Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Kimia Organik 2 percobaan “Destilasi”.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari asisten yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga laporan praktikum Kimia Organik 2 percobaan Destilasi ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami berharap semoga Laporan Praktikum ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, November 2022

Kelompok III

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................2
1.3 Tujuan Percobaan ......................................................................................2
1.4 Manfaat Percobaan .................................. Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................3
2.1 Dasar Teori ................................................................................................3
2.2 Uraian Bahan ...........................................................................................11
BAB III METODE PRAKTIKUM......................................................................23
3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................................23
3.2 Alat dan Bahan .........................................................................................23
3.3 Cara kerja .................................................................................................23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................25
4.1 Hasil .........................................................................................................25
4.2 Pembahasan .............................................................................................25
BAB V PENUTUP...............................................................................................30
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................30
5.2 Saran ........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi atau
pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya
serta penggunaannya yang aman. Dalam dunia farmasi mempelajari meracik dan
mengelola obat dimana dalam hal ini sangat berkaitan erat dengan karakteristik
sifat-sifat kimia.
Kimia adalah ilmu yang mempelajari susunan, struktur, sifat dan skala
atom hingga molekul dan perubahan energi yang menyertai suatu perubahan
materi atau zat yang dapat diketahui melalui reaksi yang dipelajari dalam ilmu
kimia. Ilmu kimia dibagi dalam beberapa cabang salah satunya yaitu kimia
organik.
Kimia organik adalah percabangan ilmu atau studi ilmiah dari ilmu kimia
mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi dan sintesis dari senyawa organik.
Senyawa organic terutama oleh karbon, hydrogen, oksigen, fosfor, nitrogen dan
balerang. Kimia organik adalah bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-
hari, karena penyusun utama makhluk hidup adalah senyawa organik. Dalam
kimia organik gugus fungsi adalah bagian tidak spesifik dalam molekul yang tidak
bertanggung jawab dalam karakterisasi reaksi kimia dari makhluk tersebut. Kimia
yang memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau produksi
suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan perlu dilakukan
salah satunya dengan metode destilasi.
Destilasi adalah proses pemisahan suatu campuran zat yang didasarkan
pada perbedaan titik didih dan tekanan uap yang cukup signifikan. Dalam
destilasi, campuran zat dialihkan sehingga menguapkan dan uap ini didinginkan
konsistensi kedalam bantuk cairan.
Cairan yang mempunyai tekanan uap yang tinggi mudah menguap
dikatakan volatil sedangkan cairan yang mempunyai tekanan uap rendah
dikatakan non volatil. Cairan yang volatil akan llebih cepat menguap. Cairan non

1
volatil akan tertinggal pada tabung reaksi destilasi.
Destilasi dipengaruhi oleh keberadaan setiap senyawa volatil yaitu
substansi yang memiliki tekanan uap tinggi pada suhu kamar. Sedangkan
substansi non volatil dalah substansi yang memiliki tekanan uap rendah. Volatil
suatu substansi akan lebih rendah tekanan uapnya dan akan lebih tinggi tinggi titik
didihnya.
Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan pemahaman mengenai
destilasi, karena semua molekul dan fase cair memiliki dinamika pengenalan yang
konstan. Pembangkit tekanan dan kecenderungan molekul panas dari permukaan
dalam bentuk uap tergantung penentuan karakteristik cairan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun maksud dari praktikum percobaan ini yaitu:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang metode
destilasi
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang tujuan destilasi
3. Untuk mengetahui dan memahami proses destilasi

1.3 Tujuan Percobaan


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang metode
destilasi
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang tujuan dari destilasi
3. Untuk mengetahui dan memahami proses destilasi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu (Syukri,2007).
Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan
perbedaan titik didik atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari
campuran homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap
penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair
atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat
pemanas dan alat pendingin (Wahyu, 2013).
Distilasi atau penyulingan merupakan proses pemurnian suatu campuran
yang biasanya berupa cairan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi
merupakan proses pemisahan fisik yang tidak memerlukan reaksi kimia. Secara
komersial, distilasi memiliki sejumlah aplikasi, misalnya untuk memisahkan
minyak mentah menjadi fraksi-fraksi yang lebih ringan yang digunakan sebagai
bahan bakar dalam transportasi, pembangkit listrik, maupun dalam proses
pemanasan sehari-hari. Air disuling untuk untuk menghilangkan kotoran, seperti
kandungan garam-garam laut. Udara disuling untuk memisahkan komponen-
komponen penyusunnya, terutama oksigen, nitrogen, dan argon untuk keperluan
industri maupun laboratorium. (Lalu Mustiadi dkk, 2020)
2.1.2 Proses destilasi
Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser
yaitu pendingin proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam
dinding (bagian luar condenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair.
Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh

3
senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut ( Syukri, 2007).
Pemisahan dengan destilasi berbeda dengan pemisahan dengan cara
penguapan. Pada pemisahan dengan cara destilasi semua komponen yang terdapat
didalam campuran bersifat mudah menguap (volatil). Tingkat penguapan
(volatilitas) masing-masing komponenberbeda-beda pada suhu yang sama. Hal ini
akan berakibat bahwa pada suhu tertentu uap yang dihasilkan dari suatu campuran
cairan akan selalu mengandung lebih banyak komponen yang lebih volati. Sifat
yang demikian ini akan terjadi sebaliknya, yakni pada suhu tertentu fasa cairan
akan lebih banyak mengandung komponen yang kurang volatil. Jadi cairan yang
setimbang dengan uapnya pada suhu tertentu memiliki komposisi yang berbeda.
Pada pemisahan dengan cara penguapan komponen volatil dipisahkan dengan
komponen yang kurang volatil, karen aproses pemanasan. Sebagai contoh:
pemisahan penguapan dapat digunakan untuk memisahkan air dari larutan NaCl
berair, sedang pemisahan dengan cara destilasi digunakan untuk memisahkan
campuran alkohol dari air (Wahyu, 2013).
2.1.3 Komponen Utama Unit Penyulingan
Secara umum terdapat beberapa komponen utama unit penyuling minyak
atsiri yaitu tungku pemanas, ketel penyuling, pendingin (kondensor), penampung
dan pemisah minyak, dan untuk proses penyulingan dengan uap menggunakan
tambahan ketel uap (steam boiler) (Suswono, 2012).
a. Tungku Pemanas
Tungku pemanas digunakan untuk proses penyulingan yang berfungsi
sebagai pemanas dan penyangga ketel suling. Karena itu konstruksinya harus
kokoh. Tungku dapat dibuat dari plat besi atau bata yang tahan panas, tungku
dilengkapi dengan pintu api, kisi atau saringan penahan bahan bakar, lubang api
dan cerobong asap. Bahan yang bersifat isolator pada bagian dalam dinding
berganda yang terbuat dari plat besi dapat mengurangi kehilangan panas, bahan
bakar yang digunakan dapat berupa kayu, batu bara, ampas bekas penyulingan dan
bahan bakar cair (solar, minyak tanah dan residu) disesuaikan dengan kondisi
tempat penyulingan (Suswono, 2012: 17).
b. Ketel penyuling

4
Ketel penyuling adalah salah satu alat untuk melakukan proses
penyulingan, konstruksi untuk ketel suling bisa dari plat besi galvanis, carbon
steel atau besi anti karat (stainless steel). Kelebihan yang dimiliki stainless steel
adalah tahan karat dan masa pakai yang cukup lama, karena tidak menimbulkan
kontaminasi dengan bahan maka warna minyak yang dihasilkan jernih dan
bermutu tinggi. Ada dua bentuk ketel penyuling yaitu silinder atau silinder
konikal (besar ke atas). Untuk bentuk silinder konikal dengan bantuan katrol
memudahkan proses pembongkaran bahan setelah penyulingan. Adapun untuk
bahan-bahan berukuran besar dapat menggunakan jaring untuk memudahkan
membongkar sisa bahan proses penyulingan (Suswono, 2012).
c. Pendingin (kondensor)
Pendinginan atau kondensor sebagai tempat keluarnya distilat umumnya
menggunakan bak atau tabung berisi air yang di dalamnya terdapat pipa berbentuk
spiral maupun lurus. Pipa ini berfungsi untuk mengubah uap ke dalam bentuk cair
(kondensasi), terdapat dua macam pendingin yaitu pendingin coil dan pendingin
tubular. Pipa pendingin yang terbuat dari stainless steel akan tahan karat dan pipa
besi atau ledeng tidak tahan karat sehingga menyebabkan minyak berwarna keruh
dan gelap, dan tabungnya terbuat dari mildstell atau carbon steel. Pendingin
multitubular lebih unggul dari pendingin coil karena uap lebih efektif dan
mempunyai permukaan lebih luas. Sejumlah pipa kecil dalam tabung
pendingintipe multitubular disusun secara paralel dan berlawanan arah dengan
aliran distilat, sehingga suhu air pendingin yang masuk mempunyai suhu yang
hamper sama dengan distilat yang keluar. Untuk mengatur suhu distilat yang
kelua yaitu dengan mengatur kecepatan (debit) air pendingin (Suswono, 2012).
d. Penampung dan Pemisah Minyak
Pemisah minyak yang sempurna memiliki susunan pemisah minyak
minimal dua ruangan dan tiga ruangan pemisah pada penyulingan destilasi uap,
karena memiliki tekanan dan kecepatan penyulingan yang lebih tinggi. Kecepatan
penyulingan yang tinggi menyebabkan minyak sukar berpisah sehingga butiran
minyak terbawa oleh air yang keluar dari penampung minyak, karena aliran
distilat relatif cepat dan menimbulkan gerakan turbulen. Pemasangan corong

5
dengan bagian ujung yang dibengkokkan ke arah atas akan membuat aliran distilat
merata dan berkelanjutan, sehingga lapisan minyak tidak terganggu dan distilat
tetap menetes ke dalam corong. Penampung atau pemisah minyak sebaiknya
terbuat dari bahan stainless steel sehingga kemurnian minyak tetap terjaga atau
tidak berwarna keruh (Suswanto,2012).
e. Ketel Uap (steam boiler)
Penyulingan dengan uap langsung tidak dapat dilakukan tanpa adanya
ketel uap. Terdapat ketel uap dengan kemampuan pembangkitan uap tinggi dan
kapasitas ketel uap sederhana, yang terbuat dari plat besi adalah tipe sederhana
atau buatan lokal yang umumnya berbentuk oval dengan pemasangan yang
horizontal di atas tungku api. Pengukur tekanan (manometer) sebagai pelengkap
dalam ketel uap, klep keselamatan dan pipa penduga air dalam ketel. Satu ketel
uap dapat memberi uap untuk beberapa ketel penyuling dalam waktu bersamaan,
namun ketel buatan pabrik umumnya berkapasitas lebih besar. Pemilihan ketel
uap disesuaikan dengan bahan bakar yang tersedia (Suswono, 2012)
f. Sumber Uap Air
Penguapan air dalam ketel melalui tungku pemanas menghasilkan uap, uap
ini digunakan untuk proses penyulingan pada penyulingan dengan air dan uap.
Untuk penyulingan dengan uap, ketel uap terpisah dari ketel penyuling dan uap air
dapat diperoleh dari ketel uap (Suswono, 2012)
2.1.3 Jenis-jenis destilasi
Menurut Soebagio (2005), ada 6 jenis destilasi yang akan dibahas disini,
yaitu destilasi sederhana, destilasi fraksionasi, destilasi uap, destilasi vakum,
destilasi kering dan destilasi azeotropik.
1. Destilasi Sederhana
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia
untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih
yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk
memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan
menguap saat mencapai titik didih masing-masing (Walangare, 2013).

6
Gambar 1
Alat destilasi sederhana
2. Destilasi Fraksionasi (Bertingkat)
Sama prinsipnya dengan destilasi sederhana, hanya destilasi bertingkat ini
memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan
dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan. Untuk
memisahkan dua jenis cairan yang sama mudah menguap dapat dilakukan dengan
destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat adalah suatu proses destilasi berulang.
Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional. Kolom fraksional terdiri atas
beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan. Uap yang naik plat
yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang lebih atsiri (mudah
menguap) sedangkan cairan yang yang kurang atsiri lebih banyak kondensat
(Walangare, 2013).

Gambar 2
Alat destilasi bertingkat

7
3. Destilasi Azeotrop
Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen
yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang
dapat memecah ikatan azeotrop tersebut atau dengan menggunakan tekanan tinggi
(Walangare, 2013).

Gambar 3
Alat destilasi azeotrope

4. Destilasi Uap
Untuk memurnikan zat / senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik
didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik
didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan
(rearranagement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi
sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi dengan destilasi
uap. Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi
campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara
mengalirkan uap air kedalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap
berubah menjadi uap pada temperature yang lebih rendah dari pada dengan
pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan
dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap (lihat gambar alat destilasi
uap). Destilasi Uap dalam labu yang berisi senyawa yang akan
dimurnikan,dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena

8
titik didih suatu campuran lebih rendah dari pada titik didih komponen-
komponennya (Walangare, 2013).

Gambar 4
Alat destilasi uap

5. Destilasi Vakum
Memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motode
yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari
1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang
digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi (Walangare, 2013).

Gambar 5
Alat destilasi vakum

2.1.5 Prinsip destilasi


Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap
tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan

9
uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali disebut
destilat. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan
memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya
yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni. Pada destilasi biasa, tekanan
uap di atas cairan adalah tekanan atmosfer (titik didih normal). Untuk senyawa
murni, suhu yang tercatat pada termometer yang ditempatkan pada tempat
terjadinya proses destilasi adalah sama dengan titik didih destilat (Fhya, 2011)
2.1.6 Sistem Refluks
Pada proses pemisahan secara distilasi, peningkatan efisiensi pemisahan
dapat dilakukan dengan cara mengalirkan kembali sebagian produk hasil puncak
dan/ atau hasil dasar, masuk kembali ke dalam kolom. Cara ini dikenal sebagai
operasi distilasi dengan sistem refluks. Secara refluk dimaksudkan untuk memberi
kesempatan cairan refluk/ uap refluk untuk mengadakan kontak ulang dengan fasa
uap maupun fasa cairannya dalam kolom sehingga:
a. Secara total, waktu kontak antarfasa semakin lama
b. Perpindahan massa dan perpindahan panas akan terjadi kembali
c. Distribusi suhu, tekanan dan konsentrasi di setiap fasa semakin uniform
d. Terwujudnya keseimbangan semakin didekati
Peningkatan efisiensi pemisahan dapat ditinjau dari sudut pandang:
a. Untuk mencapai kemurnian yang sama, jumlah stage ideal yang
dibutuhkan semakin sedikit Pada penggunaan jumlah stage ideal yang
sama, kemurnian produk hasil pemisahan semakin tinggi
Pada penggunaan jumlah stage ideal yang sama, kemurnian produk hasil
pemisahan semakin tinggi.

10
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Jahe
1. Klasifikasi Tanaman Jahe
Adapun klasifikasi tanaman jahe adalah sebagai berikut (Setyaningrum,
2013):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber Gambar 2.2.1

Species : Zingiber officinale Jahe


(Zingiber officinale)

2. Morfologi Tanaman
Jahe tergolong tanaman herbal, tegak, dapat mencapai ketinggian 40 – 100
cm dan dapat berumur tahunan. Batangnya berupa batang semu yang tersusun dari
helaian daun yang pipih memanjang dengan ujung lancip. Bunganya terdiri dari
tandan bunga yang berbentuk kerucut dengan kelopak berwarna putih kekuningan.
Akarnya sering disebut rimpang jahe berbau harum dan berasa pedas. Rimpang
bercabang tak teratur, berserat kasar, menjalar mendatar. Bagian dalam berwarna
kuning pucat (Kurniasari, 2008).
Tanaman jahe di Indonesia rata-rata berbentuk batang lebih tinggi dari 1
meter. Seluruh batangnya tertutup oleh kelopak daun yang memanjang dan
melingkari batang. Daunnya berbentuk langsat. Bunga jahe berbentuk malai,
bertangkai panjang dan tampak sebagai susunan kelopak bunga. Disetiap kelopak
bunga yang hijau warnanya tumbuh bunga berwarna kuning bertitik ungu (Al-
Jihani, Sofia Afifah 2017).
Rimpang induk tanaman jahe membentuk cabang-cabang ke semua arah
dan dapat membentuk dua lapis bertumpang tindih. Ranting-ranting rimpang yang
berada di bagian atas dapat tumbuh membentuk batang baru. Bentuk rimpang

11
pada umumnya gemuk agak pipih dan berkulit mudah dikelupas (Al-Jihani, Sofia
Afifah 2017).
3. Kandungan Senyawa Tanaman
Senyawa kimia yang terkandung dalam jahe diantaranya adalah alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid, minyak atsiri, dan 5-8% oleoresin (25%
gingerol, zingiberin, dan shagaol) Rimpang jahe mengandung minyak menguap
(volatile oil), minyak tidak menguap (nonvolatile oil), dan pati (52,9%).
Kandungan minyak atsiri jahe sekitar 2,58-2,72%. (Harliansyah 2007; Revindran
dan Babu 2005).
Minyak atsiri termasuk jenis minyak menguap dan merupakan suatu
komponen yang memberi bau yang khas. Kandungan minyak tidak menguap
disebut oleoresin, yaitu suatu komponen yang memberikan rasa pahit dan pedas
(Herlina 2009). Gingerol dan derivatnya (6-shagaol, 8-gingerol, dan 10-gingerol)
dan 6-shagaol merupakan komponen nonvolatil. Berdasarkan penelitian Kaban
dkk (2016) kandungan senyawa metabolit sekunder pada fraksi n-heksan dan etil
asetat dari ekstrak jahe mengandung 3 senyawa penting yaitu: triterpenoid,
alkaloid dan flavonoid. (Rahman et al. 2011)
4. Manfaat/Khasiat Tanaman
Berkaitan dengan unsur kimia yang dikandungnya, jahe dapat
dimanfaatkan dalam berbagai macam industri, antara lain sebagai berikut: industri
minuman (sirup jahe, instan jahe), industri kosmetik (parfum), industri makanan
(permen jahe, awetan jahe, enting-enting jahe), industri obat tradisional atau jamu,
industri bumbu dapur (Prasetyo, 2003)
Secara umum jahe banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masak, pemberi
aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula dan
berbagai minuman. Jahe juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan
jamu tradisional. Jahe muda dimakan sebagai lalapan, diolah menjadi asinan dan
acar (Kurniasari, 2008).
Produk olahan jahe seperti oleoresin dan minyak atsiri secara khusus
diperlukan dalam peningkatan aroma hasil-hasil kosmetika, sabun detergen,
parfum, dan sebagainya. Pengembangan teknologi jahe dan penggunaan hasil

12
olahannya (minyak dan oleoresin jahe) tetap akan berkembang (Al-Jihani, Sofia
Afifah 2017).
2.2.2. Jeruk Nipis
1. Klasifikasi Tanaman Jeruk Nipis
Secara taksonomi, tanaman jeruk nipis Citrus aurantifolia swingle
termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut (Saraf, 2006):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae Gambar 2.2.2
Genus : Citrus Jeruk Nipis
Spesies : Citrus aurantifolia ( Citrus aurantifolia)
2. Morfologi Tanaman
Jeruk npis termasuk tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan
ranting. Tinggi tanaman jeruk nipis sekitar 0,5 – 2,5 m. batang pohonnya berkayu
ulet, berduri, dan keras. Permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam,
daunnya berbentuk elips (Sholihin, 2010).
Buah jeruk nipis berbentuk bulat sampai bulat telur. Diameter buahnya
sekitar 3-6 cm, ketebalan kulit buahnya berkisar 0,2-0,5 mm, dan permukaannya
memiliki kelenjar yang banyak sekali. Buahnya kadang-kadang memiliki papila
atas berwarna segmen buahnya berdaging hijau kekuning-kuningan dan
mengandung sari buah yang beraroma harum. Sari buah jeruk nipis yang memiliki
rasa asam sekali berisi asam sitrat berkadar 7 – 8 % dari berat daging buah. Saat
masih uda buah berwarna kuning semakin tua warna buah menjadi hijau muda
atau kekungingan. Bijinya berbentuk bulat telur, pipih dan berwarna putih
kehijauan. Akar tunggangnya berbentuk bulat dan berwarna putih kekungningan
(Astarini dkk., 2010).
Irisan tipis kulit buah dari buah jeruk nipis dengan tepi tidak rata,
permukaan luar berwarna hijau kecoklatan, permukaan bagian dalam putih

13
kekuningan, bau khas, rasa kelat, pahit, dan sedikit asam. Kulit jeruk nipis saat
masih muda buah berwarna kuning semakin tua warna buah menjadi hijau muda
atau kekungingan dan kusam (Kemenkes, 2011)
3. Kandungan Senyawa Tanaman
Pada umumnya masyarakat hanya mengetahui bahwa jeruk nipis memiliki
kandungan vitamin C yang cukup besar yaitu 27,00 mg dalam 100 gram buah
jeruk nipis. kandungan lain yang ditemukan dalam jeruk nipis antara lain seperti
vitamin A, belerang, asam sitrun, glikosida, dammar, minyak atrisi (meliputi;
nildehid, aktilaldehid, linali-lasetat, gerani-lasetat, kadinen, lemon kamfer,
felandren, limonene dan sitral), asam amino (lisin, triptofan), asam sitrat, minyak
terbang. Selain itu jeruk nipis juga mengandung senyawa saponon dan flavonoid
yaitu hesperedin (hesperitin 7 rutinosida), tangeritin, naringin, eriocitrin,
eriocitrocide (Anna, 2012).
Sari buah jeruk nipis banyak mengandung air, berasa sangat asam, vitamin
C, zat besi, kalium, gula dan asam sitrat. Sari buahnya yang sangat asam berisi
asam sitrat berkadar 7-8 % dari berat daging buah. Ekstrak sari buahnya sekitar 41
% dari bobot buah yang sudah masak dan berbiji banyak (Rukmana, 2003).
Kulit buah jeruk nipis yang di dapat dari irisan tipis kulit buah jeruk nipis
bagian luar Kulit buah jeruk nipis mengandung banyak senyawa golongan minyak
atsiri dan golongan flavonoid. Senyawa golongan minyak atsiri yang paling
dominan adalah golongan monoterpen hidrokarbon yaitu limonen, α-pinen, β-
pinen, γ-terpinen, β-mirsen dan beberapa golongan seskuiterpen seperti β-
bisabolen (Tundis dkk., 2012). Sedangkan senyawa golongan flavonoid yang
terdapat dalam kulit buah jeruk nipis adalah kuersetin, mirisitin, rutin, tangerin,
naringin, dan hesperidin (Okwu, 2008).
4. Manfaat/Khasiat Tanaman
Tanaman jeruk nipis yang tergolong suku Rutaceae ini mempunyai banyak
kegunaan dalam kehidupan manusia terutama sebagai bahan minuman dan obat
tradisional. Berdasarkan pengalaman, air perasan buah jeruk nipis dapat
menyembuhkan penyakit batuk. Dalam kegunaan sehari-hari air buah jeruk nipis
digunakan untuk memberi rasa asam pada berbagai masakan. Daunnya dapat

14
dipakai sebagai bumbu pada gorengan lauk-pauk dari daging. Kulit terluar buah
jeruk nipis dapat diambil minyak atsiri yang digunakan sebagai bahan obat dan
hampir seluruh industri makanan, minuman, sabun, kosmetik dan parfum
menggunakan sedikit minyak atsiri ini sebagai pengharum dan juga dapat
digunakan sebagai antirematik, antiseptik, antiracun, astringent, antibakteri,
diuretik, antipiretik, antihipertensi, antijamur, insektisida, tonik, antivirus,
ekspektoran (Agusta 2000).
2.2.3 Kayu Manis
1. Klasifikasi Tanaman Kayu Manis
Secara taksonomi, tanaman kayu manis termasuk dalam klasifikasi sebagai
berikut (Paimin dan Rismunandar, 2001):
Kingdom : Plantae
Divisi : Gymnospermae
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Dialypetalae
Ordo : Policarpicae
Gambar 2.2.3
Famili : Lauraceae
Kayu Manis
Genus : Cinnamomum
( Cinnamomum burmanii )
Spesies : Cinnamomum burmanii
2. Morfologi Tanaman
Tanaman kayu manis berupa pohon yang tumbuh tegak, masa hidup
tahunan dengan tinggi dapat mencapai 15 m. Batang berkayu, bercabang, warna
hijau kecoklatan. Daun tunggal, berbentuk lanset, ujung dan pangkalnya
meruncing dengan tepi rata. Ketika masih muda berwarna merah tua atau hijau
ungu, daun tuanya berwarna hijau. Bunga majemuk malai, muncuk dari ketiak
daun, berambut halus dan mahkotanya berwarna kuning. Buah buni, berwarna
hijau waktu muda, dan hitam setelah tua. Biji kecil-kecil, bentuk bulat telur. Kulit
batang mengandung damar, lendir dan minyak atsiri yang mudah larut dalam air (
Rismundar dan Paimin 2001).

15
3. Kandungan Senyawa Tanaman
Kandungan ekstrak kulit batang kayu manis antara lain tannin, berupa
cinnamtanin dan minyak atsiri (4%) yang terdiri atas sinamat aldehid atau
trans_cinnam-aldehyde (60%-75%), benzaldehida, cuminaldehida dan salisi-
aldehida; fenol (4-10%) termasuk eugenol dan metil-eugenol; senyawa
hidrokarbon yaitu pinen, phellandrene, cymene dan caryophyllene; senyawa eter
berupa eugenol asetat, cinamil asetat, fenil-propilasetat dan benzyl benzoate;
diterpen dalam bentuk cinncassiol; serta 1-linalool yang termasuk golongan
alkohol (Williamson et al . 2009).
Kandungan minyak atsiri dalam kulit batang kayu manis yang berasal dari
Indonesia 1,3%-2,7%. Kandungan utama minyaknya adalah cinnamaldehyde
(65%-80%). Senyawa sinamaldehid pada kayu manis merupakan salah satu
antioksida yang sangat kuat yang secara efektif dapat melawan radikal bebas
termasuk anion-anion superoksida dan hidroksi-radikal, begitu juga radikal-
radikal bebas yang lainnya dalam pengujian in vitro (Kardinan 2005; Jakhetia et
al. 2010)
4. Manfaat/Khasiat Tanaman
Menurut penelitian Paimin dan Rismundar (2001) selain digunakan
sebagai bumbu masakan dan pembalsaman murni, minyak atsiri kayu manis
dimanfaatkan sebagai antiseptik dan pengobtan disentri, singkir angina, reumatik,
diare, pilek, sakit usus, jantung, pinggang, darah tinggi dan masalah kesuburan
wanita. Juga digunakan dalam obat kumur, pasta, deterjen, lotion, parfum, krim,
pewangi atau peningkat cita rasa.
Menurut penelitian Bisset dan Wichtl (2001) kandungan cinnamaldehyde
pada minyak atsiri kulit batang kayu manis berkhasiat sebagai fungisida dan
bakterisida karena bersifat menghambat dan merusak proses kehidupan dan
diduga senyawa ini juga berkhasiat sebagai anti kanker. Berdasarkan penelitian
lainnya eksrak kulit batang kayu manis dengan kandungan kadar trans-
sinamaldehid yang cukup tinggi (68,65%) menjadi sumber senyawa anti oksidan
dengan kemampuannya menangkap radikal bebas atau radical scavenger
(Ekaprasada 2009).

16
2.2.4 Lengkuas
1. Klasifikasi Tanaman Lengkuas
Secara taksonomi, tanaman lengkuas termasuk dalam klasifikasi sebagai
berikut (Mus, 2008):
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Gambar 2.2.4
Famili : Zingiberaceae
Lengkuas
Genus : Alpinia
(Alpinia galanga L.)
Spesies : Alpinia galanga (L.)
2. Morfologi Tanaman
Lengkuas merupakan terna berumur panjang, dapat mencapai tinggi 1-1,5
m batang tertutup oleh pelepah daun (Tjitrosoepomo, 2010) membentuk batang
semu, tumbuh tegak, berwarna hijau agak keputih-putihan. Daun tunggal,
bertangkai pendek, dan tersusun berseling. Bentuk daun lanset memanjang, ujung
runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata dan panjang daun sekitar 20-60
cm serta lebar 4-15 cm (Setiawati et al., 2008).
Karakter rimpang lengkuas adalah panjang 2-8 cm, diameter 2-3 cm,
bentuk silindris, bercabang, arah tumbuh mendatar, permukaan tidak rata. Bagian
luar berwarna cokelat atau kuning kehijauan, sedangkan bagian dalamnya
berwarna putih, sisik-sisik berwarna putih, keras, dan mengkilap. Daging rimpang
yang sudah tua berserat kasar, apabila rimpangnya dipatahkan akan tampak pada
patahan serat-serat pendek. Rasanya tajam, pedas, menggigit, dan baunya sedap
(Tjitrosoepomo, 2010; Chitra & Thoppil, 2008).
3. Kandungan Senyawa Tanaman
Lengkuas mengandung karbohidrat, lemak, sedikit protein, mineral, dan
minyak atsiri. Rimpang lengkuas segar mengandung air 75%, karbohidrat 22,44%

17
dalam bentuk kering, protein 3,07%, dan senyawa kristal kuning 0,07%. Hasil
studi fitokomia pada lengkuas merah didapatkan senyawa flavonoid, rutin,
kaempferol-3-rutinoside, kaempferol-3-oliucronide, β-sitosterol diarabinoside, β-
sitosterol diglucosyl caprate, galangoflavonoside, 1-acetoxychavicol acetate
(ACA), eugenol, sineol dan galangin (Khumairoh 2018).
Minyak atsiri rimpang lengkuas berwarna kuning kehijauan, dengan
komponen utamanya metil-silamat 48%, sineol 20-30%, kamfer 1%, dan sisanya
galangin, eugenol senyawa terpenoid (sesquiterpen dan monoterpen) yang dapat
menyebabkan rasa pedas pada lengkuas. Komponen lain yang terdapat pada
golongan Alpinia adalah alpinetin yang merupakan jenis flavanon, dikenal sebagai
senyawa fungistatik dan fungisida (Budiarti 2007)
4. Manfaat/Khasiat Tanaman
Kandungan flavonoid pada lengkuas dapat digunakan sebagai agen
proteksi penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti jamur, bakteri
dan virus (Anusha et al. 2015). Senyawa eugenol dalam minyak atsiri rimpang
lengkuas merah dapat menghambat jamur Candida albicans secara efektif. Minyak
bunga lengkuas dapat dimanfaatkan sebagai insektisida pada larva Aedes aegypti,
serta sebagai agen antibakteri dan dapat digunakan dalam formulasi secara
farmakologi (Budiarti 2007).
Senyawa aromatik fenol berfungsi untuk detoksifikasi dan memiliki sifat
antihipertensi (Subramanian & Suja 2011). Bunga yang direbus dapat digunakan
sebagai obat batuk, serta dimanfaatkan sebagai rempah-rempah, obat-obatan,
parfum dan pewarna. Bau aromatiknya dapat meningkatkan nafsu makan (Santos
et al. 2012).
Tanaman lengkuas merah termasuk dalam tanaman obat tradisional yang
potensial untuk dikembangkan lebih lanjut. Pernyataan ini didasarkan atas data
produksi lengkuas hingga tahun 2005 terus menunjukkan peningkatan mencapai
35.478.405 Ton (Budiarti 2007).

18
2.2.5 Sereh
1. Klasifikasi Tanaman Sereh
Kedudukan taksonomi tumbuhan serai menurut Santoso (2007), yaitu
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Gambar 2.2.5
Famili : Poaceae/Graminae
Sereh
Genus : Cymbopogon
(Cymbopogon nardus L.)
Spesies : Cymbopogon nardus L.
2. Morfologi Tanaman
Tanaman serai merupakan tanaman dengan habitus terna perenial yang
tergolong suku rumput-rumputan (Tora, 2013). Tanaman serai mampu tumbuh
sampai 1-1,5 m. Panjang daunnya mencapai 70-80 cm dan lebarnya 2-5 cm,
berwarna hijau muda, kasar dan memiliki aroma yang kuat (Wijayakusuma,
2005). Serai memiliki akar yang besar dan merupakan jenis akar serabut yang
berimpang pendek (Arzani dan Riyanto, 1992). Batang serai bergerombol dan
berumbi, serta lunak dan berongga. Isi batangnya merupakan pelepah umbi pada
pucuk dan berwarna putih kekuningan. Namun ada juga yang berwarna putih
keunguan atau kemerahan (Arifin, 2014). Daun tanaman serai berwarna hijau dan
tidak bertangkai. Daunnya kesat, panjang, runcing dan memiliki bentuk seperti
pita yang makin ke ujung makin runcing dan berbau citrus ketika daunnya
diremas. Daunnya juga memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daun tanaman
serai tersusun sejajar dan letaknya tersebar pada batang. Panjang daunnya sekitar
50-100 cm sedangkan lebarnya kira_kira 2 cm. Daging daun tipis, serta pada
permukaan dan bagian bawah daunnya berbulu halus (Arzani dan Riyanto, 1992).
Tanaman serai jenis ini jarang sekali memiliki bunga. Jika ada, bunganya tidak

19
memiliki mahkota dan merupakan bunga berbentuk bulir majemuk, bertangkai
atau duduk, berdaun pelindung nyata dan biasanya berwarna putih. Buah dan
bijinya juga jarang sekali atau bahkan tidak memiliki buah maupun biji (Arzani
dan Riyanto, 1992; Sudarsono dkk., 2002).
3. Kandungan Senyawa Tanaman
Tanaman serai mengandung minyak esensial atau minyak atsiri. Minyak
atsiri dari daun serai rata-rata 0,7% (sekitar 0,5% pada musim hujan dan dapat
mencapai 1,2% pada musim kemarau). Minyak sulingan serai wangi berwarna
kuning pucat. Bahan aktif utama yang dihasilkan adalah senyawa aldehid
(sitronelol-C10H6O) sebesar 30-45%, senyawa alkohol (sitronelol-C10H20O dan
geraniol-C10H18O) sebesar 55-65% dan senyawa-senyawa lain seperti geraniol,
sitral, nerol, metal, heptonon dan dipentena (Khoirotunnisa, 2008).
Pada akar tanaman serai mengandung kira-kira 0,52% alkaloid dari 300 g
bahan tanaman. Daun dan akar tanaman serai mengandung flavonoid yaitu
luteolin, luteolin 7-O-glucoside (cynaroside), isoscoparin dan 2''-O-rhamnosyl
isoorientin. Senyawa flavonoid lain yang diisolasi dari bagian aerial tanaman serai
yaitu quercetin, kaempferol dan apigenin (Opeyemi Avoseh, 2015).
4. Manfaat/Khasiat Tanaman
Berdasarkan pada beberapa penelitian mengenai tanaman serai, ekstrak
daunnya mengandung senyawa senyawa alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, fenol
dan steroid yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan melalui penghambatannya
terhadap radikal bebas DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dengan nilai IC50
terbaik pada ekstrak etanol 70% sebesar 79,444 mg/L (Rahmah, 2014).
2.3 Uraian Bahan
2.3.1. Alkohol (Dirjen POM, 1979 )
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Etil, Alkohol,
Rumus Struktur :

20
Rumus Molekul : C2H6O
Berat Molekul : 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih mudah
menguap,dan mudah bergerak, bau khas dan
rasa panas. Mudah terbakar dan memberikan
nyala biru.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
P dan dalam eter P
Khasiat : Antiseptik dan desinfektan
Kegunaan : Untuk mensterilkan alat yang akan digunakan
Penyimpanan : Dalam Wadah tertutup rapat.
2.3.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau


dan tidak mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Khasiat : Sebagai pelarut

Kegunaan : Penjenuh kertas saring


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
2.3.2 Magnesium Sulfat (Depkes RI, 1995)
Nama resmi : MAGNESII SULFAS
Nama lain : Magnesium Sulfat, Garam Inggris
Berat molekul : 138,36 g/mol

21
Rumus molekul : MgSO4
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur, biasanya berbentuk jarum, tidak


berwarna, rasa dingin, asin dan pahit, Dalam
udara hangat merekah
Kelarutan : Mudah larut dalam air, mudah larut secara
perlahan dalam gliserin, sangat mudah larut
dalam air mendidih, agak sukar larut dalam
etanol.
Kegunaan : Pemisah minyak atsiri
Khasiat : Sebagai pupuk
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

22
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 07 November 2022
pukul 07.00-10.00 WITA. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Kimia Bahan
Alam Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga Dan Kesehatan Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, Alat destilasi, Batang
Pengaduk, Corong, Gelas beaker, Gelas ukur, Penangas, Spatula, Timbangan, dan
Wadah stainless.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Alkohol 70%,
Alkohol 96%, Aluminium foil, Aquadest, Batu didih, Es batu, Kertas perkamen,
Magnesium sulfat, Pewarna makanan, Sampel Jahe (Zingiber officinale), Sampel
Kayu Manis (Chinnamomum burmani cortex), Sampel Kulit Jeruk Nipis (Citrus
aurantiifolia cortex), Sampel Lengkuas (Alpinia galanga), Sampel Sereh Wangi
(Cymbopogon citratus herba), dan Tisu.
3.3 Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang sampel sebanyak 500 g
4. Dimasukkan sampel ke dalam labu alas
5. Dimasukkan batu didih
6. Ditambahkan pelarut alcohol 96%
7. Dipasang kembali labu alas
8. Direndam labu alas di dalam penangas air
9. Ditunggu hingga menghasilkan destilat
10. Dimasukkan destilat yang didapat ke dalam gelas beaker
11. Ditimbang magnesium sulfat

23
12. Dimasukkan magnesium sulfat ke dalam gelas beaker
13. Diaduk campuran destilat dengan magnesium sulfat
14. Dibiarkan hingga terbentuk endapan
15. Dilakukan dekantasi untuk memisahkan minyak dan air

24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Gambar 4.1
Hasil

4.2 Pembahasan
Menurut Sarifudin dkk. (2009), Destilasi atau penyulingan adalah
suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau
kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat
dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali
kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap
lebihdulu. Jadi ada perbedaan komposisi antara fase cair dan fase uap, dan hal ini
merupakansyarat utama supaya pemisahan dengan distilasi dapat dilakukan. Kalau
komposisi fase uapsama dengan komposisi fase cair, maka pemisahan dengan
jalan distilasi tidak dapat dilakukan.
Menurut Latupeirissa dkk. (2015), Destilasi dapat digunakan untuk
memurnikan senyawa-senyawa yang mempunya ititik didih berbeda sehingga
dapat dihasilkan senyawa yang memiliki kemurnian yang tinggi. Terdapat
beberapa teknik pemisahan dengan menggunakan destilasi, salah satunya adalah
destilasi sederhana. Set alat destilasi sederhana adalah terdiri atas labu alas
bulat , kondensor (pendingin), termometer, erlenmeyer, pemanas. Peralatan
lainnya sebagai penunjang adalah statif dan klem, adaptor (penghubung),
selang yang dihubungkan pada kondensor tempat air masuk dan air keluar, batu
didih (Delly dkk., 2015).
Menurut Yanuar, B., & Amrullah, A. (2015), Prinsip destilasi adalah

25
penguapan cairan dan pengembunan kembali uap tersebut pada suhu titik didih.
Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan uapnya samadengan tekanan
atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali disebut destilat. Hukum Raoult
digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi pada proses pemisahan yang
menggunakan metode destilasi, menjelaskan bahwa tekanan uap suatu komponen
yangmenguap dalam larutan sama dengan tekanan uap komponen murni dikalikan
fraksimol komponen yang menguap dalam larutan pada suhu yang sama (Afriani
M., 2015)
Destilasi memiliki tujuan dengan pemurnian zat cair pada titik didihnya,
danmemisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair
lainnya yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni. Pada destilasi biasa,
tekanan uap di atascairan adalah tekanan atmosfer (titik didih normal). Untuk
senyawa murni, suhu yang tercatat pada termometer yang ditempatkan pada
tempat terjadinya proses destilasi adalah samadengan titik didih destilat (Halpito
& Yuniwati 2019).
Saifudin, A. (2014), Pemisahan dan pemurnian senyawa organik dari suatu
campuran senyawa dilakukandengan beberapa cara sesuai dengan karakter
sampel. Menurut literatir Bashendra, Z. I. (2013), ada 6 jenis destilasi yaitu
destilasi sederhana, destilasi fraksionasi, destilasi uap, destilasi vakum, destilasi
kering dan destilasi azeotropik. Destilasi sederhana, pemisahan ini dilakukan
bedasarkan perbedan titik didih yang besar atau untuk memisahkan zat cair dari
campurannya yang yang berwujud padat. Destilasi bertingkat, pemisahan ini
dilakukan berdasarkan perbedaan titik didih yang berdekatan. Destilasi uap,
dilakukan untuk memisahkan suatu zat yang sukar bercampurdengan air dan
memiliki tekanan uapnyang relative tunggi atau memiliki Mr yang tinggi.
Praktikum ini menggunakan proses pemisahan dan pemurnian senyawa
organik dari suatu campuran dengan destilasi sederhana, zat-zat yang ingin
dipisahkan memiliki perbedaan titik didih yang besar.
Pada percobaan kali ini langkah awal dalam destilasi sederhana yaitu
menyediakan alat dan bahan berupa panci presto sebagai alat untuk mengukus

26
bahan - bahan destilasi yang berupa jahe (Cinnamomum burmanii)
sebanyak 1 kg. Rukmana (2000) menyebutkan komposisi jahe emprit
mengandung pati 58%, protein 8%, oleoresin 3-5% dan minyak atsiri 1-3%.
Benjelalai (1984) menyebutkan jahe emprit mengandung senyawa metabolit
sekunder golongan flavonoid, fenol, terpenoid, dan minyak atsiri. Sari et al.,
(2006) menyebutkan kemanfaatan jahe dapat digunakan untuk bumbu, obat
tradisional, bahan baku minuman dan makanan. Lebih lanjut, jahe dapat
dimanfaatkan sebagai obat anti inflamasi, obat nyeri sendi dan otot, tonikum, serta
obat batuk (Efendi dan Tarigan, 1995). Huriyati et al., (1995) dan Mulyaningsih et
al., (1994) serta Nursal et al., (2006) menyatakan bahwa senyawa kimia rimpang
jahe dapat digunakan untuk mengendalikan mikrobia. Jahe juga diandalkan
sebagai komoditas ekspor nonmigas dalam bentuk jahe segar, jahe kering, minyak
atsiri, dan oleoresin.
Langkah pertama yang dilakukan sebelum masuk ke tahap kerja adalah
menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, kemudian membersihkan alat dengan
alkohol 70%, dimana menurut Noviansari, dkk (2013), alkohol 70% digunakan
sebagai disinfektan yang dapat membunuh mikroorganisme yang menempel pada
alat yang akan digunakan. Alasan kami menggunakan alkohol karena pada
alkohol 70% dapat menghancurkan mikroorganisme dan aman untuk kulit.
Menurut Al Zuhri dan Dona (2021), alkohol dengan konsentrasi 70% umumnya
digunakan sebagai cairan antiseptik yang dapat digunakan untuk membersihkan
luka atau alat-alat medis.Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau
menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup sehingga dapat mencegah
kontaminasi mikroorganisme pada alat – alat destilasi maupun hasil destilat dari
destilasi.
Selanjutnya cuci bersih jahe, setelah itu dirajang sampel hingga menjadi
potongan-potongan kecil dimana menurut Handayani (2009), ukuran partikel yang
lebih kecil dapat mempercepat proses pengeluaran minyak atsiri. Karena pada
sampel penyulingan ini yang diambil adalah minyak atsiri. Menurut Guenther
(2006), minyak atsiri adalah minyak yang mudah menguap pada suhu kamar tanpa
mengalami proses dekomposisi, mempunyai aroma yang sesuai dengan tanaman

27
penghasilnya. Pada prosesnya ditentukan oleh faktor kemurnian dan ditenukan
oleh komponen utama didalamnya yaitu kandungan geraniol.
Kemudian dipasang dan diatur alat destilasi, yaitu selang tahan panas,
lakban, wadah stainless dan alumunium foil yang kemudian di rancang
sedemikian rupa sehingga menjadi alat destilasi sederhana. Setelah alat destilasi
dirangkai, dimasukkan sampel ke dalam panci kemudian ditambahkan dengan
aquadest sesuai dengan kebutuhan, letakkan panci diatas kompor kemudian
nyalakan kompor tunggu sampai hasil destilasi mencapai volume yang diinginkan.
Menurut Cater dkk (2018), lama penyulingan atau destilasi memiliki pengaruh
atau profil minyak atsiri yang diperoleh, dimana semakin lama proses akan
diperoleh peningkatan waktu penyulingan juga memungkinkan semakin banyak
senyawa dengan titik didih diekstrak hingga kondisi optimum, atau hingga minyak
habis. Menurut Putra (2014), peningkatan lama waktu destilasi akan
meningkatkan proses penetrasi atau penorobosan uap air pada sampel.
Kemudian diberi es batu dibawah selang alat destilasi, selang berfungsi
sebagai pipa penghubung dengan wadah yang berisi es batu. Menurut Prisen
(2014), selang berfungsi menghubungkan pada kondensor tempat air masuk dan
keluar. Menurut Yunus (2010), kondensor berfungsi sebagai pendingin yang
digunakan dalam sistem destilasi untuk mengubah uap menjadi air kondensor
yang digunakan menggunakan pendingin air dimana air yang masuk berasal dari
bawah dan keluar dari atas, karena jika airnya masuk dari atas maka air dalam
pendingin tidak memenuhi. Pendingin tidak dapat digunakan untuk mendinginkan
uap yang lewat kondensor tersebut.
Selanjutnya dimasukan hasil minyak atsiri ke dalam gelas beaker. Tujuan
melarutkan hasil minyak atsiri atau hasil destilasi ke dalam beaker untuk menjaga
stabilitas dari destilat yang diperoleh. Sedangkan menurut Harahap (2007), wadah
untuk sediaan penutup tidak boleh melalui berbagai cara baik secara fisik maupun
kemurnian dengan sediaan yang dapat mengubah kekuatan gelas beaker atau
kemurnian diluar persyaratan resmi dalam kondisi pada pengemasan sebelum
dimasukkan dalam gelas beaker diukur terlebih dahulu hasil yang didapatkan
menggunakan gelas ukur, penyimpanan, pengemasan dan penggunaan wadah

28
terbuat dari bahan yang dapat mempermudah pengamatan terhadap isi ditunjukkan
untuk tiap sediaan umumnya tertera dalam masing-masing monografi, penutup
wadah menggunakan pengambilan isi tanpa melebihkan atau merusak. Penutup-
penutup dapat ditembus oleh jarum suntik gelas beaker juga termasuk hukum
inert, terbuat dari kaca yang bening.
Selanjutnya setelat destilat diperoleh ditambahkan dengan magnesium
sulfat pada hasil destilat sebanyak 1 gram. Menurut literatur Njami Abdjul (2012),
fungsi penambahan magnesium sulfat pada minyak atau destilat untuk mengikat
air yang masih terkandung dalam minyak tersebut.
Adapun kemungkinan kesalahan yang terjadi dalam praktikum percobaan
destilasi yaitu suhu yang terlalu tinggi atau tidak terkontrol menyebabkan sampel
cepat menguap sehingga mendapatkan hasil minyak atsiri yang tidak sesuai, dan
hasil yang di dapat tidak mengandung minyak atsiri.

29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Destilasi adalah proses pemisahan suatu campuran zat yang didasarkan
pada perbedaan titik didih dan tekanan uap yang cukup signifikan. Dalam
destilasi, campuran zat dialihkan sehingga menguapkan dan uap ini
didinginkan konsistensi kedalam bantuk cairan.
2. Tujuan dari destilasi adalah untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam
satu fasa yaitu fasa cair. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran
akan menguap pada saat mencapai titik didih masing-masing. Dalam hal
ini, pross destilasi digunakan untuk memurnikan suatu zat atau senyawa.
3. Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut akan bergerak menuju
kondensor yaitu pendingin, proses pendinginan terjadi karena kita
mengeluarkan air kedalam dinding bagian luar kendensor sehingga uap
yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus-menerus dan
akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang akan ada
dalam campuran homogen tersebut.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Asisten
Saran kami untuk asisten yakni agar selalu senantiasa bisa lebih
membimbing praktikan dalam melaksanakan praktikum Kimia Organik sehingga
praktikan dapat menjalankan prosedur kegiatan dengan lebih baik.
5.2.2 Saran untuk Laboratorium
Agar kiranya dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat
laboratorium, serta dapat memaksimalkan bahan-bahan yang akan digunakan
dalam praktikum sehingga praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih
maksimal.
5.2.3 Saran untuk Praktikan
Diharapkan untuk praktikan agar dapat melaksanakan praktikum dengan
baik, serta dapat bekerjasama satu dengan yang lain.

30
31

Anda mungkin juga menyukai