Anda di halaman 1dari 60

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2016


UNIVERSITAS PATTIMURA

LAKI-LAKI USIA 35 TAHUN DENGAN ABSES


HEPAR

9/28/2017
Pembimbing:
dr. Siti Hadjar Malawat, Sp.PD

Oleh:
Amanda J. Rumalatu (2011-83-010)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK 1


PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUD Dr. M. HAULUSSY AMBON
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
2016
Laporan Kasus
A. Identitas

Nama : Tn. JK

9/28/2017
Tanggal Lahir : 1 Desember 1980
Umur : 35 tahun
Alamat : Kamal
Agama : Kristen Katholik
Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor RM : 10-73-61
Tanggal MRS : 14 November 2016
Jam MRS : 21.10WIT

Ruang Perawatan : Ruang Interna Laki RSUD Dr. M. 2

Haulussy Ambon
B. Anamnesis
Nyeri perut kanan atas sejak 7 hari yll SMRS
Keluhan Utama

KeluhanTambahan Pusing, nyeri kepala, batuk, sesak, pilek, panas/demam,


mual, muntah, nyeri uluhati,lemas, penurunan BB.
Anamnesis

9/28/2017
Terpimpin
Pasien laki-laki usia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas yang
dialami 7 hari yang lalu SMRS, nyeri bersifat hilang timbul dan sudah dirasakan
selama 1 bulan yang belakangan ini. Nyeri perut seperti tertusuk-tusuk dan tembus ke
belakang, nyeri juga menjalar ke bagian ulu hati hingga ke bahu, kadang nyeri semakin
bertambah berat ketika pasien menarik napas. Pasien juga mengeluhkan muntah
sebanyak 2x, berwarna putih, muntahan berisi ampas makanan dan air, tidak ada darah,
tidak ada lendir. Pasien juga merasakan mual yang dialami terus-menerus, pasien juga
mengeluhan nyeri kepala dan pusing berputar yang bersifat hilang timbul. Pasien juga
mengeluhkan mengalami demam/panas yang disertai menggigil dengan pola yang
tidak menentu, batuk berlendir, berwarna putih, tidak ada darah, pilek (+) disertai 3
sesak napas yang dialami sewaktu melakukan aktivitas yang berat dan menghilang
dengan beristirahat, pasien juga merasakan lemas sekalipun tidak melakukan aktifitas
yang berat.
Pasien juga mengaku mengalami penurunan berat badan dalam 1 bulan
terakhir kira-kira sebanyak 5 kg, nafsu makan menurun, buang air besar cair >
10 x berwarna kuning, tidak ada lendir, tidak ada darah dan buang air kecil
lancar

9/28/2017
Sakit kuning sebelumnya disangkal, riwayat BAB
Riwayat encer sebelumnya disangkal, riwayat transfusi darah
sebelumnya disangkal, hipertensi (-), DM (-),
penyakit dahulu Malaria pada bulan Oktober 2016

Riwayat Sebelum dibawa ke RS pasien sudah mengkonsumsi


neuralgin 2 x1 sehari, asam mafenamat 3 x 1 sehari dan
pengobatan
paracetamol 3 x 1 sehari dan obat-obat tersebut sudah
dikonsumsi selama seminggu. 4
Riwayat minum alcohol sejak usia 17 tahun,
Riwayat riwayat merokok sebanyak 1 bungkus/hari dan
baru berhenti merokok sejak 1 bulan terakhir,
kebiasaan

9/28/2017
riwayat minum obat herbal (+) : klorofil

Riwayat Riwayat sakit dengan keluhan yang sama dalam


keluarga disangkal
keluarga

5
Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum: Sakit sedang
B. Statuz gizi: Kurang (BB 45,5kg, TB 168 cm, IMT 17 kg/m2 )
C. Kesadaran:Compos mentis

9/28/2017
D. Tanda vital:
TD: 110/70 mmHg
Nadi: 92x/menit, regular dan kuat angkat
Pernapasan: 20x/menit
Suhu: 37,2 Celcius

E. Kepala
Bentuk kepala: normocephal
Simetris Wajah: simetris
6
Rambut: Hitam, bergelombang, tidak mudah tercabut
Pemeriksaan Fisik
F. Mata
Bola mata: eksoftalmus/endoftalmus (-/-)
Gerakan: ke segala arah
Kelopak mata: xanthelasma (-/-), edema (-/-)

9/28/2017
Konjungtiva: Anemis (-/-), ikterus (-/-)
Pupil: isokor (3 mm/3 mm), refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya
tidak langsung (+/+)
Kornea: pterigium (-/-), injeksi siliaris (-/-)

G. Telinga
Aurikula: tofus (-/-), sekret (-/-), nyeri tarik aurikula (-/-)
Pendengaran: kesan normal
Prosesus mastoideus: nyeri tekan (-/-)

H. Hidung 7
Cavum nasi: lapang (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
Pemeriksaan Fisik
I. Mulut
Bibir: sianosis (-), stomatitis (-), perdarahan
(-) K. Dada
Tonsil: T1/T1 tenang, hiperemis (-)
Inspeksi: simetris ki = ka,
Gigi: intak

9/28/2017
pembengkakan abnormal (-)
Faring: dalam batas normal
Gusi: perdarahan (-)
Bentuk: normochest
Lidah: kandidiasis oral (-), lidah kotor (-) Pembuluh darah: venektasi (-), spider
naevi (-),
Buah dada: simetris ki = ka, tanda
J. Leher radang (-)
Kelenjar getah bening: pembesaran (-) Sela iga: pelebaran (-), retraksi (-)
Kelenjar tiroid: ukuran normal, permukaan Atrofi M. Pectoralis Mayor (-)
licin, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
DVS: JVP = 5-2 cmH2O
Pembuluh darah: Venektasi (-), pulsasi
abnormal (-)
Kaku kuduk: negatif 8
Tumor: tidak ada
Pemeriksaan Fisik
L. Paru
Palpasi: Fremitus raba simetris ki = ka, nyeri tekan (-), pelebaran iga (-)
Perkusi: Paru kanan & kiri sonor, batas paru hepar di ICS V, batas belakang

9/28/2017
paru kanan di vertebra torakalis X, batas belakang paru kiri di vertebra
torakalis XI
Auskultasi: bunyi pernapasan vesikular, bunyi tambahan Ronki (-/-),
Wheezing (-/-)

9
M. Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba di ICSV linea midclavicula sinistra

9/28/2017
Perkusi: redup, batas kanan jantung di ICS III-IV linea
parasternalis dextra, pinggang jantung di ICS III sinistra (2-3
cm dari mid sternum), batas kiri jantung di ICS V linea
midclavicularis sinistra.
Auskultasi: bunyi jantung I, II murni reguler, murmur (-),
gallop (-), frekuensi jantung 92 x/menit

10
Pemeriksaan Fisik
N. Abdomen
Inspeksi: datar, striae (-), caput medusae (-)
Palpasi: nyeri tekan perut kanan atas, nyeri tekan epigastrium

9/28/2017
(+), hepar teraba membesar 4 cm di bawah arcus costae dengan
tepi rata, konsistensi padat dan permukaan tidak berbenjol-
benjol, limpa tidak teraba membesar, ginjal tidak teraba, tidak teraba
masa tumor, Shiffting Dullness (-)
Perkusi: timpani
Auskultasi: bising usus (+) normal
O. Punggung
Nyeri tekan (-), nyeri ketok CVA (-)
P. Alat Kelamin
11
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Q. Anus dan rectum
Tidak dilakukan pemeriksaan

9/28/2017
R. Ekstremitas
Akral hangat + +
+ +
Sianosis (-)
Edema: (-)

12
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Lab : Tidak dilakukan
2. Pemeriksaan Radiologi :

9/28/2017
13
3. Pemeriksaan EKG : Dalam batas normal

9/28/2017
14
Resume
Pasien laki-laki usia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri perut
kanan atas yang dialami 7 hari yang lalu SMRS, nyeri bersifat hilang
timbul dan sudah dirasakan selama 1 bulan yang belakangan ini. Nyeri
perut bersifat hilang timbul, seperti tertusuk-tusuk dan tembus ke

9/28/2017
belakang, nyeri juga menjalar ke bagian ulu hati hingga ke bagian bahu,
kadang nyeri semakin bertambah berat ketika pasien menarik napas.
Pasien juga mengeluhkan muntah sebanyak 2x, berwarna putih,
muntahan berisi ampas makanan dan air, tidak ada darah, tidak ada lendir.
Pasien juga merasakan mual yang dialami terus-menerus, pasien juga
mengeluhan nyeri kepala dan pusing berputar yang bersifat hilang timbul.
Pasien juga mengeluhkan mengalami demam/panas yang disertai
menggigil dengan pola yang tidak menentu, batuk berlendir, berwarna
putih, tidak ada darah, pilek (+) disertai sesak napas yang dialami sewaktu
melakukan aktivitas yang berat dan menghilang dengan beristirahat,
pasien juga merasakan lemas sekalipun tidak melakukan aktifitas yang
berat. Pasien juga mengaku mengalami penurunan berat badan dalam 1
bulan terakhir kira-kira sebanyak 5 kg, nafsu makan menurun, buang air 15
besar cair > 10 x berwarna kuning, tidak ada lendir, tidak ada darah dan
buang air kecil lancar.
Riwayat BAB encer sebelumnya disangkal, riwayat transfusi darah
sebelumnya disangkal, hipertensi (-), DM (-), Malaria pada bulan
Oktober 2016 . Sebelum dibawa ke RS pasien sudah mengkonsumsi
neuralgin 2 x1 sehari, asam mafenamat 3 x 1 sehari dan paracetamol 3 x
1 sehari dan obat-obat tersebut sudah dikonsumsi selama seminggu.

9/28/2017
Pasien juga sering mengonsumsi alkohol dan rokok serta mengkonsumsi
obat herbal klorofil. Riwayat sakit dengan keluhan yang sama dalam
keluarga disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis. Tanda
vital; tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi: 92x/menit, Pernapasan:
20x/menit, Suhu: 37,2 Celcius. Pemeriksaan fisik abdomen pada palpasi
didapatkan nyeri tekan perut kanan atas (hipocondrium dekstra) dan
epigastrium , hepar teraba membesar 4 cm di bawah arcus costae dengan
tepi rata, konsistensi padat dan permukaan tidak berbenjol-benjol.

16
Assesment
Diagnosis Kerja : Abses hepar
Gastritis Akut
Diare kronik

9/28/2017
Diagnosis Banding : Hepatoma
Kolesistitis
Kolelitiasis

17
Tatalaksana
IVFD Asering 20 tetes per menit
Inj cefotaxim (iv) 2 x 1 gr

9/28/2017
Inj ketorolac (iv) 2 x 1 amp
Inj Ranitidin (iv) 2 x 1 amp
Alprazolam tab (0-0-1)

18
Rencana Pemeriksaan
Laboratorium:
Darah Rutin

9/28/2017
Darah Kimia
Pem. Serologi

19
Hasil Pemeriksaan Penunjang
LABORATORIUM
A. Darah Rutin (Tanggal 22/11/2016)
WBC : 14,25 x 103/ UL (4,00-10,00)
LYM : 2,7 x 103/ UL (0,80-4,00)

9/28/2017
GRA : 23,5 % (20,00-50,00)
MON : 7,6 x 103 /UL (2,00-7,80)
RBC : 4,00 x 103/UL (4,00-5,74)
HGB : 10,9 g/dl (13,10-17,20)
MCHC : 29,43 g/dl (32-35,50)
MCH : 22,26 pg (27,80-33,80) B. Darah Kimia (15/11/2016)
MCV : 75,62 fL (83,90-99,10) GDP : 50 mg/dl ( 80-100mg/dl)
HCT : 37,03 %(38,00-50,80) Ureum : 16mg/dl (10-50mg/dl)
PLT : 319 x 103/UL (150.000-350.000) Kreatinin : R. habis
Kolesterol total: 71 (<200mg/dl)
SGOT : 26 (<33 U/L)
SGPT : 44 <50 U/L) 20
Hasil Pemeriksaan Penunjang
C. Pem. Serologi (Tanggal 15/11/2016)
HbsAg : Non reaktif

9/28/2017
Anti HCV : Non reaktif
HIV : Non reaktif

D. Parasitologi (22/11/2016)
Malaria : (-)

21
USG Abdomen (22/11/2016)
Hepar Ukuran membesar (uk. Sekitar 15 cm), tepi reguler, sudut
tajam, ekogenitas parenkim inhomogenV. Hepatica dan vena
cava inferior tak melebar, tampak lesi hipoekoik dengan
necrotic area, bentuk relatif bulat, batas tegas, tepi sebagian

9/28/2017
irreguler pada segmen 7 (uk. Sekitrar 8.52-8.81 cm)

Ginjal Kanan Ukuran normal, tepi rata intensitas echo parenkim tampak
normal, batas sinus cortex masih tampak jelas, tak tampak
ektasis sistem pelviocalyceal, tak tampak adanya
batu/kista/massa
Ginjal Kiri Ukuran normal, tepi rata intensitas echo parenkim tampak
normal, batas sinus cortex masih nampak jelas, tak tampak
ektasis sistem pelviocalyceal, tak tampak adanya
batu/kista/massa
22
Gallbladder Ukuran tak membesar, didnding tak menebal, tak tampak
sludge maupun batu
Spleen Ukuran tak membesar, parenkim
homogen, tak tampak nodul. Vena
lienalis tak melebar

9/28/2017
Pankreas Ukuran tak membesar, parenkim
homogen
Vesica urinaria Terisi urin optimal, dinding tak
menebal, tak tampak batu
Prostat Ukuran tak membesar

KESAN :
Lesi hipoekoik dengan necrotic area, bentuk relatif bulat, batas
tegas, tepi sebagian irreguler pada segmen 7 hepar (uk. Sekitar 8.52 23
x 8.81 cm) Gambaran Liver Abscess
9/28/2017
24
9/28/2017
25
FOLLOW UP

9/28/2017
26
9/28/2017
27
9/28/2017
28
9/28/2017
29
9/28/2017
30
9/28/2017
31
9/28/2017
32
9/28/2017
33
9/28/2017
34
TINJAUAN PUSTAKA

9/28/2017
ABSES HEPAR

35
Definisi

Rongga patologis berisi jaringan nekrotik yang timbul dalam

9/28/2017
jaringan hati akibat infeksi amuba, bakteri, parasit, atau
jamur.
AMEBIK (AHA)

ABSES
HEPAR
PIOGENIK (AHP)
36
Epidemiologi
ABSES hepar amebik > Abses hepar piogenik (di
negara berkembang)

9/28/2017
AHP >> di daerah tropis dengan kondisi sanitasi yang
kurang
AHP : P >W
Usia berkisar > 40 tahun
Insidensi puncak pada dekade ke-6

37
Etiologi
Abses Hepar Abses Hepar
Amebik Piogenik

9/28/2017
Entamoeba histolytica E. coli >>
Penularan : ingesti Microaerophilic
kista dari air, makanan, Streptococci, Anaerobic
dan tangan yang streptococc
terkontaminasi secara Klebsiella pneumonia,
fekal. bacteroides, fusobacterium,
Staphylococcus aureus 38
Staphylococcus milleri,
Candida albicans,
Patogenesis
Abses Hepar Amebik

Penempelan E. histolytica pada mukus

9/28/2017
usus
Pengrusakan sawar intestinal

Lisis sel epitel intestinal serta sel radang

Penyebaran amoeba ke hepar

39
9/28/2017
40
Abses Hepar Piogenik

Terjadi melalui infeksi dari :


Vena Porta

9/28/2017
Saluran empedu
Infeksi langsung melalui luka penetrasi

Septisemia

Kriptogenik
41
Manifestasi Klinis
Abses Hepar Amebik
Demam dan nyeri perut kuadran kanan atas, dengan sifat nyeri

9/28/2017
yang tumpul seperti ditekan, atau pleuritik, dan dapat menjalar
ke bahu.
Efusi pleura kanan biasa terjadi. Jarang terjadi ikterus.
Diare aktif sebelumnya.
Nyeri dada kanan bawah atau nyeri bahu abses terletak dekat
diafragma
Nyeri di epigastrium absesnya di lobus kiri
Anoreksia, mual, muntah, perasaan lemah badan, dan penurunan
berat badan 42
Batuk dan gejala iritasi diafragma juga bisa dijumpai walaupun
tidak ada ruptur abses melalui diafragma.
Abses Hepar Piogenik

>> berat dari AHA

9/28/2017
Nyeri spontan perut kanan atas, yang ditandai dengan jalan
membungkuk ke depan dengan kedua tangan diletakkan di atas.
Malaise, demam yang tidak terlalu tinggi
Iritasi diafragma nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk
maupun atelektasis.
Mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan
berat badan , buang air besar berwarna seperti kapur dan buang
air kecil berwarna lebih gelap.
Ikterus 43
Pemeriksaan Penunjang
Abses Hepar Amebik Abses Hepar Piogenik
Lab : Lab :

9/28/2017
Lekositosis berkisar 5.000 Tidak terdapat tanda-tanda
30.000, tetapi umumnya spesifik.
antara 10.000 - 12.000. Leukosit meningkat dengan
Kadar fosfatase alkali serum jelas walaupun pada
meningkat. kultur beberapa kasus
Tes serologi titer amuba menunjukkan kadar yang
menunjukkan hasil diatas normal.
atau sama dengan 1 : 128. LED meningkat
Peningkatan nilai bilirubin Anemia ringan 44
& pemanjangan masa Fosfatase alkali dapat
protrombin. meningkat.
Abses HeparAmebik Abses Hepar Piogenik

Radiologi : Pada foto polos, elevasi atau


Terlihat kubah diafragma perubahan diafragma kanan

9/28/2017
kanan meninggi, efusi terlihat pada 50% kasus.
pleura dan atelektasis paru Dapat dijumpai atelektasis
kanan. pleura kanan, efusi pleura
Pemeriksaan USG dengan : kanan, peleuritis, empiema,
menentukan lokasi dan abses paru.
besarnya abses.
Abses biasanya terletak di
tepi hati, tunggal dan terisi
cairan hipoekoik.
45
CT-scan: deteksi luasnya lesi
hingga kurang dari 1 cm.
Diagnosis
Abses Hepar Amebik
Kriteria Ramachandran
Kriteria Sherlock: (bila didapatkan 3 atau

9/28/2017
1. Hepatomegali yang nyeri tekan lebih dari):
2. Respon baik terhadap obat 1. Hepatomegali yang nyeri
amoebisid 2. Riwayat disentri
3. Leukositosis 3. Leukositosis
4. Peninggian diafragma kanan 4. Kelainan radiologis
dan pergerakan yang kurang
5. Respon terhadap terapi
5. Aspirasi pus amoebisid
6. Pada USG didapatkan rongga
dalam hati
7. Tes hemaglutinasi (+) positif 46
Kriteria lamont dan Pooler (bila didapatkan 3 atau lebih
dari ):

9/28/2017
1. Hepatomegali yang nyeri
2. Kelainan hematologis
3. Kelainan radiologis
4. Pus amoebik
5. Tes serologic positif
6. Kelainan sidikan hati
7. Respon yang baik dengan terapi amoebisid
47
Abses Hepar Piogenik

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan laboratories serta


pemeriksaan penunjang.
Diagnosis AHP kadang-kadang sulit ditegakkan sebab gejala dan

9/28/2017
tanda klinis sering tidak spesifik.
Diagnosis berdasarkan penyebab adalah dengan menemukan
bakteri penyebab pada pemeriksaan kultur hasil aspirasi, ini
merupakan gold standard untuk diagnosis.

48
Diagnosis Banding
Diagnosis abses hepar amoebik dapat dibingungkan dengan
penyakit paru atau kandung empedu atau penyakit demam

9/28/2017
lainnya dengan sedikit tanda yang terlokalisir, seperti malaria
atau demam typhoid.
Sejak radiologi telah mampu mendiagnosis adanya abses hepar,
yang paling penting pada diagnosis banding apakah abses
heparnya amoebik atau pyogenik.
Abses pyogenik biasanya tejadi pada orang tua dan memiliki
riwayat penyakit pencernaan yang mendasari atau riwayat baru
operasi.
Tes serologi amoebik dapat membantu, tetapi aspirasi pus 49
dengan pewarnaan Gram dan kultur pus, mungkin dibutuhkan
untuk membedakan keduanya.
Penatalaksanaan
Tirah baring, diet tinggi kalori tinggi protein.
Pada AHA: metronidazole 4 x 500-750 mg/hari selama 5-10

9/28/2017
hari. Metronidazol merupakan pilihan utama pada AHA.
Nitroimidazol kerja lambat ( tinidazol dan ornidazol) efektif
sebagai terapi dodis tunggal pada negara berkembang.
Pada AHP: antibiotika spectrum luas, dan termasuk ampicillin
dan aminoglikosida (bila dicurigai sumber infeksi dari bilier)
atau golongan sefalosporin generasi ketiga (bila dicurigai
sumber infeksi berasal dari kolon), dan sebagai tambahan
metronidazol, untuk organism anaerob,atau sesuai hasil kultur
kuman.
50
Drainase cairan abses terutama pada kasus yang gagal dengan
terapi konservatif atau bila abses berukuran besar (>5 cm)

9/28/2017
Pembedahan harus dipersiapkan jika terjadi perforasi dan ruptur
abses ke perikard

51
Komplikasi
Ruptur abses hati disertai peritonitis generalisata dengan mortalitas 6-
7%,

9/28/2017
Kelainan pleuropulmonal
Gagal hati
Perdarahan ke dalam rongga abses,
Empiema
Ruptur ke dalam perikard atau retroperitoneum.

52
Prognosis
Prognosis penyakit ini ditentukan oleh virulensi parasit, status
imunitas dan keadaan nutrisi penderita, usia penderita (lebih

9/28/2017
buruk pada usia tua, tipe akut mempunyai prognosis lebih buruk,
letak abses di lobus kiri dan multiple memiliki prognosis lebih
buruk.
Mortalitas AHP yang diobati dengan antibiotika yang sesuai
bakterial penyebab dan dilakukan drainase adalah 10-16%.
Prognosis yang buruk apabila terjadi keterlambatan diagnosis dan
pengobatan. Jika hasil kultur darah yang memperlihatkan bakterial
penyebab multiple, tidak dilakukan drainase terhadap abses,
adanya ikterus, hipoalbuminemia, efusi pleural, atau adanya 53
penyakit lain.
9/28/2017
DISKUSI KASUS

54
Kasus :
Pasien masuk dengan keluhan nyeri perut kanan atas yang sifat nyerinya
seperti ditusuk-tusuk, tembus ke belakang sampai menjalar ke ulu hati. Pasien
juga mengalami mual dan riwayat demam. Dari hasil pemeriksaan fisis
diperoleh adanya hepatomegali, yakni hepar teraba 4 cm bawah arcus costa,
dengan permukaan yang fluktuatif, konsistensi lunak, tepi regular, dan nyeri

9/28/2017
tekan (+).

Pembahasan (diagnosis) :
Beberapa penyakit dengan manifestasi nyeri perut kanan atas dan
hepatomegali yaitu Hepatoma, Hepatitis, Abses Hepar. Pada pasien ini,
diagnosis lebih cenderung ke arah abses hepar hepatomegali dengan
permukaan yang fluktuatif dan konsistensi yang lunak. Sedangkan pada
hepatoma, hepar cenderung konsistensinya keras, permukaan bisa rata
ataupun tidak rata, atau bahkan berbenjol-benjol, atau dengan tepi yang
tumpul.
55
Anamnesis :
Riwayat diare sebulan sebelumnya. AHA merupakan salah satu
komplikasi amebiasis ekstraintestinal yang paling sering dijumpai.
Ada beberapa kriteria untuk mendiagnosis AHA, antara lain
kriteria Sherlock (1969).
Kasus ini memenuhi kriteria Sherlock yaitu adanya hepatomegali
yang nyeri tekan, adanya lekositosis, dan pemeriksaan USG yang

9/28/2017
mendukung (adanya rongga di dalam hepar), serta adanya respon
yang baik setelah terapi amoebisid.

P. Penunjang :
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya leukositosis
(14.025), penurunan kadar Hb (10,9) kesan anemia mikrositik
hipokrom. Untuk pemeriksaan 3 virus, didapatkan HbsAg, Anti
HCV dan HIV non reaktif. Hasil USG abdomen menunjukkan adanya
abses hepar dengan ukuran 8,52 x 8,81 cm. Hasil pemeriksaan
penunjang ini mendukung diagnosis abses hepar.
56
Pemeriksaan fisis & P. Penunjang :
Didapatkan nyeri pada hipokondrium dextra peregangan
kapsula Glison pada hepar sebagai akibat adanya abses.
Anemia trophozoit sangat aktif bergerak, mengandung

9/28/2017
protease yaitu hialuronidase dan mukopolisakaridase yang
mampu mengakibatkan destruksi jaringan dan mampu memangsa
eritrosit
Leukositosis sendiri muncul sebagai akibat dari reaksi inflamasi
dari infeksi.

57
Penatalaksanaan
Diet hepar dan pemberian infus Asering 20 tpm sebagai
penyeimbang elektrolit.
Antibiotik : Metronidazole yang merupakan drug of choice dengan
dosis 0,5 gr/ 8jam/ drips.

9/28/2017
Cefotaxime yang merupakan antibiotik sefalosporin generasi ke tiga (
3 ) dan bersifat bakterisidal. cefotaxime aktif terhadap bahteri gram
negatif seperti : E.coli, H.influenzae, Klebsiella sp, Proteus sp ( indole
positif dan negatif ), Serattia sp, Neissarea sp, dan Bacteroides sp. Bakteri
gram positif yang peka antara lain : Staphylococci, Streptococci
aerob serta anaerob, Streptococcus pneumoniae, dan

58
Ranitidin (antagonis reseptor histamin 2(AH2) memblokir
efek histamin pada sel parietal lambung sehingga menghambat
produksi asam lambung dan bermanfaat untuk mengurangi
nyeri epigastrium yang dialami pasien.

9/28/2017
Sucralfat sirup : membentuk lapisan sitoprotektif untuk
melindungi mukosa lambung terhadap pengaruh asam dan
pepsin.
Sohobion : mengatasi rasa pegal, capek, dsb sedangkan
ketorolak yang merupakan golongan NSAID diberikan sebagai
anti nyeri.
Ukuran abses yang besar, > 5 cm pada kasus ini, merupakan
indikasi dilakukannya drainase.

59
9/28/2017
60

Anda mungkin juga menyukai