KIMIA FISIKA
Kelompok : VIIA
Nama :
1. May Saktianie Novitasari NRP. 2313 030
029
2. Evi Maya Odelia NRP. 2313 030
039
3. Dicky Dwi Randika NRP. 2313 030
045
4. Bun Yan Marshush Al NRP. 2313 030
Wathon 077
5. Brima Dewantoro NRP. 2313 030
085
Tujuan dari percobaan destilasi uap ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari uap terhadap
titik didih dan juga untuk menghitungdensitas dari minyak sereh.
Dalam proses destilasi minyak sereh ini langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan
semuaperalatan dan bahan. Kemudian memastikan perangkat destilasi uap terpasang dengan baik .
mengisi labu distilat dengan 250 gram sereh yang telah dicacah. Selanjutnya mengisi boiler dengan
air secukupnya, kemudian menyalakan kompor. Menutup valve yang adapada boiler saat uap pada
panic sudah mengepul. Menyalakan stopwatch sebagai awal mula perhitungan waktu distilasi uap
dan hitung dalam kurun waktu selama 60 menit dan 90 menit.Mengukur (T) dan tekanan (P) yang ada
pada labu destilat pada masing-masing variabel waktu. Mengamati volume hasildestilasi yang ada
pada erlenmeyer, sebelum penuh harus diganti dengan erlenmeyer yang lain. Mengambil minyak
sereh dengan cara menyedot hasil desilasi dengan pipet tetes. Selanjutnya untuk menghitung densitas
dari minyak sereh, langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang piknometer yang akan diisi
minyak sereh pada keadaan kosong terlebih dahulu. Lalu menghitung massa minyak sereh dengan
mencari selisih antara berat piknometer yang telah terisi dengan massapiknometer yang kosong.
Kemudian prosedur untuk mendapatkan densitas dari minyak sereh adalah hasil pembagian dari
massa (m) dari minyak sereh dengan volume (v) minyak sereh.
Dari percobaan destilasi uapdidapatkan saat pertama kali destilat menetes ke dalam tabung
erlenmeyer yaitu pada waktu (t) 53 detik, tekanan (P) 21 mBar dan suhu (T) 93,5 0C. Kemudian titik
didih uap yang diperoleh pada proses destilasi uap yang kami lakukan hanya sampai 96,5 oC pada
tekanan 42 mBar. Sehingga minyak sereh yang dihasilkan tidak dapat naik, melainkan tertahan di
labu destilat. Pada proses destilasi ini, sebesar250 gram sereh menghasilkan 0 ml minyak sereh. Kami
mencoba proses pemisahan yang lain yaitu dengan cara pressing lalu disaring (ekstraksi), kemudian
di endapkan selama 5 hari, hasilnya tetap tidak ada minyak yang didapatkan. Oleh sebab itu tidak
dapat dilakukan perhitungan untuk mendapatkan densitas minyak sereh, karena dalam percobaan ini
tidak didapati adanya minyak sereh dalam proses destilasi. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yaitu
sebesar 0,872 – 0,882 gram/ml. Sehingga dari percobaan destilasi uap ini dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh titik didih untuk menghasilkan minyak sereh . Minyak sereh hanya dapat
dihasilkan pada proses destilasi uap yang lebih kompleks.
Kata kunci: destilasi, minyak atsiri, titik didih, sereh, densitas minyak
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... iv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ................................................................................................ I-1
I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... I-1
I.3 Tujuan Percobaan ............................................................................................ I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori .................................................................................................... II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan ....................................................................................... III-1
III.2 Bahan yang Digunakan ................................................................................ III-1
III.3 Alat yang Digunakan .................................................................................... III-1
III.4 Prosedur Percobaan ...................................................................................... III-2
III.5 Diagram Alir Percobaan ............................................................................... III-3
III.6 Gambar Alat Percobaan ................................................................................ III-4
BAB IV HASIL PERCOBAAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan ............................................................................................. IV-1
IV.2 Pembahasan .................................................................................................. IV-2
BAB V KESIMPULAN ..................................................................................................... V-1
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... vi
DAFTAR NOTASI ............................................................................................................ vii
APPENDIKS ....................................................................................................................... viii
LAMPIRAN
Laporan Sementara
Fotokopi Literatur
Lembar Revisi
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
I-2
Bab I Pendahuluan
II-1
II-2
Bab II Tinjauan
Pustaka
Dalam destilasi, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap lebih dulu (Wikipedia, 2013).
Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan masa.
Penerapan proses ini didasarkan teori bahwa suatu larutan, masing-masing larutan akan
menguap pada titk didihnya. Model ideal destilasi didasarkan pada hukum Raoult dan
hukum Dalton (Wikipedia, 2013).
Apabila yang didinginkan adalah bagian campuran yang tidak teruapkan dan
bukan destilatnya, maka proses tersebut biasanya dinamakan pengentalan dengan
evaporasi. Dalam hal ini sering kali bukan pemisahan yang sempurna yang dikehendaki,
melainkan peningkatan konsentrasi bahan-bahan yang terlarut dengan cara menguapkan
sebagian dari pelarut. Sering kali destilasi digunakan semta-mata sebagai tahap awal
dari suatu proses rektifikasi. Dalam hal ini campuran dipisahkan menjadi dua, yaitu
bagian yang mudah menguap dan bagian yang sukar menguap. Kemudian masing-
masing bagian diolah lebih lanjut dengan cara rektifikasi. Uap yang dikeluarkan dari
campuran disebut sebagai uap bebas, kondensat yang jatuh sebagai destilat dari bagian
cairan yang tidak menguap sebagai residu. Biasanya destilat digunakan untuk menarik
0
senyawa organic yang titik didihnya dibawah 250 C, pendestilasian senyawa-senyawa
yang titik didihnya tinggi dikuatirkan akan rusak oleh pemanasan sehingga tidak cocok
untuk ditarik dengan teknik destilasi (Fatysahin, 2011).
Pada prinsipnya pemisahan dalam suatu proses destilasi terjadi karena penguapan
salah satu komponen dari campuran, artinya dengan cara mengubah bagian-bagian yang
sama dari keadaan cair menjadi berbentuk uap. Dengan demikian persyaratannya adalah
kemudahan menguap ( volatilitas ) dari komponen yang akan dipisahkan berbeda satu
dengan yang lainnya. Pada campuran bahan padat dalam cairan, persyaratan tersebut
praktis selalu terpenuhi. Sebaliknya, pada larutan cairan dalam cairan biasanya tidak
mungkin dicapai sempurna, karena semua komponen pada titik didih campuran akan
mempunyai tekanan uap yang besar. Destilat yang murni praktis hanya dapat diperoleh
jika cairan yang sukar menguap mempunyai tekanan uap yang kecil sekali sehingga
dapat diabaikan (Fatysahin, 2011).
Penguapan dan destilasi umumnya merupakan proses pemisahan satu tahap.
Proses ini dapat dilakukan secara tak kontinu atau kontinu, pada tekanan normal
Bab II Tinjauan
Pustaka
ataupun vakum. Pada destilasi sederhana, yang paling sering dilakukan adalah operasi
tak kontinu. Dalam hal ini campuran yang akan dipisahkan dimasukkan kedalam alat
penguap dan dididihkan. Pendidihan terus dilangsungkan hingga sejumlah tertentu
komponen yang mudah menguap terpisahkan. Proses pendidihan erat hubungannya
dengan kehadiran udara permukaan. Pendidihan akan terjadi pada suhu dimana tekanan
uap dari larutan sama dengan tekanan udara di permukaan cairan (Fatysahin, 2011).
Secara umum proses yang terjadi pada destilasi sederhana atau biasa yaitu :
Penguapan komponen yang mudah menguap dari campuran dalam alat penguap
Pengeluaran uap yang terbentuk melalui sebuah pipa uap yang lebar dan kosong
tanpa perpindahan panas dan pemindahan massa yang disengaja atau dipaksakan
yang dapat menyebabkan kondensat mengalir kembali ke lat penguap.
Jika perlu, tetes-tetes cairan yang sukar menguap yang ikut terbawa dalam uap
dipisahkan dengan bantuan siklon dan disalurkan kembali kedalam alat penguap.
Kondensasi uap dalam sebuah kondensor
Pendingin lanjut dari destilat panas dalam sebuah alat pendingin
Penampungan destilat dalam sebuah bejana
Pengeluaran residu dari alat penguap
Pendinginan lanjut dari residu yang dikeluarkan Penampungan residu dalam
sebuah bejana.
(Fatysahin, 2011)
Proses destilasi berlangsung dimana uap cairan akan menjadi cairan didalam
kondensator pendingin. Cairan yang menjadi uap merupakan senyawa murni yang
terpisah dari campurannya, dan dari zat pengkotamin atau pengotor (logam-logam). Jika
semua cairan murni sudah terpisah maka akan terdapat residu yang bersifat padatan.
Hasil destilasi disebut destilat. Destilat ini sangat penting jadi jangan dibiarkan sampai
menguap, karena hasil yang didapatkan berkurang. Zat pengkotamin tidak akan
menguap karena senyawa murni memiliki titik didih lebih rendah dari zat pengkotamin
(residu) (Dody, 2012).
Destilasi bergantung pada suhu yang diberikan sesuai data dimana ada beberapa
molekul cairan yang memiliki energi kinetik yang cukup besar untuk memberikan
tekanan uap pada zat cair. Kecenderungan ini terjadi pada destilasi dengan jumlah
penguapan yang besar. Dua komponen atau senyawa dari suatu cairan mempunyai
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
II-4
Bab II Tinjauan
Pustaka
perbedaan dua titik didih dan mungkin terpisah oleh destilasi dalam suatu kondisi
tertentu (Dody, 2012).
Proses terjadinya pendidihan yaitu pada saat zat dipanaskan ada gerakan-gerakan
partikel dalam cairan yang menyebabkan zat cair yang dipermukaan akan lepas,
sehingga timbullah tekanan uap (Dody, 2012).
Pada saat tekanan uap sama dengan tekanan udara dipermukaan zat cair maka
gerakan (adanya energi kinetik) ini akan semakin kuat. Pada saat inilah suatu cairan
dikatakan mendidih (Dody, 2012).
Mendidih merupakan temperatur jenuh suatu larutan pada suatu suhu. Pendidihan
terjadi apabila tekanan uapnya sama dengan tekanan udara dipermukaan zat cair.
(Dody, 2012)
Selama proses pemanasan, batu didih akan mengeluarkan udara sedikit demi
sedikit sehingga menyebabkan pemanasan/ pendidihan menjadi teratur. Batu didih ini
digunakan untuk mencegah terjadinya bumping (ledakan/tumbukan suatu cairan selama
penyulingan dibawah tekanan 1 atm), jadi, batu didihlah yang menyerap panas dan
meratakan pemanasan (Dody, 2012).
Pada saat cairan mendidih, gelembung udara bisa diamati dengan kaca mikroskop.
Gelembung ini meluas secara cepat dan naik kepermukaan danmenghasilkan gerak
melingkar dimana penambahan gelembung dan penyaluran panas akan cepat terus naik
kepermukaan cairan (Dody, 2012).
Pada saat dilakukan destilasi, termmometer dilaketakkan tegak dan tidak
mengenai cairan yang akan didestilasi. Melainkan hanya untuk mengukur suhu cairan
uap tersebut. Dalam hal pengurangan campuran dari pengotornya dan cairan murni,
temperatur ditunjukkan pada termometer destilasi, akan terjadi titik didih cairan.
(Dody, 2012)
Pada tekanan yang tetap temperatur ini akan tetap sepanjang keadaan setimbang
dipertahankan antara cairan yang diembunkan dan uap menaiki kolom. Untuk cairan
murni temperatur juga akan identik dengan temperatur titik didih. Jika cairan tidak
sangat panas. Sebab cairan yang sangat tinggi itu telah dapat dipercaya dan lebih akurat
untuk menentukan titik didih melalui pengukuran temperatur uap pada letak termometer
dalam cairan mendidih (Dody, 2012).
Bab II Tinjauan
Pustaka
d. Suhu
Bila tekanan uap sama dengan tekanan udara luar. Pada titik idih untuk zat
murni tidak ada lagi peningkatan temperatur selama panas yang diberikan
bertambah.
e. Putaran optik
f. Menggunakan CuSO4.5H2O dalam melakukan pengujian kemurnian dari distilat.
(Dody, 2012)
Masalah yang ditemui dalam destilasi adalah terbentuknya campuran Azeotrop
yang merupakan campuran yang sulit dipisahkan. Campuran azeotrop ialah campuran
dengan titik didih yang konstan (Fatysahin, 2011).
Titik azeotrop merupakan titik dimana dua atau lebih campuran murni sudah tidak
bisa dipidahkan lagi dengan destilasi biasa. Hal ini dikarenakan ketika titik azeotrop
tercapai pada suhu dan tekanan tertentu, uap yang dihasilkan memiliki rasio yang sama
dengan campurannya sehingga komposisi tidak berubah selama proses destilasi
(Arindradita, 2009).
Dalam hal ini larutan yang terdiri dari dua jenis cairan dengan perbandingan
tertentu saat dididihkan menghasilkan uap dengan komposisi yang tepat sama seperti
larutan tersebut. Karena tidak terjadi pengayaan pada uap ( baik dari komponen yang
mudah menguap atau sukar menguap ), maka titik didih campuran tetap konstan. Sering
kali titik azeotrop tercapai setelah proses penguapan yaitu setelah sejumlah tertentu
komponen yang mudah atau sukar menguap terpisahkan (Fatysahin, 2011).
Cara yang ditempuh untuk mengatasi campuran azeotrop yaitu :
1. Menambahkan zat ketiga, sehingga terjadi campuran azeotrop baru.
Campuran azeotrop baru direfluks dan di destilasi kembali.
Contoh : alkohol + air –> azeotrop alkohol + air + benzene –> azeotrop baru
2. Menambahkan suatu zat yang dapat mengikat salah satunya.
Contoh : alkohol dan air alkohol + air + CaO –> alkohol + Ca(OH)2
(Fatysahin, 2011)
Macam-macam teknik destilasi yaitu:
1. Destilasi Sederhana
Biasanya destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan zat cair yang titik
didihnya rendah, atau memisahkan zat cair dengan zat padat atau miniyak. Proses ini
Bab II Tinjauan
Pustaka
dilakukan dengan mengalirkan uap zat cair tersebut melalui kondensor lalu hasilnya
ditampung dalam suatu wadah, namun hasilnya tidak benar-benar murni atau bias
dikatakan tidak murni karena hanya bersifat memisahkan zat cair yang titik didih
rendah atau zat cair dengan zat padat atau minyak (Tiya, 2012).
Destilasi sederhana adalah salah satu cara pemurnian zat cair yang tercemar
oleh zat padat/zat cair lain dengan perbedaan titik didih cukup besar, sehingga zat
pencemar/pengotor akan tertinggal sebagai residu. Destilasi ini digunakan untuk
memisahkan campuran cair-cair, misalnya air-alkohol, air-aseton, dll. Alat yang
digunakan dalam proses destilasi ini antara lain, labu destilasi, penangas,
termometer, pendingin/kondensor leibig, konektor/klem, statif, adaptor, penampung,
pembakar, kaki tiga dan kasa.Seperti terlihat pada gambar berikut :
Bab II Tinjauan
Pustaka
a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE
sejajar dengan pipa penyalur uap ke kondensor. Labu didih berfungsi sebagai
tempat suatu campuran zat cair yang akan didestilasi.
(Tiya, 2012)
Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat
pendingin ( kondensor ) dan biasanya labu destilasi dengan leher yang berfungsi
sebagai steel head. Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar
yang berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran air keran. Pendingin
yang digunakan biasanya adalah air yang dialirkan dari dasar pipa, tujuannya adalah
agar bagian dari dalam pipa lebih lama mengalami kontak dengan air sehingga
pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh lebih sempurna. Penampung
destilat bisa berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung reaksi tergantung
pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan penangas, ataupun mantel
listrik yang biasanya sudah terpasang pada destilator (Tiya, 2012).
Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap
senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan
molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan,
tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan
sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang mempunyai
tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai titik didih lebih
rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar (Tiya, 2012).
Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan
komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau
komponen dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan
dinginkan, uap akan terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi
senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik didih
lebih rendah. Jika suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan
mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran (Tiya, 2012).
Destilasi terfraksi ini berbeda dengan destilasi biasa, karena terdapat suatu
kolom fraksionasi dimana terjadi suatu proses refluks. Proses refluks pada destilasi
ini dilakukan agar pemisahan campuran dapat terjadi dengan baik. Kolom fraksionasi
berfungsi agar kontak antara cairan dengan uap terjadi lebih lama. Sehingga
komponen yang lebih ringan dengan titik didih yang lebih rendah akan terus
menguap dam masuk kondensor. Sedangkan komponen yang lebih besar akan
kembali kedalam labu destilasi (Siti, 2012).
Perbedaan destilasi fraksionasi dan destilasi sederhana adalah adanya kolom
fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang
Bab II Tinjauan
Pustaka
berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk
pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin
tidak volatil cairannya (Siti, 2012).
Kolom fraksionasi digunakan untuk memberikan luas permukaan yang besar
agar uap yang berjalan naik dan cairan yang turun dapat bersentuhan.dalam praktek,
kolom tutup gelembung kurang efektif untuk pekerjaan di laboratorium. Hasilnya
relatif terlalu sedikit bila dibandingkan dengan besar bahan yang tergantung di dalam
kolom. Dengan kata lain kolom tutup gelembung memiliki keluaran yang kecil
dengan sejumlah besar bahan yang masih tertahan di dalam kolom (Siti, 2012).
Keefektifan kolom ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti cara
pengaturan materi di dalam kolom, pengaturan temperatur, panjang kolom dan
kecepatan penghilangan hasil destilasi. Satuan dasar efisiensi adalah tinggi setara
dengan sebuah lempeng teoritis (HETP atau H). Besarnya H sama dengan panjang
kolom dibagi dengan jumlah plat teoritis. Banyaknya plat teoritis H bergantung pada
sifat campuran yang dipisahkan (Siti, 2012).
Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur)
sampai dengan suhu ± 370°C. Minyak mentah yang sudah di panaskan tersebut
kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya
berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan
tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan
bertekanan tinggi) (Siti, 2012).
Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas
kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang
titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan
yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui
sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang
terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali
komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang
titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya
sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada suhu kamar
berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian
dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas). Fraksi minyak mentah yang
Bab II Tinjauan
Pustaka
tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal.
Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari 20 (Siti, 2012).
3. Destilasi Vakum
destilasi vacum yang tekanannya ± 13 mm H2O. Dalam kolom ini terdapat tray-tray
seperti halnya di kolom destilasi atmosferik. Untuk memperluas kontak uap dan
cairan biasanya kolomnya dibuat lebih lebar. Untuk mendapatkan tekanan dibawah
atmosfer digunakan peralatan yang disebut enjektor dan kondensor (Tiya, 2012).
vacum yang tekanannya ± 13 mm H2O. Dalam kolom ini terdapat tray-tray seperti
halnya di kolom destilasi atmosferik. Untuk memperluas kontak uap dan cairan
biasanya kolomnya dibuat lebih lebar. Untuk mendapatkan tekanan dibawah atmosfer
digunakan peralatan yang disebut enjektor dan kondensor (Tiya, 2012).
Dari kolom ini akan keluar produk masing-masing :
Top kolom berupa produk Light Vacum Sloop ( LVS ), produk ini merupakan
produk yang jelek, yang biasa nya di tampung sebagai minyak sloop.
Dibawah Light Vacum Sloop ( LVS ) adalah produk Light Vacum Gas Oil
(LVGO),digunakan untuk komponen blending solar.
Selanjutnya produk Parafine Oil Distillate ( POD ), produk ini adalah bahan baku
bagi proses pembuatan lilin atau wax di unit proses wax plant. Produk ini
merupakan produk yang khusus, jadi tidak semua HVU mempunyai produk ini
Produk selanjutnya adalah produk Hight Vacum Gas Oil ( HVGO ). Produk ini
digunakan untuk bahan baku proses cracking ( Hydro Cracking Unit / HCU ).
Produk POD bila tidak di olah di wax plant di gabungkan dengan produk HVGO
untuk umpan di HCU.
Produk bottom kolom HVU berupa Short Residue yang digunakan untuk Fuel Oil
di dapur atau digunakan untuk aspal jalan.
Produk-produk tersebut keluar dari kolom kemudian diambil panasnya di
preheater atau heat exchanger dan didinginkan dengan fin fan dan selanjutnya di
kirim ke tanki produksi atau ke proses selanjutnya.
(Tiya, 2012)
Pengaplikasian destilasi vakum adalah sebagai berikut:
a. Dalam skala laboratorium
Skala laboratorium penyulingan vakum adalah ketika cairan untuk disuling
memiliki titik didih atmosfer tinggi atau perubahan kimia pada suhu mendekati
titik didih atmosfer mereka. Suhu bahan sensitif (seperti beta karoten) juga
memerlukan destilasi vakum untuk menghapus pelarut dari campuran tanpa
merusak produk. Alasan lain penyulingan vakum digunakan adalah bahwa
dibandingkan dengan penyulingan uap ada tingkat yang lebih rendah residu
membangun. Hal ini penting dalam aplikasi komersial dimana transfer suhu
diproduksi menggunakan penukar panas (Tiya, 2012).
b. Dalam skala industri
Vakum skala industri penyulingan memiliki beberapa keunggulan. Tutup
mendidih campuran mungkin memerlukan banyak tahap kesetimbangan untuk
memisahkan komponen-komponen. Satu alat untuk mengurangi jumlah tahapan
yang diperlukan adalah dengan memanfaatkan penyulingan vakum. Vacuum
kolom destilasi biasanya digunakan dalam penyulingan minyak telah diameter
berkisar sampai sekitar 14 meter (46 kaki), tinggi badan berkisar sampai sekitar
50 meter (164 kaki), dan harga berkisar sampai sekitar 25.400 meter kubik per
hari (160.000 barel per hari) (Tiya, 2012).
4. Destilasi Azeotrop
Bab II Tinjauan
Pustaka
dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb,
atau dengan menggunakan tekanan tinggi. Azeotrop merupakan campuran 2 atau
lebih komponen pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa
berubah hanya melalui destilasi biasa. Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa
uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran
azeotrop ini sering disebut juga constant boiling mixture karena komposisinya yang
senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan (Tiya, 2012).
Contoh destilat azeotrop adalah PFD Diagram Simulasi destilasi biner
campuran azeotrop propanol-ethyl acetate dengan menggunakan HYSYS.
(Tiya, 2012)
5. Destilasi Kering
Bab II Tinjauan
Pustaka
Metode ini dapat digunakan untuk memperoleh bahan bakar cair dari batu bara
dan kayu. Selain itu, destilasi kering juga digunakan untuk memecah garam-garam
mineral. Misalnya pemecahan sulfat melalui termolisis, menghasilkan gas sulfur
dioksida dan sulfur trioksida yang dapat dilarutkan dalam air membentuk asam
sulfat. Pada awalnya, ini adalah cara yang umum untuk memproduksi asam sulfat.
(Wikipedia, 2013)
6. Destilasi Uap
Untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik
didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya,
zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan
(rearranagement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi
sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi dengan destilasi uap.
(Tiya, 2012)
Bab II Tinjauan
Pustaka
titik didih suatu campuran lebih rendah dari pada titik didih komponen-komponennya
(Tiya, 2012).
7. Destilasi Molekuler
Destilasi molekuler adalah proses separasi fraksi-fraksi molekul yang berbeda
bobotnya pada suhu serendah mungkin untuk menghindari kerusakan bahan
(Lutisan, 2001). Destilasi molekuler dicirikan dengan alokasi waktu destilasi yang
singkat, koefisien transfer panas tinggi, penghilangan hotspot, aliran operasi
kontinyu, tekanan rendah sampai 0,001 mBar dan jarak yang sempit antara
kondensor dan evaporator (Hendrix, 2011).
Teknologi wiped-film menggunakan hukum bahwa setiap molekul kimia
memiliki karakteristik penguapan yang berbeda-beda. Perbedaan titik uap dapat
mendegradasi komponen kompleks menjadi lebih sederhana. Molekul merupakan
materi yang selalu bergerak konstan dengan derajat tertentu tergantung komposisi
dan perlakuan pada suhu dan tekanan yang diberikan padanya. Molekul yang berada
di permukaan mempunyai kecenderungan untuk meloncat ke udara yang
mengelilingnya. Ketika suhu dinaikkan dan tekanan diturunkan, loncatan molekul
bertambah sehingga disebut menguap (Hendrix, 2011).
Proses destilasi molekuler bekerja berdasarkan sifat penguapan molekul.
Destilasi molekuler terdiri dari pemanas yang dialiri bahan baku (tergantung dari
suhunya pemanasannya). Cairan bahan baku kemudian disebar dalam lapisan film
tipis dengan memutar wiper pada kecepatan yang telah ditentukan. Lapisan tipis yang
terbentuk, dibentuk menjadi aliran turbulen oleh wiper kemudian turun sepanjang
pemanas dengan adanya gaya gravitasi dan lubang di dalam wiper.
(Hendrix, 2011)
Selama bahan mengalir pada pemanas, terjadi evaporasi yang tergantung pada
karakteristik bahan baku dan suhu pemanas. Bahan yang tidak terevaporasi mengalir
ke bagian bawah, sedangkan bahan yang terevaporasi dikondensasikan dan
dipisahkan (Hendrix, 2011).
III-1
III.2 Bahan yang Digunakan
1. 250 gram Sereh
2. Air
6. Stopwatch
7. Timbangan elektrik
III-2
Keterangan:
Mulai
Selesai
Mulai
Mengisi labu distilat dengan 250 gram sereh yang telah dicacah.
Menutup valve yang ada pada boiler saat uap pada panci sudah mengepul.
A
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III-5
Mencatat tekanan uap (P), suhu (T), waktu (t) pada saat destilat pertama kali menetes.
Mengamati volume hasil destilasi yang ada pada erlenmeyer, sebelum penuh harus
diganti dengan erlenmeyer yang lain.
Mengambil minyak sereh dengan cara menyedot hasil desilasi dengan pipet tetes.
Mencatat semua data yang diperlukan dalam analisa, seperti persen minyak yang
dihasilkan dalam proses destilasi.
Melakukan perhitungan massa jenis minyak sereh dihasilkan dalam proses destilasi
Selesai
Mulai
Menimbang piknometer yang akan diisi minyak sereh pada keadaan kosong terlebih
Menghitung massa minyak sereh dengan mencari selisih antara berat piknometer yang
telah terisi dengan massa piknometer yang kosong
Setelah diketahui massanya, densitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang
telah ditetapkan.
Selesai
21 53 93,5
Tabel IV.1.2 Hasil Percobaan Destilasi Uap pada Minyak Sereh
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan destilasi uap ini bahan yang digunakan adalah sereh. Sereh yang
digunakan sebanyak 250 gram. Dan sebelum di destilasi bahan ditreatment (diolah agar proses
destilasi dapat terjadi sempurna) terlebih dahulu, yaitu dengan cara dicacah menjadi
potongan-potongan yang lebih kecil.
Percobaan ini betujuan untuk mengetahui pengaruh tekanan uap terhadap titik didih
dalam percobaan destilasi uap dengan menggunakan bahan sereh dan mengetahui cara
menghitung massa jenis minyak atsiri pada sereh.
Dari tabel hasil percobaan diatas diperoleh pada waktu 60 menit tekanan yang diperoleh
o
adalah 42 mBar dengan suhu 96,5 C menghasilkan destilat sebanyak 1340 ml. Sedangkan
o
pada tekanan 38 mBar suhu yang diperoleh adalah 96 C menghasilkan destilat sebanyak
2092 ml.
Pada percobaan destilasi uap tidak didapatkan minyak sereh. Destilat yang tertampung
dalam labu erlenmeyer sangat encer dan bening. Karena fungsi alat sudah menurun, proses
destilasi pun tidak sempurna. Ada kebocoran pada perangkat destilasi uap ini, destilat pada
proses destilasi menetes pada kaki tiga tepatnya dibawah barometer. Saat kami berusaha
IV-1
IV-2
menampung hasil tetesan ini, ternyata berupa air yang dengan kadar minyak yang lebih tinggi
daripada hasil destilasi pada labu erlemenyer. Minyak sereh tertinggal didalam labu destilat
dan tidak dapat naik menuju proses berikutnya. Kami pun mencoba cara pemisahan lain yaitu
dengan cara pressing. Kami memeras bahan sereh yang telah mengalami proses destilasi agar
keluar minyaknya, namun tetap tidak didapatkan minyak. Cara ini tidak berhasil, sebenarnya,
pada prinsipnya pemisahan senyawa dengan proses destilasi bergantung pada perbedaan
tekanan uap senyawa dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan
molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan
uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada
keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan
uap atmosfer disebut titik didih. Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada
suhu kamar akan mempnyai titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya
rendah pada suhu kamar. Apabila tekanan dalam vakum tidak cukup kuat, maka senyawa
yang akan didestilasi tidak akan terangkat naik bersama uap air. Tekanan yang ada dalam
vakum hanya mampu untuk mengangkat air menuju tabung pendingin dan meninggal zat atau
senyawa yang akan didestilasi (Rizal, 2012).
Kami juga melakukan perlakuan lain terhadap bahan untuk memperoleh minyak, yaitu
pengendapan. Destilat yang tertampung dalam erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil
kemudian didiamkan selama empat hari, diharapkan minyak sereh akan mengendap pada hari
ke-empat. Tetapi dengan perlakuan ini tetap tidak didapatkan minyak, dikarenakan dalam
destilat tersebut memang tidak terkandung minyak.
Dalam percobaan ini didapatkan densitas dari destilat sebesar 1,05 gram/ml, hal ini tidak
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa seharusnya densitas minyak sereh adalah
0,88308 gram/ml (Ridawati, 1999).
Percobaan destilasi uap minyak sereh ini tidak berhasil karena ada faktor yang
menyebabkan minyak tidak keluar, beberapa faktor diantaranya waktu destilasi kurang lama,
alat destilasi uap yang ada kurang memadai, tekanan yang diperoleh terlalu rendah dan
temperatur yang seharusnya dicapai tidak dapat tercapai.
V-1
DAFTAR NOTASI
vii
DAFTAR PUSTAKA
vi
APPENDIKS
= 1,05 gr/ml
viii