Anda di halaman 1dari 56

TATA CARA PENULISAN

VISUM ET REPERTUM

Dr. Nila Nirmalasari, M.Sc, Sp.F


• Dalam konteks kasus korban hidup, seperti
perlukaan atau keracunan yang ditangani di
RS, kewajiban memeriksa korban dan
membuat VeR merupakan kewajiban dari
setiap dokter yang menangani pasien
tersebut.

• Dalam hal pasien hanya menjalani rawat jalan,


kewajiban ini ada pada dokter poliklinik atau
dokter IGD yang menangani korban tersebut.
• Pada kasus pasien yang dirawat inap di RS,
kewajiban tersebut merupakan kewajiban
bersama dokter IGD dan dokter spesialis yang
merawat pasien tersebut.

• Sebagai alat bukti dalam proses peradilan VeR


tidak hanya memenuhi standar penulisan
rekam medis, tetapi juga harus memenuhi hal-
hal yang diisyaratkan dalam sistem peradilan.
• VeR merupakan produk utama pelayanan
kedokteran forensik klinik sebagai aplikasi
pelayanan medis klinis pada korban dengan
melibatkan bukti-bukti forensik yang cukup.

• Sesuai dengan pasal 184 KUHAP, disebutkan


salah satu alat bukti yang sah ialah keterangan
ahli, dalam hal ini adalah Visum et Repertum
(VeR).
VISUM et REPERTUM
• Visi (melihat) dan reperta (melaporkan)
• Pada umumnya dibuat oleh dokter RS
Pemerintah
• Perkembangan sekarang setiap dokter dapat
dimintai bantuan untuk membuat Visum
• Visum merupakan alat bukti yang sah di
pengadilan
SISTEMATIKA V et R
1. Pembukaan  “Pro Justitia”
(pojok kiri atas)

2. Pendahuluan :
identitas (peminta, surat permintaan,
pemeriksa, korban), TKP,
waktu & macam pemeriksaan,
kronologis peristiwa berdasarkan surat
3.Pemberitaan : Fakta medis yang dilihat &
ditemukan, ditulis dengan kata-kata, bersifat
obyektif (merupakan pengganti BB)

4.Kesimpulan : bersifat subyektif, hasil interpretasi


dokter secara medis

5.Penutup : Pernyataan “berdasarkan keilmuwan


dan sumpah atau janji serta sesuai UU Hukum
Acara Pidana. Tanda tangan, nama dokter, cap
instansi ybs
Kaidah umum Penulisan V et R

• Diketik di atas kertas berkepala surat instansi


pemeriksa, bernomor, bertanggal dan di bagian kiri
atas dicantumkan “Pro Justicia”

• Bersifat obyektif medis dan dapat


dipertanggungjawabkan.

• Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,


hindari penggunaan singkatan dan bahasa
medis/istilah asing.
• Hindari adanya coretan dan tidak ada tempat kosong
pada kalimat seperti pada penulisan akte notaris.

• Hal-hal tertentu dinyatakan dalam bentuk huruf.

• Ditandatanagani dan diberi nama jelas pembuatnya


dan stempel instansi pemeriksa
DESKRIPSI TATA TULIS LEBIH SPESIFIK

DESKRIPSI SIKAP JENAZAH


Sikap jenazah berdasarkan posisi anatomis:
1. nilai kepala menghadap kemana,
2. sudut antara lengan atas dan sumbu tubuh,
3. sudut antara lengan atas dan lengan bawah,
4. sudut antara lengan bawah dan tangan,
5. nilai telapak tangan dan kaki menghadap kemana
6. dan jari-jari tangan & kaki seperti apa.
DESKRIPSI TATA TULIS LEBIH SPESIFIK

DESKRIPSI SIKAP JENAZAH


Contoh : Jenazah terlentang dengan muka menghadap ke depan.
Lengan atas kanan terhadap sumbu tubuh membentuk sudut
sepuluh derajat. Lengan atas kanan terhadap bawah membentuk
sudut sembilan puluh derajat.Tangan kanan tertelungkup berada
tepat diatas pusar. Lengan atas kiri terhadap sumbu tubuh
membentuk sudut sepuluh derajat. Lengan atas kiri terhadap
lengan bawah kiri membentuk sudut seratus delapan puluh
derajat. Telapak tangan kiri menghadap kanan dalam di samping
pinggul kiri. Tungkai atas dan bawah kanan dan kiri sejajar sumbu
tubuh. Telapak kaki kanan dan kiri menghadap ke dalam bawah,
jari-jari kedua kaki menghadap keluar bawah.
DESKRIPSI TATA TULIS LEBIH SPESIFIK

KAKU & BERCAK/LEBAM JENAZAH

Kaku jenazah : nilai seluruh sendi : rahang, leher, bahu,


siku, pergelangan tangan, jari2 tangan, paha, lutut,
pergelangan kaki, dan jari-jari kaki. Kelompokkan mana
saja yang sudah kaku tapi masih mudah digerakkan dan
yang kaku yang sudah sulit digerakkan.

Bercak jenazah : tuliskan lokasinya, hilang dengan


penekanan atau tidak, dan warnanya.
DESKRIPSI TATA TULIS LEBIH SPESIFIK

DESKRIPSI KELAINAN JENAZAH

Penulisan kelainan harus urut dan lengkap, dimulai dari:

1. Regio (kepala depan/belakang, dada sebelah kanan/kiri, lengan


depan/belakang, tungkai depan/belakang, dll)
2. Absis dan ordinatnya (sumbu X dan Y nya)
3. Jenis luka (luka lecet tekan, lecet geser, iris, tusuk, robek, derik
tulang, memar, dll)
4. Karakteristik luka (arah luka, sudut luka tajam dan tumpulnya
dimana (jika luka tajam), warna luka , dasar luka, bentuk luka,
kondisi (kotor/bersih), ada/tidak pembengkakan, dll)
5. Ukuran luka (P x L untuk memar&luka lecet), (P x L x D : untuk
luka robek, iris, tusuk, dan bacok)
DESKRIPSI TATA TULIS LEBIH SPESIFIK

DESKRIPSI KELAINAN JENAZAH

Contoh : Pada dada sebelah kiri, lima sentimeter dari sumbu


tengah tubuh, tepat di bawah tulang selangka terdapat luka lecet
tekan, arah tegak lurus, bentuk tidak teratur, warna cokelat,
kondisi kotor, dasar kulit, ukuran sembilan kali enam sentimeter.

Kalau lokasi berdekatan dan sejajar : bisa menggunakan absis-


ordinat dari luka sebelumnya. Contoh : dua sentimeter di
samping kiri luka pertama, terdapat luka lecet geser yang arahnya
ke kanan atas, berwarna merah, dasar kulit, kotor dengan pasir,
berbentuk segitiga, dengan ukuran dua kali tiga sentimeter.
DESKRIPSI TATA TULIS LEBIH SPESIFIK
DESKRIPSI KELAINAN JENAZAH

Kalau ada beberapa luka dapat dikelompokkan


Contoh : pada kepala depan, tiga sentimeter diatas alis kanan,
lima sentimeter dari garis tengah tubuh kearah kanan, terdapat
beberapa luka lecet tekan, berwarna merah, dasar kulit, kotor,
pada luas area lima kali lima sentimeter, dengan diameter rata-
rata satu sentimeter.

Beberapa istilah : kornea = selaput bening mata, sclera = selaput


lendir mata, sternum = tulang dada, costa = tulang iga, clavicula =
tulang selangka, krepitasi = derik tulang, dislokasi = cerai sendi,
pupil = manik mata, dll
DESKRIPSI TATA TULIS LEBIH SPESIFIK
DESKRIPSI KELAINAN JENAZAH
Beberapa titik penentuan ordinat dan absis luka :
- Sumbu Y : diatas/dibawah alis, diatas/dibawah sudut mata, diatas/dibawah
pangkal hidung, diatas/dibawah sudut bibir, diatas/dibawah rahang,
diatas/dibawah pangkal leher, dibawah pangkal bahu, diatas/dibawah
pusar, diatas/dibawah lipatan siku, diatas/dibawah pergelangan tangan,
diatas/dibawah pangkal ibu jari/telunjuk, jari tengah/manis/kelingking,
diatas/dibawah ruas jari I/II jari I/II/III/IV/V, diatas/dibawah pinggang,
diatas/dibawah lutut, diatas/dibawah lipatan lutut, diatas/dibawah
pergelangan kaki, dst

- Sumbu X : garis tengah tubuh depan/belakang ke arah kanan/kiri, garis


tengah lengan depan/belakang ke arah kanan/kiri, garis tengah tungkai
depan/belakang ke arah kanan/kiri
DESKRIPSI TATA TULIS LEBIH SPESIFIK

DESKRIPSI KELAINAN JENAZAH


Kesimpulan : berisi poin-poin, poin satu berisi identitas, poin dua
berisi kelaian yang paling berbahaya, poin tiga berisi kelainan
lainnya, poin empat sebab kematian, poin lima saat kematian.
Sebelum akhir setiap kalimat (sebelum titik) ditulis poin-poin
rujukan

Jika tidak terdapat memar, luka dan derik tulang, tulis : tidak
terdapat luka dan derik tulang, bukan tidak ada kelainan.

Tanda lahir dan luka lama tidak perlu dituliskan, kecuali ada
kepentingan khusus, seperti identifikasi atau dicurigai ada andil
dalam penyebab kematian.
DESKRIPSI TATA TULIS LEBIH SPESIFIK

CONTOH KESIMPULAN
1. Jenazah laki-laki, panjang badan seratus enam puluh sembilan
sentimeter, berat badan lima puluh tujuh kilogram, golongan
darah O(I.6,11,II.1).
2. Terdapat jejas jerat yang melingkar pada leher depan akibat
kekerasan tumpul(I.8).
3. Terdapat tanda-tanda mati lemas ( I.7d,7f,I.12,13).
4. Poin 2 dan 3 diatas tidak dapat dikesampingkan sehubungan
dengan kematian korban.
5. Sebab kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan
pemeriksaan dalam sesuai permintaan penyidik(II).
6. Saat kematian korban lebih dari 12 jam sebelum pemeriksaan (
I.3, I.4, I.5 ).
CONTOH VISUM
ET REPERTUM
JENAZAH
CONTOH-CONTOH
KASUS
KASUS GANTUNG
KASUS RACUN
KASUS OROK BELUM CUKUP BULAN
KASUS OROK CUKUP BULAN

CONTOH KESIMPULAN :

1. Bayi jenis kelamin laki-laki, cukup bulan dalam kandungan


2. Lahir hidup, usia hidup antara tujuh hari hingga lima belas
hari setelah kelahiran
3. Tidak ditemukan cacat bawaan
4. Kematian bayi akibat kekerasan tumpul pada wajah yang
menyumbat hidung dan mulut sehingga menyebabkan mati
lemas
5. Terdapat luka-luka lecet dan memar pada bagian tubuh yang
lain akibat kekerasan tumpul
6. Saat kematian lebih dari 24 jam sebelum pemeriksaan
CONTOH VISUM
ET REPERTUM
HIDUP
HASIL PEMERIKSAAN
(Identitas)
• Jenis kelamin : laki-laki.
• Berat badan : 58 kg
• Tinggi badan : 162 cm
• Warna kulit : sawo matang.
• Ciri rambut : pendek, lurus, berwarna hitam.
• Keadaan gizi : Kesan gizi cukup/baik.
HASIL
PEMERIKSAAN
(Keadaan Umum)

• Kesadaran : sadar penuh.


• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Nadi : 80 kali per menit, teratur.
• Pernafasan: 20 kali per menit, teratur.
• Suhu: 36,9 derajat Celcius
HASIL PEMERIKSAAN FISIK
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Golongan darah: O positif
• Hemoglobin : 14,7 gr/dL (normal).
• Eritrosit : 4,92 juta/mL (normal).
• Leukosit : 9.000/mL (normal).
• Trombosit : 316.000/mL (normal).
• Hematokrit : 43,3 volume persen (normal).
• Hitung jenis:
Granulosit : 71,4% (normal).
Limfosit : 18,3% (rendah).
KESIMPULAN
• Telah diperiksa seorang laki-laki , BB 58 kg, TB 162 cm,
gol.darah O

• Terdapat luka iris pada telinga kanan bagian belakang,


dada sebelah kiri, lengan atas dan bawah kiri, di sela
ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri, di pangkal jari
telunjuk, di jari tengah tangan kanan, serta jari manis
tangan kanan akibat kekerasan tajam.

• Luka tersebut dapat mengakibatkan penyakit dan


halangan untuk melakukan pekerjaan untuk sementara
waktu
Bagian Hasil Pemeriksaan VeR Klinik
• Uraian hasil pemeriksaan korban hidup berbeda
dengan pada korban mati, yaitu hanya uraian tentang
keadaan umum dan perlukaan atau cederanya serta
hal-hal lain yang berkaitan dengan tindak pidananya
(status lokalis).
• Korban hidup tidak harus diperiksa pakaiannya lapis
demi lapis dan dideskripsikan bagian tubuhnya satu
demi satu.
• Namun demikian, anamnesis yang ketat atau
pemeriksaan fisik umum yang lengkap tetap diperlukan
untuk menghindari terlewatkannya suatu kelainan atau
perlukaan.
Bagian Hasil Pemeriksaan VeR Klinik
• Tindakan, perawatan, indikasi, atau alasan tidak
dilakukannya suatu tindakan yang seharusnya diambil, serta
semua temuan  perlu diuraikan untuk menghindari
kesalahpahaman tentang tepat tidaknya tindakan dokter
dan tepat tidaknya kesimpulan yang diambil.

• Kadang ditemukan juga kelainan yang tidak berhubungan


dengan perlukaan, tetapi mungkin justru merupakan
indikasi perawatan atau tindakannya.

• Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala sisa dan


cacat badan (termasuk indera) merupakan hal penting guna
pembuatan kesimpulan, sehingga harus diuraikan secara
jelas.
Kualifikasi luka diformulasikan dengan kata-kata
yang sesuai dengan bunyi ketentuan perUU
• Tidak menimbulkan sakit atau halangan dalam
melakukan pekerjaannya
• Mengakibatkan sakit yang membutuhkan perawatan
jalan selama ___ hari
• Mengakibatkan sakit dan halangan dalam melakukan
pekerjaannya selama ___ hari (atau untuk sementara
waktu)
• Mengakibatkan ancaman bahaya maut baginya
• Mengakibatkan kehilangan indera penglihatan sebelah
kanan
• Dan sebagainya
SEBAGAI KORBAN DAN PASIEN
• Sebagai korban : harus diperiksa sesuai dengan permintaan
penyidik karena ia adalah barang bukti.

• Sebagai pasien : dapat saja menolak sesuatu pemeriksaan


tertentu yang akan dilakukan terhadapnya.

• Pada kasus-kasus tertentu, ijin tertulis diperlukan sebelum


melakukan pemeriksaan dan tindakan. Dengan penjelasan
dokter yang menyeluruh dan jelas, kasus penolakan akan
berkurang.

• Dalam hal seperti ini maka korban diminta untuk


menuliskan penolakannya disertai alasannya pada catatan
medik
HARUS DETAIL & PERTIMBANGAN
PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGIS

• Sering dokter hanya memperhatikan luka-luka


yang “nyata” , jarang memperhatikan luka
memar dan lecet ringan  MUNGKIN
BERMAKNA UNTUK PEMBUKTIAN

• Dokter sering lupa mengambil bahan untuk


pemeriksaan toksikologis padahal bisa
didelegasikan kepada perawat
KUALIFIKASI LUKA
• Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya.
Hukuman terhadap luka ringan tercantum pada
Pasal 352 Ayat 1.

• Luka sedang adalah luka yang menimbulkan


penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencaharian untuk
sementara waktu. Hukuman dapat dijatuhkan
berdasarkan Pasal 351 Ayat 1.
KUALIFIKASI LUKA
• Luka berat, sebagaimana tercantum dalam Pasal 90,
adalah:
– Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi
harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
menimbulkan bahaya maut.
– Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas
jabatan atau pekerjaan pencarian.
– Kehilangan salah satu panca indera.
– Mendapat cacat berat.
– Mendapat sakit lumpuh.
– Terganggu daya pikir selama empat minggu lebih.
– Gugurnya kandungan atau matinya janin yang dikandung.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai