Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat

disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta

bahan-bahan kimia.

Tak dapat dipungkiri, Indonesia termasuk daerah endemis hepatitis virus

B (HVB). Tentu saja hal ini menjadi masalah besar karena mempunyai dampak

morbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian), dan dampak psikososial serta

ekonomi. Infeksi HVB pada awal kehidupan (sebelum usia 1 tahun) akan berisiko

menjadi kronis sebesar 90%. Sedangkan pada usia 2-5 tahun risikonya menurun

menjadi 50%, dan bila terjadi infeksi pada anak usia di atas 5 tahun hanya 5-10%

untuk menjadi kronis.

Hepatitis B pada anak biasanya tanpa gejala atau ringan saja, walaupun

begitu infeksi pada anak mempunyai risiko jadi kronis. Terutama bila terjadi saat

di dalam kandungan. Pada pemeriksaan kadang cuma ditemukan pembesaran hati.

Infeksi hepatitis B kronik pada anak dapat berlanjut jadi sirosis dan kanker hati

pada saat dewasa. Memang, umumnya infeksi HVB pada anak tak menimbulkan

gejala, tapi pada sebagian kecil kasus dapat menimbulkan hepatitis berat yang

bisa menyebabkan kematian.

Mengingat hepatitis mempunyai dampak yang buruk bagi anak maka

diperlukan perhatian khusus dari orang tua pada anak misalnya dalam pemberian

imunisasi pada anak secara tepat waktu dan menjaga kebersihan, dan pengawasan

terhadap pola makan anak.


2. Tujuan
a) Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran secara nyata dalam melaksanakan asuhan

keperawatan klien hepatitis

b) Tujuan Khusus

Untuk memperoleh gambaran nyata mengenai :

 Pengkajian klien hepatitis

 Diagnosa yang mungkin timbul pada klien hepatitis

 Intervensi yang akan dilaksanakan pada klien hepatitis

 Pelaksaan tindakankeperawatan pada klien hepatitis

 Evaluasi keperawatan klien hepatitis

3. Manfaat
 Sebagai bahan pembelajaran untuk penderita hepatitis agar lebih

menjaga kesehatannya

 Sebagai tambahan membuat asuhan keperawatan

 Sebagai sumber informasi bagi para pembaca


BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI

 Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat

disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan

serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

 Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan

klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)

 Hepatitis adalah inflamasi hati yang dapat terjadi karena invasi bakteri,

cidera oleh agen fisik atau kimia (nonviral) atau infeksi virus (Hepatitis A,

B, C, D, E). (Doengoes, 1994 ; 534)

 Hepatitis virus adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis &

inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan kimia,

biokimia serta seluler yang khas. (Suzanne C. Smeltzer, 2001 ; 1169)

 Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang penyebarannya luas

didalam tubuh. Walaupun efek yang menyolok terjadi pada hati. (Price,

1995 ; 439)

 Hepatitis akut adalah penyakit infeksi akut dengan gejala utama

berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada hati. (Mansjoer, 1999 ;

513)

 Hepatitis adalah inflamasi hati yang dapat terjadi karena invasi bakteri,

cedera oleh agen fisik atau kimia (non vital), atau infeksi virus (hepatitis

A, P, C, D, E). (Doengoes, 1999 ; 534).


2. KLASIFIKASI
Beberapa virus diketahui dapat menginfersikan hepatitis A, hepatitis B,

hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E

a. Hepatitis A : hepatitis infeksiosa merupakan penyakit yang ditularkan

melalui kontaminasi oral-pekal akibat hygiene yang buruk/makanan yang

tercemar. Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran

ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara

berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air

dan makanan.

b. Hepatitis B : hepatitis serum merupakan penyakit yang bersifat serius &

biasanya menular melalui kontak dengan darah yang mengandung virus.

Penyakit ini juga ditularkan melalui hubungan kelamin & dapat ditemukan

oleh semen cairan tubuh lainnya.

c. Hepatitis C : hepatitis non-A non-B. Virus ini merupakan penyebab tersering

infeksi kepada yang ditularkan melalui supali darah komersial. Hepatitis C

ditularkan sama dengan hepatitis B terutama melalui transfusi darah.

d. Hepatitis D : hepatitis delta & sebenarnya adalah suatu virus defektif yang

ia sendiri tidak dapat menginfeksi hipatosit untuk menimbulkan hepatitis.

Hepatitis D ditularkan seperti hepatitis B. Antigen & antibody hepatitis D

dapat diperiksa pada donor darah.

e. Hepatitis E : diidentifikasikan tahun 1990. Virus ini adalah suatu virus yang

ditularkan melalui ingesti air yang tercemar. Sebagian besar kasus yang

dilaporkan ditemukan di negara yang sedang berkembang. (Corwin, 2000 ;

579)

3. ETIOLOGI
a. Virus
Type A Type B Type C Type D Type E

Metode Fekal-oral Parenteral Parenteral Parenteral Fekal-oral

Transmisi melalui seksual, jarang perinatal,

orang lain perinatal seksual, memerlukan

orang ke koinfeksi

orang, dengan

perinatal type B

Keparahan Tak Parah Menyebar Peningkatan Peningkatan

ikterik luas, insiden insiden

dan dapat kronis dan kronis dan

asimto- berkem- gagal hepar gagal hepar

matik bang akut akut

sampai

kronis

Sumber Darah, Darah, Terutama Melalui Darah,

Virus feces, saliva, melalui darah feces,

saliva semen, darah saliva

sekresi

vagina

b. Alkohol

Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.

c. Obat-obatan

Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik

dan hepatitis akut.


Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima

virus hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi

virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi

sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan

obat-obatan.

4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dapat berkisar dari asimtomatik sampai penyakit yang

mencolok, kegagalan hati & kemakan. Terdapat 3 stadium pada semua jenis

hepatitis yaitu :

a. Stadium prodomal/periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas

virus selesai dan pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Disebut

stadium pra ikterus karena ikterus belum muncul. Individu akan sangat

infeksius pada stadium ini. Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang

disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun

(pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan

sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas

capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39o C berlangsung

selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada

hepatitis virus B. Antibodi terhadap virus biasanya belum di jumpai.

b. Stadium inkerus adalah stadium kedua hepatitis virus dapat berlangsung 2-3

minggu/lebih. Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat,

penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan

sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru

berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh

badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.

c. Stadium pemulihan adalah stadium ketiga hepatitis virus, Dimulai saat

menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul
bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa

ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali,

namun lemas dan lekas capai.

5. PATHOFISIOLOGI

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh

infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan

kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena

memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada

hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal

pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.

Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh

respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh

karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi

hepar normal.

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan

suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak

nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya

rasa mual dan nyeri di ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah

billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal,

tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka

terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga

terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna

dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan

sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi

(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin

direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran

dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.


Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat

(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi

ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.

Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-

garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dalam normal) catatan : merupakan

batasan nilai untuk membedakan hepatitis virus & non virus

b. AST (SGOT) ALT (SGFT) : awalnya meningkat, dapat meningkat 102

minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun

c. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM

(gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan

d. Leokopenia : trombositopenia mungkin ada (splenomegah)

e. Diferensiasi darah lengkap : leukositosis, monositasi, limfosit atipikel, &

sel plasma

f. Alkali fostosme lengkap : leukositosis, monositosis => agak meningkat

(kecuali ada leukstasis berat)

g. Feses : Warna tanah liat, steahorea (penurunan fungsi hati)

h. Albumin serum : menurun.

i. Gula darah, , hiperglikemia transfer /hipoglikemia (gangguan fungsi hati)

j. Anti HAV lgM : Positif pada tipe A

k. Hbs AG : Dpt Positif (tipe B) atau negative (tipe A) catatan : merupakan

diagnostic sebelum terjadi gejala klinis

l. Masa protombin : mungkin memanjang (disfungsi hati)

m. Silirobin serum : Diatas 2.5 mg /100 ml bila diatas 200 mg /ml prognosis

buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis sekunder

n. Ter eksfesi ESP : kadar darah rah meningkat.


o. Hobsi hati : menunjukan diagnosis & luasnya nekrosis

p. Scan hati, membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenium

q. Urinalisa : Peninggian kadar bilirobin dan protein /Hematurita seperti

terjadi (Doengoes, 1999 ; 535).

7. PENATALAKSANAAN

 Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suporsif & mencakup :

a. Istirahat sesuai kebutuhan.

b. Penkes mengenai menghindari pemakaian alcohol /obat-obatan.

c. Penkes mengenai cara penularan kepada mitra seksual dan anggota

keluarga.

d. Keluraga dari pasien hepatitis ditawarkan untuk menerima gema globulin

murni yang spesifik terhadap hepatitis virus A /hepatitis virus B, yang

dapat memberikan imunitas pasif terhadap infeksi, namun bersifat

sementara.

e. Vaksin hepatitis B virus melalui IM sebanyak 3 kali pada interval yang

ditentukan, dosis I & II diberikan terpisah satu bulan, dosis IV diberikan

6 bulan setelah dosis ke V.


 Pengoabatan :

a. Calcium I + Cordyceps, cara pemakaian :

 Pagi hari (1 jam setelah makan pagi) 2 kapsul Cordyceps

 Siang hari (setelah makan siang) 1 sachet Calcium I + 2 kapsul

Cordyceps (1 jam setelah minum Calcium I)

 Sore/ malam hari (setelah makan malam) 2 kapsul Cordyceps


b. Calcium I + Cordyceps + Zinc (Jika komposisi Calcium I + Cordyceps saja

belum cukup), Cara pemakaian :

 Pagi hari (1 jam setelah makan pagi) 2 kapsul Cordyceps + 2 kapsul Zinc

 Siang hari (setelah makan siang) 1 sachet Calcium I + 2 kapsul

Cordyceps (1 jam setelah minum Calcium I) + 2 kapsul Zinc

 Sore/ malam hari (setelah makan malam) 2 kapsul Cordyceps + 2 kapsul

Zinc

c. Cordyceps , Cara pemakaian 2 - 3 kapsul Cordyceps setiap habis makan

Anda mungkin juga menyukai