Anda di halaman 1dari 37

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. FISIKA UMUM

PRODI S-1 PSPF 2021 C FMIPA

Skor Nilai:

LAPORAN CRITICAL
BOOK REVIEW
Conceptual Physics
Benjamin crowell

KELOMPOK 5

YUDA HARIDSYA ADITIA (4212121002)


EDIGIUS SIMBOLON (4213321011)
IQBAL SIHOMBING (4213121083)
NOVRY SIMANULLANG (4213121034)
ENDANG AGNES PANE (4211121010)
AISYAH FADILLAH (4213121036)

DOSEN PENGAMPU : RAJO HASIM LUBIS, S.PD., M.PD.


MATA KULIAH : FISIKA UMUM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2021 C


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGRI MEDAN
MEDAN
SEPTEMBER 2021

1
EXCECUTIVE SUMMARY

Tujuan dari penulisan CBR ini adalah ini untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan isi dari kedua buku, menambah wawasan baik bagi penulis maupun
pembaca , menguji kualitas buku dengan membandingkan hasil karya dari penulis
dengan yang lainnya. Dimana, buku utama berjudul conseptual physich karya
Benjamin crowell dan buku pembanding berjudul fisika dasar 1 karya mikrajuddin
Abdullah. Pembahasan pada buku utama menekankan pada pembahasan tentang
elektrisitas sedangkan pembahasan pada buku pembanding menekankan pada
pembahasan tentang gas dan termodinamika. Kelebihan pada buku utama ialah
terletak pada cover yang menarik dan penulisannya yang bagus. Sedangkan kelebihan
pada buku pembanding ialah terletak pada isinya yang menarik.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmatnya, sehingga kami
mampu menyelesaikan Critical Book Report ini tepat pada waktunya dengan judul buku
yang kami report adalah “Conceptual Physics” untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Fisika Umum.

Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Wawan Bunawan, M.Pd., M.Si., Ketua jurusan Fisika


2. Bapak Sabani S.Pd., M.Si, Sekretaris jurusan Fisika
3. Bapak Rajo Hasim Lubis, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
4. Ibu Dr. Dewi Wulandari, S.Si., M.Si., Ka Prodi Pendidikan Fisika
5. teman-teman yang memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung
6. orangtua tercinta

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya serta masih banyak


kekurangan dalam hasil laporan CBR yang saya buat ini, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan CBR
ini. Semoga laporan CBR yang telah saya buat ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 28 September 2021

Yuda Haridsya Aditia

ii
EXECUTIVE SUMMARY........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1. Rasionalisasi pentingnya CBR................................................................................. 1
1.2. Tujuan penulisan CBR................................................................................................ 1
1.3. Manfaat............................................................................................................................. 1
1.4. Identitas Buku............................................................................................................... 1
BAB II. RINGKASAN ISI BUKU........................................................................................... 3
2.1 Ringkasan Buku Utama.............................................................................................. 3
2.2 Ringkasan buku pembanding.................................................................................. 14
BAB III. PEMBAHASAN.......................................................................................................... 25
3.1 Pembahasan Isi Buku ................................................................................................ 25
3.2 Kelebihan Dan Kekurangan Buku.......................................................................... 29
BAB IV. PENUTUP................................................................................................................... 31
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 31
4.2 Rekomendasi................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Rasionalisasi pentingnya CBR


Keterampilan membuat CBR dapat menguji kemampuan dalam meringkas
buku dan menganalisis buku dan membandingkan yang dianalisis dengan
buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik buku yang akan
dianalisis.
Sering kali kita bingung memilih buku referensi yang akan kita baca dan
pahami. Biasasnya kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati
kita. Misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan tentang
kepemimpinan. Oleh karena itu penulis membuat Critical Book Review ini
untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi, terkhusus pada
pokok bahasan tentang kepemimpinan.
1.2 Tujuan Penulisan CBR
Tujuan CBR ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan isi dari kedua
buku, menambah wawasan baik bagi penulis maupun pembaca , menguji
kualitas buku dengan membandingkan hasil karya dari penulis dengan yang
lainnya .
1.3Manfaat CBR
Manfaat CBR yaitu meningkatkan kemampuan dalam menemukan inti
dari buku yang akan kita angkat , kemampuan membandingkan buku dengan
buku lainnya dengan baik dan memudahkan pembaca untuk memahami dan
mengetahui isi buku dengan singkat.
1.4Identitas Buku Yang Di review
A) Buku Utama
1. Judul : Conceptual Physics
2. Edisi : 3.0
3. Pengarang : Benjamin crowell
4. Penerbit : lisensi Creative Commons Attribution-ShareAlike
5. Tahun terbit : 2006
6. Kota terbit : Barat

1
B ) Buku Pembanding
1. Judul : Fisika Dasar 1
2. Edisi : 2016
3. Penulis : Mikrajuddin Abdullah
4. Penerbit : Institut Teknologi Bandung
5. Tahun Terbit : 2016
6. Kota Terbit : Bandung

2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

2.1Ringkasan Buku Utama


A. CHAPTER 1 CONSERVATION OF MASS AND ENERGY
1. Symmetry and conservation laws
Our modern approach to understanding physics revolves around the
concepts of symmetry and conservation laws, both of which are demonstrated
by this example.
The sun and moon were believed to move in circles, and a circle is a
very symmetric shape. If you rotate a circle about its center, like a spinning
wheel, it doesn’t change. Therefore, we say that the circle is symmetric with
respect to rotation about its center. The ancients thought it was beautiful that
the universe seemed to have this type of symmetry built in, and they became
very attached to the idea.
A conservation law is a statement that some number stays the same
with the passage of time. In our example, the distance between the sun and the
earth is conserved, and so is the distance between the moon and the earth.
(The ancient Greeks were even able to determine that earth-moon distance.)
2. Conservation of mass
The French chemist Antoine-Laurent Lavoisier was the first scientist to
realize that there were no such exceptions. Lavoisier hypothesized that when
wood burns, for example, the supposed loss of weight is actually accounted for
by the escaping hot gases that the flames are made of. Before Lavoisier,
chemists had almost never weighed their chemicals to quantify the amount of
each substance that was undergoing reactions. They also didn’t completely
understand that gases were just another state of matter, and hadn’t tried
performing reactions in sealed chambers to determine whether gases were
being consumed from or released into the air. For this they had at least one
practical excuse, which is that if you perform a gas releasing reaction in a
sealed chamber with no room for expansion, you get an explosion! Lavoisier
invented a balance that was capable of measuring milligram masses, and

3
figured out how to do reactions in an upside-down bowl in a basin of water, so
that the gases could expand by pushing out some of the water. In one crucial
experiment, Lavoisier heated a red mercury compound, which we would now
describe as mercury oxide (HgO), in such a sealed chamber. A gas was
produced (Lavoisier later named it “oxygen”), driving out some of the water,
and the red compound was transformed into silvery liquid mercury metal. The
crucial point was that the total mass of the entire apparatus was exactly the
same before and after the reaction. Based on many observations of this type,
Lavoisier proposed a general law of nature, that matter is always conserved.
3. Review of the metric system and conversions
The metric system works with a single, consistent set of prefixes
(derived from Greek) that modify the basic units. Each prefix stands for a
power of ten, and has an abbreviation that can be combined with the symbol
for the unit. For instance, the meter is a unit of distance. The prefix kilo- stands
for 1000, so a kilometer, 1 km, is a thousand meters.
More important than memorizing conversion factors is understanding
the right method for doing conversions. Even within the SI, you may need to
convert, say, from grams to kilograms. Different people have different ways of
thinking about conversions, but the method I’ll describe here is systematic and
easy to understand. The idea is that if 1 kg and 1000 g represent the same
mass, then
4. Conservation of energy
might conclude from this discussion that we have a new example of
Noether’s theorem: that the symmetry of space with respect to different
directions must be equivalent, in some mysterious way, to conservation of
energy. Actually that’s not quite right, and the possible confusion is related to
the fact that we’re not going to deal with the full, precise mathematical
statement of Noether’s theorem. In fact, we’ll see soon that conservation of
energy is really more closely related to a different symmetry, which is
symmetry with respect to the passage of time

4
5. Newton’s law of gravity
The general equation for an object’s gravitational field was discovered
by Isaac Newton, by working backwards from the observed motion of the
planets:
g = GM/d 2
where M is the mass of the object, d is the distance from the object, and
G is a constant that is the same everywhere in the universe. This is known as
Newton’s law of gravity.3 This type of relationship, in which an effect is
inversely proportional to the square of the distance from the object creating
the effect, is known as an inverse square law.
6. Noether’s theorem for energy
Conservation of energy is a law of physics, and Noether’s theorem says
that the laws of physics come from symmetry. Specifically, Noether’s theorem
says that every symmetry implies a conservation law. Conservation of energy
comes from a symmetry that we haven’t even discussed yet, but one that is
simple and intuitively appealing: as time goes by, the universe doesn’t change
the way it works. We’ll call this time symmetry.

7. Equivalence of mass and energy

Albert Einstein found, as a consequence of his theory of relativity, that


mass and energy are equivalent, and are not separately conserved — one can
be converted into the other. Imagine that a magician waves his wand, and
changes a bowl of dirt into a bowl of lettuce. You’d be impressed, because you
were expecting that both dirt and lettuce would be conserved quantities.
Neither one can be made to vanish, or to appear out of thin air. However, there
are processes that can change one into the other. A farmer changes dirt into
lettuce, and a compost heap changes lettuce into dirt. At the most fundamental
level, lettuce and dirt aren’t really different things at all; they’re just collections
of the same kinds of atoms — carbon, hydrogen, and so on.
B. CHAPTER 2 CONSERVATION OF MOMENTUM
1. Translation symmetry
The most fundamental laws of physics are conservation laws, and
Noether’s theorem tells us that conservation laws are the way they are
because of symmetry. Time symmetry is responsible for conservation of
energy, but time is like a river with only two directions, past and future.
What’s impossible about Lu’s motion is the abrupt reversal in the direction of

5
his motion in space, but neither time symmetry nor energy conservation tell us
anything about directions in space. When you put gas in your car, you don’t
have to decide whether you want to buy north gas or south gas, east, west, up
or down gas. Energy has no direction. What we need is a new conserved
quantity that has a direction in space, and such a conservation law can only
come from a symmetry that relates to space. Since we’ve already had some
luck with time symmetry, which says that the laws of physics are the same at
all times, it seems reasonable to turn now to the possibility of a new type of
symmetry, which would state that the laws of physics are the same in all
places in space. This is known as translation symmetry, where the word
“translation” is being used in a mathematical sense that means sliding
something around without rotating it.
2. The principle of inertia
The principle of inertia : The results of experiments don’t depend on
the straight-line, constant-speed motion of the apparatus.
3. Momentum compared to kinetic energy
Momentum and kinetic energy are both measures of the amount of
motion, and a sideshow in the Newton-Leibniz controversy over who invented
calculus was an argument over which quantity was the “true” measure of
motion.
C. CHAPTER III CONSERVATION OF ANGULAR MOMENTUM
1. Angular momentum
“Sure, and maybe the sun won’t come up tomorrow.” Of course, the sun
only appears to go up and down because the earth spins, so the cliche should
really refer to the unlikelihood of the earth’s stopping its rotation abruptly
during the night. Why can’t it stop? It wouldn’t violate conservation of
momentum, because the earth’s rotation doesn’t add anything to its
momentum. While California spins in one direction, some equally massive part
of India goes the opposite way, canceling its momentum. A halt to Earth’s
rotation would entail a drop in kinetic energy, but that energy could simply be
converted into some other form, such as heat.

6
2. Torque
Force is the rate of transfer of momentum. The equivalent in the case of
angular momentum is called torque (rhymes with “fork”):
torque = amount of angular momentum transferred/time taken to transfer it
3. Noether’s theorem for angular momentum
Suppose a sunless planet is sitting all by itself in interstellar space, not
rotating. Then, one day, it decides to start spinning. This doesn’t necessarily
violate conservation of energy, because it could have energy stored up, e.g., the
heat in a molten core, which could be converted into kinetic energy. It does
violate conservation of angular momentum, but even if we didn’t already know
about that law of physics, the story would seem odd. How would it decide
which axis to spin around? If it was to spontaneously start spinning about
some axis, then that axis would have to be a special, preferred direction in
space. That is, space itself would have to have some asymmetry to it. In reality,
as I’ve already mentioned on page 15, experiments show to a very high degree
of precision that the laws of physics are completely symmetric with respect to
different directions. The story of the planet that abruptly starts spinning is an
example of Noether’s theorem, applied to angular momentum.
D. CHAPTER IV RELATIVITY
1. Relativity according to Einstein
So far we’ve been discussing relativity according to Galileo and Newton,
but there is also relativity according to Einstein. When Einstein first began to
develop the theory of relativity, around 1905, the only real-world observations
he could draw on were ambiguous and indirect. Today, the evidence is part of
everyday life. For example, every time you use a GPS receiver, a, you’re using
Einstein’s theory of relativity. Somewhere between 1905 and today,
technology became good enough to allow conceptually simple experiments
that students in the early 20th century could only discuss in terms like
“Imagine that we could. . . ” A good jumping-on point is 1971. In that year, J.C.
Hafele and R.E. Keating, shown in the photo above, brought atomic clocks
aboard commercial airliners, and went around the world, once from east to

7
west and once from west to east. The clocks were capable of keeping time to
within a few nanoseconds. (A nanosecond, abbreviated ns, is one billionth of a
second.) Hafele and Keating observed that there was a discrepancy between
the times measured by the traveling clocks and the times measured by similar
clocks that stayed home at the U.S. Naval Observatory in Washington. The east-
going clock lost time, ending up off by −59 nanoseconds, while the west-going
one gained 273 ns.
2. Speeds in relativity
Velocities don’t simply add and subtract. This is counterintuitive, since
we expect velocities to add and subtract in relative motion. If a dog is running
away from me at 5 m/s relative to the sidewalk, and I run after it at 3 m/s, the
dog’s velocity in my frame of reference is 2 m/s. According to everything we
have learned about motion, the dog must have different speeds in the two
frames: 5 m/s in the sidewalk’s frame and 2 m/s in mine. But velocities are
measured by dividing a distance by a time, and both distance and time are
distorted by relativistic effects, so we actually shouldn’t expect the ordinary
arithmetic addition of velocities to hold in relativity; it’s an approximation
that’s valid at velocities that are small compared to c.

3. Dynamics
So far we have said nothing about how to predict motion in relativity.
Do Newton’s laws still work? Do conservation laws still apply? The answer is
yes, but many of the definitions need to be modified, and certain entirely new
phenomena occur, such as the conversion of mass to energy and energy to
mass, as described by the famous equation E = mc2 . Momentum, Here’s a
flawed scheme for traveling faster than the speed of light. The basic idea can
be demonstrated by dropping a ping-pong ball and a baseball stacked on top of
each other like a snowman. They separate slightly in mid-air, and the baseball
therefore has time to hit the floor and rebound before it collides with the
pingpong ball, which is still on the way down. The result is a surprise if you
haven’t seen it before: the ping-pong ball flies off at high speed and hits the
ceiling! A similar fact is known to people who investigate the scenes of
accidents involving pedestrians. If a car moving at 90 kilometers per hour hits
a pedestrian, the pedestrian flies off at nearly double that speed, 180
kilometers per hour. Now suppose the car was moving at 90 percent of the
speed of light. Would the pedestrian fly off at 180% of c?

E. CHAPTER V ELECTRICITY
1. The quest for the atomic force

8
Newton was not the first of the age of reason. He was the last of the
magicians. (John Maynard Keynes).
Nevertheless it will be instructive to pick up Newton’s train of thought
and see where it leads us with the benefit of modern hindsight. In uniting the
human and cosmic scales of existence, he had reimagined both as stages on
which the actors were objects (trees and houses, planets and stars) that
interacted through attractions and repulsions. He was already convinced that
the objects inhabiting the microworld were atoms, so it remained only to
determine what kinds of forces they exerted on each other.
His next insight was no less brilliant for his inability to bring it to
fruition. He realized that the many human-scale forces — friction, sticky
forces, the normal forces that keep objects from occupying the same space, and
so on — must all simply be expressions of a more fundamental force acting
between atoms. Tape sticks to paper because the atoms in the tape attract the
atoms in the paper. My house doesn’t fall to the center of the earth because its
atoms repel the atoms of the dirt under it.
Here he got stuck. It was tempting to think that the atomic force was a
form of gravity, which he knew to be universal, fundamental, and
mathematically simple. Gravity, however, is always attractive, so how could he
use it to explain the existence of both attractive and repulsive atomic forces?
The gravitational force between objects of ordinary size is also extremely
small, which is why we never notice cars and houses attracting us
gravitationally. It would be hard to understand how gravity could be
responsible for anything as vigorous as the beating of a heart or the explosion
of gunpowder. Newton went on to write a million words of alchemical notes
filled with speculation about some other force, perhaps a “divine force” or
“vegetative force” that would for example be carried by the sperm to the egg.
2. Charge, electricity and magnetism

Charge” is the technical term used to indicate that an object participates


in electrical forces. This is to be distinguished from the common usage, in
which the term is used indiscriminately for anything electrical.

9
Electric current,If the fundamental phenomenon is the motion of
charged particles, then how can we define a useful numerical measurement of
it? We might describe the flow of a river simply by the velocity of the water,
but velocity will not be appropriate for electrical purposes because we need to
take into account how much charge the moving particles have, and in any case
there are no practical devices sold at Radio Shack that can tell us the velocity
of charged particles. Experiments show that the intensity of various electrical
effects is related to a different quantity: the number of coulombs of charge that
pass by a certain point per second. By analogy with the flow of water, this
quantity is called the electric current, I. Its units of coulombs/second are more
conveniently abbreviated as amperes, 1 A=1 C/s. (In informal speech, one
usually says “amps.”
3. Circuits
How can we put electric currents to work? The only method of
controlling electric charge we have studied so far is to charge different
substances, e.g., rubber and fur, by rubbing them against each other.
4. Voltage
Electrical circuits can be used for sending signals, storing information,
or doing calculations, but their most common purpose by far is to manipulate
energy, as in the battery-and-bulb example of the previous section. We know
that lightbulbs are rated in units of watts, i.e., how many joules per second of
energy they can convert into heat and light, but how would this relate to the
flow of charge as measured in amperes? By way of analogy, suppose your
friend, who didn’t take physics, can’t find any job better than pitching bales of
hay. The number of calories he burns per hour will certainly depend on how
many bales he pitches per minute, but it will also be proportional to how much
mechanical work he has to do on each bale. If his job is to toss them up into a
hayloft, he will got tired a lot more quickly than someone who merely tips
bales off a loading dock.
F. CHAPTER VI FIELDS
1. Farewell to the mechanical universe
As late as 1900, physicists generally conceived of the universe in
mechanical terms. Newton had revealed the solar system as a collection of

10
material objects interacting through forces that acted at a distance. By 1900,
evidence began to accumulate for the existence of atoms as real things, and not
just as imaginary models of reality. In this microscopic realm, the same
(successful) Newtonian picture tended to be transferred over to the
microscopic world. Now the actors on the stage were atoms rather than
planets, and the forces were electrical rather than gravitational, but it seemed
to be a variation on the same theme. Some physicists, however, began to
realize that the old mechanical picture wouldn’t quite work. At a deeper level,
the operation of the universe came to be understood in terms of fields, the
general idea being embodied fairly well in “The Force” from the Star Wars
movies: “... an energy field created by all living things. It surrounds us,
penetrates us, and binds the galaxy together.” Substitute “massive” for “living,”
and you have a fairly good description of the gravitational field, which I first
casually mentioned on page 20. Substitute “charged” instead, and it’s a
depiction of the electric field.
2. Electromagnetism
Magnetic interactions At this stage, you understand roughly as much
about the classification of interactions as physicists understood around the
year 1800. There appear to be three fundamentally different types of
interactions: gravitational, electrical, and magnetic. Many types of interactions
that appear superficially to be distinct — stickiness, chemical interactions, the
energy an archer stores in a bow — are really the same: they’re manifestations
of electrical interactions between atoms. Is there any way to shorten the list
any further? The prospects seem dim at first. For instance, we find that if we
rub a piece of fur on a rubber rod, the fur does not attract or repel a magnet.
The fur has an electric field, and the magnet has a magnetic field. The two are
completely separate, and don’t seem to affect one another. Likewise we can
test whether magnetizing a piece of iron changes its weight. The weight
doesn’t seem to change by any measurable amount, so magnetism and gravity
seem to be unrelated.
3. Induction
We’ve already seen that the electric and magnetic fields are closely
related, since what one observer sees as one type of field, another observer in
a different frame of reference sees as a mixture of both. The relationship goes
even deeper than that, however. Figure t shows an example that doesn’t even
involve two different frames of reference. This phenomenon of induced
electric fields — fields that are not due to charges — was a purely
experimental accomplishment by Michael Faraday (1791-1867), the son of a
blacksmith who had to struggle against the rigid class structure of 19th
century England. Faraday, working in 1831, had only a vague and general idea
that electricity and magnetism were related to each other, based on Oersted’s

11
demonstration, a decade before, that magnetic fields were caused by electric
currents.
G. CHAPTER VII THE RAY MODEL OF LIGHT
1. Light rays
Ads for one Macintosh computer bragged that it could do an arithmetic
calculation in less time than it took for the light to get from the screen to your
eye. We find this impressive because of the contrast between the speed of light
and the speeds at which we interact with physical objects in our environment.
Perhaps it shouldn’t surprise us, then, that Newton succeeded so well in
explaining the motion of objects, but was far less successful with the study of
light. The climax of our study of electricity and magnetism was discovery that
light is an electromagnetic wave. Knowing this, however, is not the same as
knowing everything about eyes and telescopes. In fact, the full description of
light as a wave can be rather cumbersome. In this chapter, we’ll instead make
use of a simpler model of light, the ray model, which does a fine job in most
practical situations. Not only that, but we’ll even backtrack a little and start
with a discussion of basic ideas about light and vision that predated the
discovery of electromagnetic waves.
2. Applications
The inverse-square law, Energy is conserved, so a ray of light should
theoretically be able to cross an infinite distance without losing any of its
intensity, provided that it’s traveling through empty space, so that there’s no
matter that it can give its energy away to. In that case, why does a distant
candle appear dim? Likewise, our sun is just a star like any other star, but it
appears much brighter because it’s so much closer to us. Why are the other
stars so dim if not because their light gets “tired,” or “wears out?” It’s not that
the light rays are stopping, it’s that they’re getting spread out more thinly. The
light comes out of the source in all directions, and if you’re very far away, only
a tiny percentage of the light will go into your eye. (If all the light from a star
went into your eye, you’d be in trouble.)

H. CHAPTER VIII WAVES


1. Vibrations
Your radio dial is calibrated in units of frequency, the simplest example
of this concept is provided not by a wave but by a vibrating physical object
such as a mass on the end of a spring, 8. With no forces on it, the spring
assumes its equilibrium length, 8/1. It can be stretched, 2, or compressed, 3.
We attach the spring to a wall on the left and to a mass on the right. If we now
hit the mass with a hammer, 4, it oscillates as shown in the series of snapshots,
4-13. If we assume that the mass slides back and forth without friction and
that the motion is one-dimensional, then conservation of energy proves that
the motion must be repetitive. When the block comes back to its initial

12
position again, 7, its potential energy is the same again, so it must have the
same kinetic energy again. The motion is in the opposite direction, however.
Finally, at 10, it returns to its initial position with the same kinetic energy and
the same direction of motion. The motion has gone through one complete
cycle, and will now repeat forever in the absence of friction.

2. Wave motion

There are three main ways in which wave motion differs from the
motion of objects made of matter.
a. Superposition
The first, and most profound, difference between wave motion and the
motion of objects is that waves do not display any repulsion of each other
analogous to the normal forces between objects that come in contact. Two
wave patterns can therefore overlap in the same region of space, as shown in
the figure at the top of the page. Where the two waves coincide, they add
together. For instance, suppose that at a certain location in at a certain
moment in time, each wave would have had a crest 3 cm above the normal
water level. The waves combine at this point to make a 6-cm crest. We use
negative numbers to represent depressions in the water. If both waves would
have had a troughs measuring -3 cm, then they combine to make an extra-deep
-6 cm trough. A +3 cm crest and a -3 cm trough result in a height of zero, i.e.,
the waves momentarily cancel each other out at that point. This additive rule
is referred to as the principle of superposition, “superposition” being merely a
fancy word for “adding.”
b. The medium is not transported with the wave
Figure f shows a series of water waves before it has reached a rubber
duck (left), having just passed the duck (middle) and having progressed about
a meter beyond the duck (right). The duck bobs around its initial position, but
is not carried along with the wave. This shows that the water itself does not
flow outward with the wave. If it did, we could empty one end of a swimming
pool simply by kicking up waves! We must distinguish between the motion of
the medium (water in this case) and the motion of the wave pattern through
the medium. The medium vibrates; the wave progresses through space.
c. A wave’s velocity depends on the medium

A material object can move with any velocity, and can be sped up or
slowed down by a force that increases or decreases its kinetic energy. Not so
with waves. The magnitude of a wave’s velocity depends on the properties of
the medium (and perhaps also on the shape of the wave, for certain types of
waves). Sound waves travel at about 340 m/s in air, 1000 m/s in helium. If you

13
kick up water waves in a pool, you will find that kicking harder makes waves
that are taller (and therefore carry more energy), not faster. The sound waves
from an exploding stick of dynamite carry a lot of energy, but are no faster
than any other waves. In the following section we will give an example of the
physical relationship between the wave speed and the properties of the
medium.

2.2 Ringkasan buku pembanding


A. BAB I BESARAN DAN SATUAN
1. Besaran Fisika
Besaran fisika adalah sifat benda atau gejala alam yang dapat diukur.
Panjang, massa, lama waktu pertandingan bola, suhu udara, kekerasan benda,
kecepatan mobil, terang cahaya, energi yang tersimpan dalam bensin, arus
listrik yang mengalir dalam kabel, tegangan listrik PLN, daya listrik lampu
ruangan, dan massa jenis air adalah contoh sifat-sifat benda yang dapat dikur.
Maka semuanya merupakan besaran fisika.
2. Pengukuran dan Satuan
Nilai pengukuran akan berguna jika dilakukan dalam satuan baku.
Satuan baku adalah satuan yang diterima secara umum dan terdefinisi dengan
pasti nilainya. Contoh satuan baku untuk pengukuran panjang adalah meter,
sentimeter, millimeter, kilometer, kaki, inci, mil, dan sebagainya.
3. Satuan Sistem Internasional
Untuk menyeragamkan penggunaan satuan di seluruh dunia, pada
Konferensi Umum Berat dan Pengukuran ke-14 tahun 1971 ditetapkan satuan
internasional untuk tujuh besaran pokok. Satuan tersebut selanjutnya
dinamakan satuan SI (Le Systeme Internationale). Cabang fisika yang paling
awal berkembang adalah mekanika. Di dalam mekanika, besaran fisika yang
digunakan hanayalah panjang, massa, dan waktu. Satuan SI untuk ketiga
besaran terebut adalah meter, kilogram, dan sekon. Kelompok tiga satuan ini
diberi nama khusus yaiu satuan MKS (M = meter, K = kilogram, dan S =
second).

4. Penetapan Nilai Satuan SI untuk Besaran Pokok

Besaran Pokok Satuan SI Singkatan

Panjang meter m

Massa kilogram kg

Waktu sekon s

14
Kuat arus listrik ampere A

Suhu kelvin K

Intensitas cahaya kandela Cd

Jumlah zat mol mol

B. BAB II BESARAN-BESARAN GERAK


1. Posisi
Untuk menjelaskan gerak benda secara lengkap, kita harus
menggunakan sumbu koordinat. Jumlah sumbu koordinat yang akan kita
gunakan bergantung pada jenis gerak yang akan kita bahas. Jika benda hanya
bergerak pada lintasan berupa garis lurus maka kita cukup menggunakan satu
sumbu koordinat. Gerak semacam ini sering disebut gerak satu dimensi.
Contoh gerak tersebut adalah gerak mobil saat di jalur lurus jalan tol atau
gerak kereta api pada rel yang lurus atau gerak pesawat pada posisi cruising
(posisi lintasan tertinggi). Pada posisi cruising umumnya lintasan pesawat
berupa garis lurus. Pesawat baru akan keluar dari lintasan lurus kalau di
depan ada turbulensi, ada peasawat lain, atau pesawat akan mendarat.
2. Perpindahan
Tidak banyak fenomena fisis yang menarik jika benda diam di
tempatnya atau posisi benda tetap. Manusia banyak memanfaatkan sifat gerak
benda. Misalnya gerakan air terjun yang dimanfaatkan untuk menghasilkan
tenaga listrik, gerakan alat-alat transportasi untuk memindahkan manusia dan
barang, gerak planet mengitari matahari, gerak partikel udara yang
menyebabkan suara dapat merambat, dan sebagainya. Jadi, adanya perubahan
posisi benda merupakan fenomena yang penting bagi manusia. Perubahan
posisi benda didefinsikian sebagai perpindahan
3. Jarak Tempuh
Jarak tempuh adalah jarak sebenarnya yang ditempuh benda ketika
bergerak dari satu titik ke titik lainnya. Dari Bandung ke Jakarta, jarak tempuh
kendaraan adalah 140 km kalau melalui jalan tol. Tetapi kalau melalui Cianjur-
Puncak atau Purwakarta atau Cianjur-Sukabumi maka jarak tempuh lebih
besar. Makin banyak tikungan yang dilewati benda untuk beripindah dari satu
titik ke titik lainnya maka jarak tempuh akan makin banyak.
4. Kecepatan Rata-Rata

15
Ada benda yang berpindah cepat dan ada yang berpindah lambat. Jika
siput dan kodok disuruh berpindah sejauh 1 meter, yang mana yang duluan
sampai? Pasti kodok bukan? Kita katakan bahwa kodok memiliki kecepatan
berpindah yang lebih besar dari siput. Oleh karena itu kita perlu definisikan
besaran kecepatan untuk mengukur berapa cepat sebuah benda berpindah.
Kita mulai dari definisi kecepatan rata-rata. Kecepatan rata-rata didefinsikan
sebagai perbandingan antara perpindahan dengan lama waktu melakukan
perpindahan.
5. Laju Rata-Rata
Kecepatan rata-rata ditentukan berdasarkan perpindahan benda.
Perpindahan benda adalah vektor pengubung posisi awal dengan posisi akhir
sehingga selalu berupa garis lurus. Perpindahan benda tidak menyatakan
lintasan yang ditempuh benda. Panjang lintasan yang ditempuh benda lebih
besar atau sama dengan panjang perpindahan benda. Panjang lintasan dan
besar perpindahan sama hanya jika benda bergerak dalam garis lurus. Laju
rata-rata adalah rasio antara jarak tempuh dengan waktu tempuh. Karena
jarak tempuh umumnya lebih besar daripada besar perpindahan maka laju
rata-rata umumnya lebih besar daripada besar kecepatan rata-rata. Laju rata-
rata didefinisikan sebagai
s
V = ∆t

6. Kecepatan Sesaat
Kecepatan sesaat diperoleh dari kecepatan rata-rata dengan
mengambil selang waktu yang sangat kecil, yaitu mendekati nol. Dapat pula
dikatakan bahwa kecepatan sesaat merupakan kecepatan rata-rata pada
selang waktu yang sangat kecil (mendekati nol).
7. Laju Sesaat
Ada dua cara mendapatkan laju sesaat. Pertama ditentukan
berdasarkan jarak tempuh dalam waktu yang mendekati nol dan yang kedua
adalah mengambil nilai skalar dari kecepatan sesaat.
7. Percepatan Rata-rata
Selama gerakan kadang kecepatan benda berubah. Perubahan tersebut
bisa berupa perubahan nilai saja, perubahan arah saja, atau perubahan nilai
dan arah. Perubahan tersebut ada yang cepat dan ada yang lambat. Besaran
yang mengukur berapa cepat kecepatan berubah dinamakan percepatan. Kita
mulai dengan mendefisnikan percepatan rata-rata. Percepatan rata-rata
didefinisikan sebagai perbandingan antara perubahan kecepatan benda
dengan lama kecepatan tersebut berubah.
8. Percepatan Sesaat
Jika selang waktu yang kita ambil dalam menghitung percepatan rata-
rata mendekati nol, maka percepatan rata-rata tersebut berubah menjadi
percepatan sesaat. Jadi, percepatan sesaat didefinisikan sebagai
16
a⃗ = ∆ ⃗v /∆ t
C. BAB III GERAK DUA DIMENSI
1. Gerak Peluru
Salah satu gerak dua dimensi yang paling popular adalah gerak peluru.
Disebut gerak peluru karena gerak ini yang akan ditempuh oleh setiap peluru
yang ditembakkan ke atas dengan membentuk sudut tertentu terhadap arah
horizontal (tidak vertikal ke atas) atau yang ditembakkan dengan sudut
sembarang dari ketinggian tertentu. Walaupun namanya gerak peluru, namun
gerak tersebut tidak hanya digunakan untuk membahas peluru. Setiap benda
yang dilempat ke atas dalam arah tidak vertikal atau ditembakkan dengan
sudut sembarang dari ketinggian tertentu melakukan gerak peluru.

2. Gerak Melingkar
Jenis gerak dua dimensi yang khusus lainnya adalah gerak melingkar.
Gerak melingkar adalah gerak pada sau bidang datar dan mengelilingi satu
titik tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengamati atau
memanfaatkan gerak melingkar. Gerak roda kendaraan, gerak CD, VCD dan
DVD, gerak kendaran di tikungan yang berbentuk irisan lingkaran, gerak
jarum jam, gerak satelit mengitari bumi, roller coaster, dan sebagainya adalah
contoh gerak melingkar. Bahkan gerak planet-planet mengelilingi matahari
mendekati gerak melingkar (walaupun lintasannya berbentuk ellips, namun
ellips yang tidak terlalu lonjong). Secara sederhana gerak melingkar
didefinisikan sebagai gerak benda pada lintasan berupa keliling lingkaran,
baik lingkaran penuh atau tidak penuh. Ciri khas dari gerak melingkar adalah
jarak benda ke suatu titik acuan, yang merupakan titik pusat lingkaran selalu
tetap. Sifat lain yang menonjol pada gerak melingkar adalah arah kecepatan
selalu menyinggung lintasan. Ini artinya pada gerak melingkar kecepatan
selalu tegak lurus jari-jari lingkaran.
D. BAB IV GAYA
1. Hukum Newton tentang Gerak
Benda di alam bergerak, diam dan sebagainya tidak terjadi secara tiba-
tiba. Ada penyebab sehingga gerak tersebut terjadi dan proses gerakpun tidak
terjadi secara bebas. Benda selalu bergerak mengikuti aturan yang sudah
pasti. Benda yang dilepas dari ketinggian tertentu pasti bergerak jatuh kalau
tidak ada dorongan lain yang membelokkan arah gerak. Benda yang dilempar
dalam arah horizontal selalu berberak melengkung ke bawah. Paku yang
didekatkan ke magnet akan ditarik ke arah magnet. Bumi selalu bergerak
mengelilingi matahari pada orbit yang sudah tertentu. Dengan kata lain gerak
benda umumnya bersifat determinsitik, artinya dapat diramalkan di mana
lintasan yang akan diambil, ke mana arah kecepatan pada tiap titik di lintasan
tersebut, dan berapa percepatan tiap saat.

17
- Hukum I Newton, Semua benda cenderung mempertahankan keadaannya:
benda yang diam tetap diam dan benda yang bergerak, tetap bergerak dengan
kecepatan konstant.
- Hukum II Newton menjelaskan perubahan keadaan gerak benda. Hukum ini
menyatakan bahwa benda dapat diubah keadaan geraknya jika pada benda
bekerja gaya. Gaya yang bekerja berkaitan langsung dengan perubahan
keadaan gerak benda.
- Hukum III Newton, Hukum ini mengungkapkan keberadaan gaya reaksi yang
sama besar dengan gaya aksi, tetapi berlawanan arah. Jika benda pertama
melakukan gaya pada benda kedua (gaya aksi), maka benda kedua melakukan
gaya yang sama besar pada benda pertama tetapi arahnya berlawanan (gaya
reaksi).

2. Diagram Gaya Bebas


Untuk menghindari kesalahan dalam menghitung gaya-gaya yang
bekerja pada benda, kita akan sangat tertolong apabila terlebih dahulu
melukis diagram gaya bebas yang bekerja pada benda. Diagram gaya bebas
adalah gambaran semua gaya yang berasal dari luar sietem yang bekerja pada
sistem. Gaya luar inilah yang menghasilkan percepatan pada system.
E. BAB V KERJA DAN ENERGI
1. Definisi Kerja
Besarnya kerja yang dilakukan benda sama dengan perubahan energi
benda. Sebaliknya, jika pada benda dilakukan kerja maka energi benda
bertambah. Jika pada benda yang diam (energi gerak nol) diberi kerja
(didorong) maka energi geraknya bertambah. Dari penjelasan ini tampak
bahwa kerja dapat meningkatkan energi benda.
2. Energi Kinetik
Benda yang sedang bergerak memiliki energi. Ini dapat dibuktikan
dengan mudah. Jika kalian tahan benda yang sedang bergerak maka kalian
merasakan adanya gaya. Sebaliknya, jika benda yang sedang diam atau
bergerak dengan kecepatan kecil maka kecepatannya makin besar jika diberi
kerja.
3. Teorema Kerja-Energi
kerja yang dilakukan suatu gaya pada sebuah benda sama dengan
perubahan energi kinetik benda tersebut disebut teorema kerja-energi.
F. BAB VI MOMENTUM
1. Momentum Benda Banyak
Sistem yang kita jumpai sehari-hari tidak terbatas pada satu benda saja.
Justru lebih sering kita jumpai sistem yang terdiri dari banyak benda. Jika
sistem yang kita amati disusun oleh sejumlah benda maka momentum total
sistem tersebut merupakan jumlah vektor dari momentum masing-masing

18
benda. Penjumlahan harus dilakukan secara vektor karena momentum
merupakan besaran vektor.
2. Hukum Kekekalan Momentum
Jika ada sejumlah gaya yang bekerja pada sistem maka gaya yang
digunakan dalam hukum II Newton merupakan gaya total dan momentum
yang digunakan juga momentum total.
3. Tumbukan Segaris Dua Benda
Pada proses tumbukan apapun, momentum selalu kekal selama tidak
ada gaya luar yang bekerja (gaya luar total nol). Tetapi tidak demikian halnya
dengan energi kinetik. Tumbukan biasanya diikuti munculnya panas pada
permukaan dua benda yang melakukan kontak.
4. Ayunan Balistik
Di masa lalu ayunan balistik dapat digunakan untuk menentukan
kecepatan gerak peluru. Namun, saat ini kecepatan peluru diukur dengan
teknil yang modern. Waktu yang diperlukan peluru menempuh jarak tertentu
dapat diukur dengan ketelitian sangat tinggi. Bahkan kecepatan cahaya yang
merupakan kecepatan tertinggi di alam semeste dapat diukur dengan
ketelitian yang sangat tinggi pula. Ayunan balistik terdiri dari balok atau
benda bentuk lain yang digantung pada tali tak bermassa dan dapat berayun
bebas. Balok yang digunakan adalah bahan yang dapat menahan peluru yang
menacnap di dalamnya sehingga tidak tembus dan lepas. Peluru ditembakkan
ke balok dan menancap pada balok sehingga berayun bersama balok. Peluru
dan balok berhenti berayun pada ketinggian tertentu.
G. BAB VII OSILASI
1. Frekuensi Osilasi
Apa syarat agar benda berosilasi? Seperti sudah dijelaskan di atas
bahwa osilasi adalah gerak bolak balik di sekitar posisi setimbang. Agar ini
dapat terwujud maka saat benda menyimpang dari posisi setimbang harus ada
gaya yang menarik kembali benda ke arah posisi setimbang. Ini berarti pada
peristiwa osilasi arah gaya selalu berlawanan dengan arah simpangan.
2. Bandul Matematis Sederhana
Salah satu bentuk gerak osilasi yang lain adalah gerak bandul
matematis sederhana. Bandul tersebut terdiri dari seutas tali yang dianggap
tidak memiliki massa dan sebuah beban diikat di ujung bawah tali. Ujung atas
tali dikaitkan pada posisi tetap (seperti paku). Beban bergantung bebas dan
bergerak bolak-balik akibat pengaruh gaya gravitasi bumi. Sifat bandul
matematis sederhana adalah simpangan tidak boleh terlalu besar. Kalau
simpangan sangat besar maka gaya yang bekerja pada benda tidak lagi
berbanding lurus dengan simpangan. Gaya berbanding lurus simpangan hanya
untuk simpangan kecil.
3. Energi Osilasi

19
Benda yang sedang berosilasi memiliki dua besaran yang selalu
berubah-ubah, yaitu laju dan posisi. Dengan adanya laju maka benda memiliki
energi kinetik EK = (1/2) mv2. Dengan adanya posisi benda memiliki energi
potensial. Dengan demikian, energi total benda yang sedang berosilasi di
bawah pengaruh gaya konservatif adalah EM = (1/2)mv2 + EP. Bentuk EP
bergantung pada jenis gaya yang bekerja: apakah gaya gravitasi atau gaya
pegas atau gaya lainnya.
4. Mengukur Percepatan Gravitasi Bumi
Dengan bandul sederhana kita dapat mengukur percepatan gravitasi
bumi di tempat kita berada. Dengan perlatan yang mudah dan murah tersebut
kalian dapat menalukan percobaan fisika yang menarik. Alat yang dibutuhkan
cuma tali, beban apa saja (bisa batu), meteran dan stopwatch. Untuk
stopwatch kalian dapat menggunakan hp, karena hp yang paling sederhana
pun sudah memiliki stopwatch.
H. BAB VIII GRAVITASI
Untuk menjelaskan fenomena ini Newton mengusulkan teori gravitasi
universal. Universal artinya berlaku untuk semua benda di alam semesta.
Tiap-tiap benda di alam semesta melakukan gaya tarik-menarik. Besarnya
gaya berbanding lurus dengan perkalian massa ke dua benda dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak ke dua benda tersebut. Secara matematik,
besarnya gaya gravitasi adalah
M 1. M 2
F = G R2
I. BAB IX BENDA TEGAR dan ELASTISITAS
1. Momen Inersia
Salah satu besaran yang penting yang dimiliki benda tegar adalah
momen inersia. Untuk memahami momen inersia, mari kita tinjau sebuah
benda sederhana, yaitu sebuah benda titik bermassa m yang ditempatkan di
ujung sebuah tongkat. Massa tongkat dianggap nol. Panjang tongkat adalah r.
Salah satu ujung tongkat dikaitkan dengan poros sehingga benda m dapat
berputar dengan bebas terhadap poros tersebut.
2. Momen Inersia Sejumlah Partikel
Jika sistem yang sedang kita bahas mengandung sejumlah partikel
maka momen inersia total sistem tersebut merupakan jumlah momen inersia
masing-masing partikel. Penjumlahan dapat dilakukan secara aljabar biasa
karena pada pelajaran ini kita anggap momen inersia merupakan besaran
skalar. Pada pelkajaran fisika lanjut sebenarnya momen inersia merupakan
bukan skalar melainkan tensor rank-2 atau matriks.
3. Jari-jari Girasi
Sekarang kita akan bahas satu besaran yang berkaitan langsung dengan
momen inersia, yaitu jari-jari girasi. Jika sebuah benda titik yang memiliki
massa M yang berjarak R dari sumbu putar maka momen inersia benda

20
tersebut memenuhi I = MR2. Namun jika benda bukan titik maka momen
inersianya terhadap pusat massa memiliki bentuk yang bermacam-macam
bergantung pada bentuk benda. Jari-jari girasi didefinsikan sebagai berikut.
Misalkan sebuah benda benda memiliki momen inersia I terhadap suatu
sumbu. Apabila benda bukan titik tersebut diperas menjadi sebuah titik,
berapakah jarak titik tersebut dari sumbu yang sama agar momen inersianya
sama dengan momen inersia benda awal .Jarak inilah yang disebut jari-jari
girasi. Karena benda sudah diperas menjadi titik massa maka momen
inersianya memenuhi 2 MRg .
J. BAB X FLUIDA
Zat di alam dikelompokkan dalam tiga wujud utama, yaitu zat padat, zat
cair, dan gas. Zat cair dan gas memiliki satu kesamaan yaitu tidak memiliki
bentuk yang tetap. Bentuk zat cair dan gas mengikuti bentuk wadah. Zat cair
dan gas mudah ditembus atau dibagi-bagi. Hal ini disebabkan gaya tarik antar
atom atau molekul penyusun zat cair dan gas jauh lebih lemah daripada gaya
tarik antar atom penyusun zat padat. Dan salah satu sifat yang sering kita
amati adalah zat cair dan gas dapat mengalir. Zat dengan sifat yang dapat
mengalir tersebut kita namakan fluida.

1. Arah Gaya
Pada bidang persentuhan antara fluida statis dengan benda maka fluida
selalu melakukan gaya dorong pada benda. Salah satu sifat yang menarik
adalah arah gaya dorong oleh fluida selalu tegak lurus bidang sentuh dengan
benda. Sifat ini tidak dipenuhi oleh fluida yang menganlir. Fluida yang
mengalir dapat melakukan gaya gesekan dengan bidang kontak dengan benda
lain. Sebagai contoh, untuk membersihkan bagian dalam benda maka kita
masukkan air ke dalam benda lalu air diputar dalam arah menyinggung
permukaan benda. Pipa yang tersumbat dapat dibersihkan dengan
memberikan aliran air cukup kencang sepanjang pipa. Gaya yang dilakukan
fluida searah pipa dapat melepas sumbatan pada pipa.
2. Bentuk Permukaan Fluida Statis
Bagaimana bentuk permukaan fluida, khususnya zat cair? Sifat yang
menarik adalah: di bawah pengaruh gaya grvaitasi Bumi bentuk permukaan
zat cair statis selalu tegak lurus gaya gravitasi bumi. Karena gaya gravitasi
bumi di suatu tempat arahnya ke bawah maka permukaan zat cair statis selalu
berbentuk bidang horizontal. Jika zat cair tidak statis, maka bentuk
permukaan bisa sembarang. Contohnya permukaan zat cair yang sedang
bergelombang memiliki bentuk yang tidak tegak lurus arah gaya gravitasi
bumi.
3. Massa Jenis

21
Salah satu besaran fisis fluida yang penting adalah massa jenis. Massa
jenis adalah massa fluida per satuan volum. Untuk fluida yang memiliki
volume kecil massa jenis didefinisikan sebagai
m
ρ=
V
4. Modulus Bulk dan Kompressibilitas
Modulus bulk mengukur ketahanan fluida terhadap tekanan. Makin
kuat fluida mempertahankan volume awal ketika mendapat tekanan maka
modulus bulk fluida makin besar.
5. Tekanan Hidrostatis
Sifat menarik yang dimiliki zat cair statis adalah adanya tekanan yang
dilakukan pada benda yang dicelupkan ke dalam zat cair tersebut. Tekanan
tersebut muncul karena benda menahan berat zat cair di atasnya. Makin dalam
posisi benda maka makin tebal zat cair di atas benda tersebut yang harus
ditahan sehingga makin besar tekanan yang dirasakan benda. Tekan jenis ini
dinamakan tekanan hidrostatis (tekanan oleh zat cair yang diam).
K. BAB XI KALOR
1. Pengertian Suhu
Suhu adalah besaran fisika yang hanya dapat dirasakan. Tubuh kita
dapat merasakan suhu dalam bentuk rasa panas atau dingin. Ketika
menyentuh es, otak memberikan informasi rasa dingin. Ketika berada di terik
matahari, otak memberikan informasi rasa panas. Tampak di sini bahwa suhu
adalah ukuran derajat panas suatu benda.
2. Skala Suhu
a. Skala Reamur
i. Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer ditetapkan
sebagai suhu 0 derajat.
ii. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer
diterapkan sebagai suhu 80.
b. Skala Celcius
i. Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer ditetapkan
sebagai suhu 0 derajat.
ii. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer
diterapkan sebagai suhu 100.
c. Skala Fahrenheit
i. Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer ditetapkan
sebagai suhu 32 derajat.
ii. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer
diterapkan sebagai suhu 212.
d. Skala Kelvin

22
i. Suhu ketika partikel-partikel zat di alam semesta tidak bergerak lagi dipilih
sebagai titik acuan bawah. Suhu titik acuan bawah ini diambil sebagai nol
derajat mutlak atau nol kelvin.
ii. Besar kenaikan suhu untuk tiap kenaikan skala kelvin sama dengan besar
kenaikan suhu untuk tiap kenaikan skala celcius. Skala kelvin = skala
celcius+273.
L. BAB XII GAS DAN TERMODINAMIKA
1. Gas Ideal
Gas yang akan kita bahas di sini adalah gas ideal. Gas ideal sebenarnya tidak
ada di alam. Gas ideal merupakan penyederhanaan atau idealisasi dari gas
yang sebenarnya (gas nyata) dengan membuang sifat-sifat yang tidak terlalu
signifikan sehingga memudahkan analisis. Namun orang dapat menciptakan
kondisi sehingga gas nyata memiliki sifat-sifat yang mendekati sifat-sifat gas
ideal.
2. Hukum Boyle
Robert Boyle mengukur sifat-sifat gas dalam keadaan yang mendekati
keadaan gas ideal. Boyle mencapai kesimpulan bahwa Pada suhu tetap maka
volume gas berbanding terbalik dengan tekanannya.
3. Hukum Gay-Lussac
Gay-Lussac mengamati perubahan tekanan gas jika suhunya diubah-
ubah dengan mempertahankan volume gas agar tetap. Gay-Lussac
mendapatkan kesimpulan Pada volume tetap, tekanan gas berbanding lurus
dengan suhunya.
4. Hukum Charles
Charles mengamati sifat gas yang mendekati sifat gas ideal pada
tekanan tetap. Ia mengamati perubahan volum gas pada berbgai suhu. Charles
sampai pada kesimpulan bahwa Jika tekanan gas dipertahankan konstant
maka volum gas berbanding terbalik dengan suhunya.
5. Teorema Ekipartisi Energi
Molekul-molekul gas ideal dalam suatu wadah bergerak dalam arah
sembarang. Namun, arah semabarang tersebut selalu dapat diuraikan atas tiga
arah yang saling tegak lurus, yaitu: sejajar sumbu x, sejajar sumbu y, dan
sejajar sumbu z. Makin besar suhu gas maka makin besar kecepatan gerak
molekulnya, yang berarti makin besar energi kinetiknya. Pertanyaan
berikutnya adalah, adakah persamaan yang mengubungkan energi kinetik
molekul gas ideal dengan suhu gas tersebut? Jawabannya diberikan oleh
teorema partisi energi. Teori ini menyatakan bahwa Energi rata-rata untuk
tiap derajat kebebasan yang dimiliki molekul sama dengan kT/2.
6. Laju rms
Salah satu besaran penting yang dimiliki molekul gas adalah laju rms.
Rms adalah ringkatan dari root mean square (akar rata-rata kuadrat).
Kecepatan ini diperoleh dengan terlebih dahulu mengkuadratkan kecepatan,

23
kemudian menentukan rata-ratanya, dan menarik akar dari harga rata-rata
tersebut.
7. Energi Dalam Gas Ideal
Dalam wadah yang bersuhu T, molekul gas selalu bergeral dengan acak
ke segala arah. Jika energi yang dimiliki molekul gas hanya disumbangkan oleh
geraknya, maka energi rata-rata yang dimiliki satu molekul gas adalah

1
ε= mv2
2

8. Mesin Kalor
Dari pembahasan di atas tampak bahwa jika gas melakukan proses satu
siklus maka kerja total yang dihasilkan dapat berharga negatif. Kerja yang
berharga negatif menunjukkan bahwa gas melakukan kerja pada lingkungan.
Jika siklus proses dapat dilakukan berulang-ulang maka gas akan melakukan
kerja terus-menerus pada lingkungan. Untuk memanfaatkan kerja yang
dilakukan oleh gas tersebut orang lalu merancang mesin, yang dikenal dengan
mesin kalor. Dalam mesin ini gas diatur untuk melakukan siklus proses secara
terus menerus. Kerja yang dihasilkan gas digunakan untuk memutar mesin,
yang kemudian dapat diubah ke energi bentuk lain seperti energi listrik,
menggerakkan roda kendaraan, dan lain-lain. Contoh mesin kalor adalah
mesin kendaraan bermotor, turbin, mesin jet, dan sebagainya.

M. BAB XII SOLUSI NUMERIK


1. Roda Menggelinding di Jalan
Ketika terjadi kecelakaan kendaraan, seperti tabrakan maka umumnya
roda mobil selip di jalan dari kecepatan yang sangat tinggi hingga berhenti.
Besarnya gaya gesekan antara roda dengan jalan memenuhi persamaan
f =- μk N
2. Bandul Simpangan Besar
Bandul yang kita bahas pada bab osilasi adalah bandunl simpangan
kecil. Dengan simpangan kecil maka fungsi sinus sudut simpangan dapat
didekati dengan sudut simpangan. Akibatnya gerak benda menjadi gerak
harmonik sederhana karena gaya sebanding dengan simpangan. Bagaimana
jika simpangan osilasor sangat besar? Tentuk pendekatan harmonik
sederhana tidak dapat dilakukan dan persamaan yang diperoleh menjadi sulit
diselesaikan secara analitik.
3. Shuttlecock
Peastel, Lynch, dan Armeni melakukan pengukuran posisi shuttlecock
sebagai fungsi waktu [ M. Peastel, R. Lynch, and A. Armeni, Jr., American
Journal of Physics 48, 511 (1980)]. Berdasarkan posisi tersebut mereka

24
menyimpulkan bahwa gaya gesek pada shuttlecock bergantung secara
kuadratik terhadap laju.
4. Dinamika Rantai Jatuh
Sebuah rantai yang memiliki panjang L dan massa per satuan panjang
konstan . Satu ujung rantai dikaitkan ke dinding dan ujung lainnya dapat
lepas secara bebas. Mula-mula ujung bebas diposisikan sejajar dengan ujung
tetap kemudian dilepaskan. Kita ingin menghitung perubahan posisi ujung
rantai sebagai fungsi waktu.
5. Persoalan Dua Benda
Salah satu fenomena yang menarik dalam kaitannya dengan gaya tarik
antara dua benda adalah persoalan dua benda (two body problem). Misalkan
dua benda dengan massa m1 dan m2 didekatkan. Maka benda pertama ditarik
benda kedua dengan gaya gravitasi yang arahnya sejajar dengan vektor
penguhubng dua benda. Pada saat bersamaan benda kedua ditarik benda
pertama dengan arah sama dengan vektor penguhung dua benda. Besar gaya
tarik yang diamali benda sama. Akibat tarikan tersebut maka dua benda
mendapat percapatan yang berbanding terbalik dengan massa sehingga benda
tersebut masing-masing bergerak. Akibat gerakan maka terjadi perubahan
posisi dan kecepatan. Akibat perubahan posisi maka gaya tarik yang dialami
benda menjadi berubah baik besar maupun arah sehingga percapatan yang
dialami benda berubah. Akibatnya kedua benda mengubah arag gerakannya.
Begitu seterusnya sehingga kalau kita ikuti terus maka akar gerak benda akan
berbentuk kurva-kurva yang menarik yang bergaantung pana posisi awal,
kecepatan awal dan massa masing-masing beda.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1Pembahasan
a. Pembahasan bab 1
Pada buku utama membahas tentang Conservation of Mass and Energy,
yang di dalamnya terdapat pembahasan terkait dengan symmetry and
conservation laws, conservation of mass, review of the metric system and
conversions, conservation of energy, newton’s law of gravity, noether’s
theorem for energy dan equivalence of mass and energy. Sedangkan pada
buku pembanding membahas tentang Besaran dan Satuan, yang di
dalamnya terdapat pembahasan terkait dengan Besaran Fisika,
Pengukuran dan Satuan, Satuan Sistem Internasional, Penetapan Nilai

25
Satuan SI untuk Besaran Pokok, Awalan Satuan, Konversi Satuan,
Pengukuran, Pengukuran Luas Tanah dan Pengolahan Data.
b. Pembahasan bab 2
Pada buku utama membahas tentang Conservation of Momentum, yang di
dalamnya terdapat pembahasan terkait dengan translation symmetry, the
principle of inertia, momentum, newton’s triumph dan work. Sedangkan
pada buku pembanding membahas tentang Besaran-Besaran Gerak, yang
di dalamnya terdapat pembahasan terkait dengan posisi, perpindahan,
Jarak Tempuh, Kecepatan Rata-Rata, Laju Rata-Rata, Kecepatan Sesaat,
Laju Sesaat, Percepatan Rata-rata, Percepatan Sesaat, Menentukan
Kecepatan dari Percepatan, Menentukan Posisi dari Kecepatan dan
penerapan Fisikanya Sekitar Kita.
c. Pembahasan bab 3
Pada buku utama membahas tentang Conservation of Angular Momentum,
yang di dalamnya terdapat pembahasan terkait dengan angular
momentum, torgue, noether’s theorem for angular momentum. Sedangkan
pada buku pembanding membahas tentang Gerak Dua Dimensi, yang di
dalamnya terdapat pembahasan terkait gerak peluru dan gerak melingkar.

d. Pembahasan bab 4
Pada buku utama membahas tentang Relativity, yang di dalamnya terdapat
pembahasan terkait dengan relativity according to Einstein, speeds in
relativity, dan dynamics. Sedangkan pada buku pembanding membahas
tentang Gaya, yang di dalamnya terdapat pembahasan terkait dengan
hukum newton tentang gerak, diagram gaya bebas, aplikasi hukum
newton, gaya gesekan, gaya sentripental, tekanan dan gaya pada fenomena
di sekitar kita.
e. Pembahasan bab 5
Pada buku utama membahas tentang Electricity, yang di dalamnya
terdapat pembahasan terkait dengan the quest for the atomic force, change
electricity and magnetism, circuits, voltage dan resistance. Sedangkan pada

26
buku pembanding membahas tentang Kerja dan Energi, yang di dalamnya
terdapat pembahasn terkait dengan definisi kerja, Efek Kerja pada Laju
Benda, Energi Kinetik, Teorema Kerja-Energi, Daya, Gaya Konservatif,
Energi Potensial, Energi Mekanik, Hukum Kekekalan Energi Mekanik,
Kecepatan Lepas dari Bumi, Kerja oleh Gaya Gesekan, Pengungkit, Katrol
dan penerapan Fisikanya di Sekitar Kita.
f. Pembahasan bab 6
Pada buku utama membahas tentang Fields, yang di dalamnya terdapat
pembahasan terkait dengan farewell to the mechanical universe,
electromagnetism dan introduction. Sedangkan pada buku pembanding
membahas tentang Momentum, yang di dalamnya terdapat pembahasan
terkait dengan Momentum Benda Banyak, Hukum Kekekalan Momentum,
Tumbukan Segaris Dua Benda, Ayunan Balistik, Tumbukan Benda dengan
Lantai, Impuls, Pusat Massa, Menentukan Pusat Massa dengan Metode
Integral, Kecepatan Pusat Massa, Percepatan Pusat Massa, Gerak Roket,
Tumbukan Berantai dan Laju Minimum Elektron untuk Mengeksitasi Atom.
g. Pembahasan bab 7
Pada buku utama membahas tentang The Ray Model of Light, yang di
dalamnya terdapat pembahasan terkait dengan light rays, applications, the
principle of least time for reflection dan images by reflection. Sedangkan
pada buku pembanding membahas tentang Osilasi, yang di dalamnya
terdapat pembahasan terkait dengan Frekuensi Osilasi, Bandul Matematis
Sederhana, Osilasi Pegas, Energi Osilasi, Mengukur Percepatan Gravitasi
Bumi, Osilasi Dawai, Resonansi, Osilasi Teredam, Strut MacPherson, Osilasi
dan Ayunan Kaki, Spektrometer Inframerah, Osilator Atom dalam Zat
Padat, Frekuensi Kepakan Sayap Serangga, Osilasi Melalui Pusat Bumi dan
Kepakan Sayap Burung yang berhubungan dengan osilasi.
h. Pembahasan bab 8
Pada buku utama membahas tentang Waves, yang di dalamnya terdapat
pembahasan terkait dengan vibrations, wave motion, sound and light
waves dan periodic waves. Sedangkan pada buku pembanding membahas
tentang Gravitasi, yang di dalamnya terdapat pembahasan terkait dengan

27
Gaya Tanpa Sentuhan, Medan Gravitasi di Permukaan Bumi, Medan
Gravitasi di Dalam Bumi, Energi Potensial Gravitasi di Luar Benda, Energi
Potensial Gravitasi di Dalam Benda, Energi Mekanik Benda dalam Orbit,
Gangguan pada Kecepatan Orbit, Hukum Kepler untuk Gerak Planet,
Pembuktian Hukum Kepler dengan Hukum Gravitasi Newton, Pembuktikan
Persamaan Gravitasi dari Hukum Kepler, Lubang Hitam (Black Hole),
Pembelokan Cahaya oleh Medan Gravitasi, Pasang Surut Akibat Gravitasi
Matahari dan Bulan, Percepatan Gravitasi Benda yang Memiliki Kerapatan
tidak Uniform, Efek Pengurangan Konstanta Gravitasi Universal, Batas
Terkecil Massa Jenis Pulsar, Panjang Bulan Kalender Hijriyah, Tahun
Hijriyah dan Tahun Masehi, Hisab dan Rukyat, Lintasan Benda yang
Ditembakkan Sejajar Permukaan Bumi, Lintasan Planet Mars Diamati dari
Bumi, Perkiraan Lama Gerhana Matahari dan Ketinggian Maksimum
Gunung di Bumi.
i. Pembahasn bab 9
Pada buku utama tidak memiliki pokok bahasan sampai bab 9. Sedangkan
pada buku pembanding membahas tentang Benda Tegar dan Elastisitas,
yang di dalamnya terdapat pembahasan terkait dengan Momen Inersia,
Momen Inersia Sejumlah Partikel, Momen Inersia Benda Kontinu, Dalil
Sumbu Sejajar, Jari-jari Girasi, Momen Gaya, Momen Gaya Total, Hukum II
Newton untuk Rotasi Benda Tegar, Menggelinding dan Selip, Energi Kinetik
Benda Tegar, Roda Terbang, Kerja Oleh Momen Gaya, Teorema Kerja-
Energi Gerak Rotasi, Teorema Kerja Energi Umum, Momentum Sudut
Benda Tegar, Hubungan Antara Momentum Sudut dan Momen Gaya,
Hubungan antara Momentum Sudut dan Momentum Linier, Hukum
Kekekalan Momentum Sudut, Gasing, Mengapa Motor Miring di Jalan
Melengkung, Fisika Sepatu/Sandal High Heels dan Modulus Elastisitas.
j. Pembahasan bab 10
Pada buku utama tidak memiliki pokok bahasan sampai bab 10. Sedangkan
pada buku pembanding membahas tentang Fluida, yang di dalamnya
terdapat pembahasan terkait dengan Arah Gaya, Bentuk Permukaan Fluida
Statis, Massa Jenis, Modulus Bulk dan Kompressibilitas, Tekanan

28
Hidrostatis, Ketinggian Permukaan Fluida, Hukum Pascal, Barometer, Gaya
Angkat Archimedes, Tenggelam, Melayang, dan Terapung, Terusan
Panama, Infus, Tekanan Yang Dilakukan Gas, Presto, Tekanan dalam Kabin
Pesawat, Mengitung Luas Patung Pangeran Diponegoro, Tegangan
Permukaan, Kelengkungan Permukaan Fluida, Kohesi dan Adhesi, Laju
Aliran Fluida, Debit Aliran, Persamaan Kontinuitas, Aliran Laminer dan
Turbulen, Hukum Bernoulli, Beberapa Aplikasi Hukum Bernoulli,
Viskositas, Persamaan Poiseuille, Hukum Stokes, Bilangan Reynolds,
Gesekan Udara dan Topik Khusus.
k. Pembahasan bab 11
Pada buku utama tidak memiliki pokok bahasan sampai bab 11. Sedangkan
pada buku pembanding membahas tentang Kalor, yang di dalamnya
terdapat pembahasan terkait dengan Pengertian Suhu, Skala Suhu,
Konversi Antar Skala Suhu, Alat Ukur Suhu, Warna Suhu, Suhu dan
Pertumbuhan Bakteri, Efek Kalor pada Benda, Satuan Energi Kalor,
Beberapa Fenomena yang Diakibatkan Kalor, Kapasitas Kalor, Kalor Jenis,
Kalor Jenis Kuantum, Kalor Lebur, Kalor Lebur Material Ukuran
Nanometer, Kalor Uap, Perpindahan Kalor, Pemanfaatan Sifat Kalor,
Pemanfaatan Sifat Perpindahan Kalor, Pemuaian Termal, Persamaan
Pemuaian, Hubungan antara Koefisien Muai Panjang, Luas, dan Volum,
Pemuaian Lingkaran, Pemuaian Lingkaran Berongga, Mengapa Zat
Memuai, Pemuaian Gas, Aplikasi Sifat Pemuaian Zat, Mengukur Pemuaian

Zat dan penerapan hukum Fisika Termal di Sekitar Kita.

l. Pembahasan bab 12
Pada buku utama tidak memiliki pokok pembahasan sampai bab 12.
Sedangkan pada buku pembanding membahas tentang Gas dan
Termodinamika, yang di dalamnya terdapat pembahasan terkait dengan
Gas Ideal, Hukum Boyle, Hukum Gay-Lussac, Hukum Charles, Hukum Gas
Umum, Teorema Ekipartisi Energi, Teori Kinetik Gas Ideal, Laju rms, Energi
Dalam Gas Ideal, Persamaan untuk Gas Nyata, Hukum ke Nol
Termodinamika, Sistem dan Lingkungan, Proses Diagram, Proses-Proses
Khusus, Kerja, Hukum I Termodinamika, Kapasitas Kalor Gas, Persamaan

29
Proses Adiabatik, Siklus, Mesin Kalor, Mesin Carnot, Mesin Otto dan Mesin
Diesel, Mesin Pendingin, Hukum II Termodinamika, Entropi, Wujud Zat,
Suhu Transisi, Sifat Zat dalam Wujud Padat, Cair, dan Gas, Perubahan
Wujud Zat dan Penurunan Efisiensi Mesin Carnot.
m. Pembahasan bab 13
Pada buku utama tidak memiliki pokok pembahasan sampai bab 13.
Sedangkan pada buku pembanding membahas tentang Sulusi Numerik,
yang di dalamnya terdapat pembahasan terkait dengan Roda
Menggelinding di Jalan, Gerak Turun Melingkar dengan Gesekan, Bandul
Simpangan Besar, Shuttlecock, Dinamika Rantai Jatuh dan Persoalan Dua
Benda.
3.2Kelebihan dan Kekurangan Buku
- Buku utama :
1. Dilihat dari aspek tampilan buku
Kelebihan : Buku yang di review memiliki tampilan yang menarik pada cover.
Gambar pada cover melukiskan secara tersirat bermakna hukum-hukum
fisika. Kekurangan : Jika dilihat dari cover, buku ini lebih terlihat seperti novel,
bukan buku pembelajaran.
2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font
Kelebihan : Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk
penggunaan font pada buku yang di review sudah sangat baik
Kekurangan : Tidak ada

3. Dari aspek isi buku


Kelebihan : Berisi informasi pembelajaran fisika yang menarik dan sangat
bermanfaat.
Kekurangan : Pada pembahasan buku ini terdapat beberapa bagian yang sulit
untuk di mengerti
4. Dari aspek tata Bahasa
Kelebihan : Buku tersebut telah memiliki bahasa baku sesuai dengan EYD.
Kekurangan : Tidak ada.

- Buku pembanding :
1. Dilihat dari aspek tampilan buku
Kelebihan : Cover buku cukup colourfull (berwarna)
30
Kekurangan : Gambar pada cover terlihat monoton dan kurang menarik
2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font :
Kelebihan : Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk
penggunaan font pada buku yang di review sudah sangat baik
Kekurangan : Tidak ada
3. Dari aspek isi buku
Kelebihan : Berisi informasi pembelajaran fisika dasar yang menarik dan
sangat bermanfaat.
Kekurangan : Susunan isi buku terutama pada bab 11 dan bab 12 memiliki sub
judul yang banyak sekali sehingga membuat pembaca jenuh.
4. Dari aspek tata bahasa
Kelebihan : Buku tersebut telah memiliki bahasa baku sesuai dengan EYD.
Kekurangan : Bahasa terlalu kaku sehingga sulit dipahami, ada beberapa kata
yang dalam penyusunan nya kurang enak untuk dibaca.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan

Buku Conceptual Physics karya Benjamin crowell dan Fisika Dasar 1 karya
Mikrajuddin Abdullah di dalamnya terdapat persamaan membahas materi kajian
dalam ruang lingkup Fisika dasar. Kedua buku ini sudah dengan baik isi buku,
walaupun ada perbedaan, dimana buku pertama menekankan pembahasan tentang
elektrisitas dan buku kedua menekankan pembahasan pada gas dan termodinamika.
Namun meskipun memiliki perbedaan, tetap keduanya memberikan informasi yang
baik untuk menambah wawasan bagi pembaca.

31
4.2 Saran

Dengan adanya tugas ini diharapkan mahasiswa tentunya akan dapat menemui
informasi yang berguna bagi seorang calon guru dalam memahami kajian fisika dasar yang
nantinya akan berguna untuk bekal sebagai guru sekolah. Dalam penulisan makalah
Critical Book Report ini, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
senantiasa penyusunan nanti dalam upaya evaluasi. Penulis berharap, bahwa dibalik
ketidak sempurnaannya penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu
yang bermanfaat atau bahkan hikmah dari penulis dan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Crowell, Benjamin. 2006. Conceptual Physics. Barat: lisensi Creative Commons


Attribution-ShareAlike.
Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar 1. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

32
33

Anda mungkin juga menyukai