FISIKA UMUM
OPTIK
Dosen Pengampu:
Rajo Hasim Lubis S.Pd., M.Pd
DISUSUN OLEH :
Kelompok 4 PSPK 22’C
Makalah Critical Book Report ini disusun guna memenuhi tugas bapak Rajo Hasim
Lubis S.Pd.,M.Pd pada mata kuliah fisika umum di Universitas Negeri Medan. Selain itu,
kelompok juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
fisika terutama listrik magnet: relay, baterai dan charger. Saya mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada bapak Rajo Hasim Lubis S.Pd.,M.Pd selaku dosen mata kuliah fisika.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kelompok terhadap
fisika.
Kelompok menyadari makalah Critical Book Report ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya tenima demi kesempurnaan
malalah ini.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 4
1.2 TUJUAN PENULISAN CBR ............................................................................................... 4
1.3. MANFAAT PENULISAN CBR .......................................................................................... 4
BAB II ....................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
2.1 IDENTITAS BUKU ................................................................................................................ 5
2.1.1 Identitas buku utama (1) ......................................................................................... 5
2.1.2 Identitas buku pembanding (2) .............................................................................. 5
2.2RINGKASAN BUKU ............................................................................................................... 6
2.2.1 Ringkasab buku Utama (1) ..................................................................................... 6
2.2.2 Ringkasan buku pembanding .............................................................................. 11
BAB III.................................................................................................................................... 15
KELEMAHAN DAN KELEBIHN BUKU .......................................................................... 15
3.1 KELEBIHAN BUKU ............................................................................................................ 15
3.1.1 Kelebihan Buku Utama ......................................................................................... 15
3.1.2 Kelebihan Buku Pembanding .............................................................................. 15
3.2 KEKURANGAN BUKU ...................................................................................................... 15
3.2.1 KEKURANGAN BUKU UTAMA ....................................................................... 15
3.2.2 KELEMAHAN BUKU PEMBANDING ............................................................. 15
BAB IV .................................................................................................................................... 16
PENUTUP ............................................................................................................................... 16
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 16
4.2 Saran ......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Critical Book Review ini sangatlah penting karena bukan hanya sekedar laporan atau
tulisan tentang isi sebuah buku, tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan
interpretasi dan analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan buku tersebut dan apa yang
menarik dan buku tersebut, bagaimana isi buku tersebut yang bisa mempengaruhi cara
berpikir dan menambah pemahaman terhadap suatu bidang tersebut dan lebih kritis untuk
menanggapinya. Dengan kata lain,, dengan Critical Book Review ini akan menguji pikiran
pengarang ataupun saya sebagai penulis berdasarkan sudut pandang, berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
Alasannya dibuat CBR ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk penyelesaian
tugas, khususnya mata kuliah Fisika Umum (FISUM), serta untuk menambah wawasan
yang luas dan juga untuk melatih kita terkhususnya untuk saya supaya lebih rajin lagi untuk
membaca khususnya dibagian Fisika Umum ini.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 IDENTITAS BUKU
2.1.1 Identitas buku utama (1)
Penerbit : LP_UNAS
5
ISBN : 978-623-7376-55-2
Willebrord Snellius (terlahir dengan nama Willebrord Snel van Royen lahir di
Leiden) adalah ilmuwan berkebangsaan Belanda dalam bidang astronomi dan
matematika. Willebrord Snellius dikenal dengan hukum pembiasan cahaya.
6
Leuweenhoek adalah seorang ahli fisika dan biologi, pelopor riset mikroskopik
yang dilahirkan di Delf, Belanda. Pada usia 21 tahun ia membuka toko kain dan
mulai menggunakan kaca pembesar sederhana buatannya sendiri untuk memeriksa
kualitas kainnya. Mikroskop Leuweenhoek tidak lebih besar daripada ibu jari.
Mikroskop tersebut terbuat dari logam, lensa tunggalnya mempunyai tebal kira-kira
1 milimeter dan panjang fokusnya begitu pendek sehingga dalam menggunakannya
harus dipegang dekat sekali dengan mata. Pertama kali Leuweenhoek membuat
mikroskop hanya sebagai hobi.
6. Rangaku
Rangaku (arti harfiah: ilmu belanda; ran: Belanda) adalah sebutan untuk
ilmu pengetahuan, budaya, dan teknologi dari Eropa yang dikenal Jepang pada
zaman Edo. Ilmu-ilmu Barat didapat Jepang melalui kontak dengan orang Belanda
di pos perdagangan Belanda di Dejima. Studi ilmu-ilmu dari Barat yang didapat
dari orang Belanda memungkinkan Jepang mengejar ketinggalan di bidang
teknologi dan kedokteran Barat akibat politik isolasi yang dijalankan Keshogunan
Tokugawa dari 1641 hingga 1853.
B. CAHAYA
Cahaya termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya memiliki beberapa sifat
yang sama dengan sifat gelombang mekanik. Sifat cahaya diantaranya : mengalami
pemantulan, mengalami pembiasan, mengalami interferensi, dan pelenturan. Ada
satu sifat yang tidak dimiliki gelombang mekanik yaitu sifat polarisasi cahaya.
Para ahli telah meneliti cahaya untuk mengetahui sifat-sifat dan karakteristik
cahaya. Ada dua pendapat mengenai cahaya, yaitu cahaya dianggap sebagai
gelombang dan cahaya dianggap sebagai partikel.
Setiap pendapat ini mempunyai alasan masing-masing dan keduanya telah
dibuktikan secara eksperimen. Pada pembahasan ini, akan dipelajari cahaya sebagai
gelombang.
Sinar matahari diketahui memang memberikan pertumbuhan dan tenaga bagi semua
makhluk hidup. Berikut ini beberapa manfaat sinar matahari!
1. Sinar matahari menghasilkan vitamin D.
Pada waktu berkas sinar ultraviolet disaring di kulit. Ia mengubah simpanan
kolesterol di kulit menjadi vitamin D. Menghadapkan sebagian dari tubuh ke sinar
matahari selama 5 menit memberikan 400 unit vitamin D
7
2. Sinar matahari mengurangi kolesterol darah.
Dengan mengubah kolesterol di bawah kulit menjadi vitamin D, menyebabkan
tubuh memberikan peringatan kepada kolesterol yang ada dalam darah untuk keluar
dari darah menuju ke kulit, sehingga mengurangi kolesterol dalam darah.
3. Sinar matahari menjadi penawar infeksi dan pembunuh bakteri.
Matahari dapat membunuh bakteri penyakit, virus dan jamur. Hal itu berguna
untuk perawatan TBC, erysipelas, keracunan darah, peritonitis, pneumonia, mumps,
asma saluran pernapasan. Bahkan beberapa dari virus penyebar kanker dibinasakan
oleh sinar ultraviolet ini. Infeksi jamur, termasuk candida, bereaksi terhadap sinar
matahari. Bakteri di udara dibinasakan dalam waktu 10 menit oleh sinar matahari.
4. Sinar matahari mengurangi gula darah.
Cahaya matahari bagaikan insulin yang memberikan kemudahan penyerapan
glukosa masuk ke dalam sel-sel tubuh. Ini merangsang tubuh untuk mengubah gula
darah (glukosa) menjadi gula yang tersimpan (glycogen), yang tersimpan di hati
dan otot, sehingga menurunkan gula darah
5. Sinar Matahari meningkatkan kebugaran pernafasan.
Sinar matahari dapat meningkatkan kapasitas darah untuk membawa oksigen
dan menyalurkannya ke jaringan-jaringan. Faktor lain yang bisa membantu
meningkatkan kebugaran pernafasan ialah bahwa glikogen bertambah di hati dan
otot setelah berjemur matahari.
6. Sinar matahari menolong dalam membentuk dan memperbaiki tulang-tulang.
Dengan bertambahnya tingkat vitamin D dalam tubuh karena terkena sinar
matahari, bisa meningkatkan penyerapan kalsium. Ini menolong pembentukan &
perbaikan tulang dan mencegah penyakit seperti rakhitis dan osteomalacia
(pelembutan tulang tidak Normal).
7. Sinar matahari meningkatkan beberapa jenis kekebalan.
Sinar matahari menambah sel darah putih terutama limfosit, yang digunakan
untuk menyerang penyakit. Antibodi (gamma globulins) bertambah. Pengaruh ini
bertahan sampai 3 minggu. Nitrofil membunuh kuman-kuman lebih cepat setelah
pernafasan dengan sinar matahari. Sepuluh menit di bawah sinar ultraviolet satu
atau dua kali setiap minggu dapat mengurangi flu 30-40 %.
Hukum Pemantulan
Pemantulan teratur terjadi pada benda yang tidak tembus cahaya dan
permukaannya rata. Cermin merupakan suatu benda yang permukaannya sangat
8
halus dan rata sehingga hampir semua cahaya yang datang padanya dapat
dipantulkan.
C. CERMIN
1. SEJARAH CERMIN
Cermin pertama kali dibuat dari sekeping batu mengkilap seperti obsidian,
sebuah kaca vulkanik yang terbentuk secara alami. Cermin yang pertama dibuat
pada jaman sebelum masehi (SM) berupa cermin obsidian. Cermin obsidian yang
paling tua ditemukan 6.000 SM di Anatolia / Turki. Cermin dari batu mengkilap
ditemukan di Amerika tengah dan selatan dengan usia sekitar 2.000 tahun. Cermin
dari tembaga mengkilap telah dibuat di Mesopotamia sekitar 4000 SM dan di Mesir
purba pada 3.000 SM. Di China, cermin perunggu dibuat pada 2.000 SM.
D. LENSA
a. pengertian lensa
Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan, biasanya
dibentuk dari sepotong gelas yang dibentuk. Lensa atau kanta berfungsi untuk
mengumpulkan atau menyebarkan cahaya. Lensa biasanya digunakan untuk
membantu supaya orang yang cacat mata agar bisa melihat objek dengan jelas
kembali.
Istilah lensa pertama kali muncul di Yunani Kuno, pada saat sandiwara
Aristophanes The Clouds (424 SM) yang menyebutkan sebuah gelas yang dapat
membakar (sebuah lensa konveks digunakan untuk memfokuskan cahaya matahari
untuk menciptakan api). Selanjutnya tulisan Pliny the Elder (23-79 SM)
menunjukan sebuah gelas yang dapat membakar juga dikenal di Kekaisaran Roma,
pada jaman ini dimungkinkan adanya penggunaan dari lensa sebagai pembentuk
bayangan. Hal ini terlihat ketika Nero menonton gladiator dia menggunakan alat
bantu untuk melihat yaitu sebuah emerald berbentuk-konkave (hal ini
dimungkinkan untuk memperbaiki myopia/ kekurang mampuan matanya untuk
melihat dari jarak jauh).
b. jenis-jenis lensa
Jenis lensa umumnya dibagi dua yaitu:
1. Lensa cekung ( konkaf / lensa negatif)
2. Lensa cembung (konveks / lensa positif)
Berdasarkkan bentuknya, dilihat dari bentuk permukaannya. Lensa dibedakan
menjadi enam macam jenis, yaitu :
9
1. lensa cembung rangkap (bikonveks),
2. lensa cembung datar (plan konveks),
3. lensa cembung-cekung (konkaf-konveks),
4. lensa cekung rangkap (bikonkaf),
5. lensa cekung datar (plan konkaf), dan
6. lensa cekung cembung (konveks-konkaf).
E. ALAT-ALAT OPTIK
Alat yang Langkah Percobaannya memanfaatkan prinsip pemantulan dan
pembiasan cahaya disebut alat optik. Alat optik yang sering digunakan adalah
kacamata, kaca pembesar (lup), mikroskop, kamera, dan periskop. Akan tetapi, dari
sekian banyak alat optik yang diciptakan manusia, tidak ada satu pun alat optik yang
dapat menyaingi ciptaan Tuhan, yaitu mata. Oleh karena itu, menjadi kewajibanmu
untuk mensyukuri dan memeliharanya.
Alat optik yang dibuat manusia sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan teropong, kamu dapat melihat benda-benda yang jauh. Untuk melihat
benda-benda renik, kamu dapat meggunakan mikroskop.
Dalam bab ini kamu akan mempelajari beberapa alat optik yang sering digunakan,
di antaranya kamera, mata, lup, mikroskop, dan periskop.
a. Mata
Kamu diberkahi Tuhan dengan diberikannya sepasang bola mata indah sebagai
indera penglihatanmu. Dengan kedua bola matamu itu, kamu dapat menikmati
keindahan alam ini. Kadang kadang fungsi mata sebagai salah satu alat indra sering
tidak dihargai. Buktinya nonton televisi dengan jarak yang dekat, berada di depan
komputer dalam waktu yang lama, membaca buku sambil tiduran dengan cahaya
remang-remang.
b. Kacamata
Kacamata adalah sebuah lensa yang disangga oleh sebuah rangka yang
digunakan untuk membantu penglihatan atau melindungi mata dan juga untuk gaya.
Kacamata khusus digunakan untuk melihat gambar tiga-dimensi dari tampilan dua-
dimensi.
c. Kamera
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat banyak orang memotret atau
mengabadikan suatu kejadian-kejadian tertentu dengan cara memotret atau
10
mengambil gambar-gambar tertentu, misalnya gambar orang, pemandangan, dan
sebagainya. Alat yang digunakan untuk memotret disebut kamera.
Selama lebih dari satu abad, telegraf dan sistem telepon telah saling terhubung melalui
kabel tembaga dan link radio. Hal ini telah menjadi dasar dari semua jaringan telekomunikasi
nasional. Meskipun teknologi transmisi telah membaik selama bertahun-tahun, namun ketika
inovasi revolusioner yang disebabkan oleh pengembangan semikonduktor, digitalisasi dan
optoelektronik secara dramatis mengubah metode, teknologi dan efektivitas biaya sistem
komunikasi. Tentu saja, transmisi informasi dengan cara visual bukanlah konsep yang sama
sekali baru, sebagai manusia telah mengirim pesan secara optik selama berabad-abad
Komunikasi yang efektif ini menggunakan matahari sebagai sumber cahaya, tangan sebagai
modulator dan mata sebagai detektor. Komunikasi optik kemudian berkembang yang
memungkinkan pesan yang akan dilewati jarak yang lebih besar. 2 Dari perspektif militer,
segala macam teknik sinyal telah digunakan oleh tentara di lapangan. Orang Yunani
mempunyai telegraf obor, telegraf air Fenisia, dan tentera Rom menggunakan asap berwarna
sebagai alat komunikasi. Orang Yunani dan Fenisia juga menggunakan pantulan cahaya dari
cermin untuk berkomunikasi dengan kode di antara menara jam. Kapal Kapten menggunakan
kedua cermin dan lentera untuk berkomunikasi dengan armada mereka dan jenderal militer
yang sering digunakan perisai untuk sinyal gerakan pasukan.
Selama tahun 1920-an, penemu Inggris terkenal John Logie Baird (diingat sebagai
penemu televisi mekanik-versi sebelumnya dari televisi dan penemuan yang berkaitan dengan
radar dan serat optik) dan Amerika (disebut Clarence Hansell) mempatenkan gagasan
menggunakan bundel pipa berongga atau batang transparan untuk mengirimkan gambar untuk
televisi dan/atau sistem faksimili. Di Munich selama 17 tahun 1930-an seorang mahasiswa
kedokteran Jerman (Heinrich Lamm), menemukan cara untuk melihat bagian yang tidak dapat
diakses dari tubuh manusia, berhasil menunjukkan, dengan bantuan sebuah 'cahaya-Stick',
bahwa dengan bersinar bola lampu filamen pada gambar dapat ditransmisikan melalui bundel
pendek serat optik. Namun, gambar yang ditransmisikan oleh serat dan usahanya mengajukan
paten ditolak. Kemudian (tahun 1951), Holger Hansen juga mengajukan paten di Denmark
untuk pencitraan serat optik namun ditolak oleh kantor paten Denmark karena adanya paten
11
Baird dan Hansell yang ada. Hansen mencoba menarik beberapa perusahaan dalam
penemuannya.
perbedaan sinar cahaya yang masuk pada sudut kecil (1) dibandingkan dengan sinar
lain yang masuk pada sudut yang berbeda (2). Hasilnya adalah bahwa sinar yang berbeda (atau
mode) cahaya akan mencapai ujung serat pada waktu yang berbeda, meskipun sumber cahaya
asli adalah sama. Eksperimen Van Heel akhirnya menyebabkan perkembangan serat berlapis
kaca dengan atenuasi kurang dari satu desibel per meter, yang, sementara itu untuk pencitraan
medis, jauh terlalu tinggi untuk industri telekomunikasi. Memang, dengan tingkat pertumbuhan
eksponensial dalam lalu lintas telepon, televisi dan dirasakan penggunaan video-telephony
bahkan pada masa itu, insinyur telekomunikasi sudah meminta lebih banyak bandwidth
transmisi. Penggunaan frekuensi optik yang lebih tinggi tampaknya solusi terbaik dan dengan
penemuan Laser (amplifikasi cahaya oleh stimulasi emisi ~ radiasi) di 1960. Masalah
elektronik dengan saluran komunikasi yang dapat digunakan dalam spektrum elektromagnetik
dapat diperpanjang oleh 19 pengembangan eksperimental frekuensi optik penguat. Dengan
munculnya gelombang yang terus-menerus, laser helium-neon dengan cepat menjadi
kenyataan. Namun, pada tahun 1965, masih ada hambatan teknis untuk penggunaan laser, dan
pandu optik juga terbukti menjadi masalah. Hal ini terutama karena meskipun serat optik sangat
mirip dengan dielektrik plastik pandu yang digunakan dalam aplikasi microwave tertentu, inti
dari serat begitu kecil sehingga mereka membawa cahaya hanya dalam satu mode waveguide.
Masalah lain adalah bahwa sebagian besar industri telekomunikasi sudah membuang
penggunaan serat. Jadi redaman sementara dari sebuah desibel per meter semuanya tepat untuk
tujuan medis (misalnya untuk melihat ke dalam tubuh), telekomunikasi, yang memiliki
persyaratan untuk beroperasi jarak jauh, hanya bisa menerima kerugian maksimum 10 atau 20
desibel per kilometer.
Tahap berikutnya adalah kabel serat optik yang bertindak sebagai waveguide untuk
sinyal optik. Kabel dapat menjadi satu helai khusus dibuat kaca atau beberapa helai dibundel
bersama-sama. Meskipun setiap untai serat optik akan tidak lebih tebal dari rambut manusia.
Bagian ketiga dari sistem gelombang cahaya adalah regenerator. Sebagai sinyal fotonik
perjalanan melalui untai serat optik, itu melemahkan dan mulai kehilangan bentuknya. Jika
tidak dibuat ulang secara berkala, sinyal tidak akan dikenali pada akhir penerimaan.
Regenerator ini dapat berupa optik-listrikoptik perangkat, biasanya ditemukan dalam sistem
terestrial, atau semua sistem optik yang ditemukan dalam sistem gelombang cahaya bawah
laut. Akhirnya, ada penerima, yang merupakan photodetektor yang mengambil sinyal optik
12
dari serat dan mengubahnya menjadi replika sinyal listrik asli untuk transmisi melalui bagian
non-optik dari jaringan. Photodetektor biasanya berupa pin (positive intrinsic negative) atau
fotodioda. Prinsip ini dimanfaatkan untuk berkomunikasi (misalnya, 31 melalui telepon)
melalui link optik. Mikrofon di telepon mengkonversi pidato (yaitu gelombang suara) menjadi
energi listrik. Multiplexer digunakan untuk menggabungkan ini dengan saluran informasi
serupa lainnya untuk membentuk kelompok informasi. Ini dikodekan (jika diperlukan) dan
diperkuat sebelum diubah menjadi sinyal cahaya oleh transduser kristal optoelektrik (biasanya
memancarkan dioda cahaya atau dioda laser) dan ditransmisikan melalui sebuah panduan
gelombang serat optik, yang mungkin beberapa kilometer panjangnya. Di ujung link optik
sinyal cahaya dikonversi kembali ke energi listrik (oleh jenis lain optoelektronik sinyal
transduser disebut photodetector):
Jaringan Optik
Tanpa diragukan lagi, serat optik pasti cara masa depan dan pertumbuhan yang belum
pernah terjadi sebelumnya dalam bisnis dan ahli memprediksi permintaan konsumen untuk
kecepatan tinggi serat optik link dan voice-over-protokol internet akan terus. Semua jaringan
optik dalam beberapa tahun ke depan dan garis transmisi optik dan switch optik (switching
13
operasi dipicu langsung oleh cahaya pulsa) sekarang sedang digunakan sebagai pengganti
untuk saklar elektromagnetik dan elektronik.
Pada abad kedua Claudius Ptolemeus, astronom Yunani, mengukur perbedaan antara
sudut cahaya yang diarahkan pada medium transparan (yaitu sudut kejadian) dan sudut yang
sesuai bahwa cahaya dibiaskan oleh medium itu (yaitu sudut refraksi). Ptolemi kemudian
menghasilkan beberapa tabel temuan dan dari hasil ini ia menyimpulkan bahwa ketika sinar
cahaya diarahkan pada bahan transparan seperti 54 kaca, meskipun beberapa cahaya tercermin
kembali ke media yang berasal (misalnya, udara) proporsi yang tinggi dari cahaya yang akan
masuk ke dalam materi. Ptolemi juga disebut reflektansi sebagai rasio kekuatan yang
dipantulkan terhadap kekuasaan insiden. Saat ini telah diakui bahwa sebagai cahaya berlalu
dari satu media ke yang lain (misalnya, udara dan prisma kaca) akan mengubah kecepatan, dan
ini akan menyebabkan defleksi cahaya yang disebut refraksi. Dalam vakum, cahaya akan
berjalan pada sekitar 300000 km/s (tetapi lebih lambat di media lain) dan , panjang gelombang
cahaya yang berbeda akan berjalan pada kecepatan yang berbeda dalam medium yang sama,
tetapi dibiaskan pada tingkat yang berbeda. Karena setiap panjang gelombang (atau dengan
cara lain, warna yang berbeda hadir dalam cahaya putih) akan mengubah kecepatan pada
tingkat yang berbeda, masing-masing panjang gelombang adalah refraksikan berbeda dan
menghasilkan spektrum.
14
BAB III
Terdapat gambar di beberapa halaman sehingga membuat isi buku lebih menarik dan
tidak membosankan
Penjelasam materi yang dibahas disajikan cukup rinci
Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis termasuk penggunaan font nya sangat
bagus dan menarik.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari kedua buku yang sudah penulis bandingkan penulis dapat menyimpulkan bahwa buku
pertama yaitu yang berjudul OPTIK karya Iwan Permana Suwana kajian teori dalam buku ini
sangat difokuskan kepada optik dan cahaya , bagaimana dalam kehidupan sehari-hai Buku ini
mudah dipahami bagi mereka calon pengajar maupun pelajar dalam mempelajari materi optik.
Dan buku kedua yang penulis pakai sebagai pembanding yaitu yang berjudul Teknologi Fiber
Optik karya dari Fitria Handayani kajiaanya terfokus pada Sejarah optik dan jaringan optik.
Kedua buku ini sangatlah bagus dan sangat cocok bagi seseorang yang ingin mempelajari
tentang optik meskipun kedua buku ini memiliki perbedaan serta kelebihan dan kekurangan
yang terdapat didalamnya tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu bagaimana
seorang pembaca dapat dengan mudah mengerti dan memahami serta-mengaplikasikan setiap
materi yang sudah dibacanya dalam kehidupan sehari-hari melalui kedua buku yang
bertemakan Optik dan cahaya.
4.2 Saran
Kedua buku ini pada dasarnya sangat baik digunakan sebagai panduan memahami materi
fisika umum terkait OPTIK. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman yang selalu berubah
maka alangkah baiknya jika kedua buku ini diperbaharui seperti buku utama agar memberikan
rangkuman dan uji kompetensi untuk menguji pengetahuan pembaca terhadap materi yang ada
di buku utama.
16
DAFTAR PUSTAKA
17