Anda di halaman 1dari 20

BAHAN AJAR

SEBAGAI PRODUK AKHIR DARI TUGAS CRITICAL BOOKS REVIEW

MATERI

“BORON DAN SENYAWANYA”

DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. Nurfajriani, M.Si

Disusun Oleh

NAMA : ROLIAN ADE FITRI

NIM : 4173331043

KELAS : KIMIA DIK E 2017

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kelancaran


dalam menyusun Critical Books Review (CBR) ini sehingga CBR ini dapat
diselesaikan. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak
yang telah membantu dalam pembuatan CBR ini dan berbagai sumber yang telah
kami pakai sebagai data dan fakta pada CBR ini.
Penulis mengakui bahwa penulis adalah manusia yang mempunyai
keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat
diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan CBR ini yang telah
diselesaikan. Tidak semua hal dapat penulis deskripsikan dengan sempurna dalam
CBR ini. Penulis melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang
penulis miliki.
Maka dari itu penulis bersedia menerima kritik dan saran. Penulis akan
menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memerbaiki CBR penulis di masa mendatang. Sehingga CBR berikutnya dapat
diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.

Medan, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan CBR ............................................................... 1


B. Capaian Pembelajaran (Tujuan CBR) ..................................................... 1
C. Uraian Materi .......................................................................................... 1
D. Identitas Buku yang di Riview ................................................................ 2

BAB II RINGKASAN BUKU

A. Buku I ...................................................................................................... 3
B. Buku II .................................................................................................. 11

BAB III KEUNGGULAN BUKU

A. Keterkaitan Topik Utama dengan Topik Terkait .................................. 13


B. Aspek Kelayakan Isi (Cakupan Materi dan Kemutakhiran) ................. 13
C. Aspek Kelayakan Bahasa ...................................................................... 13
D. Aspek Keterkaitan Isi Buku dengan Bidang Ilmu ................................ 13

BAB IV KELEMAHAN BUKU

A. Keterkaitan Topik Utama dengan Topik Terkait .................................. 14


B. Aspek Kelayakan Isi (Cakupan Materi dan Kemutakhiran) ................. 14
C. Aspek Kelayakan Bahasa ...................................................................... 14
D. Aspek Keterkaitan Isi Buku dengan Bidang Ilmu ................................ 14

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 15
B. Saran ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan CBR


Terkadang kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca, pelajari, dan
pahami. Sering juga kita memilih satu buku, namun kurang sesuai dengan
keinginan kita. Misalnya dari segi ilustrasi awal, latar belakang, sampai pada
pembahasan tentang Boron dan Senyawanya. Oleh karena itu, penulis membuat
Critical Books Review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku
referensi, terkhusus pada topik tentang Boron dan Senyawanya.

B. Capaian Pembelajaran (Tujuan CBR)


 Untuk penyelesaian tugas mata kuliah Kimia Non Logam
 Untuk membantu mahasiswa/ i dalam bekerja mandiri melakukan CBR
yang berisi materi Boron dan Senyawanya.
 Untuk membantu mahasiswa/ i agar mampu menyusun laporan hasil
CBR dalam bentuk Bahan Ajar sesuai panduan yang diberikan.
 Untuk membantu mahasiswa/ i agar mampu mengkomunikasikan
Laporan CBR melalui presentasi.
 Untuk mendeskripsikan isi dari text book yang menjadi bahan CBR.
 Untuk menambah wawasan mahasiswa/ i karena mengulas satu topik dari
beberapa buku.
 Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa/ i dalam berpikir kritis.
 Untuk menguatkan pemahaman mahasiswa/ i tentang satu topik yang di
bahas.

C. Uraian Materi
Dari kedua buku maka uraian materi yang ada pada ringkasan yaitu :
 Kecenderungan golongan boron
 Pendahuluan tentang boron

1
 Asam borat
 Asam tetrafluoroborat
 Boron trihalida
 Boron trifluorida
 Boron triklorida
 Boron hidrida
 Boron nitrogen
 Serat anorganik
 Kecenderungan logam 13 khususnya boron

D. Identitas Buku yang di Review


 Buku I
Judul : Dasar- Dasar Kimia Anorganik Non Logam
Penulis : Kristian H. Sugiyarto, Hari Sutrisno, dan Retno
Dwi Suyanti
Penerbit : UNY Press
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2013
Jumlah Halaman : 330 halaman
ISBN : 978-602-7981-05-8

 Buku II
Judul : Kimia Anorganik II
Penulis : Lisnawaty Simatupang, S.Si., M.Si
Penerbit : UNIMED Press
Kota Terbit : Medan
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman : 122 halaman
ISBN : 978-602-0888-22-4

2
BAB II
RINGKASAN BUKU

A. BUKU I
 Kecenderungan Golongan Boron
Golongan boron terdiri atas unsur-unsur boron – 5B , Aluminium 13Al ,
gallium- 31Ga , indium- 49I , dan talium -81Tl. Dalam golongan ini , boron
merupakan satu-satunya unsur non-logam dan diklasifikasikan sebagai unsure
semilogam, sedangkan anggota yang lain termasuk unsure logam. Golongan ini
tidak menunjukkan pola titik leleh yang teratur bahkan termasuk unsur-unsur
logamnya, tetapi menunjukkan pola titik didih yang cenderung menurun dengan
naiknya nomor massa. Ketidakteraturan sifat ini sering dikaitkan dengan
perbedaan organisasi struktur fase padatnya bagi masing-masing unsur.Boron
membentuk kluster-kluster 12 atom, tiap kluster mempunyai bangun geometri
isosahedron.
Unsur Konfigurasi elektronik Tingkat Titik leleh Titik didih
oksidasi
(◦c) (◦c )

5B [2He] 2s2 2p1 +3 2180 3650

13Al [10Ne] 3s2 3p1 +3 660 2467

31Ga [18Ar] 3d10 4s2 4p1 (+1) , +3 30 2403

49In [36Kr] 4d10 5s2 5p1 (+1) , +3 157 2080

81Tl [54Xe] 5d10 5f14 6s2 6p1 +1 , (+3) 303 1457

 Pendahuluan Boron
Boron merupakan unsur yang jarang terdapat dalam kerak bumi ,tetapi
banyak dijumpai sebagai deposit dalam senyawa garamnya, borat yaitu boraks-
atau sodium tetraborat- Na2B4O7.H2O , kernite- - Na2B4O7.4H2O , dan
kolemanit-Ca2B6O11.5H2O. Kira-kira 35% produksi boron dipakai dipabrik

3
pembuatan kaca borak silikat (yang diperdagangkan dengan merek Pyrex) yang
sangat tahan pemanasan pada temperature tinggi. Kira-kira 20% produksi boron
dipakai sebagai bahan pencuci, detergen yang sangat aktif pada temperature 90◦C
,yaitu sebagai senyawa natrium peroksoborat-NaBO3. Formula sederhana ini
sesungguhnya tersusun oleh struktur ion yang cukup rumit yaitu [B2(O2)2(OH)4]-2 .
Penyederhanaan dari formula Na2B2O6.2H2O.
Ion ini berperan sebagai agen pengoksidasi yaitu dua gugus perokso (-C-
O-) yang terikat oleh kedua atom boron. Ion peroksoborat dipreparasi dari reaksi
,antara boraks dalam basa dengan hydrogen peroksida menurut persamaan reaksi:
[B4O5(OH)4]-2(aq) + 4H2O2(aq) + 2OH-(aq) → 2 [B2(O2)2(OH)4]-2(aq) + 3H2O (l)
Boron merupakan komponen utama dalam pembangkit tenaganuklir
karena kemampuannya berfungsi sebagai penyerap(absorber) netron; tongkat
pengaduk yang berisi boron diturunkan ke dalam ruang reactor untuk menjaga
reaksi nuklir berlangsung pada kecepatan sedang yang diinginkan. Borat dipakai
pula sebagai bahan pengisi kayu, pemadam api ,dan sebagai fluks dalam proses
pematrian (solder) . dalam hal ini , borat meleleh pada permukaan pipa panas dan
bereaksi dengan logam pelapis misalnya CuO pada pipa tembaga. Senyawa metal-
borat (seperti tembag(II)borat) dapat dihilangkan dengan mudah sehingga
diperoleh permukaan logam yang bersih untuk keperluan pematrian. Didalam
unsur boron terdapat dalam dua macam isotop yang stabil yaitu dengan massa
atom relatif10,81.
Boron merupakan unsur yang unik dan menarik , satu-satunya unsur non-
logam dalam golongan 13 tabel priodik unsur, dan menunjukkan kemiripan sifat
dengan unsur-unsurt etangga , karbon C dan silikon, Si. Kemiripan sifat ini adalah
dalam hal pembentukan senyawa kovalen dan senyawa rantai, namun berbeda
dalam hal pembentuknya senyawa kekurangan-elektron. Boron tidak pernah
dijumpai sebagai senyawa kationik karena tingginya entalpi ionisasi ,tetapi
membentuk senyawa kovalen dengan pembentukan orbital hibrida sp2 untuk
menghasilkan struktur segitiga sama sisi seperti dalam senyawa BX 3 (X =
halogen). Senyawa ini dianggap terkoordinasi belum jenuh oleh karena itu dalam
larutan bertindak sebagai asam lewis (akseptor pasangan electron) dan

4
membentuk senyawa tetrahedron sepertipada BF4- . skala elektronegatifitas boron
adalah 2 , dekat dengan Si (1,8) danGe ( 1,8), dan sedikit lebih rendah daripada H
(2,1) dan C (2,5).
Sifat-sifat khusus boron dibandingkan dengan senyawa aluminium dan
silicon adalah sebagai berikut :
1. Oksida boron, B2O3 dan hidroksida B(OH)3 bersifat asam, sedangkan
Al(OH)3 lebih bersifat basa atau tepatnya amfoterik.
2. Borat BO33-, dan silikat SiO32- , keduanya mempunyai struktur dengan
susunan yang sama ,yaitu dengan persekutuan atom O menghasilkan
bentuk rantai kompleks, melingkar atau yang lain dengan prinsip setiap
atom pusat B selalu dikelilingi empat atom O.
3. Boron halide, kecuali BF3 dan silicon mudah terhidrolisis sedangkan
aluminium halide berupa padatan dan hanya sebagian terhidrolisis oleh air
,namun semuanya bertindak sebagai asam lewis.
4. Semua hidrida boron dan silicon mudah menguap dan terbakar secara
spontan dan mudah terhidrolisis , sedangkan (AlH3)n berupa polimer.
Senyawa boron sangat kompleks dan barangkali dapat dikelompokkan
menjadi metal boride misalnya kalsium boride CaB6 , boron hidrida misalnya
B2H6 boron (tri)halida, okso boron atau borat, boron karbida B4C , boron nitride,
BN dan organo boron.

 Asam Borat H3BO3


Asam orto-borat atau sering diringkas sebagai asam borat dapat diperoleh
menurut persamaan reaksi :
BX3 (s) + 3 H2O (l) → H3BO3 (s) + 3 HX (aq)
Asam borat merupakan padatan putih yang sebagian larut dalam air.
Asam metaborat berwarna putih, berbentuk kristal kubik padat dan hanya sedikit
larut dalam air. Asam metaborat mencair pada suhu sekitar 236 °C, dan ketika
dipanaskan di atas 300 °C akan terdehidrasi lebih lanjut, membentuk asam
tetraborat atau asam piroborat (H2B4O7):
4 HBO2 → H2B4O7 + H2O

5
Istilah asam borat kadang-kadang mengacu pada senyawa ini. Pemanasan
lebih lanjut akan membentuk boron trioksida.
H2B4O7 → 2 B2O3 + H2O
Ada pertentangan mengenai interpretasi asal usul keasaman larutan asam
borat cair. Spektroskopi Raman dalam larutan basa kuat menunjukkan adanya ion
B(OH)4-, sehingga beberapa penelitian menyimpulkan bahwa keasaman secara
eksklusif karena abstraksi OH– dari air:
B(OH)3(s) + H2O(l) B(OH)−4 + H+ (K = 7.3x10−10; pK = 9.14)

 Asam tetrafluoroborat, HBF4


Larutan asam tetrafluoroborat diperoleh dengan melarutkan asam borat ke
dalam larutan asam hidrofluorida menurut persamaan reaksi :
H3BO3 (aq) + 4 HF (aq) → H3O+ (aq) + BF4- (aq) + 2 H2O (l)
Asam tetrafluorobarat merupakan asam kuat dan oleh karenanya tidak
dapat diperoleh sebagai HBF4. Dalam perdagangan biasanya dijumpai sebagai
larutan asam tetrafluoroborat dengan kadar sekitar 40 %. Fluoroborat transisi dan
logam berat diproduksi dengan cara yang sama seperti garam fluoroborat
lainnya; masing-masing garam logam ditambahkan ke asam borat dan hidrofluorat
yang direaksikan.

 Boron Trihalida
Boron mempunyai tiga elektron valensi, oleh karena itu setiap senyawa
kovalen sederhana yang terjadi tersusun oleh tiga pasang elektron ikatan di
seputar atom pusat boron sehingga dapat dikatakan sebagai senyawa ”kekurangan
elektron” relatif terhadap kaidah oktet (empat pasang). Senyawa seperti ini, yaitu
BF3 dan BCl3, berupa monomer dengan bangun segitiga samasisi, dengan ketiga
ikatan B-X sama panjangnya.

6
 Boron Trifluorida
Boron trifluorida terdiri dari gas (titik didih -101° C) dan penyimpanan
dilakukan dalam tangki. Molekul BF3 ternyata tersusun oleh ikatan boron fluorin
yang sangat tinggi energy ikat-nya, yaitu 613 kJ mol-1. Jauh lebih tinggi daripada
energy ikatan tunggal konvensional,misalnya untuk C-F yaitu 485 kJ.mol. Untuk
menjelaskan stabilitas dan juga kuatnya ikatan kovalen molekul kekurangan
electron ini, diajukankan postulat terbentuknya ikatan kovalen tambahan π (pi)
disamping ikatan kovalen σ. Dalam molekul ini atom pusat boron masih memiliki
orbital kosong misalnya 2pz yang tentunya tegak lurus terhadap bidang molekul
atau bidang orbital hibrida berdasarkan tolakan pasangan elektron
minimum. Setiap atom F memiliki dua orbital pisi-penuh yang lain yang salah
satunya tegak lurus pula terhadap bidang molekul, misalnya orbital 2pz. Orbital
2pz kosong dari atom boron berinteraksi dengan tiga orbital 2pzisi penuh dari
ketiga atom atom F mendelokalisasi total 6 elektronnya kedalam bentuk
tumpang-tindih "cara samping" yaitu ikatan π.
Ada bukti eksperimen yang mendukung penjelasan tersebut di atas,
yaituapabila boron trifluorida bereaksi dengan ion fluoride membentuk ion
tetrafluoro borat, BF4-.
Panjang ikatan B-F naik dari 130 pm dalam BF3 menjadi 145 pm dalam
ion BF4-. Pemanjangan atau melemahnya ikatan ini memang diharapkan karena
atom boron dalam ion BF4- menggunakan semua orbital p untuk pembentukan
orbital hibrida sp3 (bangun tetrahedron) sehingga tidak tersedia lagi orbital p
untuk pembuatan ikatan π. Dengan demikian, semua ikatan B-F dalam ion BF4-
adalah murni ikatan kovalen tunggal σ.
Reaksi antara molekul BF3 dengan ion F-tersebut tidak lain adalah reaksi
asam-basa Lewis, dan spesies BF3 ternyata merupakan asam Lewis terkuat yang
pernah ditemui;basa Lewis yang lain seperti amonia, eter, alkohol, amina, dan air
bereaksi menghasilkan padatan. Contoh persamaan reaksi dengan ammonia dan
etera dalah:

7
BF3(g) + ⁑ NH3(g) F3B ⁑ NH3(s)
BF3(g) + ⁑ O(C2H5)2(l) (C2H5)2O-BF3(s)
dietiletero-trifluoroborat
Boron trifluorida dapat disintesis dari pemanasan boron oksida, B2O3
dengan ammonium tetrafluoroborat atau kalsiumfluorida dan asam sulfat pekat
menurut persamaan reaksi:
B2O3 + 6NH4BF4 + 3H2SO4 (p) 8BF3 (g) + 3(NH4)2SO4 + 3H2O
B2O3 + 3CaF2 + 3H2SO4 (p) 2BF3 + 3CaSO4 + 3H2O

 Boron Triklorida
Seperti halnya BF3, BCl3 mempunyai bangun geometri segitiga sama sisi
dengan energy ikatan B-Cl sebesar 456 kJ mol-1, lebih rendah daripada energy
ikatan B-F dalam molekul BF3. Hal ini memang seperti yang diharapkan atas
dasar nilai elektronegatifitasnya. Energi ikatan ini jauh lebih besar daripada
energy ikatan kovalen tunggal C-Clsebesar 327 kJ mol-1, dan dengan argumentasi
yang sama seperti halnya pada senyawa BF3, tingginya energy ikatan B-Cldalam
BCl3 mungkin dapat dikaitkan dengan adanya ikatan ekstra π.
Berbeda dari metal klorida yang berupa padatan, larutdalam air
membentuk kation dan anion terhidrat, spesies kovalen boron triklorida berupa
gas atau cairan pada temperatur kamar, dan bereaksi hebat dengan air. Misalnya,
aliran gelembung gas BCl3 (berupa gas di atas 12° C) kedalam air menghasilkan
asam borat dan asam hidroklorida menurut persamaan reaksi :
BCl3(g) + 3H2O (l) H3BO3 (aq) + 3HCl (aq)

 Boron Hidrida
Sangat banyak senyawa hidrida boron yang dapat disintesis dengan bentuk
ikatan khusus tri-pusat atau senyawa “kekurangan elektron” dan mempunyai
struktur polyhedron.Seperti halnya senyawa hidrokarbon, boron mampu
membentuk berbagai senyawa hidrida seperti B2H6, B4H10,…, B18H22. Diborana
membentuk bangun dua bidang tetrahedron yang bersekutu pada salah satu sisinya

8
yaitu sebagai penghubung dua atom H yang berfungsi sebagai jembatan hidridik
dengan karakteristik ikatan tri-pusat yaitu tiga atom – sepasang elektron (yaitu,

.
Diborana berupa gas yang takberwarna, beracun, dan sangat reaktif.
Spesies ini menangkap api dalam udara dan meledak bila dicampur dengan
oksigen. Reaksinya sangat endotermik dengan menghasilkan boron trioksida dan
uap air menurut persamaan reaksi :
B2H6(g) + 3O2(g) B2O3(s) + 3H2O(g)
Diborma dapat dibuat dari reaksi BF3 dengan Sodium Hidroborat dalam
pelarut dimetil eter/dietilenglikol:
3NaBH4(s) + BF3(g) 2B2H6(g) + 3NaF(s)
2NaBH4(s) + 2H2SO4(p) B2H6(g) + 2NaHSO4(aq) + 2H2(g)

AlCl3
B2O3(s) + 2Al(s) +3H2(g) B2H6(g) + Al2O3(s)
tekanan tinggi

Diborana bereaksi dengan air membentuk asam borat menurut persamaan


reaksi :
B2H6(g) + 6H2O(l) 2H3BO3(aq) + 6H2(g)

 Boron Nitrogen
Metode paling sederhana untuk spesies ini adalah pemanasan diboron
trioksida dengan ammonia pada temperatur kira-kira 1000OC menurut persamaan
reaksi :
B2O3(s) + 2NH3(g ) → 2BN(s) + 3H2O(g)
Boron nitride mempunyai struktur lapis mirip grafit dan merupakan
pelumas yang tahan secara kimiawi pada temperatur tinggi.

9
Tidak seperti grafit, boron nitride berupa padatan berwarna putihdan
bukan penghantar listrik.Perbedaan sifat ini mungkin disebabkan oleh perbedan
susunan lapisan jaringan antara keduanya. Jarak pisah lapisan-lapisan dalam
boron nitride hamper persis sama dengan jarak pisah lapisan-lapisan dalam grafit,
tetapi lapisan boron nitrioda terorganisasi sedemikian rupa sehingga Atom-Atom
nitrogen dalam satu lapisan terletak persis diatas atom boron lapisan bawahnya
dan dibawah atom boron lapis atasnya, demikian pula sebaliknya. Penataan
demikian ini masuk akal sebab bagian muatan positif atom boron
danbagianmuatan negative atom nitrogen tentunya saling tarik-menarik secara
elektrostatik.

Analog dengan sifat karbon, boron nitride dengan struktur grafit pada
temperatur dan tekanan tinggi dapat diubah menjadi struktur intan sebagai
borazon.Senyawa ini ternyata mirip intan dalam hal kekerasan dan sifat inert pada
temperatur tinggi dan oleh karena itu sering digunakan sebagai bahan gerenda.
Kemiripan lain dapat dijumpai dalam senyawa borazina yang mempunyai struktur
lingkar mirip benzene. Senyawa ini dapat diperoleh melalui reaksi antara diborana
dengan ammonia menurut persamaan reaksi :
3B2H6(g) + 6NH3→ 2B3N3H6(l) +12H2(g)

10
Borazina sering disebut “benzene anorganik” dan senyawa ini berguna
sebagai pereaksi untuk pembuatan senyawa boron nitrogen yang lain, analog
dengan senyawa-senyawa karbon. Kepolaran boron nitrogen menyebabkan
borazina jauh lebih mudah mendapat serangan kimiawi daripada lingkar karbon
yang homogeny dalam benzene. Sebagai contoh, borazina bereaksi dengan HCl
menghasilkan B3N3H9Cl3, dengan atom-atom klorin terikat pada atom yang lebih
elektropositif yaitu boron, menurut persamaan reaksi:
B3N3H6(l) + 3HCl(g)→ B3N3H9Cl3(s)

 Serat Anorganik
Nilon dan polyester adalah contoh serat organic yang biasa ditemui sehari-
hari.Salah satu kelemahan serat organic ini adalah rendahnya titik leleh, mudah
terbakar, dan kurang kuat.Untuk memperoleh material yang kuat dan tahan panas,
serat anorganik yang telah lama dikenal, misalnya asbes dan serat kaca.Untuk
keperluan teknologi tinggi unsur karbon, silicon, dan boron merupakan bahan
penyusun yang tepat. Serat karbon sangat manfaatnya seperti pada industry raket
tenis bulutangkis, alat pancing, dan industry pesawat. Boron dan silicon karbida,
SiC, menjadi penting karena sifatnya yang tahan kelelahan. Serat boron dapat
dipreparasi melalui reduksi boron triklorida dengan gas hydrogen pada
temperature kira-kira 12000C menurut persamaan reaksi:
2BCl3(g) + 3H2(g)  2B(g) + 6HCl(g)
Gas boron ini kemudian dapat dikondensasikan kedalam serat karbon atau
serat wolfarm (W).Misalnya, boron dilapiskan pada serat wolfarm setebal 15um
hingga diameter serat menjadi kira-kira 100um.

B. Buku II
 Kecenderungan Logam Golongan 13
Golongan 13 terdiri dari unsur-unsur boron, aluminium, galium, indium,
dan talium. Dari semua usur dalam golongan ini, boron merupakan satu-satunya
unsur non logam dan diklasifikasikan sebagai unsur semilogam. Unsur-unsur dari
golongan ini tidak menunjukkan pola titik leleh yang sederhana (tertatur) tetapi

11
menunjukkan kecenderungan yang menurun dengan naiknya nomor atom.
Ketidakteraturan ini disebabkan oleh perbedaan organisasi struktur fase dari
masing-masing unsur. Boron membentuk kluster dengan 12 atom yang
mempunyai bangun geometri isosahedron.
Boron yang bersifat semi logam, cenderung untuk membentuk ikatan
kovalen, Namun demikian, ikatan kovalen juga terjadi pada unsur-unsur metalik
yang lain dalam golongan ini, hal ini dikaitkan dengan tingginya muatan (+3) dan
pendeknya jari-jari ion tiap ion logam yang bersangkutan sehingga menghasilkan
densitas muatan positif yang sangat tinggi.

12
BAB III
KEUNGGULAN BUKU

A. Keterkaitan Topik Utama dengan Topik Terkait


 Pada Buku I, adanya keterkaitan antara topik utama dengan topik terkait
dimana topik utamanya adalah Golongan Boron, dan telah dijelaskan
secara sistematis mengenai golongan boron dalam Kimia Non Logam.
 Pada Buku II, adanya keterkaitan antara topik utama dengan topik terkait
dimana topik utamanya adalah Logam Golongan 13, dan telah dijelaskan
secara sistematis sesuai dengan topik utamanya.
B. Aspek Kelayakan Isi (Cakupan Materi dan Kemutakhiran)
 Pada Buku I, materi mengenai Golongan Boron dijelaskan secara
mendasar. Mulai dari kecenderungan golongan boron sampai pada serat
anorganik.
 Pada Buku II, materi yang dijelaskan lebih mengarah ke logam golongan
13 terkhusus aluminium dan galium.
C. Aspek Kelayakan Bahasa
 Pada Buku I, bahasa yang digunakan cukup sederhana dan mudah
dipahami. Selain itu, kesederhanaan bahasa yang digunakan memberikan
kemudahan kepada para pembaca untuk memahami materi dengan baik.
 Pada buku II, bahasa yang digunakan adalah bahasa-bahasa yang mudah
dimengerti oleh pembaca.
D. Aspek Keterkaitan Isi Buku dengan Bidang Ilmu
 Pada Buku I, materi yang dijelaskan didalam buku ini berkaitan dengan
bidang ilmunya (Kimia Non Logam). Semua dalam buku ini menjelaskan
tentang seluk-beluk yang terkandung dalam Kimia Non logam.
 Pada Buku II, materi yan dijelaskan sesuai dengan bidang ilmu yang ada.

13
BAB IV
KELEMAHAN BUKU

A. Keterkaitan Topik Utama dengan Topik Terkait


 Pada Buku I, sudah ada keterkaitan antara topik utama dengan topik
terkait dimana topik utamanya adalah Golongan Boron, sehingga tidak
ditemukan kelemahan dari buku ini.
 Pada Buku II, sudah ada keterkaitan antara topik utama dengan topik
terkait dimana topik utamanya adalah Logam Golongan 13, sehingga
tidak ditemukan kelemahan buku ini.
B. Aspek Kelayakan Isi (Cakupan Materi dan Kemutakhiran)
 Pada Buku I, materi mengenai Golongan Boron sudah sangat jelas dan
rinci dijelaskan sehingga tidak ditemukan kelemahan dari buku ini.
 Pada Buku II, materi yang dijelaskan dalam buku ini hanya terfokus pada
aluminium dan galium namun boron dan senyawanya hanya sekilas saja
dibahas.
C. Aspek Kelayakan Bahasa
 Pada Buku I, bahasa yang digunakan sudah baik dan mudah dipahami
oleh pembaca. Sehingga tidak ditemukan kelemahan dari buku ini.
 Pada buku II, ada beberapa bahasa yang digunakan merupakan bahasa
yang kurang dipahami oleh pembaca, misalnya kluster.
D. Aspek Keterkaitan Isi Buku dengan Bidang Ilmu
 Pada Buku I, materi yang dijelaskan didalam buku ini berkaitan
dengan bidang ilmunya (Kimia Non Logam). Sehingga tidak terdapat
kelemahan didalamnya.
 Pada Buku II, materi yan dijelaskan sesuai dengan bidang ilmu yang
ada.

14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan faktor internal dan eksternal dari buku, dapat kita simpulkan
bahwa Buku I lebih layak digunakan untuk pembaca yang masih pemula karena
pada buku I menjelaskan materi secara luas dan mendasar, mudah dipahami oleh
pembaca. Dan Buku II dijadikan sebagai buku pendukung.

B. Saran
Disarankan untuk para pembaca untuk membaca kedua buku karena buku
tersebut layak untuk dijadikan referensi. Meskipun Buku I sebagai buku utama
dan Buku II sebagai pendukung.

15
DAFTAR PUSTAKA

Simatupang, Lisnawaty. 2015. Kimia Anorganik II. UNIMED Press. Medan.


Sugiyarto, K.H., Sutrisno, H., dan Suyanti, R.D. 2013. Dasar-Dasar Kimia
Anorganik Non Logam. UNY Press. Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai