Anda di halaman 1dari 41

LABORATORIUM

KIMIA FISIKA

Percobaan : DESTILASI UAP

Kelompok : VIIA

Nama :
1. May Saktianie Novitasari NRP. 2313 030
029
2. Evi Maya Odelia NRP. 2313 030
039
3. Dicky Dwi Randika NRP. 2313 030
045
4. Bun Yan Marshush Al NRP. 2313 030
Wathon 077
5. Brima Dewantoro NRP. 2313 030
085

Tanggal Percobaan : 25 Nopember 2013


Tanggal Penyerahan : 2 Desember 2013
Dosen Pembimbing : Nurlaili Humaidah S.T., M.T.
Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandri W.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER SURABAYA
2013
ABSTRAK

Tujuan dari percobaan destilasi uap ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari uap terhadap
titik didih dan juga untuk menghitungdensitas dari minyak sereh.
Dalam proses destilasi minyak sereh ini langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan
semuaperalatan dan bahan. Kemudian memastikan perangkat destilasi uap terpasang dengan baik .
mengisi labu distilat dengan 250 gram sereh yang telah dicacah. Selanjutnya mengisi boiler dengan
air secukupnya, kemudian menyalakan kompor. Menutup valve yang adapada boiler saat uap pada
panic sudah mengepul. Menyalakan stopwatch sebagai awal mula perhitungan waktu distilasi uap
dan hitung dalam kurun waktu selama 60 menit dan 90 menit.Mengukur (T) dan tekanan (P) yang ada
pada labu destilat pada masing-masing variabel waktu. Mengamati volume hasildestilasi yang ada
pada erlenmeyer, sebelum penuh harus diganti dengan erlenmeyer yang lain. Mengambil minyak
sereh dengan cara menyedot hasil desilasi dengan pipet tetes. Selanjutnya untuk menghitung densitas
dari minyak sereh, langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang piknometer yang akan diisi
minyak sereh pada keadaan kosong terlebih dahulu. Lalu menghitung massa minyak sereh dengan
mencari selisih antara berat piknometer yang telah terisi dengan massapiknometer yang kosong.
Kemudian prosedur untuk mendapatkan densitas dari minyak sereh adalah hasil pembagian dari
massa (m) dari minyak sereh dengan volume (v) minyak sereh.
Dari percobaan destilasi uapdidapatkan saat pertama kali destilat menetes ke dalam tabung
erlenmeyer yaitu pada waktu (t) 53 detik, tekanan (P) 21 mBar dan suhu (T) 93,5 0C. Kemudian titik
didih uap yang diperoleh pada proses destilasi uap yang kami lakukan hanya sampai 96,5 oC pada
tekanan 42 mBar. Sehingga minyak sereh yang dihasilkan tidak dapat naik, melainkan tertahan di
labu destilat. Pada proses destilasi ini, sebesar250 gram sereh menghasilkan 0 ml minyak sereh. Kami
mencoba proses pemisahan yang lain yaitu dengan cara pressing lalu disaring (ekstraksi), kemudian
di endapkan selama 5 hari, hasilnya tetap tidak ada minyak yang didapatkan. Oleh sebab itu tidak
dapat dilakukan perhitungan untuk mendapatkan densitas minyak sereh, karena dalam percobaan ini
tidak didapati adanya minyak sereh dalam proses destilasi. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yaitu
sebesar 0,872 – 0,882 gram/ml. Sehingga dari percobaan destilasi uap ini dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh titik didih untuk menghasilkan minyak sereh . Minyak sereh hanya dapat
dihasilkan pada proses destilasi uap yang lebih kompleks.

Kata kunci: destilasi, minyak atsiri, titik didih, sereh, densitas minyak

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... iv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ................................................................................................ I-1
I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... I-1
I.3 Tujuan Percobaan ............................................................................................ I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori .................................................................................................... II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan ....................................................................................... III-1
III.2 Bahan yang Digunakan ................................................................................ III-1
III.3 Alat yang Digunakan .................................................................................... III-1
III.4 Prosedur Percobaan ...................................................................................... III-2
III.5 Diagram Alir Percobaan ............................................................................... III-3
III.6 Gambar Alat Percobaan ................................................................................ III-4
BAB IV HASIL PERCOBAAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan ............................................................................................. IV-1
IV.2 Pembahasan .................................................................................................. IV-2
BAB V KESIMPULAN ..................................................................................................... V-1
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... vi
DAFTAR NOTASI ............................................................................................................ vii
APPENDIKS ....................................................................................................................... viii
LAMPIRAN
Laporan Sementara
Fotokopi Literatur
Lembar Revisi

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Gambar Alat Destilasi Sederhana .......................................................... II-7


Gambar II.2 Gambar Alat Destilasi Fraksinasi ............................................................ II-9
Gambar II.3 Gambar Alat Destilasi Vakum ................................................................. II-11
Gambar II.4 Gambar Skema Destilasi Vakum ............................................................. II-12
Gambar II.5 Gambar Skema Destilasi Vakum ............................................................. II-13
Gambar II.6 Gambar Skema Destilasi Kering .............................................................. II-15
Gambar II.7 Gambar Alat Destilasi Molekuler ............................................................ II-18
Gambar III.6 Gambar Alat Percobaan .......................................................................... III -4

iii
DAFTAR TABEL

Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Destilasi Uap pada Minyak Sereh..........................IV-1

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sereh atau Cymbopogon winteranius menghasilkan 75-85% citral dalam minyak
atsiri. Citral adalah gabungan dari dua isomer aldehida monoterpeneacylic. Senyawa
citral ini membentuk turunan-turunan lain yaitu sitronella, sitronelol, dan geraniol .
Geraniol (C10H18O) sering disebut juga sebagai rhodinol adalah salah satu senyawa
monoterpenoid dan alkohol. Senyawa ini tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam
bahan pelarut organik. Baunya menyengat, dan sering digunakan sebagai parfum.
Geraniol merupakan persenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isoprene dan 1 molekul
air (Fransiska, 2010). Berdasarkan hasil pengamatan, rendemen minyak atsiri yang didapat
setelah penyulingan selama 1,5 jam adalah sebesar 3,22% (Sahroel 2009). Destilasi uap
adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran air dengan senyawa
yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air ke dalam campuran sehingga
bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah dari
pada dengan pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang
akan dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap.
(Tiya, 2012)
Melalui proses destilasi uap inilah minyak atsiri yang terkandung dalam sereh dapat
diambil. Pemilihan destilasi uap dalam percobaan ini berdasarkan prinsip bahwa minyak
atsiri bersifat volatile (mudah menguap), sedangkan bagian lain dari tumbuhan bersifat
non-volatil, selain itu minyak atsiri tidak larut di dalam air sehingga tidak akan tercampur
dan mudah dipisahkan. Hasil destilasi ini berupa campuran minyak dan air. Minyak yang
dihasilkan lebih volatile dibandingkan dengan sereh. Maka pada percobaan destilasi uap
ini, kami akan mempelajari tentang pengaruh uap pada titik didih.
Proses distilasi banyak digunakan oleh industri dan merupakan metode pemisahan
yang sering digunakan untuk mendapatkan fluida murni dari suatu campuran tertentu.
Proses distilasi sebenarnya tidak 100% memisahkan campuran tetapi hanya meningkatkan
konsentrasinya saja. Contoh industri yang menggunakan proses distilasi ialah industri
minyak bumi, industri gas, industri pembuatan alkohol, dan lain-lain.
(Hadi, 2012)

I-1
I-2

Bab I Pendahuluan

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh tekanan uap terhadap titik didih dalam percobaan destilasi uap
dengan menggunakan bahan sereh?
2. Bagaimana cara menghitung massa jenis minyak atsiri pada sereh?

I.3 Tujuan Percobaan


1. Mengetahui pengaruh tekanan uap terhadap titik didih dalam percobaan destilasi uap
dengan menggunakan bahan sereh.
2. Mengetahui cara menghitung massa jenis minyak atsiri pada sereh.

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Destilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama
masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan
akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk
destilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara
akurat tentang proses destilasi pada sekitar abad ke-4.
(Wikipedia, 2013)
Bentuk modern destilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada
masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol menjadi
senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini menjadi semacam
inspirasi yang memungkinkan rancangan destilasi skala mikro, The Hickman Stillhead
dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan
Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar. Ia juga telah
menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai
sampai saat ini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi
(801-873) (Wikipedia, 2013).
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan bakar kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan
(Wikipedia, 2013). Sedangkan destilasi adalah suatu proses pemisahan termal untuk
memisahkan komponen-komponen yang mudah menguap dari suatu campuran cair dengan
cara menguapkannya, yang diikuti dengan kondensasi uap yang terbentuk dan menampung
kondensat yang dihasilkan menurut (Fatysahin, 2011).
Volatilitas adalah kecenderungan suatu zat untuk menguap. Volatilitas
berhubungan langsung dengan tekanan uap zat tersebut. Pada suatu ruangan dengan
suhu tertentu, sebuah zat dengan tekanan uap yang tinggi akan lebih mudah menguap
daripada zat yang tekanan uapnya rendah (Wikipedia, 2013).
Ukuran volatilitas ini biasanya diaplikasikan untuk zat cair, meski begitu dapat
juga dipakai untuk menjelaskan proses sublimasi yang di asosiasikan dengan zat padat,
misalnya amonium klorida dan zat-zat padat yang langsung dapat berubah menjadi uap
tanpa melalui proses cair terlebih dahulu (Wikipedia, 2013).

II-1
II-2

Bab II Tinjauan
Pustaka

Dalam destilasi, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap lebih dulu (Wikipedia, 2013).
Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan masa.
Penerapan proses ini didasarkan teori bahwa suatu larutan, masing-masing larutan akan
menguap pada titk didihnya. Model ideal destilasi didasarkan pada hukum Raoult dan
hukum Dalton (Wikipedia, 2013).
Apabila yang didinginkan adalah bagian campuran yang tidak teruapkan dan
bukan destilatnya, maka proses tersebut biasanya dinamakan pengentalan dengan
evaporasi. Dalam hal ini sering kali bukan pemisahan yang sempurna yang dikehendaki,
melainkan peningkatan konsentrasi bahan-bahan yang terlarut dengan cara menguapkan
sebagian dari pelarut. Sering kali destilasi digunakan semta-mata sebagai tahap awal
dari suatu proses rektifikasi. Dalam hal ini campuran dipisahkan menjadi dua, yaitu
bagian yang mudah menguap dan bagian yang sukar menguap. Kemudian masing-
masing bagian diolah lebih lanjut dengan cara rektifikasi. Uap yang dikeluarkan dari
campuran disebut sebagai uap bebas, kondensat yang jatuh sebagai destilat dari bagian
cairan yang tidak menguap sebagai residu. Biasanya destilat digunakan untuk menarik
0
senyawa organic yang titik didihnya dibawah 250 C, pendestilasian senyawa-senyawa
yang titik didihnya tinggi dikuatirkan akan rusak oleh pemanasan sehingga tidak cocok
untuk ditarik dengan teknik destilasi (Fatysahin, 2011).
Pada prinsipnya pemisahan dalam suatu proses destilasi terjadi karena penguapan
salah satu komponen dari campuran, artinya dengan cara mengubah bagian-bagian yang
sama dari keadaan cair menjadi berbentuk uap. Dengan demikian persyaratannya adalah
kemudahan menguap ( volatilitas ) dari komponen yang akan dipisahkan berbeda satu
dengan yang lainnya. Pada campuran bahan padat dalam cairan, persyaratan tersebut
praktis selalu terpenuhi. Sebaliknya, pada larutan cairan dalam cairan biasanya tidak
mungkin dicapai sempurna, karena semua komponen pada titik didih campuran akan
mempunyai tekanan uap yang besar. Destilat yang murni praktis hanya dapat diperoleh
jika cairan yang sukar menguap mempunyai tekanan uap yang kecil sekali sehingga
dapat diabaikan (Fatysahin, 2011).
Penguapan dan destilasi umumnya merupakan proses pemisahan satu tahap.
Proses ini dapat dilakukan secara tak kontinu atau kontinu, pada tekanan normal

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-3

Bab II Tinjauan
Pustaka

ataupun vakum. Pada destilasi sederhana, yang paling sering dilakukan adalah operasi
tak kontinu. Dalam hal ini campuran yang akan dipisahkan dimasukkan kedalam alat
penguap dan dididihkan. Pendidihan terus dilangsungkan hingga sejumlah tertentu
komponen yang mudah menguap terpisahkan. Proses pendidihan erat hubungannya
dengan kehadiran udara permukaan. Pendidihan akan terjadi pada suhu dimana tekanan
uap dari larutan sama dengan tekanan udara di permukaan cairan (Fatysahin, 2011).
Secara umum proses yang terjadi pada destilasi sederhana atau biasa yaitu :
 Penguapan komponen yang mudah menguap dari campuran dalam alat penguap
 Pengeluaran uap yang terbentuk melalui sebuah pipa uap yang lebar dan kosong
tanpa perpindahan panas dan pemindahan massa yang disengaja atau dipaksakan
yang dapat menyebabkan kondensat mengalir kembali ke lat penguap.
 Jika perlu, tetes-tetes cairan yang sukar menguap yang ikut terbawa dalam uap
dipisahkan dengan bantuan siklon dan disalurkan kembali kedalam alat penguap.
 Kondensasi uap dalam sebuah kondensor
 Pendingin lanjut dari destilat panas dalam sebuah alat pendingin
 Penampungan destilat dalam sebuah bejana
 Pengeluaran residu dari alat penguap
 Pendinginan lanjut dari residu yang dikeluarkan Penampungan residu dalam
sebuah bejana.
(Fatysahin, 2011)
Proses destilasi berlangsung dimana uap cairan akan menjadi cairan didalam
kondensator pendingin. Cairan yang menjadi uap merupakan senyawa murni yang
terpisah dari campurannya, dan dari zat pengkotamin atau pengotor (logam-logam). Jika
semua cairan murni sudah terpisah maka akan terdapat residu yang bersifat padatan.
Hasil destilasi disebut destilat. Destilat ini sangat penting jadi jangan dibiarkan sampai
menguap, karena hasil yang didapatkan berkurang. Zat pengkotamin tidak akan
menguap karena senyawa murni memiliki titik didih lebih rendah dari zat pengkotamin
(residu) (Dody, 2012).
Destilasi bergantung pada suhu yang diberikan sesuai data dimana ada beberapa
molekul cairan yang memiliki energi kinetik yang cukup besar untuk memberikan
tekanan uap pada zat cair. Kecenderungan ini terjadi pada destilasi dengan jumlah
penguapan yang besar. Dua komponen atau senyawa dari suatu cairan mempunyai
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-4

Bab II Tinjauan
Pustaka

perbedaan dua titik didih dan mungkin terpisah oleh destilasi dalam suatu kondisi
tertentu (Dody, 2012).
Proses terjadinya pendidihan yaitu pada saat zat dipanaskan ada gerakan-gerakan
partikel dalam cairan yang menyebabkan zat cair yang dipermukaan akan lepas,
sehingga timbullah tekanan uap (Dody, 2012).
Pada saat tekanan uap sama dengan tekanan udara dipermukaan zat cair maka
gerakan (adanya energi kinetik) ini akan semakin kuat. Pada saat inilah suatu cairan
dikatakan mendidih (Dody, 2012).
Mendidih merupakan temperatur jenuh suatu larutan pada suatu suhu. Pendidihan
terjadi apabila tekanan uapnya sama dengan tekanan udara dipermukaan zat cair.
(Dody, 2012)
Selama proses pemanasan, batu didih akan mengeluarkan udara sedikit demi
sedikit sehingga menyebabkan pemanasan/ pendidihan menjadi teratur. Batu didih ini
digunakan untuk mencegah terjadinya bumping (ledakan/tumbukan suatu cairan selama
penyulingan dibawah tekanan 1 atm), jadi, batu didihlah yang menyerap panas dan
meratakan pemanasan (Dody, 2012).
Pada saat cairan mendidih, gelembung udara bisa diamati dengan kaca mikroskop.
Gelembung ini meluas secara cepat dan naik kepermukaan danmenghasilkan gerak
melingkar dimana penambahan gelembung dan penyaluran panas akan cepat terus naik
kepermukaan cairan (Dody, 2012).
Pada saat dilakukan destilasi, termmometer dilaketakkan tegak dan tidak
mengenai cairan yang akan didestilasi. Melainkan hanya untuk mengukur suhu cairan
uap tersebut. Dalam hal pengurangan campuran dari pengotornya dan cairan murni,
temperatur ditunjukkan pada termometer destilasi, akan terjadi titik didih cairan.
(Dody, 2012)
Pada tekanan yang tetap temperatur ini akan tetap sepanjang keadaan setimbang
dipertahankan antara cairan yang diembunkan dan uap menaiki kolom. Untuk cairan
murni temperatur juga akan identik dengan temperatur titik didih. Jika cairan tidak
sangat panas. Sebab cairan yang sangat tinggi itu telah dapat dipercaya dan lebih akurat
untuk menentukan titik didih melalui pengukuran temperatur uap pada letak termometer
dalam cairan mendidih (Dody, 2012).

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-5

Bab II Tinjauan
Pustaka

Sejumlah cairan yang menguap berkurang sepanjang destilasi; konsentrasi materi


tidak menguap bertambah selanjutnya lebih rendah tekanan gas pada campuran dan
merupakan temperatur yang lebih tinggi (Dody, 2012).
Jika titik didih dari 2 jenis cairan yang akan didestilasi/dipisahkan berdekatan satu
sama lain, destilasi yang dihasilkan masih merupakan campuran dari kedua cairan
tersebut, dimana persentase cairan dengan titik didih paling rendah akan lebih besar dari
pada campuran semula (Dody, 2012).
Proses destilasi dikatakan selesai bila telah terlihat banyak residu. Jika tekanan
uap diatas zat cair sama dengan tekanan uap zat cair, maka zat ini dapat dikatakan
mendidih (Dody, 2012).
Didalam destilasi, proses kondensasi atau pendinginan harus berjalan dengan baik,
karena uap zat cair yang terlepas harus tertampung dan jangan sampai keluar. Dalam
dan semua rongga udara harus tertutup, karena itu, merupakan sebuah kesalahan dalam
pratikum. Jika ada rongga udara maka uap air akan keluar, sehingga destilat yang
didapat berkurang (Dody, 2012).
Uji kemurnian destilat yang diperoleh dengan cara:
a. Indeks bias (n)
Perbandingan kecepatan cahaya diruang hampa terhadap kecepatan cahaya
pada medium yang dilewatinya. Atau perbandingan sudut datang (i) dengan sudut
bias (r)
b. Sudut putar jenis ()
Besarnya putaran cahaya ketika melewati 1 gr zat dalam 1 ml larutan yang
ditempatkan dalam tabung dengan panjang 1 dm. perputaran cahaya pada medium
akan dipengaruhi oleh :
1. Suhu
2. Konsentrasi medium
3. Panjang gelombang cahaya
c. Massa jenis
Meyatakan besarnya massa zat persatuan volume.

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-6

Bab II Tinjauan Pustaka

d. Suhu
Bila tekanan uap sama dengan tekanan udara luar. Pada titik idih untuk zat
murni tidak ada lagi peningkatan temperatur selama panas yang diberikan
bertambah.
e. Putaran optik
f. Menggunakan CuSO4.5H2O dalam melakukan pengujian kemurnian dari distilat.
(Dody, 2012)
Masalah yang ditemui dalam destilasi adalah terbentuknya campuran Azeotrop
yang merupakan campuran yang sulit dipisahkan. Campuran azeotrop ialah campuran
dengan titik didih yang konstan (Fatysahin, 2011).
Titik azeotrop merupakan titik dimana dua atau lebih campuran murni sudah tidak
bisa dipidahkan lagi dengan destilasi biasa. Hal ini dikarenakan ketika titik azeotrop
tercapai pada suhu dan tekanan tertentu, uap yang dihasilkan memiliki rasio yang sama
dengan campurannya sehingga komposisi tidak berubah selama proses destilasi
(Arindradita, 2009).
Dalam hal ini larutan yang terdiri dari dua jenis cairan dengan perbandingan
tertentu saat dididihkan menghasilkan uap dengan komposisi yang tepat sama seperti
larutan tersebut. Karena tidak terjadi pengayaan pada uap ( baik dari komponen yang
mudah menguap atau sukar menguap ), maka titik didih campuran tetap konstan. Sering
kali titik azeotrop tercapai setelah proses penguapan yaitu setelah sejumlah tertentu
komponen yang mudah atau sukar menguap terpisahkan (Fatysahin, 2011).
Cara yang ditempuh untuk mengatasi campuran azeotrop yaitu :
1. Menambahkan zat ketiga, sehingga terjadi campuran azeotrop baru.
Campuran azeotrop baru direfluks dan di destilasi kembali.
Contoh : alkohol + air –> azeotrop alkohol + air + benzene –> azeotrop baru
2. Menambahkan suatu zat yang dapat mengikat salah satunya.
Contoh : alkohol dan air alkohol + air + CaO –> alkohol + Ca(OH)2
(Fatysahin, 2011)
Macam-macam teknik destilasi yaitu:
1. Destilasi Sederhana
Biasanya destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan zat cair yang titik
didihnya rendah, atau memisahkan zat cair dengan zat padat atau miniyak. Proses ini

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-7

Bab II Tinjauan
Pustaka

dilakukan dengan mengalirkan uap zat cair tersebut melalui kondensor lalu hasilnya
ditampung dalam suatu wadah, namun hasilnya tidak benar-benar murni atau bias
dikatakan tidak murni karena hanya bersifat memisahkan zat cair yang titik didih
rendah atau zat cair dengan zat padat atau minyak (Tiya, 2012).
Destilasi sederhana adalah salah satu cara pemurnian zat cair yang tercemar
oleh zat padat/zat cair lain dengan perbedaan titik didih cukup besar, sehingga zat
pencemar/pengotor akan tertinggal sebagai residu. Destilasi ini digunakan untuk
memisahkan campuran cair-cair, misalnya air-alkohol, air-aseton, dll. Alat yang
digunakan dalam proses destilasi ini antara lain, labu destilasi, penangas,
termometer, pendingin/kondensor leibig, konektor/klem, statif, adaptor, penampung,
pembakar, kaki tiga dan kasa.Seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar II.1 Gambar Alat Destilasi Sederhana


(Tiya, 2012)
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk
memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang
jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh
senyawa murninya. Senyawa – senyawa yang terdapat dalam campuran akan
menguap pada saat mencapai titik didih masing – masing (Tiya, 2012).
Gambar di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut destilator. Yang
terdiri dari termometer, labu didih, steel head, pemanas, kondensor, dan labu
penampung destilat. Termometer Biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat
cair yang didestilasi selama proses destilasi berlangsung. Seringnya termometer yang
digunakan harus memenuhi syarat:

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-8

Bab II Tinjauan
Pustaka

a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE
sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor. Labu didih berfungsi sebagai
tempat suatu campuran zat cair yang akan didestilasi.
(Tiya, 2012)
Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat
pendingin ( kondensor ) dan biasanya labu destilasi dengan leher yang berfungsi
sebagai steel head. Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar
yang berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran air keran. Pendingin
yang digunakan biasanya adalah air yang dialirkan dari dasar pipa, tujuannya adalah
agar bagian dari dalam pipa lebih lama mengalami kontak dengan air sehingga
pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh lebih sempurna. Penampung
destilat bisa berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung reaksi tergantung
pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan penangas, ataupun mantel
listrik yang biasanya sudah terpasang pada destilator (Tiya, 2012).
Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap
senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan
molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan,
tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan
sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang mempunyai
tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai titik didih lebih
rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar (Tiya, 2012).
Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan
komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau
komponen dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan
dinginkan, uap akan terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi
senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik didih
lebih rendah. Jika suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan
mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran (Tiya, 2012).

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-9

Bab II Tinjauan Pustaka

2. Destilasi Fraksinasi (Bertingkat)


Destilasi fraksinasi merupakan suatu teknik pemisahan untuk larutan yang
o
mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30 C atau
lebih. Dalam destilasi fraksional atau destilasi bertingkat proses pemisahan parsial
diulang berkali-kali dimana setiap kali terjadi pemisahan lebih lanjut. Hal ini berarti
proses pengayaan dari uap yang lebih volatil juga terjadi berkali-kali sepanjang
proses destilasi fraksional itu berlangsung (Siti, 2012).
Karakteristik bahan pada destilasi fraksinasi adalah cairan yang mempunyai
o
perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30 C atau lebih . Aplikasi
dari destilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan
komponen-komponen dalam minyak mentah (Siti, 2012).

Gambar II.2 Gambar Alat Destilasi Fraksinasi

Destilasi terfraksi ini berbeda dengan destilasi biasa, karena terdapat suatu
kolom fraksionasi dimana terjadi suatu proses refluks. Proses refluks pada destilasi
ini dilakukan agar pemisahan campuran dapat terjadi dengan baik. Kolom fraksionasi
berfungsi agar kontak antara cairan dengan uap terjadi lebih lama. Sehingga
komponen yang lebih ringan dengan titik didih yang lebih rendah akan terus
menguap dam masuk kondensor. Sedangkan komponen yang lebih besar akan
kembali kedalam labu destilasi (Siti, 2012).
Perbedaan destilasi fraksionasi dan destilasi sederhana adalah adanya kolom
fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-10

Bab II Tinjauan
Pustaka

berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk
pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin
tidak volatil cairannya (Siti, 2012).
Kolom fraksionasi digunakan untuk memberikan luas permukaan yang besar
agar uap yang berjalan naik dan cairan yang turun dapat bersentuhan.dalam praktek,
kolom tutup gelembung kurang efektif untuk pekerjaan di laboratorium. Hasilnya
relatif terlalu sedikit bila dibandingkan dengan besar bahan yang tergantung di dalam
kolom. Dengan kata lain kolom tutup gelembung memiliki keluaran yang kecil
dengan sejumlah besar bahan yang masih tertahan di dalam kolom (Siti, 2012).
Keefektifan kolom ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti cara
pengaturan materi di dalam kolom, pengaturan temperatur, panjang kolom dan
kecepatan penghilangan hasil destilasi. Satuan dasar efisiensi adalah tinggi setara
dengan sebuah lempeng teoritis (HETP atau H). Besarnya H sama dengan panjang
kolom dibagi dengan jumlah plat teoritis. Banyaknya plat teoritis H bergantung pada
sifat campuran yang dipisahkan (Siti, 2012).
Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur)
sampai dengan suhu ± 370°C. Minyak mentah yang sudah di panaskan tersebut
kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya
berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan
tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan
bertekanan tinggi) (Siti, 2012).
Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas
kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang
titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan
yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui
sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang
terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali
komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang
titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya
sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada suhu kamar
berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian
dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas). Fraksi minyak mentah yang

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-11

Bab II Tinjauan
Pustaka

tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal.
Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari 20 (Siti, 2012).
3. Destilasi Vakum

Gambar II.3 Gambar Alat Destilasi Vakum


Destilasi vakum adalah destilasi yang tekanan operasinya 0,4 atm (≤ 300
mmHg absolut). Proses distillasi dengan tekanan dibawah tekanan atmosfer.
(Tiya, 2012)
Destilasi vakum berfungsi untuk menurunkan titik didih pada minyak berat
atau long residu sehingga menghasilkan produk – produknya (Tiya, 2012).
Produk-produk yang dihasilkan pada destilasi vakum antara lain :
1. Produk Hight Vacum Gas Oil ( HVGO ),
2. Produk Light Vacum Sloop ( LVS ),
3. Produk Light Vacum Gas Oil ( LVGO ),
4. Produk Parafine Oil Distillate ( POD ),
5. Produk bottom kolom HVU berupa Short Residue.
(Tiya, 2012)
Alat-alat yang digunakan pada pross destilasi vakum antara lain :
1. Enjektor
2. Kondensor
3. Kolom vakum
(Tiya, 2012)

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-12

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.4 Gambar Skema Destilasi Vakum


Proses destillasi dengan tekanan dibawah tekanan atmosfer, bertujuan untuk
mengambil minyak midle distilla yang tidak terambil diproses CDU, dengan cara
menarik ( vacum ) produk tersebut dari long residue, sebenarnya minyak midle
distillate tersebut mungkin dapat dipisahkan dengan menaikkan suhu inlet kolom
pada proses distillasi atmosfer (Tiya, 2012).
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa minyak bumi bila dipanaskan pada
suhu 370 derajat Celcius minyak bumi akan mengalami cracking, patahan yang
terjadi dapat membentuk senyawa hydrocarbon tidak jenuh berupa olefin, dimana
senyawa ini dalam produk minyak bumi tidak dikehendaki karena sifatnya yang tidak
stabil. Untuk menyiasati supaya suhu tidak tinggi maka tekanan prosesnya yang
dibuat rendah sehingga tujuan menguapkan minyak midle distillat dapat diuapkan
0 0
pada temperatur kurang dari 370 C ( ± 345 C ) (Tiya, 2012).
Long Residue hasil dari proses destilasi atmosfer dipanaskan pada preheater
O
dan dapur sampai temperatur ± 345 C, kemudian dimasukkan dalam kolom

destilasi vacum yang tekanannya ± 13 mm H2O. Dalam kolom ini terdapat tray-tray
seperti halnya di kolom destilasi atmosferik. Untuk memperluas kontak uap dan
cairan biasanya kolomnya dibuat lebih lebar. Untuk mendapatkan tekanan dibawah
atmosfer digunakan peralatan yang disebut enjektor dan kondensor (Tiya, 2012).

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-13

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.5 Gambar Skema Destilasi Vakum


Long Residue hasil dari proses destilasi atmosfer dipanaskan pada preheater
O
dan dapur sampai temperatur ± 345 C, kemudian dimasukkan dalam kolom destilasi

vacum yang tekanannya ± 13 mm H2O. Dalam kolom ini terdapat tray-tray seperti
halnya di kolom destilasi atmosferik. Untuk memperluas kontak uap dan cairan
biasanya kolomnya dibuat lebih lebar. Untuk mendapatkan tekanan dibawah atmosfer
digunakan peralatan yang disebut enjektor dan kondensor (Tiya, 2012).
Dari kolom ini akan keluar produk masing-masing :
 Top kolom berupa produk Light Vacum Sloop ( LVS ), produk ini merupakan
produk yang jelek, yang biasa nya di tampung sebagai minyak sloop.
 Dibawah Light Vacum Sloop ( LVS ) adalah produk Light Vacum Gas Oil
(LVGO),digunakan untuk komponen blending solar.
 Selanjutnya produk Parafine Oil Distillate ( POD ), produk ini adalah bahan baku
bagi proses pembuatan lilin atau wax di unit proses wax plant. Produk ini
merupakan produk yang khusus, jadi tidak semua HVU mempunyai produk ini

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-14

Bab II Tinjauan Pustaka

 Produk selanjutnya adalah produk Hight Vacum Gas Oil ( HVGO ). Produk ini
digunakan untuk bahan baku proses cracking ( Hydro Cracking Unit / HCU ).
Produk POD bila tidak di olah di wax plant di gabungkan dengan produk HVGO
untuk umpan di HCU.
 Produk bottom kolom HVU berupa Short Residue yang digunakan untuk Fuel Oil
di dapur atau digunakan untuk aspal jalan.
 Produk-produk tersebut keluar dari kolom kemudian diambil panasnya di
preheater atau heat exchanger dan didinginkan dengan fin fan dan selanjutnya di
kirim ke tanki produksi atau ke proses selanjutnya.
(Tiya, 2012)
Pengaplikasian destilasi vakum adalah sebagai berikut:
a. Dalam skala laboratorium
Skala laboratorium penyulingan vakum adalah ketika cairan untuk disuling
memiliki titik didih atmosfer tinggi atau perubahan kimia pada suhu mendekati
titik didih atmosfer mereka. Suhu bahan sensitif (seperti beta karoten) juga
memerlukan destilasi vakum untuk menghapus pelarut dari campuran tanpa
merusak produk. Alasan lain penyulingan vakum digunakan adalah bahwa
dibandingkan dengan penyulingan uap ada tingkat yang lebih rendah residu
membangun. Hal ini penting dalam aplikasi komersial dimana transfer suhu
diproduksi menggunakan penukar panas (Tiya, 2012).
b. Dalam skala industri
Vakum skala industri penyulingan memiliki beberapa keunggulan. Tutup
mendidih campuran mungkin memerlukan banyak tahap kesetimbangan untuk
memisahkan komponen-komponen. Satu alat untuk mengurangi jumlah tahapan
yang diperlukan adalah dengan memanfaatkan penyulingan vakum. Vacuum
kolom destilasi biasanya digunakan dalam penyulingan minyak telah diameter
berkisar sampai sekitar 14 meter (46 kaki), tinggi badan berkisar sampai sekitar
50 meter (164 kaki), dan harga berkisar sampai sekitar 25.400 meter kubik per
hari (160.000 barel per hari) (Tiya, 2012).
4. Destilasi Azeotrop

Destilasi Azeotrop digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop


(campuran campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-15

Bab II Tinjauan
Pustaka

dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb,
atau dengan menggunakan tekanan tinggi. Azeotrop merupakan campuran 2 atau
lebih komponen pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa
berubah hanya melalui destilasi biasa. Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa
uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran
azeotrop ini sering disebut juga constant boiling mixture karena komposisinya yang
senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan (Tiya, 2012).
Contoh destilat azeotrop adalah PFD Diagram Simulasi destilasi biner
campuran azeotrop propanol-ethyl acetate dengan menggunakan HYSYS.
(Tiya, 2012)
5. Destilasi Kering

Gambar II.6 Gambar Skema Destilasi Kering


Destilasi kering adalah suatu metoda pemisahan zat-zat kimia. Dalam proses
destilasi kering, bahan padat dipanaskan sehingga menghasilkan produk produk
berupa cairan atau gas (yang dapat berkondensasi menjadi padatan). Produk-produk
tersebut disaring, dan pada saat yang bersamaan mereka berkondensasi dan
dikumpulkan. Destilasi kering biasanya membutuhkan suhu yang lebih tinggi
dibanding destilasi biasa (Wikipedia, 2013).

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-16

Bab II Tinjauan
Pustaka

Metode ini dapat digunakan untuk memperoleh bahan bakar cair dari batu bara
dan kayu. Selain itu, destilasi kering juga digunakan untuk memecah garam-garam
mineral. Misalnya pemecahan sulfat melalui termolisis, menghasilkan gas sulfur
dioksida dan sulfur trioksida yang dapat dilarutkan dalam air membentuk asam
sulfat. Pada awalnya, ini adalah cara yang umum untuk memproduksi asam sulfat.
(Wikipedia, 2013)
6. Destilasi Uap
Untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik
didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya,
zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan
(rearranagement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi
sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi dengan destilasi uap.
(Tiya, 2012)

Gambar II.7 Skema Destilasi Uap


Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi
campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan
uap air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi
uap pada temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung.
Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan
dengan labu pembangkit uap (lihat gambar alat destilasi uap) (Tiya, 2012).
Uap air yang dialirkan ke dalam labu yang berisi senyawa yang akan
dimurnikan, dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-17

Bab II Tinjauan
Pustaka

titik didih suatu campuran lebih rendah dari pada titik didih komponen-komponennya
(Tiya, 2012).
7. Destilasi Molekuler
Destilasi molekuler adalah proses separasi fraksi-fraksi molekul yang berbeda
bobotnya pada suhu serendah mungkin untuk menghindari kerusakan bahan
(Lutisan, 2001). Destilasi molekuler dicirikan dengan alokasi waktu destilasi yang
singkat, koefisien transfer panas tinggi, penghilangan hotspot, aliran operasi
kontinyu, tekanan rendah sampai 0,001 mBar dan jarak yang sempit antara
kondensor dan evaporator (Hendrix, 2011).
Teknologi wiped-film menggunakan hukum bahwa setiap molekul kimia
memiliki karakteristik penguapan yang berbeda-beda. Perbedaan titik uap dapat
mendegradasi komponen kompleks menjadi lebih sederhana. Molekul merupakan
materi yang selalu bergerak konstan dengan derajat tertentu tergantung komposisi
dan perlakuan pada suhu dan tekanan yang diberikan padanya. Molekul yang berada
di permukaan mempunyai kecenderungan untuk meloncat ke udara yang
mengelilingnya. Ketika suhu dinaikkan dan tekanan diturunkan, loncatan molekul
bertambah sehingga disebut menguap (Hendrix, 2011).
Proses destilasi molekuler bekerja berdasarkan sifat penguapan molekul.
Destilasi molekuler terdiri dari pemanas yang dialiri bahan baku (tergantung dari
suhunya pemanasannya). Cairan bahan baku kemudian disebar dalam lapisan film
tipis dengan memutar wiper pada kecepatan yang telah ditentukan. Lapisan tipis yang
terbentuk, dibentuk menjadi aliran turbulen oleh wiper kemudian turun sepanjang
pemanas dengan adanya gaya gravitasi dan lubang di dalam wiper.
(Hendrix, 2011)
Selama bahan mengalir pada pemanas, terjadi evaporasi yang tergantung pada
karakteristik bahan baku dan suhu pemanas. Bahan yang tidak terevaporasi mengalir
ke bagian bawah, sedangkan bahan yang terevaporasi dikondensasikan dan
dipisahkan (Hendrix, 2011).

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-18

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar II.8 Skema Destilasi Molekuler


Destilasi molekuler menggunakan lapisan tipis dilakukan karena beberapa
alasan, diantaranya adalah:
1. Turbulensi dihasilkan dari pergerakan wiper yang berperan besar pada transmisi
panas ke seluruh permukaan evaporator, oleh karena itu dapat menghasilkan suhu
yang lebih rendah di dalam evaporator.
2. Dihasilkan luas area permukaan pemanasan per unit volume yang maksimum
dengan adanya aliran evaporasi.
3. Waktu kontak cairan dengan pemanas dapat dikontrol dalam hitungan detik atau
kurang. Hal ini meminimasi kerusakan produk karena panas dengan mengontrol
kecepatan wiper.
4. Bahan baku dengan viskositas tinggi dapat diproses dengan atau tanpa
penambahan pelarut.
5. Untuk menunjang lapisan tipis, Pope Science mendesain blade yang dapat
meminimasi waktu tinggal dan memastikan bahan yang masuk ke dalam proses
seragam. Bentuk blade seperti pada gambar di atas.
(Hendrix, 2011)
Bermacam-macam kecepatan wiper dengan kemampuan untuk berputar balik,
menghasilkan variasi retention time yang sangat beragam pada proses untuk
mengalirkan fluida ke evaporator. Blade dapat terbuat dari karbon maupun teflon,
stainless steel, hastelloy, titanium, C-20, alumunium alloys dan kaca (Hendrix, 2011).

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
1) Boiler
2) Erlenmeyer
3) Kaki tiga
4) Kompor
5 ) Kondensor
6) Labu destilat
7) Manometer
8) Termometer
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Variabel Percobaan


Variabel kontrol : Tekanan udara, suhu dan waktu
Variabel terikat : Volume minyak dan densitas minyak
Variabel bebas : Sereh

III-1
III.2 Bahan yang Digunakan
1. 250 gram Sereh
2. Air

III.3 Alat yang Digunakan


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Beaker glass
2. Gelas ukur
3. Piknometer
4. Pipet tetes
5. Seperangkat alat destilasi uap :

6. Stopwatch
7. Timbangan elektrik
III-2

BAB III Metodologi Percobaan

III.4 Prosedur Percobaan


III.4.1 Treatment Bahan Sebelum Proses Destilasi
1. Menyiapkan 250 gram sereh segar.
2. Mencacah sereh tersebut menjadi potongan-potongan yang lebih kecil.
3. Menyimpannya dalam wadah yang tertutup.
4. Bahan siap digunakan.
III.4.2 Proses Destilasi Uap
1. Menyiapkan semua peralatan dan bahan.
2. Memastikan perangkat destilasi uap terpasang dengan baik.
3. Mengisi labu distilat dengan 250 gram sereh yang telah dicacah.
4. Mengisi boiler dengan air secukupnya, kemudian menyalakan kompor.
6. Menutup valve yang ada pada boiler saat uap pada panci sudah mengepul.
7. Menyalakan stopwatch sebagai awal mula perhitungan waktu destilasi uap.
8. Mencatat tekanan uap (P), suhu (T), waktu (t) pada saat destilat pertama kali
menetes.
9. Mengukur suhu dan tekanan yang ada pada labu destilat.
10. Mengamati volume hasil destilasi yang ada pada erlenmeyer, sebelum penuh
harus diganti dengan erlenmeyer yang lain.
11. Mengambil minyak sereh dengan cara menyedot hasil desilasi dengan pipet tetes.
12. Mencatat semua data yang diperlukan dalam analisa, seperti persen minyak yang
dihasilkan dalam proses destilasi.
13. Melakukan perhitungan massa jenis minyak sereh dihasilkan dalam proses
destilasi.

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III-3

BAB III Metodologi Percobaan

III.4.2 Menghitung Densitas Minyak Sereh


1. Menimbang piknometer yang akan diisi minyak sereh pada keadaan kosong
terlebih dahulu.
2. Menimbang piknometer yang berisi minyak sereh.
3. Menghitung massa minyak sereh dengan mencari selisih antara berat piknometer
yang telah terisi dengan massa piknometer yang kosong.
4. Setelah diketahui massanya, densitas dapat dihitung dengan menggunakan cara
berikut ini :

Keterangan:

: massa jenis atau densitas (gr/ml)


m : massa (gram)
v : volume (ml)

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III-4

BAB III Metodologi Percobaan

III.5 Diagram Alir Percobaan


III.5.1 Diagram Alir Treatment Bahan Sebelum Proses Destilasi

Mulai

Menyiapkan 250 gram sereh segar.

Mencacah sereh tersebut menjadi potongan-potongan yang lebih kecil.

Menyimpannya dalam wadah yang tertutup.

Bahan siap digunakan.

Selesai

III.5.2 Diagram Alir Percobaan Destilasi Uap

Mulai

Menyiapkan semua peralatan dan bahan.

Memastikan perangkat destilasi uap terpasang dengan baik.

Mengisi labu distilat dengan 250 gram sereh yang telah dicacah.

Mengisi boiler dengan air secukupnya, kemudian menyalakan kompor.

Menutup valve yang ada pada boiler saat uap pada panci sudah mengepul.

A
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III-5

BAB III Metodologi Percobaan

Menyalakan stopwatch sebagai awal mula perhitungan waktu destilasi uap.

Mencatat tekanan uap (P), suhu (T), waktu (t) pada saat destilat pertama kali menetes.

Mengukur suhu dan tekanan yang ada pada labu destilat.

Mengamati volume hasil destilasi yang ada pada erlenmeyer, sebelum penuh harus
diganti dengan erlenmeyer yang lain.

Mengambil minyak sereh dengan cara menyedot hasil desilasi dengan pipet tetes.

Mencatat semua data yang diperlukan dalam analisa, seperti persen minyak yang
dihasilkan dalam proses destilasi.

Melakukan perhitungan massa jenis minyak sereh dihasilkan dalam proses destilasi

Selesai

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III-6

BAB III Metodologi Percobaan

III.5.3 Diagram Alir Perhitungan Massa Jenis atau Densitas

Mulai

Menimbang piknometer yang akan diisi minyak sereh pada keadaan kosong terlebih

Menimbang piknometer yang berisi minyak sereh.

Menghitung massa minyak sereh dengan mencari selisih antara berat piknometer yang
telah terisi dengan massa piknometer yang kosong

Setelah diketahui massanya, densitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang
telah ditetapkan.

Selesai

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III-7

BAB III Metodologi Percobaan

III.6 Gambar Alat Percobaan

Beaker glass Gelas ukur Piknometer Pipet tetes

Stopwatch Timbangan elektrik

Seperangkat alat destilasi uap


Keterangan :

1) Bolier 3) Kaki tiga 5) Kondensor 7) Manometer

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III-8

BAB III Metodologi


Percobaan

2) Erlenmeyer 4) Kompor 6) Labu destilat 8) Termometer

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan


Tabel IV.1.1 Hasil Pengamatan saat Destilat Pertama kali Menetes
Tekanan Uap Waktu Suhu
(mBar) (detik) o
( C)

21 53 93,5
Tabel IV.1.2 Hasil Percobaan Destilasi Uap pada Minyak Sereh

Waktu Volume Tekanan Uap Suhu Volume Massa jenis


Destilat Total (ml)
(menit) o (gr/ml)
( C)
(ml) (mBar)
minyak air
60 1340 42 96,5 0 1340
1,05
90 2092 38 96 0 750

IV.2 Pembahasan
Pada percobaan destilasi uap ini bahan yang digunakan adalah sereh. Sereh yang
digunakan sebanyak 250 gram. Dan sebelum di destilasi bahan ditreatment (diolah agar proses
destilasi dapat terjadi sempurna) terlebih dahulu, yaitu dengan cara dicacah menjadi
potongan-potongan yang lebih kecil.
Percobaan ini betujuan untuk mengetahui pengaruh tekanan uap terhadap titik didih
dalam percobaan destilasi uap dengan menggunakan bahan sereh dan mengetahui cara
menghitung massa jenis minyak atsiri pada sereh.
Dari tabel hasil percobaan diatas diperoleh pada waktu 60 menit tekanan yang diperoleh
o
adalah 42 mBar dengan suhu 96,5 C menghasilkan destilat sebanyak 1340 ml. Sedangkan
o
pada tekanan 38 mBar suhu yang diperoleh adalah 96 C menghasilkan destilat sebanyak
2092 ml.
Pada percobaan destilasi uap tidak didapatkan minyak sereh. Destilat yang tertampung
dalam labu erlenmeyer sangat encer dan bening. Karena fungsi alat sudah menurun, proses
destilasi pun tidak sempurna. Ada kebocoran pada perangkat destilasi uap ini, destilat pada
proses destilasi menetes pada kaki tiga tepatnya dibawah barometer. Saat kami berusaha

IV-1
IV-2

Bab IV Hasil Percobaan dan


Pembahasan

menampung hasil tetesan ini, ternyata berupa air yang dengan kadar minyak yang lebih tinggi
daripada hasil destilasi pada labu erlemenyer. Minyak sereh tertinggal didalam labu destilat
dan tidak dapat naik menuju proses berikutnya. Kami pun mencoba cara pemisahan lain yaitu
dengan cara pressing. Kami memeras bahan sereh yang telah mengalami proses destilasi agar
keluar minyaknya, namun tetap tidak didapatkan minyak. Cara ini tidak berhasil, sebenarnya,
pada prinsipnya pemisahan senyawa dengan proses destilasi bergantung pada perbedaan
tekanan uap senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan
molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan
uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada
keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan
uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada
suhu kamar akan mempnyai titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya
rendah pada suhu kamar. Apabila tekanan dalam vakum tidak cukup kuat, maka senyawa
yang akan didestilasi tidak akan terangkat naik bersama uap air. Tekanan yang ada dalam
vakum hanya mampu untuk mengangkat air menuju tabung pendingin dan meninggal zat atau
senyawa yang akan didestilasi (Rizal, 2012).
Kami juga melakukan perlakuan lain terhadap bahan untuk memperoleh minyak, yaitu
pengendapan. Destilat yang tertampung dalam erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil
kemudian didiamkan selama empat hari, diharapkan minyak sereh akan mengendap pada hari
ke-empat. Tetapi dengan perlakuan ini tetap tidak didapatkan minyak, dikarenakan dalam
destilat tersebut memang tidak terkandung minyak.
Dalam percobaan ini didapatkan densitas dari destilat sebesar 1,05 gram/ml, hal ini tidak
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa seharusnya densitas minyak sereh adalah
0,88308 gram/ml (Ridawati, 1999).
Percobaan destilasi uap minyak sereh ini tidak berhasil karena ada faktor yang
menyebabkan minyak tidak keluar, beberapa faktor diantaranya waktu destilasi kurang lama,
alat destilasi uap yang ada kurang memadai, tekanan yang diperoleh terlalu rendah dan
temperatur yang seharusnya dicapai tidak dapat tercapai.

Laboratorium Kimia Fisika


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil percobaan distilasi uap tersebut dapat disimpulkan bahwa :


1. Destilasi uap dengan sereh pada tekanan 42 mBar dan 38 mBar, pada temperatur 96,5
o
dan 96 C; dan dengan variabel waktu selama 60 menit dan 90 menit, tidak didapatkan
minyak sereh.
2. Dalam percobaan ini didapatkan densitas dari destilat sebesar 1,05 gram/ml, hal ini
tidak sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa seharusnya densitas minyak
sereh adalah 0,88308 gram/ml.
3. Percobaan destilasi uap minyak sereh ini tidak berhasil karena ada faktor yang
menyebabkan minyak tidak keluar, beberapa faktor diantaranya waktu destilasi kurang
lama, alat destilasi uap yang ada kurang memadai, tekanan yang diperoleh terlalu
rendah dan temperatur yang seharusnya dicapai tidak dapat tercapai.

V-1
DAFTAR NOTASI

Lambang Keterangan Satuan


Massa jenis gram/ml
V Volume ml
m Massa gram
t Waktu detik
P Tekanan mBar
T Suhu oC

vii
DAFTAR PUSTAKA

Dody. (2012, 11 4). http://dodyirwandi.blogspot.com/2012/11/destilasi-uap.html. Diakses


pada 12 21, 2013, dari http://dodyirwandi.blogspot.com.
Fatysahin. (2011, 06 07). http://fatysahinknowledge.wordpress.com/2011/06/27/destilasi/.
Diakses pada 12 25, 2013, dari http://fatysahinknowledge.wordpress.com.
Hendrix. (2011, 11). http://hendrix.lecture.ub.ac.id/2011/11/distilasi-molekuler-1/. Diakses
pada 12 21, 2013, dari http://hendrix.lecture.ub.ac.id.
Ridawati. (1999). http://isjd.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=32824&idc=7.
Diakses pada 1 3, 2014, dari http://isjd.lipi.go.id.
Rizal, A. S. (2012, Juli 12). Diakses pada Desember 17, 2013, dari http://cerita-dari-
itb.blogspot.com/2012/07/laporan-praktikum-kimia-organik-ki-2051_1665.html
Sity. (2012). http://sitifauziahmardika.blogspot.com/p/chemistry_12.html. Diakses pada 12 21,
2013, dari http://sitifauziahmardika.blogspot.com.
Tiya. (2012, 11 20). http://theprincess9208.wordpress.com/. Diakses pada 12 21, 2013, dari
http://theprincess9208.wordpress.com/.
Wikipedia. (2013, 08 25). http://id.wikipedia.org/wiki/Distilasi. Diakses pada 12 25, 2013,
dari http://id.wikipedia.org.

vi
APPENDIKS

 Perhitungan masa jenis destilat


Diketahui :
Massa piknometer kosong 100 ml = 129 gram
Massa piknometer yang berisi 100 ml destilat = 134 gram
Volume destilat = 100 ml
Sehingga, densitas dstilat dapat diperoleh menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Massa destilat = massa piknometer berisi destilat – massa piknometer kosong
= 129 – 234
= 105 gram

Massa jenis destilat =

= 1,05 gr/ml

viii

Anda mungkin juga menyukai