PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Ilmu Kebidanan (Obstetri dan Ginekologi), penting mengetahui bagaimana
proses kelahiran mulai dari pembuahan sampai pada persalinan, juga sistem-sistem yang
berperan di dalamnya baik secara anatomi maupun fisiologi, dalam hal ini adalah organ
reproduksi dari wanita. Namun kita juga wajib mengetahui tentang kesehatan organ
reproduksi itu sendiri.
Salah satu hal penting dalam kesehatan reproduksi adalah mengenal dan memahami
penyakit-penyakit yang menyerang organ reproduksi wanita, salah satu yang akan dibahas
adalah Infeksi pada Genitalia Wanita. Infeksi pada genitalia wanita dapat terjadi baik itu di
bagian luar (eksternal) maupun bagian dalam (internal) dari genitalia wanita.
Pemahaman infeksi genitalia eksterna dan interna wanita sangat penting dalam
proses reproduksi manusia. Dengan pemahaman yang baik tentang penyakit, gejala klinis
maupun diagnosa, maka sebagai paramedis, kita dapat melakukan penanganan yang tepat
sehingga penyakit tersebut tidak membawa akibat baik pada organ reproduksi itu sendiri,
maupun pada sistem organ lain sehingga mengganggu kehamilan.
1.2 Masalah
1. Apa saja penyakit infeksi pada genitalia wanita
2. Apa gejala dari infeksi pada genitalia wanita
3. Bagaimana diagnosanya
4. Bagaimana terapinya
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa saja mengenai infeksi genitalia wanita
2. Mengetahui jenis-jenis infeksi pada genitalia wanita
3. Mengetahui gejala klinis dan diagnosa tiap penyakit infeksi
4. Mengetahui terapi
1.4 Manfaat
1. Untuk mahasiswa kedokteran UNCEN, khususnya angkatan VIII, agar mengerti tentang
infekksi genitalia wanita, gejala klinis, diagnosa, dan yang terpenting penatalaksanaanya
2. Sebagai latihan bagi penulis bagaimana membuat karya tulis ilmiah yang baik
Diagnose
Diagnose sebab flour albus dapat dicari dengan memperoleh
- Anamnesa: apakah ada partner dengan gonorrhoe
- Keadaan umum
- Pemeriksaan dalam
- Pemeriksaan mikro biologis dan bakteriologis
- Cairan yang seperti susu biasanyaberasal dari vagina
- Cairan yang liat mukopurulent biasa berasal dari cervix
- Cairan yang purulen biasa disebabkan oleh gonococcus
- Cairan yang membuih (berbusa) biasa disebabkan oleh trichomonas
- Zat seperti keju biasa disebabkan oleh monila, biasa disertai rasa sangat
gatal.
- Cairan yang jernih berasal dari asthenia
- Flour bercampur darah biasa disebabkan oleh malignitas, endometritis
senifilis
- Flour albus pada anak biasanya disebabkan oleh gonococcus, corpus
allienum dan oxyuris
- Flour albus pada pubertas biasa disebabkan oleh asthenia dan rangsang
seksual (onani)
- Flour albus pada orang tua biasa disebabkan oleh kolpitis, endometritis
senilis dan karsinoma
Komplikasi:
Komplikasi flour albus ialah pruritus, eczema dan condylomata acuminate sekitar vulva.
Terapi:
Tergantung dari etiologi.
Gejala Gejala
Perasaan panas dan nyeri terutama waktu kencing, Leucorhoe yang sering
disertai perasaan gatal shingga terjadi iritasi oleh garukan, adanya gangguan
coitus, introitus dan labia menjadi merah dan bengkak dan sering tertup oleh
secret.
Penyulit vulvitis
1. Barthonilitis
Biasanya oleh gonococcus tapi dapat juga disebabkan oleh kuman biasa.
Terjadi pembengkakan pada labium mayor dan juga terdapat abses
2. Condylomata acuminate
Tumor tumor bersifat kutil yang runcing biasanya akibat fluor.
Herpes genitalis
Herpes genitalis di sebabkan oleh tipe dua herpes virus hominis, yang
dekat hubungannya dengan tipe 1 herpes virus simpleks, penyebab herpes
labialis. Herpes genitalis umumnya dianggap sebagai akibat hubungan
seksual dan terjadi dalam 3-7 hari setelah koitus. Jika penyakit timbul, di
tengah- tengah daerah dengan radang dan edema tampak sejumlah vesikel
yang biasanya berlokasi pada labia minora, bagian dalam labia mayora dan
preputium klitoridis. Tempat- tempat itu di rasakan panas dan gatal, dan arena
yang di garuk sering timbul infeksi sekunder. Kadang- kadang tampak pula
ulkus - ulkus kecil yang dangkal. Selain pada vulva ditemukan pula pada
vagina dan serviks uteri yang menyebvabkan leukorea, perdarahan dan
disuria.
Dengan pengobatan simtomatis biasanya penyakit sembuh sendiri,
akan tetapi kemungkinan bisa timbul kembali. Timbulnya kembali mungkin
merupakan reaktivasi dari infeksi yang sesungguhnya tidak sembuh, dan
tinggal laten. Selanjutnya virus mungkin memegang perannya timbul
karsinoma serviks uteri.
Diagnosis herpes genitalia dapat dibuat dengan jalan pembiakan pada
luka-luka di vulva, vagina atau serviks dan dengan tes serologic. Sebagi terapi
dapat dilakukan terapi simtomatis dengan obat- obat yang mengurangi rasa
nyeri dan gatal, dan yang mengeringkan daerah yang kena infeksi. Akhir-
Kondiloma akuminata
Kondiloma akuminata berbentuk seperti kembang kubis (cauliflower)
dengan di tengahnya jaringan ikat dan di tutup terutama di bagian atas oleh
epitel dengan hiperkleratosis. Dalam bentuk kecil dan besar, sendiri atau
berkelompok. Lokasinya pada berbagai bagian vulva, perineum, pada daerah
perinal, vagina dan serviks uteri.
Kondiloma akuminata kiranya disebabkan oleh suatu jenis virus yang
banyak persamaannya dengan penyebab veruka vulgaris. Adanya leukorea
oleh sebab lain memudahkan tumbuhnya virus dan kondiloma akuminata.
Kelainan ini juga lebih sering di temukan pada kehamilan karena lebih
banyak vaskularisasi dan cairan dalam jaringan. Diagnosa kondiloma tidak
sukar di buat dan dapat di bedakan dari kondiloma lata, suatu manifestasi dari
sifilis.
Kondiloma akuminta kecil dapat di sembuhkan dengan larutan 10%
podofilin dalam gliserin atau alcohol. Pada waktu pengobatan daerah
sekitarnya harus di lindungi dengan vaselin, dan setelah beberapa jam tempat
pengobatan harus di cuci dengan air dan sabun. Pada kondiloma yang luas,
terapinya terdiri atas pengangkatan dengan pembedahan atau keuterisasi.
Untuk mencegah timbulnya residif , harus di usahakan kebersihan pada bekas
kondiloma akuminata dan leukorea haruss di obati.
Vulvitis diabetika
Pada vulvitis diabetika vulva merah dan sedikit membengkak.
Keluhan terutama rasa gatal, di sertai rasa nyeri. Jaringan pada penderita
diabetes mengandung kadar glukosa yang lebih tinggi, dan air kencing
dengan glukosuria menjadi penyebab peradangan. Oleh karena itu pada
penderita dengan vulvitis yang sebabnya tidak jelas, perlu dipikirkan adanya
diabetes. Vulvitis diabetika kadang-kadang dapat di sertai dengan moniliasis.
Terapi terdiri atas pengobatan diabetes melitus dan pengobatan lokal.
Terapi
Terapi yang paling baik adalah dengan terapi causal. Misalnya pada
infeksi oleh kuman kuman dapat di berikan obat yang mengandung obat
antimikroba, atimycotika sering dengan kortison
2. VAGINITIS
Flora vagina terdiri atas banyak jenis kuman, antara lain basil
Dderlen, streptococcus, staphylococcus dan difteroid yang dalam keadaan
nrmal bersimbiosis. Jika simbiosis terganggu maka kuman-kuman tersebut
dapat berkembang biak sehingga menimbulkan vaginitis nonspesifik. Selain
itu terdapat pula vaginitis akibat trikomonas vaginalis, kandida albicans, dan
haemophylus vaginalis.
Beberapa keadaan yang memudahkan terjadinya vaginitis :
a. Coitus, terutama kalau smegma preputium (pria) mengandung
kuman.
b. Tampon tampon dalam vagina misalnya untuk menampung darah
haid.
c. Hygiene yang kurang.
d. Atrofi epitel vagina pada masa senil (menopause) dimana epitel
vagina kurang mengandung glikogen dan menjadi tipis.
e. Corpus allienum : terutama pada anak anak, tetapi juga alat-alat
perangsang sex pada orang dewasa.
Gejala yang penting pada vaginitis adalah leukorea, terdiri dari cairan
yang kadang-kadang bercampur dengan lendir, dan dapat menjadi
mukopurulent. Gejala ini sering disertai oleh rasa gatal dan membakar.
Vaginitis biasanya disertai dengan vulvitis (vulvovaginitis) dimana
permukaan vulva dan vagina menjadi merah dan agak membengkak, pada
vagina ditemukan pula bintik-bintik merah (vaginitis granularis). Pada
vaginitis basil Dderlein jarang terdapat atau bahkan tidak ada, fluor yang
dikeluarkan juga mengandung banyak leukosit.
Trikomoniasis
Vulvovaginitis ini disebabkan oleh trikomonas vaginalis. Trikomonas
vaginalis adalah suatu parasit dengan flagella yang bergerak sangat aktif.
Paling sering ditularkan melalui koitus dimana parasit biasa terdapat pada
uretra dan prostat pria.
Terapi
Terapi yang baik adalah dengan memberikan metronidazole per os
dalam dosis 500 mg tiap 12 jam selama 5 hari sehingga total ialah 5 gram,
karena berguna dalam memberantas trikomonas tidak saja pada alat genital
tetapi juga pada urethra dan kandung kencing. Pemberian intravaginal dapat
membantu pemberian obat per os.
Sebagai obat per vaginam dapat diberikan metronidazole supositoria,
AVC sups. atau krem, dan Tricofuron sups. Terapi per vaginam dianjurkan
pada kehamilan 20 minggu atau pada penderita yang peka terhadap
metronidazole.
Sangat perlu bahwa bersamaan dengan pengoobatan wanita,, suami
juga harus diberi metronidazole per os dalam dosis yang sama untuk
mencegah infeksi berulang.
Kandidiasis
Kandidiasis disebabkan oleh infeksi dari jamur kandida albicans,
yakkni suatu jenis jamur gram positif yang memiliki benang-benang
pseudomiselia yang terbagi-bagi dalam kelompok blastospores. Ia dapat
tumbuh dengan cepat dan menyebabkan vaginitis pada wanita hamil, wanita
yang minum pil kontrasepsi hormonal, wanita yang diberi terapi antibiotika
spektrum luas, wanita dengan diabetes, dan wanita dengan kesehatan yang
mundur.
Vulvovaginitis karena infeksi oleh kandida albicans menyebabkan
leukorea berwarna keputihan dan sangat gatal. Pada pemeriksaan terdapat
radang vulva dan vagina, pada dinding sering terdapat membran-membran
kecil berwarna putih, yang jika diangkat akan meninggalkan bekas yang agak
berdarah.
Terapi
Yang banyak dipakai adalah tablet vaginal Mycostatin (10.000 Unit)
dimasukkan dalam vagina 1 sampai 2 tablet sehari selama 14 hari. Pemakaian
Mycostatin per os untuk kandida yang masih bersarang pada traktus
digestivus. Untuk mencegah timbulnya residif, tablet Mycostatin dapat
diberikan per vaginam satu minggu sebelum haid selama beberapa bulan.
Terapi
Terapi harus diberikan pada suami isteri, berupa ampisilin 2 gram
sehari untuk 5 hari, atau jika peka terhadap penisilin dapat diberikan
tetrasiklin. Disamping itu, kepada wanita diberikan Betadin vaginal douche.
Vaginitis Emfisematosa
Penyakit ini jarang didapat, dan pada umumnya dijumpai pada wanita
hamil. Pada vaginitis ini ditemukan radang dengan gelembung-gelembung
kecil berisi gas pada dinding vagina dan portio uteri. Penyebab infeksi masih
belum diketahui. Pengobatan masih berupa pengobatan simptomatis.
3. CERVISITIS
Cervicitis (endocervitis) ialah radang dari selaput lendir canalis
cervicalis. Karena epitel selaput lendir canalis cervicitis hanya terdiri dari satu
lapisan sel silindris maka lebih mudah terkena infeksi dibandingkan dengan
selaput vagina.
Walaupun begitu terkadang canalis cervicalis terlindung dari infeksi
oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barrier terhadap kuman-
kuman yang terdapat dalam vagina.
Terjadinya cervicitis dipermudah oleh adanya robekan cervix,
terutama yang menimbulkan ectropion.
Gejala:
- Flour hebat biasanya kental atau purulen dan kadang-kadang berbau.
- Sering menimbulkan erosio (erythroplaki) pada portio, yang nampak
sebagai daerah yang merah menyala.
- Pada pemeriksaan in speculo kadang-kadang dapat dilihat flour yang
purulent keluar dari canalis cervicalis. Kalau portio normal tidak ada
ectropion, maka harus diingat kemungkinan gonorrhoe.
- Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.
- Pada cervicitis yang kronis kadang-kadang dapat dilihat bintik putih dalam
daerah selaput lendir yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebut
ovula nabothii dan disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar cervix karena
saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka cervix atau karena
radang.
Servicitis Akuta
Servicitis akuta dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang
diawali di endocervix dan ditemukan pada gonorea dan pada infeksi
postabortum atau postpartum, yang disebabkan oleh streptokokus,
stafilokokus dan lain-lain. Dalam hal ini cervix merah dan membengkak
dengan mengeluarkan cairan mukopurulen. Akan tetapi gejala-gejala pada
cervix biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi
yang bersangkutan. Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi
tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis
kronika.
Servicitis kronika
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah
melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada cervix karena partus atau abortus
memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-
kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun.
Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal porsio uteri
dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh ke dalam
stroma di bawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga
terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh (ovula nabothii).
Gambaran servisitis kronika sering kali pada pemeriksaan biasa sukar
dibedakan dari karsinoma cervicitis uteri dalam tingkat permulaan. Oleh
sebab itu sebelum dilakukan pengobatan, perlu pemeriksaan hapusan menurut
Papanicolaou yang jika perlu diikuti biopsy, untuk kepastian bahwa tidak ada
karsinoma.
Terapi
Pengobatan local dengan obat-obat tinktura jodii, larutan nitras argenti
dan sebagainya tidak dapat menyembuhkan cervicitis kronika, oleh karena
tidak dapat mencapai kuman-kuman yang bersarang di dalam kelenjar-
kelenjar. Pengobatan yang baik ialah dengan jalan kauterisasi-radial dengan
termokauter atau dengan krioterapi. Sesudah kauterisasi atau krioterapi
terjadi nekrosis; jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu
dan diganti lambat laun oleh jaringan sehat. Jika radang menahun mencapai
endicervix jauh ke dalam kanalis servikalis, perlu dilakukan konisasi dengan
mengangkat sebagian besar mukosa endocervix. Pengangkatan tersebut
seharusnya dilakukan dengan pisau, supaya jaringan yang dikeluarkan, dapat
diperiksa mikroskopis. Pada laserasi cervix yang agak luas perlu dilakukan
traekhelorafia. Pinggir sobekan dan sedikit endocervix diangkat, lalu luka-
luka baru dijahit demikian rupa, sehingga bentuk cervix seperti semula.
Jahitan secara sturmdorf dapat mengatasi perdarahan yang timbul jika
sobekan dan infeksi sangat luas, perlu dilakukan amputasi cervix. Akan tetapi
perpendekan cervix dapat mengakibatkan abortus jika terjadi kehamilan,
sehingga pembedahan yang akhir ini sebaiknya dilakukan pada wanita yang
tidak ingin hamil lagi.
Klamidia Trakomatis
Merupakan organisme yang paling sering ditularkan secara seksual.
Secara epidemiologic didapatkan angka kejadian infeksi klamidia diantara
peserta KB di Jakarta Utara pada tahun 1997 sebesar 9,3% sementara diantara
perempuan yang tinggal di daerah rural di Bali angka kejadian sebesar 5,6%.
Terapi
Dari (Center for Disease control and Prevention (CDC) :
1. Azitromisin 1 g per oral (dosis tunggal) atau
2. Doksisiklin 100 mg peroral 2xsehari selama 7 hari.
Terapi alternative:
1. Eritromisin basa 500 mg per oral 4xsehari selama 7 hari atau
2. Eritromisin etilsuksinat 800 mg 4xsehari selama 7 hari atau
3. Ofloksasin 300 mg per oral 2xsehari selama 7 hari atau
4. Levofloksasin 500 mg per oral 1xsehari selama 7 hari
5. Pasangan seks harus dirujuk ke klinik atau dokter untuk mendapatkan
pengobatan. Uji kesembuhan hanya diperlukan pada pasien hamil atau jika
tetap ada keluhan.
Gonorea
N. gonorrhoeae adalah diplokokus gram negative yang menginfeksi
epitel kolumner atau pseudostratified. Oleh karena itu, traktus urogenitalis
merupakan tempat infeksi yang biasa. Manifestasi lain infeksi adalah gonorea
faringeal atau menyebar. Masa inkubasi 3-5 hari. Gejala seperti infeksi
clamidia, seringkali pasien tidak mempunyai keluhan tetapi mungkin mereka
datang dengan cairan vagina, disuria, atau perdarahan uterus abnormal.
Diagnosis adalah dengan biakan dengan medium selektif merupakan
uji terbaik untuk gonorea. Diagnosis di tegakan jika pada pengecatan gram
terlihat diplokokus intraseluler tetapi sensitifitasnya hanya sekitar 60%.
Pembagian
a) Radang akut yang disebabkan oleh :
Gonorrhoe (60 %)
Kuman kuman lain : streptococcus aerob dan anaerob, dan staphylococcus.
b) Radang kronis, yang berasal dari : radang akut dan TBC
Berturut-turut terjadi :
Endometritis
Salpingitis, adnexitis yang dapat menimbulkan infertilitas atau kehamilan
ektopik.
Pelveoperitonitis dengan akibat perlekatan-perlekatan atau abses.
Endometritis akut
Terutama terjadi postpartum atau postaborium. Pada endometritis
postpartum regenerasi endometrium selesai pada hari ke 9, sehingga endometritis
postpartum pada umumnya terjadi sebelum hari ke 9. Endometritis postabortum
terutama terjadi pada abortus provokatus. Endometritis juga dapat terjadi pada masa
senil.
Pada endometritis akut endometrium mengalami edema dan hiperemi dan
infiltrasi leukosit berinti polimof yang banyak, serta perdarahan- perdarahan
interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada
abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servitis akut, dan radang menjalar ke atas dan
menyebabkan endometritis akut.
Infeksi postabortum dan post partum sering terdapat oleh karena luka- luka
pada serviks uteri, luka pada dinding uterus bekas tempat plasenta, yang merupakan
porte dentre bagi kuman kuman pathogen. Selain itu, alat- alat yang di gunakan
pada abortus dan partus bebas kuman dan dapat menyebar menuju uterus.
Pada abortus septic dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan
melalui pembuluh-pembuluh darah dan limfe dapat menjalar ke parametrium, ke
tuba dan ovarium dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala- gejal endomettritis akut
dalam hal ini di selubungi oleh gejal-gejala penyakit dalam keseluruhannya.
Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan
uterus serta daerah di sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di
luar partus atau abortus, seperti kerokan masukan radium kedalam uterus, masukan
IUD (Intra Uteri Device) ke dalam uterus, dan sebaginya.
Tergantung dari virulensi kuman yang di masukan ke dalam uterus, apakah
dapat di batasi pada endometrium atau menjalar ke jarinagsn sekitarnya.
Endometrisis akut yang di sebabkan oleh kuman kuman yang tidak terlalu
pathogen umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan
pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu menstruasi.
Pengobatan endometritis akut yang paling penting ialah berusaha mencegah, agar
infeksi tidak menjalar.
Terapi
Uterotonika
Istirahat letak Fowler
Endometritis kronik
Endometritis tidak seberapa sering terdapat , oleh karena infeksi yang tidak
dalam masukmya ke dalam miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena
pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan
mikroskopik di temukan banyak sel- sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit
saja tidak besar artinya karena sel itu ditemukan dalam keadaan normal dalam
endometrium. Gejala- gejala klinis endometritis kronik ialah leukorea dan
menoragia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
Endometritis di temukan :
a. Tuberculosis,
b. Adanya sisa-sisa abortusatau partus,
c. Jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;
d. Pada polip uterus uterus dengan infeksi;
e. Tumor ganas uterus;
f. Salpingo-ooforitis dan sellulitis uterus.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus
genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel di tengah- tengah
endometrium yang meradang menahun.
Abortus inkompletus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat decidua dan
villi korialis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat
peradangan dari organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan
terbentuklah polip plasenta.
Endometritis kronik yang lainnya akibat infeksi terus-menerus karena adanya benda
asing atau polip/tumor dengan infeksi didalam kavum uteri.
Untuk diagnose pemeriksaan histologik endometrium selama haid, diketahui
bahwa perubahan yang ditemukan dalam endometrium yang dulu dianggap patologi
adalah gambaran normal dari endometrium dalam berbagai fase siklus haid.
Metritis kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu di buat atas dasar
menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasanya, sakit pinggang, dan
leukorea. Akan tetapi pembesaran uterus pada seorang multi para umumnya katena
penambahna jaringan ikat akibat kehamilan, sedang gejala-gejala yang lain
mungkin mempunyai sebab lain.
Gejala klinis dan terapi secara umum sama seperti pada endometritis.
Diagnose pasti hanya dapat dibuat secara patolog-anatomi.
3. PARAMETRITIS
Parametritis terjadi ketika kuman-kuman melewati batas uterus sampai ke
jaringan ikat di parametrium melalui limfe dan darah. Infeksi paling sering
disebabkan oleh streptococcus dan staphylococcus, jarang oleh E. coli dan kuman-
kuman lain. Kejadian ini muncul karena infeksi puerperal atau post abortum, juga
sebagai akibat tidakan intra-uterin dan sebagainya.
Radang berlokasi paling banyak di parametrium lateral (parametritis
lateralis) akan tetapi bisa juga ke depan (parametritis anterior) dan ke belakang
(parametritis posterior), bahkan bisa menjadi abses. Apabila terjadi abses, dan
proses berjalan terus, maka abses akan mencari jalan keluar seperti di atas
ligamentum Pouparti, ke daerah ginjal, ke bagian paha dalam (melalui foramen
obturatorium), dan sebagainya. Parametritis dapat menjadi kronik dengan
terjadinya fibrosis di tempat radang.
Gambaran klinis menunjukkan bahwa penderita mengalami demam, nyeri
perut bagian bawah di sebelah kiri atau kanan, dan di sebelah uterus teraba tumor.
Jika abses meluas, maka di tempat abses mendekati permukaan akan terdapat
edema dan hiperemi, dan di bawah kulit dan jaringan subkutan dapat diraba bagian
dari tumor yang akan memecah keluar.
4. SALPINGO-OOFORITIS (ADNEKSITIS)
Radang pada tuba fallopi dan ovarium biasanya terjadi bersamaan, sehingga
namanya menjadi salpingo-oofritis atau adneksitis. Radang tersebut diakibatkan
infeksi yang menjalar dari uterus, walaupun infeksi juga bisa datang dari tempat
ektra-vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan-jaringan di sekitarnya.
Penyebab tersering ialah karena infeksi gonorea dan infeksi puerperal dan
postabortum, dan sekitar 10 % infeksi disebabkan oleh TBC. Radang adneksa dapat
timbul akibat tindakan (kerokan, laparatomi, pemasangan IUD, dan sebagainya)
dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
Salpingo-ooforitis Akut
Salpingo-oofritis akut yang disebabkan oleh infeksi gonorea dari uterus
sampai ke tuba melalui mukosa. Pada endosalping tampak edema serta hiperemi
dan infiltrasi leukosit. Pada infeksi yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada
infeksi yang lebih berat kelihatan degenerasi epitel yang kemudian menghilang
pada daerah yang agak luas, dan juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal
yang terakhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba
abdominalis dan dapat menyebabkan peradangan di sekitarnya (peritonitis pelvica).
Akan tetapi pada gonorea ada kecenderungan perlekatan fimbria pada
ostium tuba abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu, sehingga nanah
yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadinya piosalping. Pada salpingitis
gonoroika akut ada kecenderunagn bahwa gonokokus menghilang dalam waktu
singkat (kira-kira 10 hari) sehingga pembiakannya negatif.
Salpingitis akut piogenik banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau
pada abortus septik. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam-macam kuman
seperti sterptococcus (aerobik dan anaerobik), staphylococcus, E. coli, clostridium
welchii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau cavum uteri
melalui jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke
peritoneum pelvik menimbulkan salpingitis interstisialis akut. Mesosalping dan
dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit tetapi mukosa seringkali
normal. Hal ini merupakan perbedaan nyata dengan salpingitis gonoroika, di mana
radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan lumen
tuba. Dalam hubungan ini pada salpingitis piogenik kemungkinan lebih besar
bahwa tuba terbuka setelah penyakitnya sembuh.
Salpingo-ooforitis Kronik
Dapat dibedakan menjadi :
a. Hidrosalping
b. Piosalping
c. Salpingitis interstisial kronik
d. Kista tubo-ovarial, abses tubo-ovarial
e. Abses ovarial
f. Salpingitis tuberkolosa
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian
dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan dengan akibat
retensi cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks
dan hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan
berdinding tipis, sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan-ruangan
kecil.
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding
tebal yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan
jaringan di sekitarnya.
Terapi
Jika penyakitnya masih dalam keadaan subakut, penderita harus diterapi
dengan antibiotik spektrum luas. Jika keadaan sudah tenang dapat diberi terapi
diatermi dalam beberapa seri dan penderita dinasehatkan supaya jangan melakukan
pekerjaan yang berat-berat. Dengan terapi ini walaupun sisa-sisa peradangan masih
ada, namun keluhan penderita sangat berkurang bahkan menghilang. Namun
perlekatan-perlekatan tetap ada dan menyebabkan keluhan-keluhan tidak
menghilang sama sekali.
Terapi operatif dilakukan dengan indikasi :
5. PELVEOPERITONITIS
Radang peritoneum pelvik (pelveoperitonitis) sering bersamaan dengan
salpingo-ooforitis. Pada serosa tuba, ovarium, dan alat-alat di sekitarnya seperti
uterus, fleksurasigmoidea, dan usus halus dijumpai eksudat serous atauu fibrinous,
yang dengan meredanya proses radang, diikuti perlekatan antara alat-alat tersebut.
Akan tetapi ada kemungkinan pula bahwa eksudat bernanah. Sedang pada infeksi
puerperal dan postabortum ada kencenderungan bahwa radang menjadi peritoniti
umum, maka pada infeksi gonorea biasanya terbatas pada daerah pelvik. Jika
eksudat bernanah, maka nanah berkumpul di kavum Duoglasi.
Gejalanya selain demam dan leukositosis, rassa nyeri biasanya lebih berat,
ada mual, terdapat defence muscular, gerakan uterus menyebabkan perasaan sangat
nyeri. Jika ada abses di kavum Duoglasi, teraba tumor dengan batas-batas yang
tidak nyata di belakang uterus, dan yang menonjol ke forniks vagina posterior.
Terapi pada peritonitis pelvik akut tidak berbeda dengan terapi pada
salpingo-ooforitis akut. Jika terdapat abses di kavum Duoglasi, maka terapi yang
tepat ialah kolpotomia posterior dan drainase.
Gambaran klinik.
1. Sifilis primer
Terdapat ulkus (chancre) durum berupa papula dengan ulkus yang meninggi,
padat, dan bersih dan tidak sakit. Biasanya ulkus ini berada pada vulva dan terutama
pada labia tapi juga pada serviks. Biasanya mulai Nampak dari 10-90 hari setelah
terjadi infeksi.
2. Sifilis sekunder
Gejala pada kulit muncul pada kulit timbul kira-kira 2 minggu sampai 6 bulan
setelah hilangnya luka primer. Kelainan yang khas pada kulit bersifat makulopapiler,
folikuler atau pustule.
3. Sifilis laten
Tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala klinis. Tandanya hanya serum yang
reaktif dan kadang- kadang juga cairan spinal juga reaktif. Jika fase laten berlangsung
sampai 4 tahun maka penyakit ini tidak menular lagi kecuali pada janin yang di
kandung wanita yang terjangkit sifilis.
4. Sifilis tersier
Kadang pada vulva di temukan gumma. Kecenderungan gumma berubah
menjadi ulkus dengan nekrosis dan indurasi pada pinggirnya.
5. Sifilis dan kehamilan
Paling sedikit 2/3 wanita hamil dengan usia 20-30 tahun dengan sifilis. Efek
sifilis pada kehamilan dan janin terutama bergantung pada lamanya infeksi yang
terjadi dan pada pengobatannya. jika di obati baik maka bayi akan sehat jika tidak
mendapat pengobtan yang baik akan terjadi sebaliknya.
Atau dapat terjadi abortus, prematuritis dan atau bayi meninggal dengan tanda-
tanda sifilis congenital. Jika infeksi terjadi pada usia kehilan tua maka plasenta
member perlindungan pada janin yang di lahirkan. Apabila infeksi terjadi sebelum
plasenta terbentuk dan dilakukan pengobatan dengan segera infeksi pada janin
mungkin dapat di cegah.
Diagnosis
Dengan adanya anamnesa yang tepat dan di tunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya. Seperti serologic dan mikroskopis medan gelap.
Sifilis laten :
Benzatin penisilin G2,4 juta IM. Jika tidak dilakukan pemeriksaan cairan spinal di
berikan benzatin penisilin G 1,2 juta satuan selama 4 kali IM untuk 7 hari.
Ulkus mole
Ulkus mole adalah penyakit kelamin dengan ulkus yang nyeri sekali. Kuman
penyebabnya adalah hemofilus ducreyi, suatu basil gram negative yang berbentuk batang.
Masa inkubasinya pendek, biasanya luka sudah muncul setelah 3-5 hari. Penularan lewat
koitus dan bisa lewat tangan.
Gambaran klinik.
Luka dini kelihatan berupa vesikopustula pada vulva, vagina atau serviks nyeri tanpa
indurasi. Kemudian luka mengalami degenerasi melebar dan bertambah besar dengan
dasar tidak rata dan kasar, di sekitar tampak lingkaran meradang disertai dengan edema.
Luka terasa nyeri dan sekret yang kental ,berbau dan mudah menular
Diagnosis
Anamnesa yang tepat dan di tunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya seperti
biakan darah, test kulit intradermal dan pengecatan gram.
Terapi
Penanganan local dengan menjaga ulkus tetap bersih mengunakan larutan sabun yang
encer. Pengobatan terdiri atas pemberian jenis sulfonamide, misalnya sulfisoxazole
selama 7-10 hari. Pengobatan di dapat ulang. Streptomisin 1 gr IM setiap hari mungkin
dapat menyembuhkan kankroid biasanya di kombionasi dengan tetrasiklin 500 mg oral 3-
4 hari selama seminggu.
Granuloma inguinale.
Granuloma inguinale merupakan penyakit granulomatik ulseratif yang menahun, yang
biasanya terdapat pada vulva, perineum dan daerah inguinal. Penularan melalui koitus.
Masa inkubasi 8-12 minggu.
Diagnosis
Anamnesa yang tepat dengan pemeriksaan penunjang yang tepat diantaranya apusan
langsung yang di ambil menunjukan adanya batang-batang bipolar dalam sel
mononuclear pada pengecatan wright. Biopsy untuk melihat jaringan granulasi yang
infiltrate oleh sel- sel plasma dan magrofag yang besar.
Terapi
Tetrasiklin adalah obat terpilih dosis anjuran adalah 500 mg oral 4 kali sehariselama 2-3
minggu. Eritromisin atau khloramfenikol 500 mg 4 kali sehari selama 2 minggu juga
efektif .
Limfogranuloma venerum
Penyebab adalah klamidia trakhomatis. Penyakit ini menular melalui koitus sesudah
inkubasi melalui beberapa hari. Dari tempat masuknya, kuman menyebar melalui saluran
dan kelenjar limfe ke daerah genital, inguinal, dan perianal, penyebaran melalui jalan
darah.
Gambaran klinis.
Mula-mula terdapat erupsi berupa vesikopustula yang dapat hilang dengan cepat, tetapi
kemudian muncul limfadenitis inguinalis yang menjadi abses dan kemudian
menyebabkan ulserasi dan fibrosis. Penutupan pada jalan limfe menyebabkan
limfedenema dan elephantiasis pada vulva. Nyeri yang hebat sehingga menyebabkan
kesulitan untuk jalan atau duduk biasanya terjadi dalam waktu 10-30 hari.
Diagnosis
Anamnesa yang tepat akan mepercepat penaganan disertai dengan pemeriksaan
penunjang lainnya.
Frei test menjadi positif sesudah 12-40 hari munculnya luka primer. Jika terbentuk benda
penangkis maka test akan positif sampai bertahun- tahun. Namun test ini tidak di pakai
Endometritis tuberculosa
Terjadi sekunder terhadap salpingitis tbc. Pada pemeriksaan PA terdapat tuberkel-
tuberkel dengan sel-sel epiteloid dan sel raksasa, sering ada hiperplasiaglandularis. Pada
menstruasi, stratum fungsionalis dicampakkan dengan akibat:
1. Darah menstruasi mengandung kuman tbc jadi infeksius.
2. Tuberkel harus dibentuk baru, maka baru diketemukan pada stadium sekresi,
tidak akan diketemukan pada post menstruasi.
Kalau seluruh endometrium adalah stratum basalis sakit, maka dapat timbul amenorrhoe.
Kadang-kadang endometritis dan salpingitis tuberculosa berjalan tenang sehingga gejala
satu-satunya ialah infertilitas. Tbc ovarium selalu bersamaan dengan salpingitis tbc.
Diagnose:
Diagnose tbc alat kandungan sulit, penting sekali artinya kalau didahului proses akut di
tempat lain dan adanya tumor adnexa yang tidak membaik oleh terapi biasa. Diagnose
dapat ditegakkan dengan dua cara:
Terapi
- Istirahat
- Perbaikan gizi
- Tuberculostatika: streptomisin, INH, TBI (thiomikarbazon), PAS.
Terapi operatif dilakukan kalau dengan kemoterapi yang intensif tumor adnexa tetap ada.