Anda di halaman 1dari 33

PORTOFOLIO

Praktikum Farmasi Simulasi

Pelayanan Obat Bebas dan Pasien Swamedikasi

REVISI

Disusun Oleh :

Kelompok 2 Genap

Dita Dwi Pratiwi PO.71.39.0.16.012

Evi Juliani PO.71.39.0.16.014

Gizta Evla Viatri PO.71.39.0.16.016

Iryuansyah Putra PO.71.39.0.16.018

Lisiya Nofinda PO.71.39.0.16.020

Kelas : Reguler III A

Dosen Pembimbing :

1. Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt, M.Kes.


2. Dra. Sarmalina Simamora, Apt, M.Kes.
3. Dr. Drs. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes.
4. Mona Rahmi Rulianti, S.Farm, Apt, M.Farm.

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN FARMASI

2018/2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Portofolio yang berjudul

Pelayanan Obat Bebas dan Pasien Swamedikasi

Yang disusun oleh :

1. Dita Dwi Pratiwi PO.71.39.0.16.012


2. Evi Juliani PO.71.39.0.16.014
3. Gizta Evla Viatri PO.71.39.0.16.016
4. Iryuansyah Putra PO.71.39.0.16.018
5. Lisiya Nofinda PO.71.39.0.16.020

Telah diperiksa dan telah disetujui keseluruhan isinya sebagai tugas mata kuliah
Farmasi Simulasi tahun ajaran 2018/2019 di Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan
Farmasi dan dinyatakan telah mendapat persetujuan sebagai tugas mata kuliah Farmasi
Simulasi.

Mengetahui,

Pembimbing Pembimbing

Dra. Sarmalina Simamora, Apt., M.Kes Mona Rahmi Rulianti, S.Farm, Apt, M.Farm.

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya lah kami dapat menyusun portofolio yang berjudul “Pelayanan Obat Bebas dan
Swamedikasi” yang bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Farmasi Simulasi
yang mana portofolio ini ditujukan sebagai pedoman praktikum Farmasi Simulasi khususnya
pelayanan obat bebas dan swamedikasi. Dalam penyusunan portofolio, kami memperoleh
data dari berbagai media cetak maupun media elektronik.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan portofolio ini masih banyak kekurangan.
Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kami dapat
menyusun portofolio selanjutnya dengan lebih baik dan kiranya portofolio ini dapat memberi
manfaat bagi para pembaca. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan meminta maaf
apabila ada kesalahan dalam penulisan portofolio ini.

Palembang, 17 Desember 2018

Penyusun

3
DAFTAR ISI
HalamanJudul
Halaman Persetujuan Pembimbing ................................................. 2

Kata Pengantar ............................................................................... 3

Daftar Isi ......................................................................................... 4

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................ 5


B. Tujuan Praktikum ............................................................ 6
C. Manfaat Praktikum .......................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Swamedika ..................................................................... 7
B. Obat-obat swamedika ..................................................... 11

BAB III. TELAAH RESEP

A. Resep ............................................................................. 14
B. Perhitungan Bahan ......................................................... 14
C. Aturan Pakai ....................................................................14
D. Monografi Obat ............................................................... 15
E. Cara Penyimpanan Obat ..................................................15

BAB IV. SKENARIO .........................................................................23

BAB V PEMBAHASAN.....................................................................30

BAB VI PENUTUP ...........................................................................32

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................33

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang –
Undang No. 23 tahun 1992). Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya
pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Dari data World Health Organization (WHO), di banyak negara sampai 80% episode
sakit dicoba diobati sendiri oleh penderita (Suryawati, 1997). Sedangkan berdasarkan
hasil Susenas tahun 2009, BPS mencatat bahwa terdapat 66% orang sakit di Indonesia
yang melakukan swamedikasi. Angka ini relatif lebih tinggi dibandingkan persentase
penduduk yang berobat jalan ke dokter (44%).
Sesuai dengan Visi Departemen Kesehatan yaitu masyarakat yang mandiri untuk
hidup sehat, dan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
maka diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan dan diselenggarakan bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, upaya kesehatan harus dilakukan secara integral oleh
seluruh komponen, baik pemerintah, tenaga kesehatan maupun masyarakat. Oleh
karena itu masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan kesehatannya sendiri.
Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah
swamedikasi. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhankeluha dan
penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk,
influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Swamedikasi
menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan
pengobatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat
akan obat dan penggunaannya. Dalam hal ini Apoteker dituntut untuk dapat memberikan
informasi yang tepat kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat terhindar dari
penyalahgunaan obat (drug abuse) dan penggunasalahan obat (drug misuse).
Masyarakat cenderung hanya tahu merk dagang obat tanpa tahu zat berkhasiatnya.

5
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi Swamedikasi ?
2. Apa saja jenis-jenis obat yang bisa dilayani secara swamedikasi ?
3. Bagaimana cara pelayanan swamedikasi yang benar ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi swamedikasi.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis obat yang bisa dilayani secara swamedikasi.
3. Untuk mengetahui cara melayani pasien swamedikasi yang baik dan benar.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. SWAMEDIKASI
1. Pengertian Swamedikasi
Pengobatan sendiri atau swamedikasi yaitu mengobati segala keluhan
pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas
inisiatip sendiri tanpa nasehat dokter (Tan, H, T, Kirana, R., 1993). Menurut
Sukasediati (1992), pengobatan sendiri merupakan upaya yang dilakukan oleh
orang awam untuk mengatasi penyakit atau gejalanya yang dialami sendiri atau
oleh orang sekitarnya, dengan pengetahuan dan persepsinya sendiri, tanpa
bantuan atau suruhan seseorang yang ahli dalam bidang medik atau obat. Upaya
pengobatan sendiri ini dapat berupa pengobatan dengan obat modern atau obat
tradisional.
Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk peningkatan kesehatan,
pengobatan sakit ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan
dokter. Sementara itu, peran pengobatan sendiri adalah untuk menanggulangi
secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis,
mengurangi beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan
tenaga, serta meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan
kesehatan (WHO, 1998 dalam Supardi, 2005).

2. Keuntungan Swamedikasi
Keuntungan pengobatan sendiri menurut Tan, H, T, dan Kirana, R (1993),
adalah obat untuk gangguan sehari-hari seringkali memang sudah tersedia
dirumah. Selain itu bagi orang yang tinggal di desa terpencil, dimana belum ada
praktek dokter, pengobatan sendiri akan menghemat banyak waktu dan biaya yang
diperlukan untuk pergi ke kota mengunjungi seorang dokter.
Menurut Holt (1986) dalam Supardi (2005), keuntungan pengobatan sendiri
antara lain aman bila digunakan sesuai dengan petunjuk (efek samping dapat
diperkirakan), efektif untuk menghilangkan keluhan karena 80% sakit bersifat self-
limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa intervensi tenaga kesehatan, hemat waktu
karena tidak perlu mengunjungi fasilitas / profesi kesehatan, biaya pembelian obat
relatif lebih murah daripada biaya pelayanan kesehatan, menghindari rasa malu
dan stress apabila harus menampakkan bagian tubuh tertentu dihadapan tenaga
kesehatan, dan membantu pemerintah untuk mengatasi keterbatasan jumlah
tenaga kesehatan pada masyarakat.

7
Kekurangan pengobatan sendiri yaitu obat dapat membahayakan kesehatan
apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, penggunaan obat bisa salah karena
informasi dari iklan obat kurang lengkap, pemborosan waktu dan biaya apabila salah
menggunakan obat, dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan, seperti sensitivitas,
alergi, efek samping atau resistensi. Selain itu juga bisa tidak efektif karena salah
diagnosis dan pemilihan obat, serta sulit bertindak objektif karena biasanya pemilihan
obat dipengaruhi oleh pengalaman di masa lalu dan lingkungan

3. Peran Farmasis dalam Swamedikasi


Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari drug oriented
menjadi klien oriented yang berdasarkan pada konsep “ Pharmaceutical Care” . Yang
dimaksud dengan Pharmaceutical care adalah tanggung jawab farmakoterapi dari
seorang farmasis untuk mencapai dampak tertentu dalam meningkatkan kualitas hidup
klien (ISFI,2004). Peran farmasis diharapkan tidak hanya menjual obat tetapi lebih
kepada menjamin tersedianya obat yang berkualitas, mempunyai efikasi, jumlah yang
cukup, aman, nyaman bagi pemakaiannya dan harga yang wajar serta pada saat
pemberiannya disertai informasi yang cukup memadai, diikuti pemantauan pada saat
penggunaan obat dan akhirnya di evaluasi. Pekerjaan kefarmasian dilakukan
berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan
perlindungan serta keselamatan klien atau masyarakat yang berkaitan dengan sediaan
farmasi yang memenuhi standart dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan.
Menurut World Health organization (WHO), peran farmasis dalam swamedikasi yaitu
(WHO,1998) :
a. Komunikator (Communicator)
Farmasis harus mempunyai inisiatif untuk berdialog dengan klien (dan dokter,
jika dibutuhkan) untuk menggali tentang riwayat kesehatan klien. Untuk
mendapatkan informasi yang benartentang kondisi klien, farmasis mengajukan
beberapa pertanyaan kepada klien misalnya mengenai keluhan atau pengobatan
yang pernah dilakukan klien. Dalam hal ini farmasis harus mampu mengenali gejala
penyakit tanpa melangkahi wewenang dokter.
Farmasis harus memberikan informasi yang objektifyang diperlukan klien
misalnya mengenai cara penggunaan obat atau cara penyimpanan obat. Untuk itu
farmasis harus dapat memenuhi kebutuhan klien sebagai sumber informasi tentang
obat, mendampingi dan membantu klien untuk melakukan swamedikasi yang
bertanggung jawab atau bila perlu memberikan referensi kepada klien untuk
melakukan rujukan kepada dokter.

8
b. Penyedia obat yang berkualitas (quality drug supplier)
Seseorang Farmasis harus menjamin bahwa obat yang disediakan dalam
swamedikasi berasal dari sumber yang dapat dipertanggung jawabkan dan
berkualitas bagus. Selain itu farmasis juga harus menjamin bahwa obat – obat
tersebut disimpan dengan baik.

c. Pengawas dan pelatih (trainer and supervisor)


Untuk menjamin bahwa pelayanan yang diberikan berkualitas, maka farmasis
harus selalu membekali diri dengan ilmu – ilmu terbaru untuk meningkatkan
kemampuan profesional seperti mengikuti pendidikan berkelanjutan.
Farmasis harus menjamin bahwa pelayanan yang dilakukan oleh staf – staf
yang bukan farmasis memiliki kualitas yang sama. Karena itu farmasis harus
membuat protokol sebagai referensi bagi farmasis dan juga protokol bagi pekerja
kesehatan masyarakat yang terlibat dengan penyimpanan dan distribusi obat.
Farmasis juga harus menyediakan pelatihan dan menjadi pengawas bagi
staf-staf yang bukan farmasis.

d. Kolaborator (collaborator)
Farmasis harus membangun hubungan profesional yang baik dengan
profesional kesehatan yang lain, asosiasi profesi nasional, industri farmasi,
pemerintah ( Lokal/Nasional ), klien dan masyarakat umum.
Pada akhirnya hubungan yang baik ini dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas dalam swamedikasi.

e. Promotor Kesehatan (Health promotor)


Sebagai bagian dari kesehatan, farmasis harus berpartisipasi dalam
mengidentifikasi masalah kesehatan dan resikonya bagi masyarakat, berpartisipasi
dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dan memberikan saran secara
individual untuk membantu dalam menentukan pilihan informasi tentang kesehatan.
FIP juga merumuskan empat tanggung jawab farmasis dalam swamedikasi
yang dituangkan dalam kesempatan bersama asosiasi industri obat (WSMI). Empat
tanggungjawab tersebut yaitu (FIP,1999) :
1) Tanggung jawab profesional farmasis untuk memberi informasi dan saran yang
objektif tentang swmedikasi dan obat – obatan yang tersedia untuk swmedikasi.
2) Tanggung jawab profesional farmasis untuk melapor kepada pemerintah dan
industri farmasi apabila ditemukan adanya efek samping yang muncul pada

9
individu yang melakukan swamedikasi dengan menggunakan obat produk dari
industri farmasi tersebut.
3) Tanggung jawab profesional farmasis untuk merekomendasikan rujukan kepada
dokter apabila swamedikasi yang dilakukan tidak tepat.
4) Tanggung jawab profesional farmasis untuk memberi penjelasan kepada
masyarakat bahwa obat adalah produk khusus dan harus disimpan serta diberi
perhatian khusus. Farmasis juga tidak diperbolehkan melakukan hal yang dapat
memicu masyarakat membeli obat dalam jumlah banyak sekaligus.

Terdapat beberapa hal yang harus di kuasai oleh seorang farmasis pada
pelayanan swamedikasi, yaitu (Blenkinsopp & paxton,2002):
1) Membedakan antara gejala minor dan gejala yang lebih serius.
“Triaging” adalah istilah yang diberikan untuk membedakan tingkat
keseriusan gejala penyakit yang timbul dan tindakan yang harus di ambil.
Farmasis telah memiliki prosedur untuk mengumpulkan informasi dari klien,
sehingga dapat memberikan saran untuk melakukan pengobatan atau
menyarankan rujukan ke dokter.
2) Kemampuan mendengarkan (Listening skills)
Farmasis membutuhkan informasi dari klien untuk membatu membuat
keputusan dan merekomendasikan suatu terapi. Proses ini dimulai dengan suatu
pertanyaan pembuka dan penjelasan kepada klien kemungkinan diajukannya
pertanyaan yang bersifat lebih pribadi. Hal ini diperlukan agar farmasis dapat
mengenali gejala lebih jauh, sehingga dapat merekomendasikan terapi yg benar.
3) Kemampuan bertanya (Questioning skills)
Farmasis harus memiliki kemampuan untuk mengajukan pertanyaan
dalam usaha untuk mengumpulkan informasi tentang gejala klien. Farmasi harus
mengembangkan suatu metode untuk mengumpulkan informasi yang terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan dasar yang harus diajukan. Ada dua metode umum yang
digunakan.
a) Yang pertama disingkat sebagai WHAM
W : Who is the patient and what are the symptoms (siapakah klien dan apa
gejalanya)
H : How long have the symptoms (berapa lama timbulnya gejala)
A : Action taken (Tindakan yang sudah dilakukan)
M : Medication being taken (obat yang sudah digunakan)

10
b) Yang kedua dikembangkan oleh Derek Balon, seorang farmasis di london
yaitu ASMETHOD
A : Age / appearance (Usia klien)
S : Self or someone else (dirinya sendiri atau orang lain yang sakit)
M : Medication (regularly taken on preskription or OTC) (Pengobatan yang
sudah digunakan baik dengan resep maupun dengan non resep)
E : Extra medicine (Usaha lain untuk mengatasi gejala sakit)
T : Time persisting (lama gejala)
H : History (iwayat klien)
O : Other symptoms (gejala lain)
D : Danger symptom (Gejala yang berbahaya).

4. Pemilihan terapi berdasarkan bukti keefektifan.


a. Farmasis memiliki dasar pengetahuan farmakologi, terapeutik dan farmasetika
yang dapat digunakan untuk memberikan terapi yang rasional, didasarkan
pada kebutuhan klien. Selain melihat kefektifan bahan aktif suatu obat,
farmasis juga harus memperhatikan interaksi potensial, kontraindikasi,
peringatan, dan profil efek samping dari bahan – bahan tambahan yang
terkandung.
b. Farmasis dapat menyarankan rujukan kepada dokter jika gejala timbul dalam
waktu yang lama, masalah berulang dan semakin parah, timbul nyeri yang
hebat, penggobatan gagal, timbul efek samping, dan gejala yang berbahaya.

B. OBAT-OBAT SWAMEDIKASI
Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).

1. Obat Over The Counter (OTC)


Obat bebas dikenal juga dengan sebutan obat OTC (Over The Counter),
terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas.
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter.
Obat ini biasa menjadi pilihan saat ada kebutuhan untuk melakukan pengobatan
sendiri. Pada wadah obat terdapat tanda khusus obat bebas, berupa lingkaran

11
hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Obat bebas dapat dijual secara bebas
diwarung kelontong, toko obat berizin serta apotek. Obat bebas juga dapat dibeli
oleh penderita dalam jumlah yang sangat sedikit. Pemakaian obat bebas tidak
memerlukan pengawasan dari tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk
yang tertera pada kemasan obat karena jenis zat aktif pada obat golongan ini
relatif aman. Jadi pada saat pembelian obat golongan ini lebih baik dibeli
bersama kemasannya (Puspitasari, 2010).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan obat bebas
adalah:
1) Apakah obatnya masih baik atau tidak?
2) Lihat tanggal kadaluarsa obatnya
3) Bacalah dengan baik keterangan tentang obat tadi pada brosurnya
4) Lihat indikasi penggunaan, yang merupakan petunjuk kegunaan obat untuk
penyakit.
5) Perhatikan dengan baik dosis yang digunakan, untuk dewasa atau anak-anak.
6) Lihat pula dengan baik komposisi zat berkhasiat dalam kemasan obat.
7) Perhatikan peringatan-peringatan khusus dalam pemakaian obat.
8) Perhatikan pula tentang kontra indikasi dan efek samping obat. (Depkes RI,
2006)

b. Obat Bebas Terbatas


Disebut daftar W, obat golongan ini masih termasuk obat keras tapi dapat
dibeli tanpa resep dokter, sehingga penyerahannya pada pasien hanya boleh
dilakukan oleh Asisten Apoteker penanggung jawab. Obat bebas terbatas ditandai
dengan lingkaran berwarna biru dengan garis tepi lingkaran berwarna hitam (DitJen
POM, 2008). Pada wadah obat terdapat tanda khusus obat bebas terbatas. Terdapat
pula tanda peringatan ”P” dalam labelnya. Kenapa disebut ”terbatas” karena ada
batasan jumlah dan kadar isinya. Label ”P” ada beberapa macam yaitu:
1) P.No. 1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
2) P.No. 2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur jangan ditelan
3) P.No. 3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan.
4) P.No. 4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar
5) P.No. 5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan
6) P.No. 6: Awas! Obat keras. O
7) bat wasir, jangan ditelan
Seharusnya obat golongan ini hanya dapat dijual bebas ditoko obat berizin
karena dipegang seorang Asisten Apoteker (AA) serta apotek yang hanya boleh

12
beroperasi bila ada Apoteker Pengelola Apotek (APA) karena diharapkan pasien
memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat bebas terbatas (OBT)
(Depkes RI, 2008).

2. Obat Wajib Apotek (OWA)


Merupakan obat keras tanpa resep dokter, tanda: lingkaran hitam, dasar merah
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek
tanpa resep dokter. Menurut keputusan mentri kesehatan RI Nomor
347/Menkes/SK/VIII/1990 yang telah diperbaharui Mentri Kesehatan Nomor
924/Menkes/Per/X/1993 dikeluarkan dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Pertimbangan utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan pertimbangan obat
yang diserahkan tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan
meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.
b. Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran apoteker di apotek dalam
pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada
masyarakat.
c. Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk
pengobatan sendiri. Obat yang termasuk kedalam obat wajib apotek misalnya : obat
saluran cerna (antasida), ranitidine, clindamicin cream dan lain-lain.

3. Kriteria obat yang digunakan


Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat
diserahkan tanpa resep:
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia
2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan
penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan
d. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan
e. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
f. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan
untuk pengobatan sendiri

13
BAB III

TELAAH KASUS

A. Kasus 1
Seorang ibu (24 tahun) hamil 2 bulan anak pertama, mengalami mual berat, tidak bisa
makan, setiap makan akan muntah, lemas, pucat. Dia ingin semua masalahnya bisa
diatasi dengan membeli obat diapotek, karena malu ke dokter, sebab suaminya
bekerja diluar kota.

Penyelesaian Kasus
TTK 1 menyarankan Caviplex tab dan seduhan jahe ditambah madu seharusnya diberi
Afomix tab

Perhitungan Bahan
Caviplex sebanyak 1 strip
Harga : Rp. 14. 000

Harga total : Rp. 14. 000

Aturan Pakai
Caviplex Tab: satu kali sehari 1 tablet, sesudah makan pagi

Monografi Obat
1. Afomix tab

Kandungan

 Asam folat 1000 mcg


 Vitamin B1, B6 dan B12 masing-masing 100 mg
 DHA powd 60 mg
 Asam amino 5 mg

14
 Ekstrak jahe 50 mg

Indikasi
Multivitamin lengkap yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan yang kaya dari
Afomix sangat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan vitamin ibu hamil dan wanita
yang sedang mempersiapkan kehamilan

Kontra Indikasi
Afomix disarankan untuk dikonsumsi setelah makan atau bersamaan dengan
makanan untuk menghindari reaksi tidak nyaman pada sistem pencernaan

Dosis
Afomix memiliki aturan minum 1 kaplet setiap hari. Hal ini dikarenakan kebutuhan asam
folat untuk ibu hamil adalah 600-800 mcg. Meski kebutuhan ini bervariasi antara ibu satu
dengan lainnya.

Sediaan
Tablet

Perhatian dan Anjuran


Afomix memang termasuk ke dalam golongan obat bebas karena merupakan
golongan multivitamin. Tetapi penggunaannya sesuai indikasi sangat disarankan.
Jika Anda merasa ragu apakah Anda benar-benar membutuhkan tambahan
suplemen Afomix, maka jangan segan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan
dokter atau farmasis di sarana kesehatan sekitar tempat tinggal Anda.

Bijaklah mengonsumsi obat sesuai dengan kebutuhan Anda agar manfaat yang
Anda dapatkan sesuai dengan yang diharapkan dan meminimalisirkan efek samping
yang tidak diinginkan.

Cara Penyimpanan

1. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.


2. Simpan di tempat yang sejuk, kering terlindung dari cahaya
3. Periksa kondisi obat secara berkala. Jangan lupa juga untuk mengecek tanggal
kadaluarsa.

15
2. Caviplex Tab

Kandungan

Dengan segala kemampuannya, obat Calviplex tentu dibekali berbagai macam


kandungan sehingga aman dan baik untuk dikonsumsi secara rutin. Berikut
beberapa kandungannya:

 10 mg Vitamin E
 0,1 mg Biotin
 1 mg Asam Folat
 20 mg Nicotinamide
 5 mg Ca Panthothenat
 135 mg Fe Fumarat
 50 mg Asam Glutamat

Indikasi
 Obat yang satu ini sangat dianjurkan untuk mereka yang kekurangan asupan gizi
dan vitamin. Obat ini juga dianjurkan untuk mencegah anemia yang disebabkan
karena kekurangan zat besi atau mencegah penyakit lainnya.
 Obat ini aman dikonsumsi untuk anak yang dalam masa pertumbuhan, ibu yang
sedang hamil atau menyusui, dan untuk mengembalikan energi setelah
menjalankan pekerjaan berat dan melelahkan.

Kontraindikasi
Obat herbal tidak memiliki kontra indikasi apapun

Dosis
Karena suplemen ini tersedia dalam bentuk tablet dan syrup, dosis
mengkonsumsinya pun juga berbeda.

Sediaan

16
Tablet

Efek samping
Walaupun dikenal manjur, obat caviplex tablet/syrup ini memiliki beberapa efek
samping seperti menyebabkan kantuk dan sedikit pusing kepala jika berlebihan
dikonsumsi.

Perhatian dan pencegahan


Hindari overdosis, terlebih pada anak-anak pada usia di bawah 12 tahun karena
dapat menyebabkan keracunan.

Cara Penyimpanan

4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.


5. Simpan di tempat yang sejuk, kering terlindung dari cahaya
6. Periksa kondisi obat secara berkala. Jangan lupa juga untuk mengecek tanggal
kadaluarsa.

B. Kasus 2
Seorang Pemuda umur 20 tahun, wajah, tangan, dan kakinya kudisan. gatal dan
bernanah. Temannya menyarankan memakai salep tapi tidak ingat nama salepnya.
Meminta bantuan apotek untuk mengobati kulitnya.

Penyelesaian Kasus
TTK 2 memberikan obat salep 2-4 seharusnya Gentamycin salep

Perhitungan Bahan
Salep 2-4 sebanyak 1 pot
Harga : Rp. 9.000

Aturan Pakai
Salep 2-4 :
Monografi Obat
1. Gentamycin salep

17
Kandungan
Gentamisin sulfat 0,1 %

Indikasi
Infeksi supervisial topical pada kulit

Kontraindikasi
Hipersensitiv terhadap Gentamisin

Dosis
3-4 kali sehari, cukup dioleskan tipis saja pada luka.

Sediaan
Salep

2. Salep 2-4

Kandungan
 Sulfur Praecipitatum 0,04 g
 Asam Salisilat 0,02 g

Indikasi
Mengobati gatal-gatal, kadas, kudis, dan kutu air

Kontraindikasi
Hipersensitiv terhadap salah satu kandungan salep 2-4

Dosis
Oleskan pada bagian yang berkudis

Sediaan
Salep

18
Cara Penyimpanan

1. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.


2. Simpan di tempat yang sejuk, kering terlindung dari cahaya
3. Periksa kondisi obat secara berkala. Jangan lupa juga untuk mengecek tanggal
kadaluarsa.

C. Kasus 3
Seorang anak gadis usia 19 tahun, keluahn jerawat yang tidak kunjung sembuh,
malah semakin banyak. Hobby makan pedas dan berlemak. Jerawatnya bernanah.
Sudah pakai obat jerawat milik temannya, malah semakin memerah dan perih. Pasien
ingin obat racikan dari apotek, seperti yang diberikan dokter, tapi pasien tidak mau ke
dokter karena mahal.

Penyelesaian Kasus
TTK 3 memberikan obat Verile Agne Gel sebanyak 1 tube

Perhitungan Bahan
Verile Agne Gel sebanyak 1 tube
Harga : Rp. 17.000

Aturan Pakai
Tiga kali sehari, dioleskan di wajah pada pagi, siang dan malam hari

Monografi Obat
1. Verile Agne Gel

Kandungan
Water Purified, Ethanol, Niacinamide, Ceteareth-12, Triethanolamine, Carbomer,
Salicylic acid, Boric acid, Triclosan, Potassium dihydrogen phosphate, Allantoin,
Sodium metabisulfite, Methyl paraben, Fragrance.
Indikasi
Mengurangi radang jerawat dan membantu menghilangkan jerawat

19
Kontraindikasi
-
Dosis
3 kali/hari, dioleskan di wajah pada pagi, siang dan malam hari
Sediaan
Gel
Efek samping
Iritasi kulit
Perhatian dan pencegahan
Hanya untuk pemakaian luar. Hindari kontak langsung dengan mata, jika timbul
gangguan pada kulit, kurangi pemakaian dan hentikan bila gangguan pada kulit
tetap ada.
Cara Penyimpanan

1. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.


2. Simpan di tempat yang sejuk, kering terlindung dari cahaya
3. Periksa kondisi obat secara berkala. Jangan lupa juga untuk mengecek tanggal
kadaluarsa.

D. Kasus 4
Seorang mahasiswa (20 tahun), vaginanya terasa gatal, ada lendir seperti keputihan,
sudah menggunakan lactacid untuk cebok , tapi masih gatal, takut ke dokter karena
malu kalau diperiksa. Pasien mau beli obat untuk keputihan, tapi yang aman buat
anak perawan.

Penyelesaian Kasus
TTK 4 memberikan Betadine Feminine Hygiene sebanyak 1 botol

Perhitungan Bahan
Betadine Feminine Hygiene sebanyak 1 botol

Harga : Rp. 25.000

Aturan Pakai
Dua kali sehari selama 5 hari berturut-turut.

Monografi Obat
1. Betadine Feminine Hygiene

20
Kandungan
Povidone Iodine 10 % larutan
Indikasi
Menjaga kebersihan daerah kewanitaan dan mencegah bau, gatal-gatal yang
berhubungan dengan daerah kewanitaan disebabkan kuman dan jamur.

Kontraindikasi
Hamil dan laktasi
Dosis
 Tuang ke dalam tutup botol sampai penuh, campur dengan 1 liter air atau
Larutkan 1 tutup botol BETADINE FEMININE HYG dengan 1 gayung air
dan basuhkan pada organ kewanitaan, diamkan selama 1 menit lalu bilas.
 Untuk mengatasi keputihan gunakan BETADINE FEMININE HYG 60 ml 2
kali sehari selama 5 hari berturut-turut.
 Untuk mencegah keputihan gunakan BETADINE FEMININE HYG 60 ml 1
kali sehari selama 5 hari berturut-turut

Sediaan
Larutan

Efek samping
Iritasi lokal dan sensitif (hentikan pemakaian)

Perhatian dan pencegahan


Digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan tiroid, Hipersensitivitas,
neonatus prematur

Cara Penyimpanan

1. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.


2. Simpan di tempat yang sejuk, kering terlindung dari cahaya

21
3. Periksa kondisi obat secara berkala. Jangan lupa juga untuk mengecek tanggal
kadaluarsa.

E. Kasus 5
Seorang ibu datang membawa blister bekas obat untuk suaminya, blister obat
antibiotik yang sudah habis ingin membelinya lagi karena suaminya kalau minum
obat tersebut sakitnya reda. Antibiotiknya adalah azithromisin, tadinya dapat dari
resep dokter. Sakit suaminya adalah keluar lendir dari kemaluannya, dan rasanya
sakit. Meraka bukan peserta bpjs, sehingga kalau kedokter harus bayar. Karena sudah
merasa cocok dengan obatnya, pasien ingin membeli saja keapotek.

Penyelesaian Kasus
TTK 5 tidak memberikan obat, dan menyuruh Ibu langsung membawa suaminya ke
dokter

Perhitungan Bahan
-
Aturan Pakai
-
Monografi Obat
-
Efek samping
-
Perhatian dan pencegahan
-
Cara Penyimpanan

22
BAB IV
SKENARIO

TTK 1 : Gizta Evla Viatri Pasien 1 : Dian Apriani


TTK 2 : Iryuansyah Putra Pasien 2 : Fauzan Akbar M
TTK 3 : Lisiya Nofinda Pasien 3 : Eka Puspa Sari
TTK 4 : Evi Juliani Pasien 4 : Krisma Dewi Muntia
TTK 5 : Dita Dwi Pratiwi Pasien 5 : Hastin Sumekar

Pada suatu hari, seorang Ibu muda yang sedang hamil 2 bulan ingin membeli obat
mual.

TTK 1 : Selamat pagi mbak, ada yang bisa Saya bantu?

Pasien : Iya Mbak, Saya mau beli obat mual.

TTK 1 : Obatnya untuk siapa ya mbak?

Pasien : Untuk Saya mbak.

TTK 1 : Mbak nya sedang hamil?

Pasien : Iya mbak, ini kehamilan pertama Saya (sambil mengusap perut) Tapi Saya
mual berat mbak,mau makan aja susah karena tiap nyium bau makanan juga
muntah. Nggak kuat Saya.

TTK 1 : Hamilnya udah berapa bulan mbak?

Pasien : Baru 2 bulan mbak.

TTK 1 : Oh, memang wajar mual di awal kehamilan mbak. Suami nya mana mbak?

Pasien : Suami Saya kerja di luar kota mbak. Saya mau ngasih kejutan ke suami
Saya akhir minggu ini kalo Saya hamil. Jadi suami Saya belum tau kalo Saya
tersiksa mual gini.

TTK 1 : Aduh kasih tau aja dong mbak, siapa tau suami mbak nanti buru-buru
pulang ke rumah,hehe. Ngomong-ngomong mbak udah periksa ke dokter?

Pasien : Belum mbak, malu Saya.

23
TTK 1 : Jangan malu dong mbak, sebaiknya mbak periksa aja dulu ke dokter supaya
diberi resep obat mual. Kalo mbak nggak bawa resep gini, kami nggak bisa
ngasih obatnya mbak karena bukan obat bebas.

Pasien : Yah kok gitu sih mbak? Saya jauh-jauh ke apotek ini kok nggak dikasih
obat?

TTK 1 : Maaf mbak. Begini saja, mbak minum air rebusan jahe yang dicampur madu
aja. Saya juga waktu hamil minum itu. Dan lumayan meredakan mual muntah
Saya.

Pasien : Serius mbak? Kasih aja sih Saya ni obat mbak. Nggak kasian apa ngeliat
muka Saya pucat kayak gini.

TTK 1 : Iya Saya serius mbak. Aduh maaf sekali lagi mbak, kami nggak bisa ngasih
obatnya tanpa resep dokter. Lagipula mbak juga kan nggak mau ke dokter,
jadi lebih baik dicoba aja dulu mbak jahe sama madu nya. Selama hamil juga
tidak dianjurkan untuk minum obat macam-macam demi kebaikan ibu dan
janin.

Pasien : Hmm.. Yaudah deh Saya coba mbak.

TTK 1 : Iya mbak. Nanti kalau mual nya tidak berkurang, mbak ke dokter aja ya, ajak
suami mbak.

Pasien : Iya mbak, makasih ya.

TTK 1 : Iya sama-sama mbak.

Tidak lama kemudian, datanglah Fauzan (20) yang memiliki kudis di area wajah,
tangan, dan kaki yang sudah bernanah. Ia ingin membeli salep yang disarankan
temannya namun ia lupa nama salepnya.

TTK 2 : Selamat Siang Mas, ada yang bisa Saya bantu?

Pasien : Sorry, I can’t understand you. Can you speak English ?

TTK 2 : Oh oke. Good afternoon mister, may I help you ?

Pasien : Yes, please. I need an ointment for scabies. (sambil menunjukkan kudis di
area tangan)

TTK 2 : Oke, wait a minute, I’ll take it for you. Here is it.

24
Pasien : Hmm I think this is not the ointment that I mean.

TTK 2 : So, wich one do you mean ?

Pasien : Unfortunately I lil’ bit forget the name. If I am not mistaken, my friend said
“Papat”.

TTK 2 : Oh, It’s not “papat”. Maybe your friend said “2-4”. am I right ?

Pasien : Yes, sure. 2-4. can I get it ?

TTK : Sure, wait a minute I’ll take it for you

Pasien : This is for scabies right ?

TTK 2 : Yes sir. This ointment can cure skin disease, such as white spot or we call it
panu, disease of water fleas, ringworm, ichiness efect from fungi, and
ofcourse it also can cure your scabies.

Pasien : Oh, it’s sounds good. How much I have to pay for thi one ?

TTK 2 : The price is Rp.9.000 ,- Sir. Anyway, do you already know how to use this ?

Pasien : I just need to apply it on my scabies right ?

TTK 2 : Yes, but you have tou clean up your scabies first, then make sure that the
water on the scabies already dry. You need to apply it 3 times a day.

Pasien : Oke I understand.

TTK 2 : And don’t forget to dispense it well. Make sure you put it in a area that
spared form direct sunlight. And start from now, you have to make sure that
your body is always clean every moment. You have to take a bath regularely,
so you will not get scabies anymore.

Pasien : Hahaha oke oke, you are right. After I get bankrupt from my business. Now I
have to work on field. And since that i feel so lazy to take a bath because I
already tired from my new job.

TTK 2 : Yeah, that’s why, start from now you have to aware of your body. Because if
you don’t take an attention of your body, many disease will easily come to
you. You can see right now, your scabies make your handsomeness reduced,
hehe

Pasien : Oke oke, thanks for your advice. So, the total is ?

25
TTK 2 : Rp.9.000 ,- Sir

Pasien : Here is the money. Thank you

TTK 2 : You’re welcome. Hope you will get well very soon.

Lalu datanglah seorang gadis yang memiliki jerawat yang sudah bernanah.

TTK 3 : Selamat siang dek, ada yang bisa Saya bantu?

Pasien : Ini mbak, Saya mau beli obat racikan untuk jerawat Saya.

TTK 3 : Adek sudah ke dokter?

Pasien : Belum mbak, Saya nggak punya uang mau ke dokter, soalnya mahal.

TTK 3 : Hm.. (memperhatikan jerawat pasien) Jerawat adek udah lumayan parah ya
sudah ada nanahnya. Belum pernah diobatin ya?

Pasien : Sudah mbak, Saya pakai krim jerawat punya kawan Saya, malah nambah
parah mbak.

TTK 3 : Aduh maaf sebelumnya dek. Kami nggak bisa ngasih obat racikan kalo
nggak ada resep dokternya.

Pasien : Yah kok gitu sih mbak?

TTK 3 : Itu sudah peraturan di apotek kami dek. Tapi kami ada obat jerawat yang
bisa adek beli bebas dek (sambil mengambil obat yang dimaksud). Nah ini
dek obatnya (menunjukkan Verile Acne Gel) Obat ini bisa membantu
mengurangi jerawat dengan mengeringkan jerawat dan membentuk jaringan
baru di tempat bekas jerawat.

Pasien : Waah.. Bagus ya mbak ini obatnya?

TTK 3 : Semua obat bagus dek kalo dipakai sesuai aturan. Ngomong-ngomong
adek kenapa bisa jerawatan gini? Jarang cuci muka atau suka makanan
berminyak?

Pasien : Kayaknya Saya kebanyakan makan gorengan dan makanan pedas deh
mbak. Dulu Saya nggak jerawatan padahal.

TTK 3 : Nah itulah dek. Kita harus merawat kulit kita dengan menghindari konsumsi
makanan berminyak terlalu banyak. Ini juga demi kebaikan kita.

Pasien : Iya mbak, Saya akan menjaga pola hidup sehat mulai sekarang.

26
TTK 3 : Iya bagus dek. Nanti kalau jerawat adek nggak sembuh dan nambah parah,
lebih baik periksa ke dokter ya dek. Nggak mahal kok, sehat itu yang mahal
dek.

Pasien : Iya mbak. Berapa ni mbak harganya?

TTK 3 : Ini harganya Rp. ,-

Pasien : Ini uangnya mbak.

TTK 3 : Obat ini disimpan dalam ruangan ya dek jangan lupa.

Pasien : Iya mbak makasih ya.

TTK 3 : Iya dek sama-sama. Semoga lekas sembuh.

Kemudian, datanglah seorang mahasiswa yang ingin membeli obat keputihan.

TTK 4 : Selamat siang mbak, ada yang bisa Saya bantu?

Pasien : Iya ni mbak (sambil berbisik) Ada obat keputihan nggak ya?

TTK 4 : Ada mbak. Buat siapa ya?

Pasien : Buat Saya mbak.

TTK 4 : Loh emangnya mbak yakin keputihan?

Pasien : Iya yakin lah mbak. (berbisik lagi) Vagina Saya gatal dan mengeluarkan
lendir gitu mbak. Saya udah nyoba pakek Lactacyd mbak buat cebok. Tapi
tetep gatal.

TTK 4 : Mbaknya udah ke dokter?

Pasien : Aduh malu Saya mbak kalo ke dokter. Nanti kalo dokternya cowok gimana?
Hiii anak perawan nii

TTK 4 : Hehe jangan gitu dong mbak. Emangnya lendir nya warna apa?

Pasien : Warna putih mbak (sambil berbisik)

TTK 4 : Sebenernya keputihan itu biasa dialami wanita mbak. Kalo keputihannya
masih warna putih berarti masih normal, nah kalo udah warna kehijauan itu
baru perlu diperiksakan ke dokter. Apalagi kalau sampai menimbulkan bau
yang menyengat.

Pasien : Oh begitu ya mbak. Jadi keputihan Saya masih normal ya. Kira-kira kenapa
ya mbak kok Saya bisa keputihan?

27
TTK 4 : Bisa jadi karena faktor stres atau vagina mbak lembab. Jadi biasakan pakai
celana dalam yang terbuat dari bahan katun ya supaya menyerap keringat.

Pasien : Oh, iya mbak.

TTK 4 : (mengambil Betadine Feminine Hygiene) Mbak juga bisa menggunakan


obat ini mbak. Ini cara pakainya adalah dengan melarutkan satu tutup botol
obat ini ke dalam setengah gayung air dan basuhkan pada organ kewanitaan
mbak. Diamkan selama satu menit lalu bilas hingga bersih.

Pasien : Oh begitu ya mbak. Berapa ni harganya?

TTK 4 : Ini harganya Rp. .- mbak

Pasien : Ini Saya simpen di WC aja nggak apa-apa kan mbak?

TTK 4 : Iya nggak apa-apa kok.

Pasien : Nah ini uangnya mbak. Makasih ya.

TTK 4 : Iya mbak sama-sama.

Tidak lama kemudian, datang seorang Ibu yang ingin membeli obat untuk suaminya.
Ia membawa blister obat yang sudah habis sebagai sampel agar TTK bisa dengan
mudah mengetahui obat yang diminta.

TTK 5 : Selamat siang Bu, ada yang bisa Saya bantu?

Pasien : Iya nih dek, Saya mau beli obat yang kayak gini (sambil memberikan blister
obat Azithromisin)

TTK 5 : Maaf Bu, obat ini tidak dijual bebas. Kalau mau beli obat ini harus pakai
resep dokter.

Pasien : Kok gitu sih dek?

TTK 5 : Iya Bu, itu sudah menjadi peraturan di apotek kami.

Pasien : Tapi kasian dek suami Saya. Waktu itu kenapa dia bisa beli obat ini?

TTK 5 : Mungkin Bapak mendapat resep dari dokter Bu.

Pasien : Oiya ya Saya lupa. Jadi gimana dong dek, ada pengganti obat ini nggak?

TTK 5 : Azithromisin ini antibiotik Bu. Jadi Saya tidak bisa mencari penggantinya
yang bisa dibeli bebas. Lebih baik periksakan dulu Bapaknya ke dokter Bu.

Pasien : Aduh pasti mahal dek. Kami ini bukan peserta BPJS.

28
TTK 5 : Kita kalau mau sehat memang mahal Bu. Tapi tidak sebanding kok harga
yang dikeluarkan dengan sehat yang didapatkan nanti.

Pasien : Iya emang enak ngomong itu dek.

TTK 5 : Maaf Bu, tapi coba deh ibu pikirkan sekali lagi untuk periksakan Bapak ke
dokter. Memangnya Bapak sakit apa Bu?

Pasien : Ini dek (berbisik) Kemaluan Bapak keluar lendir dan rasanya sakit katanya.
Udah pernah minum obat ini (menunjuk blister obat) dan sembuh waktu itu.
Tapi ini kumat lagi.

TTK 5 : Oh begitu ya Bu. Saya sarankan untuk segera ke dokter Bu agar bisa cepat
menebus resepnya.

Pasien : Aduh dek kok maksa sih.

TTK 5 : Soalnya kami nggak bisa ngasih obat ini untuk dibeli bebas Ibu..

Pasien : Haduh pelit sekali apotek ini.

TTK 5 : Memang sudah peraturan perundang-undangan Bu.

Pasien : Oh begitu ya. Yaudah Saya ke dokter dulu mbak ya mau bawa suami Saya.

TTK 5 : Iya Bu, hati-hati ya. Semoga bapak cepat sembuh.

Pasien : Iya dek.

29
BAB V

PEMBAHASAN

Praktikan telah menyelesaikan praktikum Apotek Simulasi dengan pokok bahasan


Pelayanan Obat Bebas dan Pasien Swamedikasi . Praktikum ini dilakukan pada hari, Rabu
tanggal 19 Desember 2018 bertempat di Apotek Simulasi Farma Jurusan Farmasi Poltekkes
Palembang. Pada praktikum kali ini terdapat 5 kasus yang telah diselesaikan adapun
skenario kasus tersebut
Kasus Pertama adalah Seorang ibu (24 tahun) hamil 2 bulan anak pertama, mengalami
mual berat, tidak bisa makan, setiap makan akan muntah, lemas, pucat. Dia ingin semua
masalahnya bisa diatasi dengan membeli obat diapotek, karena malu ke dokter, sebab
suaminya bekerja diluar kota. Obat yang diberikan kepada pasien adalah Caviplex. TTK 1
telah melakukan tugasnya dengan baik. Akan tetapi TTK 1 kurang tepat dalam pemilihan
obat seharusnya diberikan adalah Afomix karena Afomix memiliki kadar B6 lebih besar dari
Caviplex, atau bisa juga diberi Mediamer B6 tetapi TTK 1 tidak memberikan Mediamer B6
sedangkan Mediamer B6 termasuk DOWA
Kasus Kedua Seorang Pemuda umur 20 tahun, wajah, tangan, dan kakinya kudisan.
gatal dan bernanah. Temannya menyarankan memakai salep tapi tidak ingat nama
salepnya. Meminta bantuan apotek untuk mengobati kulitnya. Obat yang diberikan adalah
Salep 2-4. Pada saat pelaksanaan praktek tersebut TTK 2 telah melakukan tugasnya
dengan baik. Akan tetapi TTK 2 kurang tepat dalam pemilihan obat seharusnya diberikan
adalah Gentamycin salep karena penyakit yang di alami pasien termasuk sudah parah
karena terdapat nanah pada kudisnya. Pemilihan Gentamycin salep lebih tepat mengingat
terdapat nanah pada kudis dan Gentamycin juga termasuk DOWA sehingga bisa diberikan
kepada pasien tanpa harus ada resep dokter
Kasus Ketiga adalah Seorang anak gadis usia 19 tahun, keluhan jerawat yang tidak
kunjung sembuh, malah semakin banyak. Hobby makan pedas dan berlemak. Jerawatnya
bernanah. Sudah pakai obat jerawat milik temannya, malah semakin memerah dan perih.
Pasien ingin obat racikan dari apotek, seperti yang diberikan dokter, tapi pasien tidak mau
ke dokter karena mahal. Obat yang diberikan adalah Verile Gel. Pada saat pelaksanaan
praktek tersebut TTK 3 telah melakukan tugasnya dengan sangat baik. Pemilihan obat
sudah tepat.
Kasus Keempat adalah Seorang mahasiswa (20 tahun), vaginanya terasa gatal, ada lendir
seperti keputihan, sudah menggunakan lactacid untuk cebok , tapi masih gatal, takut ke
dokter karena malu kalau diperiksa. Pasien mau beli obat untuk keputihan, tapi yang aman

30
buat anak perawan. Obat yang diberikan adalah Betadine Feminine Hygiene. TTK 4 telah
melakukan tugasnya dengan sangat baik. Pemilihan obat sudah tepat.
Kasus kelima adalah Seorang ibu datang membawa blister bekas obat untuk
suaminya, blister obat antibiotik yang sudah habis ingin membelinya lagi karena suaminya
kalau minum obat tersebut sakitnya reda. Antibiotiknya adalah azithromisin, tadinya dapat
dari resep dokter. Sakit suaminya adalah keluar lendir dari kemaluannya, dan rasanya sakit.
Meraka bukan peserta bpjs, sehingga kalau kedokter harus bayar. Karena sudah merasa
cocok dengan obatnya, pasien ingin membeli saja keapotek. Pada saat pelaksanaan
praktek tersebut TTK 5 telah melakukan tugasnya dengan sangat baik. Pemberitahuan
kepada pasien bahwa tidak boleh membeli obat Azithromisin tanpa resep dokter sudah baik,
sehingga pasien tidak kecewa dan langsung pulang untuk membawa Suaminya ke rumah
sakit untuk diperiksa lebih lanjut.

31
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada praktikum ini para praktikan dengan baik. Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE) tentang obat yang telah dilaksanakan oleh Aspek-aspek yang
harus di perhatikan juga sudah terlaksana mulai dari teknisi saat praktikum terkait
dengan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing TTK. Alur perjalanan
resep dokter, Aspek Komunikasi Informasi dan Edukasi yang berlangsung antara
TTK dengan Pasien sudah ada namun belum sepenuhnya dilakukan dengan
baik.

B. Saran
Diharapkan kepada seluruh praktikan untuk memahami kasus yang akan
ditanganinya, sehingga dalam penyampaian Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE) kepada pasien dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.

32
DAFTAR PUSTAKA

https://www.klikdokter.com/obat/betadine-feminine-hyg-60-ml

http://apotekqu.com/verile-acne-gel-10-gr/

https://halosehat.com/merk-obat-a-z/merk-obat-a/afomix

https://doktersehat.com/obat-gentamicin-salep/

33

Anda mungkin juga menyukai