Kontusio (luka memar)
Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat.
Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembulu darah kecil dan dapat
menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Kontusio
adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan sewaktu
orang masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan
benda tumpul (Vincent dan Dominick, 2001).
Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada
daerah dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang lanjut
usia, maka luka memar yang tampak seringkali tidak sebanding dengan kekerasa,
dalam arti sering kali lebih luas; dan adanya jaringan longgar memudahkan
berpindahnya “memar” ke daerah yang lebih rendah berdasarkan gravitasi.
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai
bentuk benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah perdarahan tepi (marginal
7
haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada
tempat yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan
menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk
celah antara kedua kembang ban yang berdekatan. Perubahan warna pada memar
berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu tersebut bervariasi
tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standar pasti untuk
menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.
Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superfisial, luka
memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas (patterned).
a. Luka memar superfisial
Luka memar superfisial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh akumulasi
darah secara subkutan.
b. Luka memar dalam
Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih dalam
dari lapisan kulit subkutan.Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2 hari untuk
dapat terlihat dipermukaan kulit.
c. Luka memar berbekas
Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya objek
yang menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit.Pada mayat waktu
terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga karakteristik
memar yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka akan
semakin membuat luka memar menjadi gelap. Pemeriksaan mikroskopik adalah
sarana yang dapat digunakan untuk menentukan waktu terjadinya luka sebelum
kematian.Namun sulit menentukan secara pasti karena hal tersebut pun bergantung
pada keahlian pemeriksa.
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah
dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat
menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah
terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena
pada organ yang terkena sehingga dapat menyebakan saturasi oksigen menjadi rendah
sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium
yang dapat memproduksi gas gangrene (Idries, 2006).
Memperkirakan umur luka memar :
- Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan
8
- Hari ke 2-3 : warna biru kehitaman
- Hari ke 4-6 : biru kehijauan-coklat
- > 1 minggu- 4 minggu : menghilang/ sembuh
Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka
memar.Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada area
mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh darah kecil
secara gravitasi. Berikut ini perbedaan luka memar dengan lebam mayat :
(Vincent dan Dominick, 2001).
LUKA MEMAR LEBAM MAYAT
Di sembarang tempat Bagian tubuh yang terendah
Pembengkakan (+) Pembengkakan (-)
Tanda intravital (+) Tanda intravital (-)
Ditekan tidak menghilang Ditekan menghilang
Diiris : tidak hilang Diiris: dibersihkan menjadi bersih
Luka memar atau kontusio juga dapat terjadi pada organ dan jaringan
dalam.Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda.Pada organ vital
seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan
bahkan kematian.
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi
peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi
peradangan bertambah hebat.Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan
kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dna peradagan kecil pada otak dapat
menyebabkan gangguan fungsi organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada
bagian vital yang mengontrol pernapasan dan peredaran darah.
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-
abu.Bebearpa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Rupturnya pembuluh
darah dengan terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan adanya
pembengkakan dan seperti lingkaran kekerasan dapat terbentuk apalia kontusio yang
terbentuk cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang
menyebabkn kematian otak, koma, dan kematian total. Poin kedua terpenting dalam
hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio tersebut yang dapat menyebabkan
jaringan parut yang akan menyebabkan adanya fokus epilepsi.
c. Laserasi (Luka robek)
Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan
9
kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggian balok kayu, ujung dari pipa,
permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang
menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing
tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan
menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit.Tepi dari laserasi ireguler dan
kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata
dari benda tersebut yang mengalami indentasi (Vincent dan Dominick, 2001).
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan
dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan.Jembatan jaringan tepi
luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda
tajam (Shkrum dan Ramsay, 2007).
Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan.Tepi yang
paling rusak dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan.Sisi
laserasi yang terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan.
Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab
kekerasan tersebut.Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang
berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi.Sehingga pukulan yang terjadi
karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk
semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya berbeda dengan
laserasi itu sendiri yang disebut dengan "swallow tails". Beberapa benda dapat
menghasilkan pola laserasi yang mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut,
perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya.Perubahan awal yaitu
pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar
kulit atau membran mukosa.Bekuan darah yang bercamput dengan bekuan dari cairan
jaringan bergabung membentuk eskar atau krusta.Jaringan parut pertama kali tumbuh
pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran luka.Kemudian, epitel mulai
tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak
mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak
seperti luka atau memar.Pembagiannya adalah sangat segera, beberapa hari, dan lebih
dari beberapa hari.Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan dengan yang
terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat.Sebuah laserasi kecil tanpa
10
adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi
terus menerus.Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis
dapat menyebabkan perdarahan hebat. Adanya diskontiniuitas kulit atau membran
mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari
sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d'entree tersebut tetap ada
sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna.
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat
sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan
disfungsi dari sndi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang
memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi
sistemik.Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari
suatu pikulan seperti pada jantung, aorta, hati dan limfa.Hal yang harus diwaspadai
dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu
lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.
2. Plan :
DIAGNOSIS KERJA
Contusion + Vulnus Excoriatum et causa trauma benda tumpul
Terapi:
 Asam mefenamat 500 mg 3 x 1
 Ranitidin 150mg 2 x 1
Konsultasi: tidak perlu dilakukan konsultasi ke dokter spesialis.
Rujukan: pada kasus ini, tidak perlu dilakukan konsultasi ke dokter spesialis.
Kontrol: kontrol ke poliklinik bila keluhan tidak membaik.
Prognosis: bonam.

Kendarii, April 2018

Peserta, Pendamping

dr. Wa Ode Linda Ika W.D. dr. Putu Gede Darmadi dr. Winarto

11

Anda mungkin juga menyukai