BLOK 12 MODUL 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Laporan Diskusi
Kelompok Kecil Blok 11 Modul 5 dengan judul “Neoplasma Neurologi” tepat pada
waktunya. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu kami sehingga laporan ini bisa diselesaikan, antara lain:
1. Dr. dr. Sjarif Ismail, M. Kes, selaku tutor Kelompok 10 yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan Diskusi Kelompok Kecil (DKK);
2. Mahasiswa/i kelompok 10 yang telah menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya sehingga hasil diskusi kelompok kecil (DKK) 1 & 2 dapat
berjalan dengan baik, serta dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi
kelompok kecil (DKK);
3. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 2020 dalam
memberi dukungan bagi kami;
4. Semua pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami mengharapkan agar laporan ini dapat berguna baik bagi penyusun
maupun bagi para pembaca di kemudian hari. Kami menyadari bahwa kami
hanyalah sekedar manusia yang tidak sempurna. Dengan demikian, kami bersedia
secara terbuka untuk menerima saran maupun kritikan sehingga baik laporan ini
dan diri kami pribadi dapat menjadi lebih baik lagi di masa depan.
Hormat Kami,
Kelompok 10
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan Pembelajaran 4
1.3 Manfaat Penulisan 5
2.6. Learning Objectives 10
2.7. Belajar Mandiri 11
2.8. Sintesis Masalah 11
PENUTUP 30
3.1 Kesimpulan 30
3.2 Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Skenario
5
2.3. Identifikasi Masalah
1. Mengapa setelah meminum obat tersebut, Cantika merasa berat badan
bertambah dan muka membulat?
2. Apa keuntungan dan kerugian mengkonsumsi obat herbal?
3. Bagaimana aturan desain herbal yang benar dan apa saja yang harus
tercantum di dalam kemasan?
4. Apa arti dari logo jamu, fitofarmaka, dan obat herbal terstandar pada
kemasan dan mana yang lebih baik dari ketiga jenis logo tersebut?
5. Bagaimana cara mengetahui suatu produk sudah terdaftar BPOM dan apa
saja syarat mendaftarkan produk ke BPOM?
6
- Nomor registrasi: POM TR……
- Logo obat: kiri atas, tidak boleh diubah (jamu, obat herbal
terstandar, fitofarmaka)
- Produsen
- Komposisi produk
- Peringatan/perhatian
- Dosis
- Netto/isi
- Khasiat: tidak boleh dilebih-lebihkan
- Cara penyimpanan
- Nomor produksi dan expired date
- Logo halal
- Merk: usahakan menggunakan nama baru untuk pematenan
4. Apa arti dari logo jamu, fitofarmaka, dan obat herbal terstandar pada
kemasan dan mana yang lebih baik dari ketiga jenis logo tersebut?
Jawab: Jamu: obat tradisional hanya berdasarkan bukti empiris, tapi harus
teruji aman. Fitofarmaka: sudah teruji khasiat preklinik dan klinik, bahan
baku terstandar, OHT: sudah teruji praklinis dan lolos uji toksisitas, bahan
terstandar. Yang lebih bagus adalah fitofarmaka
5. Bagaimana cara mengetahui suatu produk sudah terdaftar BPOM dan apa
saja syarat mendaftarkan produk ke BPOM?
Jawab: Mengecek nomor BPOM yang tertera di produk di website resmi
BPOM untuk memastikan kesesuaian antara nomor registrasi dengan
produk. Pendaftaran suatu produk ke BPOM secara umum dilakukan
dengan menyiapkan dokumen yang dibutuhkan, seperti surat izin
perdagangan, hasil laboratorium, label, formular, dan sebagainya.
7
2.6. Learning Objectives
1. Mahasiswa(i) mampu menjelaskan tentang pengelompokkan obat bahan
alam.
2. Mahasiswa(i) mampu menjelaskan tentang tahapan dalam uji obat bahan
alam.
3. Mahasiswa(i) mampu menjelaskan tentang syarat registrasi BPOM.
Obat bahan alam adalah semua obat yang berasal dari bahan alam
yang dalam proses pembuatannya belum merupakan isolat murni. Obat
bahan alam dapat berupa obat asli, obat tradisional, atau pengembangan dari
keduanya. Obat asli adalah suatu obat bahan alam dan ramuannya, cara
pembuatannya, pembuktian khasiat, keamanan, serta cara pemakaian
8
berdasarkan pengetahuan tradisional suatu daerah. Sedangkan obat
tradisional adalah obat asli di suatu negara yang diguakan secara
turun-temurun di negara tersebut atau di negara lain yang minimal sudah
digunakan tiga generasi dan terbukti aman dan bermanfaat (Susana, 2016).
9
Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok
Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia yang mana
obat herbal standar harus memiliki beberapa kriteria sebagai berikut.
3. Fitofarmaka
10
1. Teh (species): mengandung satu atau lebih simplisia yang penggunaannya
per-oral. Biasanya dikemas dalam bentuk rajangan atau bungkusan.
4. Jus (succus): sediaan cair yang dibuat melalui maserasi atau pengepresan
simplisia segar. Sediaan jus dibuat untuk tanaman yang tidak memiliki
kandungan kimia poten.
5. Sirup (sirupus): sediaan cair agak kental mengandung paling tidak 50%
sukrosa dan biasanya 60-65%. Kandungan gula ini dapat menghambat
pertumbuhan mikroba sehingga dapat meningkatkan waktu hidup sediaan
obat. Sediaan ini ditujukan untuk anak-anak.
7. Ekstrak (ekstraktum): sediaan padat, kental, atau cair yang dibuat dengan
mengekstraksi simplisia menggunakan air, alkohol, atau hidroalkohol
dengan metode ekstraksi dan pelarut yang sesuai dengan monografi
masing-masing.
(Susana, 2016)
1.Uji praklinik
11
Berdasarkan WHO bahan/zat yang akan digunakan untuk tujuan penegahan
dan pengobatan harus melalui tahap uji praklinik pada hewan terlebih
dahulu. Jadi, tujuan dari uji praklinik ini yaitu untuk mengumpulkan
informasi toksikologi dan farmakologi untuk mengetahui keamanan dan
khasiat suatu produk secara ilmiah
① Uji toksisitas
Uji yang dilakukan untuk mendeteksi tingkat ketoksikan suatu zat atau
bahan yang akan digunakan sebagai obat. Uji toksisitas sendiri secara umum
dibagi menjadi 2 bagian yaitu uji toksisitas in-vitro dan uji toksisitas
in-vivo. Berdasarkan lama waktu terjadinya efek toksik, dibagi menjadi uji
toksistas akut, subkronik, dan kronik. Dan ada juga uji toksisitas khusus
yaitu uji teratogenik, uji karsinogenik, dan uji mutagenik. Hasil uji toksisitas
yaitu mendapatkan informasi mengenai tingkat keamanan suatu zat/bahan
pada hewan coba sebelum digunakan di klinik.
② Uji aktivitas
Uji untuk menentukan kebenaran khasiat suatu bahan uji yang dibuktikan
secara ilmiah dengan menggunakan metodologi dan parameter yang
ditentukan berdasarkan tujuan penggunaan bahan uji yang akan dipakai di
klinik.
2.Uji klinik
12
Uji klinik obat dibagi menjadi 4 fase.
Di fase ini pengujian suatu obat pertama kali pada manusia. Yang diteliti
yaitu keamanan obat pada sukarelawan yang sehat. Tujuan fase ini yaitu
untuk menentukan besarnya dosis tunggal yang dapat diterima yang mana
artinya tidak menimbulkan efek samping yang serius.
Obat diujikan pada kelompok orang yang lebih besar (100-300 orang) untuk
dinilai cara kerja obat tersebut dan menilai keamanannya. Fase 2 ini dibagi
lagi jadi 2 tahap yaitu
Pada pengembangan obat baru, kegagalan umumnya terjadi pada fase 2 ini
yaitu didapatkan obat yang bekerjanya tidak sesuai yang direncanakan atau
ditemukan efek toksik.
Fase 3 ini dilakukan untuk memastikan bahwa suatu obat batu benar-benar
berkhasiat. Fase 3 ini dilakukan secara acak dan terkontrol pada kelompok
pasien yang besar sekitar 300-3000 orang dan dibandingkan dalam waktu
yang lama.
④ Fase 4 evaluasi obat baru yang sudah banyak digunakan dalam jangka
waktu yang relatif lama ( min 5 tahun).
13
Tujuannya untuk menentukan pola penggunaan obat dimasyarakat dan pola
efektivitas dan keamanannya pada penggunaan sebenarnya. Jadi yang
diamati selama fase 4 ini yaitu
① Ramuan empiris
Prinsipnya uji klinik fitofarmaka sama dengan uji klinik obat. Untuk yang
berasal dari ramuan empiris, dilakukan melalui uji pra klinik dan
dilanjutkan langsung ke uji klinik fase 2. Hal ini karena berdasarkan bukti
empiris penggunaan turun-temurun bisa dianggap sebagai bukti bahwa
ramuan empiris aman digunakan.
Sedangkan yang ramuan non empiris, dilakukan uji klinik fase 1 dan
dilanjutkan pada uji klinik fase 2.
14
2.8.3 Syarat Registrasi BPOM
BAB II
Bagian Pertama
Persyaratan
Pasal 2
(1) Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang dibuat dan atau
diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki izin edar dari Kepala Badan.
(2) Untuk memperoleh izin edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan pendaftaran.
Pasal 3
a. obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang digunakan untuk
penelitian;
c. obat tradisional impor yang telah terdaftar dan beredar di negara asal untuk
tujuan pameran dalam jumlah terbatas;
d. obat tradisional tanpa penandaan yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan jamu
gendong;
15
e. bahan baku berupa simplisia dan sedíaan galenik.
Bagian Kedua
Kriteria
Pasal 4
Untuk dapat memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 obat
tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :
c. penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin
penggunaan obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka secara
tepat, rasional dan aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka
pendaftaran.
BAB III
PENDAFTAR
Bagian Pertama
Pasal 5
(1) Pendaftar obat tradisional dalam negeri, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka terdiri dari :
16
a. pendaftar obat tradisional tanpa lisensi, pendaftar obat herbal
terstandar, pendaftar fitofarmaka;
(2) Pendaftar obat tradisional tanpa lisensi, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah industri
obat tradisional (IOT) atau industri kecil obat tradisional (IKOT) atau
industri farmasi.
(3) Pendaftar obat tradisional lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b adalah penerima lisensi yang merupakan industri obat tradisional
(IOT) atau industri farmasi.
(4) Pendaftar obat tradisional kontrak, obat herbal terstandar kontrak dan
fitofarmaka kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah
pemberi kontrak yang merupakan industri obat tradisional (IOT) atau
industri kecil obat tradisional (IKOT) atau industri farmasi.
Pasal 6
(1) Industri di bidang obat tradisional dan industri farmasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) proses pembuatannya wajib menerapkan Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) atau Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB).
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan Cara Pembuatan Obat Tradisional
yang Baik untuk industri kecil obat tradisional (IKOT) sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 ayat (2) diatur oleh Kepala Badan.
Bagian Kedua
17
Pendaftar Obat Tradisional Impor
Pasal 7
(1) Pendaftar obat tradisional impor adalah industri di bidang obat tradisional atau
industri farmasi atau badan usaha di bidang pemasaran obat tradisional yang
mendapat surat penunjukan langsung dari industri di bidang obat tradisional atau
pemilik nama dagang di negara asal.
(2) Industri di bidang obat tradisional di negara asal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib memenuhi persyaratan Cara Pembuatan yang Baik (GMP) yang
dibuktikan dengan surat keterangan sesuai data inspeksi terakhir paling lama 2
(dua) tahun yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
Bagian Ketiga
Pasal 8
(1) Pendaftar obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang
dilindungi paten di Indonesia adalah industri di bidang obat tradisional atau industri
farmasi selaku pemegang hak paten atau yang diberi kuasa oleh pemilik hak paten
atau mendapat pengalihan paten dari pemegang hak paten sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
(2) Hak paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuktikan dengan
sertifikat paten.
(3) Pengalihan paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuktikan dengan
adanya pengalihan hak paten sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bagian Keempat
18
Pasal 9
d. perubahan data dan informasi dari produk yang sedang dalam proses
pendaftaran.
BAB V
Bagian Ketiga
Penilaian
Pasal 21
(1) Terhadap dokumen pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 dan Pasal 15 dilakukan penilaian sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
(2) Pelaksanaan penilaian untuk pendaftaran baru dilakukan melalui:
a. jalur 1 : 1.1. untuk produk kategori 1 dan 2 yang menggunakan nama
umum dengan komposisi tunggal atau komposisi sederhana
(maksimum 5 jenis bahan);
19
b. jalur 2 : 2.1. untuk produk kategori 1 dan 2 yang menggunakan nama
dagang dengan komposisi tunggal atau kompleks;
Pasal 22
Pasal 23
Hasil penilaian mutu, keamanan dan khasiat dapat berupa memenuhi syarat,
belum memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat.
Bagian Keempat
Pemberian Keputusan
Pasal 24
Dalam hal memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Kepala
Badan memberikan surat keputusan persetujuan pendaftaran dengan
menggunakan format sesuai Lampiran 9.
20
Pasal 25
Pasal 26
Dalam hal tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Kepala
Badan memberikan surat keputusan dengan menggunakan format sesuai Lampiran
12.
Pasal 27
21
Bagian Kelima
Dengar Pendapat
Pasal 28
Bagian Keenam
Peninjauan Kembali
Pasal 29
Bagian Ketujuh
Persetujuan Pendaftaran
Pasal 30
22
BAB IX
LARANGAN
Pasal 34
BAB X
SANKSI
Pasal 35
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan ini dapat dikenai sanksi
administratif berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penarikan obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka
dari peredaran termasuk penarikan iklan;
23
c. penghentian sementara kegiatan pembuatan, distribusi,
penyimpanan, pengangkutan dan penyerahan obat tradisional, obat
herbal terstandar dan fitofarmaka dan impor obat tradisional;
d. pembekuan dan atau pencabutan izin edar obat tradisional, obat
herbal terstandar dan fitofarmaka.
(2) Selain dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikenai sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 36
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 37
(1) Hal-hal yang bersifat teknis yang belum cukup diatur dalam peraturan ini
akan diatur lebih lanjut.
(2) Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Uji praklinik, atau disebut juga studi pengembangan atau uji
non-klinik,atau uji efek farmakologik, adalah tahap penelitian yang terjadi
sebelum uji klinik atau pengujian pada manusia. Uji praklinik memiliki satu
tujuan utama yaitu mengevaluasi keamanan suatu produk yang baru,
sedangkan ujiklinik adalah pengujian khasiat dan keamanan obat pada
manusia yang dapat “menjamin” apakah hasil in vitro atau hasil pada hewan
coba sama dengan pada manusia.
Dengan telah dilakukannya uji praklinik dan uji klinik pada obat dan sudah
bersertifikasi BPOM masyarakat yang akan membeli dan menggunakan
obat tidak lagi merasa kurang percaya atas kasiat dan manfaat obat yang
akan digunakan.
3.2 Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi
diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar baik
sebagai tutor maupun dosen yang memberikan kuliah, dari rekan-rekan
angkatan 2019, serta dari berbagai pihak termasuk kakak tingkat di FK
UNMUL ini.
25
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2020). Buku Saku Obat Tradisional
untuk Daya Tahan Tubuh. Jakarta: Badan POM.
26