Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menyusui pada satu jam pertama menyelamatkan satu juta nyawa bayi.

Faktanya dalam 1 tahun 4 juta bayi berusia 28 hari meninggal. Jika semua bayi di

dunia segera setelah lahir diberi kesempatan mendapatkan ASI (kolostrum) maka

1 juta nyawa bayi ini dapat diselamatkan (Roesli, 2008). Laktasi mempunyai

pengertian produksi dan Pengeluaran Air Susu Ibu. Stadium laktasi ada 3 tahapan,

yang pertama adalah kolostrum (susu jolong), yang kedua ASI transisi atau ASI

peralihan dan yang ke tiga ASI Matang (Roesli, 2007).

Di Indonesia, 8% dari bayi yang baru lahir mendapat ASI dalam satu jam

pertama setelah dilahirkan, dan lebih dari separuh (53%) diberi ASI dalam satu

hari pertama (Helwiah, 2005). Dan menurut Standard Internasional World Health

Organitation (WHO 2006) merekomendasikan, semua bayi perlu mendapat

kolostrum (Ibu menyusui satu jam pertama) untuk melawan infeksi yang

diperkirakan menyelamatkan satu juta nyawa bayi. Lebih dari 90% ibu-ibu

membuang kolostrum dan memberikan makanan padat dini. Pembuangan

kolostrum tersebut menyebabkan kematian neonatus sebesar 30,56% (lebih

kurang 12% dari AKB).

Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi dari

pada ASI matur, khususnya kandungan imunoglobulin A (IgA), yang membantu

melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi.

1
2

Kolostrum atau ASI awal yang akan berubah menjadi ASI matang antara 3 - 14

hari setelah melahirkan (Varney, 2006). Dewi (2006) menambahkan tentang

manfaat dari kolostrum yaitu (1) pencernaan dan penyerapan ASI dalam lambung

dan usus bayi berlangsung dengan cepat dan baik, (2) menghentikan perdarahan

pada ibu karena dapat cepat mengembalikan uterus. Hasil penelitian WHO 2007

tentang kolostrum menunjukkan sangat penting pemberian kolostrum bagi bayi

baru lahir terutama hari-hari pertama sesudah melahirkan. Menurut Notoatmodjo

(2007) Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan termasuk pemberian

kolostrum, dengan beberapa penyebab masalah kesehatan yang meliputi faktor

predisposisi (Predisposing factors), meliputi (pengetahuan, sikap, tradisi, dan

kepercayaan, pendidikan, usia). Faktor pemungkin (Enabling factors) meliputi

(fasilitas kesehatan). Faktor penguat (Reinforcing factors), meliputi (petugas

kesehatan).

Hasil penelitian sebelumnya didapati berdasarkan tingkat mayoritas ibu

memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak sebanyak 24 orang ( 75,0%). Usia

20 - 30 Tahun sebanyak 21 orang (65,6%), paritas multipara sebanyak 22 orang

(68,7%), pendidikan SMU sebanyak 15 orang (46,8%), sumber informasi radio

sebanyak 15 orang (46,8%). Kesimpulan yang diharapkan bagi tenaga kesehatan

untuk memberikan penyuluhan terhadap ibu postpartum tentang pentingnya

pemberian kolostrum pada bayi baru lahir melalui pendidikan kesehatan dan saran

pada ibu menyusui diharapkan dapat memberikan kolostrum kepada bayi baru

lahir (Simatupang, 2010). Menurut pudjiadi (2005) ibu yang berumur 19 – 23

tahun dapat menghasilkan cukup ASI dibanding dengan ibu berumur 30 tahun.
3

Rose, et all (2004), mengatakan bahwa umur akan mempengaruhi keputusan

seseorang untuk berperilaku seperti perilaku yang ditunjukkan ibu untuk

menyusui. Ibu yang berusia lebih dewasaakan menunjukkan perilaku yang lebih

baik seperti perilaku pemberian ASI. Umur <20 tahun biasanya tidak ada

keinginan untuk menyusui.

Berdasarkan data pendahuluan yang diperoleh di RSIA Kirana Sepanjang

Sidoarjo, pada tanggal 28 Januari 2014 sampai 11 Februari 2014, didapatkan 20

ibu nifas yang sudah memberikan ASI. Dari 20 ibu nifas tersebut terdapat 15

orang (75%) yang tidak memberikan ASI awal (1-3 hari pasca salin). Dari hasil

wawancara pada ibu nifas tersebut saat dilakukan perawatan di RSIA Kirana,

rata–rata ibu mengatakan bahwa mereka tidak memberikan ASI awal karena ibu

masih lemas dan bayi berada di ruang terpisah dengan ibu. Hal tersebut

menunjukkan masih banyak ibu nifas yang belum memberikan ASI awal (1-3 hari

pasca salin) walaupun ASInya sudah keluar.

1.2 Identifikasi Masalah

Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan termasuk pemberian

kolostrum meliputi :

1.2.1 Faktor predisposisi

1.2.1.1 Pengetahuan ibu

Masih banyaknya ibu yang kurang mengetahui tentang pentingnya

pemberian kolostrum pada bayi baru lahir tersebut salah satunya dipengaruhi oleh

faktor pengetahuan yang disebabkan oleh informasi yang tidak tersampaikan

dengan baik (Bascom, 2007).


4

1.2.1.2 Sikap

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek, sehingga jika ibu hanya tahu

manfaat kolostrum tapi tidak memberikan pada bayinya maka pemberian

kolostrum pun tidak akan terlaksana (Notoatmodjo, 2007).

1.2.1.3 Tradisi dan kepercayaan

Kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong

atau malah menghambat terwujudnya suatu perilaku kesehatan. Kepercayaan yang

seperti inilah yang dapat menghambat ibu nifas dalam hal pemberian kolostrum

(Notoatmodjo, 2007).

1.2.1.4 Pendidikan

Pendidikan seorang memengaruhi bagaimana cara pandanganya (Latipun,

2005). Menurut Darti, 2005 dalam studi etnografi tentang pemberian ASI

kolostrum menyatakan bahwa penyebab lain yang menimbulkan pemahaman

terhadap ASI kolostrum rendah adalah rata-rata pendidikan informal adalah SD.

1.2.1.5 Usia

Ibu yang berusia kurang dari 20 tahun belum siap secara fisik dan mental

dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Dari segi fisik rahim dan panggul

ibu belum tumbuh mencapai ukuran dewasa, sehingga kemungkinan akan

mendapatkan kesulitan dalam persalinan. Dari segi mental ibu belum siap untuk

menerima tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua sehingga diragukan

ketrampilan perawatan diri dan bayinya (Rochiyati, 2005).


5

1.2.2 Faktor pemungkin

1.2.2.1 Fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan pada hakikatnnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya suatu perilaku kesehatan dalam hal pemberian kolostrum

(Notoatmodjo, 2007).

1.2.3 Faktor penguat

1.2.3.1 Petugas kesehatan

Sikap petugas kesehatan dari berbagai tingkat pelayanan petugas kesehatan

yang kurang mengikuti perkembangan ilmu dokter tentang pemberian kolostrum

serta ASI terdapat kecenderungan pelayanan petugas kesehatan yang kurang

menggembirakan terutama penanggung jawab ruang bersalin dan perawatan di

rumah sakit yang belum mengupayakan agar ibu bersalin mampu memberikan

kolostrum kepada bayinya, melainkan langsung memberikan susu botol kepada

bayi baru lahir. Pada saat ini ada beberapa petugas kesehatan terkadang

menyarankan kepada ibu-ibu nifas untuk memberikan makanan pendamping ASI

dengan tujuan agar bayi tidak rewel (Purwanti, 2004).

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi pemberian kolostrum pada bayi

baru lahir, agar peneliti lebih terarah dan jelas, maka penelitian ini dibatasi hanya

pada faktor pendidikan dan usia ibu.


6

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah disebutkan di atas maka perumusan

masalahnya adalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagaimana gambaran pendidikan ibu menyusui?

1.4.2 Bagaimana gambaran usia ibu menyusui?

1.4.3 Bagaimana gambaran pemberian kolostrum pada bayi usia 1-3 hari?

1.4.4 Bagaimana gambaran pemberian kolostrum pada bayi usia 1-3 hari ditinjau

dari pendidikan ibu menyusui?

1.4.5 Bagaimana gambaran pemberian kolostrum pada bayi usia 1-3 hari ditinjau

dari usia ibu menyusui?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran pemberian kolostrum pada bayi usia 1-3 hari

ditinjau dari pendidikan dan usia ibu menyusui di RSIA Kirana Sepanjang-

Sidoarjo.

1.5.2 Tujuan Khusus

1.5.2.1 Mengidentifikasi gambaran pendidikan ibu menyusui di RSIA Kirana,

Sepanjang-Sidoarjo.

1.5.2.2 Mengidentifikasi gambaran usia ibu menyusuidi RSIA Kirana, Sepanjang-

Sidoarjo.

1.5.2.3 Mengidentifikasi gambaran pemberian kolostrum pada bayi usia 1-3 hari

di RSIA Kirana, Sepanjang-Sidoarjo.


7

1.5.2.4 Mengidentifikasi gambaran pemberian kolostrum pada bayi usia 1-3 hari

ditinjau dari pendidikan ibu menyusui di RSIA Kirana, Sepanjang-

Sidoarjo.

1.5.2.5 Mengidentifikasi gambaran pemberian kolostrum pada bayi usia 1-3 hari

ditinjau dari usia ibu menyusui di RSIA Kirana, Sepanjang-Sidoarjo.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber pustaka baru yakni

tentang tingkat pendidikan dan usia ibu menyusui tentang kolostrum dan

pemberian kolostrum

1.6.2 Bagi Tempat Penelitian

Merupakan tambahan informasi dalam upaya meningkatkan asuhan pada

ibu post partum sehingga ibu post partum mengetahui bagaimana gambaran

pemberian kolostrum pada bayi usia 1-3 hari ditinjau dari pendidikan dan usia ibu

menyusui

1.6.3 Bagi Masyarakat

Sebagai sarana informasi bagi masyarakat untuk lebih meningkatkan

pengetahuan tentang pentingnya pemberian kolostrum pada bayi.

Anda mungkin juga menyukai