Anda di halaman 1dari 37

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

Percobaan Kelompok Nama 1. 2. 3. 4.

: DESTILASI UAP : IA

: Angga Septian E. Govindra Okta Soti P. Rizka Amalia K. Putri Lia Wisnu Sri Pamungkas

NRP. NRP. NRP. NRP.

2313 030 059 2313 030 047 2313 030 073 2313 030 075

Tanggal Percobaan Tanggal Penyerahan Dosen Pembimbing Asisten Laboratorium

: 7 Oktober 2013 : 11 Oktober 2013 : Nurlaili Humaidah, S.T., M.T. : Dhaniar Rulandari W.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

ABSTRAK
Tujuan dari percobaan destilasi uap ini adalah untuk mengetahui pengaruh uap terhadap titik didih kacang tanah dan untuk menghitung densitas dari minyak kacang tanah. Prosedur pada percobaan destilasi uap adalah mempersiapkan perangkat destilasi lengkap dan bahan yang diperlukan untuk destilasi yaitu kacang tanah. Kacang tanah yang akan digunakan sebagai bahan percobaan dalam destilasi uap adalah serbuk kacang tanah sebanyak 500 gram yang telah ditumbuk halus untuk mempermudah uap mengekstrak minyak dalam kacang tanah. Langkah pertama yang dilakukan yakni memasukkan serbuk kacang tanah ke dalam labu destilasi. Kemudian isi boiler dengan air secukupnya, lalu panaskan. Dilanjutkan dengan pencatatan terhadap tekanan uap air (P)pada manometer dan suhu (T) pada destilat pertama kali keluar dalam beaker glass yang dihitung sejak ditutupnya valve pada boiler. Sesudah itu, menampung destilat untuk di analisa. Setelah terjadi pemisahan fase antara minyak dan air kemudian ambil bagian minyaknya lalu dimasukkan ke dalam botol ukuran 10 ml yang sebelumnya sudah ditimbang berat botol dalam keadaan kosong. Dalam praktikum ini volume minyak kacang tanah yang didapat sebanyak 20 ml dalam 2 buah botol kecil. Selanjutnya, timbang botol yang berisi minyak kemiri. Untuk mendapatkan berat dari minyak kemiri, menggunakan selisih dari berat botol dalam keadaan terisi minyak kacang tanah dengan berat botol dalam keadaan kosong. Kemudian prosedur untuk mendapatkan densitas dari minyak kacang tanah adalah hasil pembagian dari berat (m) dari minyak kemiri dengan volume (v) minyak kacang tanah. Destilat yang keluar pertama kali yaitu pada suhu 970C. Sedangkan suhu konstan dari bahan adalah 1000C dengan tekanan 560 mBar. Suhu dari destilat adalah 560C. Destilat yang dihasilkan berupa air dan minyak. Dengan mengetahui volume dan berat / massa dari minyak kacang tanah, maka densitas minyak kacang tanah hasil percobaan dapat diketahui yaitu sebesar 0.9 gr/ml. Telihat hampir terjadi kesesuaian antara densitas dari minyak kacang tanah yang dihasilkan dari percobaan dengan massa jenis minyak kacang tanah menurut literatur adalah 0,910-0,915 gr/ml pada suhu ruangan 25oC. Ketidaksesuaian ini terjaadi karena faktor teknis yang kurang terkendali saat praktikum yaitu kurangnya pengendalian dalam proses destilasi saat percobaan dilakukan khususnya suhu dan waktu proses, dan alat destilasi yang kurang memadai, misal ada kebocoran pada manometer. Minyak kemiri hanya dapat dihasilkan pada proses destilasi uap yang lebih kompleks

Kata kunci : Destilasi , minyak kacang tanah, titik didih, densitas minyak.

DAFTAR ISI
ABSTRAKS ......................................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv DAFTAR GRAFIK................................................................................................ v BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ........................................................................................ I-1 I.2 Rumusan Masalah ................................................................................... I-1 I.3 Tujuan Percobaan ................................................................................... I-2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teori ............................................................................................ II-1 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.1 Variabel Percobaan .............................................................................. III-1 III.2 Bahan yang Digunakan ........................................................................ III-1 III.3 Alat yang Digunakan ............................................................................ III-1 III.4 Prosedur Percobaan .............................................................................. III-1 III.5 Diagram Alir Percobaan ........................................................................ III-3 III.6 Gambar Alat Percobaan ........................................................................ III-5 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan .................................................................................... IV-1 IV.2 Pembahasan .......................................................................................... IV-2 BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ V-1 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ vi DAFTAR NOTASI ................................................................................................ vii APPENDIKS ......................................................................................................... viii LAMPIRAN - Laporan Sementara - Fotokopi Literatur - Lembar Revisi

ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Serangkaian Alat Penyulingan ............................................................... II-2 Gambar II.2 Skema Proses Perpindahan Massa Pada Peristiwa Destilasi ................... II-9 Gambar II.3 Menara Destilasi.................................................................................... II-12 Gambar II.4 Kacang Tanah ....................................................................................... II-14 Gambar III.6 Gambar Alat Percobaan ......................................................................... III-5

iii

DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Kandungan Asam Amino Minyak Kacang ...................................................... II-15 Tabel II.2 Komposisi Biji Daging Kacang Tanah ............................................................ II-16 Tabel II.3 Sifat Fisika-Kimia Minyak Kacang Tanah ...................................................... II-17 Tabel IV.1 Hasil Percobaan Destilasi Uap pada Kacang Tanah ....................................... IV-1 Tabel IV.2 Hasil Analisis Perhitungan Destilat ................................................................. IV-1

iv

DAFTAR GRAFIK
Grafik II.1 Hubungan antara Komponen A dan Komponen B dengan Suhu Kesetimbangan Uap-Cair ....................................................................................................... II-5 Grafik II.2 Diagram Titik Didih Pasangan Cairan Sejati ................................................. II-6 Grafik II.3 Diagram Titik Didih Pasangan Cairan Sejati Tipe I ....................................... II-7 Grafik II.4 Diagram Titik Didih Pasangan Cairan Sejati Tipe II ..................................... II-8 Grafik II.5 Diagram Titik Didih Pasangan Cairan Sejati Tipe III .................................... II-8

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan bahan atau senyawa yang merupakan hasil pemisahan senyawa dari suatu bahan. Namun, untuk memisahkan senyawa tertentu dari suatu bahan diperlukan teknik pemisahan yang sesuai. Seperti halnya jika kita ingin mendapatkan garam dari air laut, maka teknik pemisahan yang sesuai adalah kristalisasi, juga saat kita hendak memisahkan antara air dan pasir diperlukan teknik pemisahan yang tepat pula yakni dengan cara filtrasi. Lantas teknik pemurnian apa yang bisa memisahkan minyak dari bahan organiknya. Destilasi, teknik pemisahan ini paling sesuai untuk melakukan hal tersebut. Karena teknik pemisahan ini didasarkan pada perbedaan titik didih antara senyawanya, maka untuk memperoleh minyak yang murni bukan hal yang mustahil. Destilasi yang umum dipakai untuk memperoleh minyak dari bahan organik salah satunya adalah destilasi uap. Destilasi uap memang efektif digunakan untuk memisahkan minyak dari bahan organik seperti kulit jeruk, cengkeh, biji kacang tanah, dan juga kacang tanah. Dari semua itu akan dihasilkan minyak atsiri. Meskipun kacang tanah kurang diketahui mengandung minyak, namun kandungan minyak dalam kacang tanah tidak jauh beda dengan biji kacang tanah ataupun cengkeh. Tentunya jika menggunakan metode dan perlakuan yang tepat. Bukan tidak mungkin jika kacang tanah yang selama ini hanya digunakan sebagai bahan masakan juga bisa digunakan sebagai sumber minyak dengan menggunakan metode destilasi uap. Metode destilasi uap sangat bermanfaat untuk bisa memanfaatkan semaksimal mungkin bahan-bahan organik yang ada di alam ini untuk mengambil unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Aplikasi destilasi uap dalam dunia industri yaitu pada proses pembuatan minyak atsiri atau minyak nabati. Oleh karenanya percobaan ini penting dilakukan sebagai aplikasi teori destilasi uap yang telah kita pelajari.

I.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh uap terhadap titik didih dalam percobaan destilasi uap dengan bahan serbuk kacang tanah?

II-1

I-2 Bab I Pendahuluan 2. Bagaimana cara menghitung dan mengetahui densitas minyak kacang tanah sebagai hasil dari destilasi uap serbuk kacang tanah?

I.3 Tujuan Percobaan 1. Mempelajari dan mengetahui pengaruh uap terhadap titik didih dalam percobaan destilasi uap dengan bahan serbuk kacang tanah. 2. Menghitung dan mengetahui densitas minyak kacang tanah sebagai hasil dari destilasi uap serbuk kacang tanah.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Dasar Teori Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh materi murni dari suatu campuran, kita harus melakukan pemisahan. Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan unntuk memisahkan campuran (Hendayana, 2006). Sejarah Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4 (Wikipedia, 2010). Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar. Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873) (Wikipedia, 2010). Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll. Udara didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling (Wikipedia, 2010). Destilasi Destilasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk memisahkan dan memurnikan cairan. Destilasi terdiri dari pmanasan cairan sampai pada titik didihnya, penghantaran uap pada alat pendingin dimana terjadi kondensasi dan mengambil zat yang telah terkondensasi
(Harold, 1999).

II-1

II-2 Bab II Tinjauan Pustaka Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu (Murni, 2012). Prinsip dari destilasi adalah perbedaan titik didih dari zat zat cair dalam campuran zat cair tersebut sehingga zat (senyawa) yang memiliki titik didih terendah akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan mengembun dan menetes sebagai zat murni (destilat). Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap (Agustina, 2012).

Thermometer Kondensor Pendingin air


Air terkondensasi

Uap Air Garam Bunsen Air suling

Gambar II.1 Serangkaian Alat Penyulingan Ada empat macam variabel dalam destilasi uap yaitu: tekanan, temperatur, konsentrasi komponen A pada fasa cair, dan konsentrasi komponen A pada fasa gas / uap (konsentrasi komponen B sama dengan 1 dikurangi konsentrasi komponen A). Jika telah ditetapkan temperatur, hanya ada satu variabel saja yang dapat diubah secara bebas sedangkan temperatur dan konsentrasi fasa uap didapatkan sebagai hasil perhitungan sesuai sifat-sifat fisik pada tahap kesetimbangan (Modul Destilasi Teknik Kimia ITB, 2009). Bila suatu campuran dua cairan yang dapat bercampur dididihkan, uap yang lepas dari dalam cairan biasanya mempunyai susunan yang lebih daripada susunan cairan yang
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-3 Bab II Tinjauan Pustaka mendidih. Perilaku yang lazim adalah bahwa uap lebih kaya dengan komponen yang lebih volatil. Dengan mendidihkan sebagian dari cairan itu dan mengembunkan uapnya, campuran itu dapat dipisahkan menjadi dua bagian. Uap yang terembunkan disebut distilat (sulingan). Cairan yang tertinggal disebut residu dan lebih kaya akan komponen yang sukar menguap
(Keenan, 1992).

Kurva Kesetimbangan Salah satu cara untuk membuat kurva kesetimbangan yaitu dengan menggunakan Hukum Roult. Berdasarkan Hukum Roult untuk larutan ideal dan biner. PA = X1.P0A Dimana : PA X1 P0 A = Tekanan Parsial Komponen A dalam uap (atm) = Mol fraksi Komponen A dalam liquid = Tekanan Uap murni komponen A pada suhu yang sama (atm)

(Fitrah, 2012)

Larutan Ideal dan non Ideal Gas ideal tidak memiliki gaya intermolekul dalam gas tersebut. Larutan ideal berarti semua gaya intermolekul baik gaya intermolekul pada molekul - molekul sejenis (misal pelarut- pelarut) atau pada molekul yang tidak sejenis (misal pelarut - zat terlarut) adalah sama (Fitrah, 2012). Salah satu sifat larutan yang penting adalah tekanan uap suatu komponen yang terdapat dalam larutan tersebut pada permukaan larutan. Mengetahui besarnya kecenderungan suatu komponen untuk menguap yang berarti keluar dari larutan dapat diduga gaya - gaya intermolekul apa yang bekerja di dalam larutan. Mempelajari kecenderungan untuk menguap atau tekanan uap parsial sebagai fungsi dari suhu dan konsentrasi (Bird, 1993:179). Syarat dari larutan ideal adalah sebagai berikut : 1. Homogen pada seluruh sistem mulai dari mol fraksi 0 - 1. 2. Tidak ada entalpi pencampuran pada waktu komponen-komponen dicampur membentuk larutan ( H pencampuran = 0 ). 3. Tidak ada beda volume pencampuran, artinya volume larutan sama dengan jumlah komponen yang dicampurkan ( V pencampuran = 0 ).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-4 Bab II Tinjauan Pustaka 4. Memenuhi Hukum Roult : P1 = X1.P0 Dimana : P1 = tekanan uap larutan (atm) X1 = mol fraksi larutan Po = tekanan uap solven murni (atm)
(Fitrah, 2012)

Pada kenyataannya tidak ada larutan yang benar-benar ideal dan campuran yang sebenar-benarnya mendekati ideal. Larutan non ideal dibagi dua golongan, yaitu : 1. Larutan non ideal deviasi positif yang mempunyai volume ekspansi, dimana akan menghasilkan titik didih maksimum pada sistem campuran itu. Contoh : sistem aseton - karbon disulfide dan sistem HClair. 2. Larutan non ideal deviasi negatif yang mempunyai volume kontraksi, dimana akan menghasilkan titik didih minimum pada sistem campuran itu. Contoh : sistem benzene-etanol dan asetonkloroform
(Tim Penyusun, 2011:5).

Azeotrop Azeotrop (constant boiling mixtures) adalah campuran dengan komposisi yang konstan pada tekanan tertentu. Jika tekanan total diubah, baik titik didih maupun komposisi azeotrop juga akan berubah. Azeotrop bukan merupakan suatu senyawa pasti yang komposisinya konstan pada seluruh range temperatur dan tekanan, tetapi merupakan suatu campuran yang dihasilkan dari interaksi gaya intermolekuler dalam larutan. Kondisi ini terjadi karena ketika azeotrop di didihkan, uap yang dihasilkan juga memiliki perbandingan konsentrasi yang sama dengan larutannya semula akibat ikatan antar molekul pada kedua larutannya (Maron,
1974).

Dasar Keseimbangan Uap-Cair Keberhasilan suatu operasi penyulingan tergantung pada keadaan setimbang yang terjadi antar fasa uap dan fasa cairan dari suatu campuran.Dalam hal ini akan ditinjau campuran biner yang terdiri dari kompoenen A (yang lebih mudah menguap) dan komponen B (yang kurang mudah menguap). Pada gambar merupakan hubungan antara komponen A dan komponen B dengan suhu kesetimbangan uap-cair. Campuran dua komponen disebut juga dengan campuran biner (Rahayu, 2009).
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-5 Bab II Tinjauan Pustaka

Grafik II.1 Hubungan antara Komponen A dan Komponen B dengan Suhu Kesetimbangan Uap-Cair Pada sumbu horisontal, menunjukkan fraksi dari komponen A. Diujung sebelah kiri ditandai dengan angka nol,artinya fraksi komponen A, xA dan yA = 0, atau pada titik tersebut merupakan komponen B murni. Disisi lain, pada ujung sebelah kanan,ditandai dengan angka 1, merupakan komponen A murni. Garis vertikal menunjukkan suhu, baik suhu A, B maupun campuran A dan B. Pada grafik tersebut terlihat bahwa titik didih (boiling point) dari komponen A murni lebih rendah dibanding komponen B, TA < TB. Hal ini menunjukkan bahwa,komponen A lebih mudah menguap dibanding komponen B (Rahayu, 2009). Kurva bagian atas pada grafik tersebut, menunjukkan kurva untuk titik embun (dew point), sedangkan kurva dibagian bawah, merupakan kurva titik gelembung (bubble point). Ruang diatas kurva titik embun, bahan berada pada fase uap,sedangkan ruang dibawah kurva titik gelembung,bahan berada pada fase cair. Diantara kedua kurva tersebut, bahan berada pada fase campuran (Rahayu, 2009). Diagram Titik Didih campuran biner Fraksi uap selalu berisi lebih banyak cairan yang titik didihnya rendah. Bila uap ini diembunkan, kemudian diuapkan lagi, maka fraksi uap berisi lebih banyak lagi cairan dengan titik didih rendah. Apabila diulang terus, maka didapat fraksi uap yang berisi lebih banyak cairan dengan titik didih rendah dan larutan berisi fraksi yang titik didihnya tinggi. Proses ini disebut destilasi fraksional isothermal (Sukardjo, 1989).
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-6 Bab II Tinjauan Pustaka Jadi, untuk cairan yang tekanan uapnya rendah, titik didihnya tinggi. Demikian pula sebaliknya. Atas dasar ini dapat digambarkan, diagram titik didih ketiga jenis pasangan zat cair (Sukardjo, 1989).

Grafik II.2 Diagram Titik Didih Pasangan Cairan Sejati Pada suhu tersebut (konstan) yang diberikan dengan harga tekanan uap yang bervariasi, maka berdasarkan diagram yang diperoleh, maka terdapat 3 Tipe larutan yang terlarut sebagian , yaitu: Tipe I : larutan yang mempunyai tekanan intermediate antara komponen komponen murninya Contoh Tipe II Contoh Tipe III Contoh : Carbon tetraclorida sikloheksana : Kurva tekanan uap total maksimum : Carbon disulfida- aceton : Kurva tekanan uap minimum : Kloroform - aceton

(Maron and Lando, 1944)

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-7 Bab II Tinjauan Pustaka Demikian pula jika pada sistem diberikan tekanan konstan harga temperatur titik didih yang bervariasi, juga akan terdapat 3 tipe diagram larutan : Tipe I : Titik didih bertambah secara regular Semakin besar tekanan uap liquid pada suhu yang diberikan, semakin rendah titik didihnya. Dua komponen yang membentuk larutan Tipe I dapat dipisahkan dengan destilasi fraksional menjadi komponen komponen murninya. Tipe II : Sistem dengan boiling point minimum Pada titik dimana kurva liquid dan uap bersinggungan, disini liquid dan uap berada dalam kesetimbangan dan mempunyai komposisi yang sama. Tipe dapat dipisahkan dengan destilasi fraksional sempurna menjadi komponen komponen murninya. Tipe III : Sistem dengan titik didih maksimum Sistem campuran ini mengalami deviasi (penyimpangan) negatif dari Hukum Roult sehingga sistem ini mempunyai kurva tekanan uap minimum dan sehingga kurva titik didih komposisi akan maksimum.
(Maron and Lando, 1944)

Hasil destilasi campuran biner tergantung dari jenis campurannya. Jenis campuran I, II, III memberikan hasil yang berbeda. P konstan

P konstan
V
TdA

Tb

TdB

Ta

A b a b a B Grafik II.3 Diagram Titik Didih Pasangan Cairan Sejati Tipe I Misalkan campuran dengan susunan a dipanaskan, campuran ini mulai mendidih pada temperatur Ta. Uap yang setimbang dengan larutan mempunyai susunan a. Dengan keluarnya uap , titk didih larutan naik menjadi Tb karena larutan berisi lebih banyak
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-8 Bab II Tinjauan Pustaka komponen A. Bila pemanasan diteruskan , susunan larutan bergerak menuju T dA dan akhirnya diperoleh A murni sebagai residu. Bila ditinjau uapnya, uap ini berisi lebih banyak komponen B. Bila uap diembunkan kemudian diuapkan kembali, maka susunan menuju ke T dB , dan akhirnya diperoleh B murni sebagai destilat (Maron and Lando, 1944). P konstan
TdA TdB CC

Grafik II.4 Diagram Titik Didih Pasangan Cairan Sejati Tipe II Bila campuran terletak antara A dan C diperoleh A murni sebagai residu dan C sebagai destilat. Bila campuran terletak antara B dan C, diperoleh B residu dan C sebagai destilat. A P konstan
D TdA TdB

B A Grafik II.5 Diagram Titik Didih Pasangan Cairan Sejati Tipe III Bila campuran antara A dan D, pada destilasi akhirnya menghasilkan D sebagai residu dan A sebagai destilat. Bila campuran terdapat antara D dan B, sebagai residu adalah D dan

destilatnya adalah B (Maron and Lando, 1944).

Campuran dengan titik didih maksimum atau minimum seperti di atas disebut campuran azeotrop. Ketika tekanan total berubah, titik didih dan komposisi azeotrop juga berubah (Maron and Lando, 1944). Prinsip Operasi Pada operasi distilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa bila campuran cair ada dalam keadaan setimbang dengan uapnya, komposisi uap dan cairan berbeda. Uap akan mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap,
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-9 Bab II Tinjauan Pustaka sedangkan cairan akan mengandung lebih sedikit komponen yang mudah menguap. Bila uap dipisahkan dari cairan dan uap tersebut dikondensasikan, akan didapatkan cairan yang berbeda dari cairan yang pertama, dengan lebih banyak komponen yang mudah menguap dibandingkan dengan cairan yang tidak teruapkan. Bila kemudian cairan dari kondensasi uap tersebut diuapkan lagi sebagian, akan didapatkan uap dengan kadar komponen yang lebih mudah menguap lebih tinggi (Modul Destilasi Teknik Kimia ITB, 2009). Untuk menunjukkan lebih jelas uraian di atas, berikut digambarkan secara skematis: 1. Keadaan awal Campuran A dan B (fasa cair). A adalah komponen yang lebih mudah menguap. xA,0 = fraksi berat A di fasa cair xB,0 = fraksi berat B di fasa cair xA +xB =1

2. Campuran diuapkan sebagian, uap dan cairannya dibiarkan dalam keadaan setimbang. xA,1 = fraksi berat A di fasa cair (setimbang) xB,1 = fraksi berat B di fasa cair (setimbang) xA +xB =1 yA,1 = fraksi berat A di fasa uap (setimbang) yB,1 = fraksi berat B di fasa uap (setimbang) yA +yB =1 Pada keadaan ini maka: yA,1 > xA,1 dan yB,1< xB,1 Bila dibandingkan dengan keadaan mula: yA,1 > xA,1> xA,2 dan yB,1< xB,1 < xB,2. 3. Uap dipisahkan dari cairannya dan dikondensasi; maka didapat dua cairan, cairan I dan cairan II. Cairan I mengandung lebih sedikit komponen A (lebih mudah menguap) dibandingkan cairan II
(Modul Destilasi Teknik Kimia ITB, 2009).

Gambar II.2 Skema Proses Perpindahan Massa Pada Peristiwa Destilasi


Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-10 Bab II Tinjauan Pustaka Aplikasi Prinsip Destilasi Sebagai contoh, proses penyulingan dari larutan garam yang dilakukan di laboratorium. Pada proses ini larutan garam (NaCl) dimasukkan pada labu destilat yang sudah dirangkai dengan alat destilasi lainnya, yang dimana pada bagian atas dari labu tersebut dipasang alat pengukur suhu atau thermometer (Rahayu, 2009). Larutan garam (NaCl) di dalam labu dipanaskan dengan menggunakan pembakar Bunsen. Setelah beberapa saat, larutan garam di dalam labu yang dipanasi akan mendidih dan sebagian akan menguap. Uap yang dihasilkan dari pemanasan larutan garam (NaCl) dilewatkan kondensor, dan akan terkondensasi yang ditampung pada erlemeyer. Cairan pada erlemeyer merupakan destilat sebagai air murni. Harus dipastikan air pendingin pada kondensor dialirkan terlebih dahulu sebelum proses kondensasi. Dengan tujuan untuk menghindari alat pecah akibat panas dari uap yang mengalir pada kondensor (Rahayu, 2009). Pada operasi destilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa bila campuran cair ada dalam keadaan setimbang dengan uapnya, komposisi uap dan cairan berbeda. Uap akan mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap, sedangkan cairan akan mengandung lebih sedikit komponen yang mudah menguap. Bila uap dipisahkan dari cairan, maka uap tersebut dikondensasikan (Rahayu, 2009). Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal destilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton (Rahayu, 2009). Umumnya proses destilasi dalam skala industri dilakukan dalam menara, oleh karena itu unit proses dari destilasi ini sering disebut sebagai menara destilasi (MD). MD biasanya berukuran 2-5 meter dalam diameter dan tinggi berkisar antara 6-15 meter. Masukan dari MD biasanya berupa cair jenuh (cairan yang dengan berkurang tekanan sedikit saja sudah akan terbentuk uap) dan memiliki dua arus keluaran, arus yang diatas adalah arus yang lebih volatil (lebih ringan/mudah menguap) dan arus bawah yang terdiri dari komponen berat (Skysang,
2012).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-11 Bab II Tinjauan Pustaka Macam-Macam Destilasi Pada proses destilasi, terdapat jenis-jenis destilasi yang telah digunakan dalam lingkungan industri maupun dalam laboratorium yaitu : 1. Destilasi Sederhana Pada destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol (Susanto, 2010). 2. Destilasi Fraksionisasi Fungsi destilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau

lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari destilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah (Susanto, 2010). Perbedaan destilasi fraksionasi dan destilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbedabeda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya (Susanto, 2010). Minyak mentah (crude oil) sebagian besar tersusun dari senyawa-senyawa hidrokarbon jenuh (alkana). Adapun hidrokarbon tak jenuh (alkena, alkuna dan alkadiena) sangat sedikit dikandung oleh minyak bumi, sebab mudah mengalami adisi menjadi alkana (Ratna, 2010). Oleh karena minyak bumi berasal dari fosil organisme, maka minyak bumi mengandung senyawa-senyawa belerang (0,1 sampai 7%), nitrogen (0,01 sampai 0,9%), oksigen (0,6-0,4%) dan senyawa logam dalam jumlah yang sanagt kecil. Minyak mentah dipisahkan menjadi sejumlah fraksi-fraksi melalui proses destilasi (penyulingan). Pemisahan minyak mentah ke dalam komponen-komponen murni (senyawa tunggal) tidak mungkin dilakukan dan juga tidak prakstis sebab terlalu banyak senyawa yang ada dalam
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-12 Bab II Tinjauan Pustaka minyak tersebut dan senyawa hidrokarbon memiliki isomer-isomer dengan titik didih yang berdekatan. Fraksi-fraksi yang diperoleh dari destilasi minyak bumi adalah campuran hidrokarbon yang mendidih pada trayek suhu tertentu. Misalnya fraksi minyak tanah (kerosin) tersusun dari campuran senyawa-senyawa yang mendidih antar 1800C2500C. Proses destilasi dikerjakan dengan menggunakan kolom atau menara destilasi
(Ratna, 2010).

Gambar II.3 Menara Destilasi Proses pertama dalam pemrosesan minyak bumi adalah fraksionasi dari minyak mentah dengan menggunakan proses destilasi bertingkat, adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: a. Minyak bisa menguap : minyak-minyak pelumas, lilin, parafin, dan vaselin. b. Bahan yang tidak bisa menguap : aspal dan arang minyak bumi
(Cut Fatimah Zuhra, 2003).

3. Destilasi bertingkat Dalam proses destilasi bertingkat, minyak mentah tidak dipisahkan menjadi komponenkomponen murni, melainkan ke dalam fraksi-fraksi, yakni kelompok-kelompok yang mempunyai kisaran titik didih tertentu. Hal ini dikarenakan jenis komponen hidrokarbon begitu banyak dan isomer-isomer hidrokarbon mempunyai titik didih yang berdekatan. Proses destilasi bertingkat ini dapat dijelaskan sebagai berikut: o Minyak mentah dipanaskan dalam boiler menggunakan uap air bertekanan tinggi sampai suhu ~600 oC. Uap minyak mentah yang dihasilkan kemudian dialirkan ke bagian bawah menara/tanur destilasi.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-13 Bab II Tinjauan Pustaka o Dalam menara destilasi, uap minyak mentah bergerak ke atas melewati pelat-pelat (tray). Setiap pelat memiliki banyak lubang yang dilengkapi dengan tutup gelembung (bubble cap) yang memungkinkan uap lewat. o Dalam pergerakannya, uap minyak mentah akan menjadi dingin. Sebagian uap akan mencapai ketinggian di mana uap tersebut akan terkondensasi membentuk zat cair. Zat cair yang diperoleh dalam suatu kisaran suhu tertentu ini disebut fraksi. o Fraksi yang mengandung senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi akan terkondensasi di bagian bawah menara destilasi. Sedangkan fraksi senyawa-senyawa dengan titik didih rendah akan terkondensasi di bagian atas menara. o Sebagian fraksi dari menara destilasi selanjutnya dialirkan ke bagian kilang minyak lainnya untuk proses konversi.
(Sukarmin, 2009).

4. Destilasi Uap Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 C atau lebih. Destilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari destilasi uap adalah dapat mendestilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu destilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didestilasi dengan air. Aplikasi dari destilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan (Skysang,
2012).

5. Destilasi Vakum Destilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didestilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 C. Metode destilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem destilasi ini (Skysang, 2012)
.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-14 Bab II Tinjauan Pustaka Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis Hypogeae,L.) merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah peanut atau groundnut.

Gambar II.4 Kacang Tanah Sistematika kacang tanah adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub Divisi Klas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji : Angiospermae atau berbiji tertutup : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua : Leguminales : Papilionaceae : Arachis : Arachis hypogeae L.; Arachis tuberosa Benth.; Arachis guaramitica Chod &

Hassl.; Arachis idiagoi Hochne.; Arachis angustifolia (Chod & Hassl) Killip.; Arachis villosa Benth.; Arachis prostrata Benth.; Arachis helodes Mart.; Arachis marganata Garden.; Arachis namby quarae Hochne.; Arachis villoticarpa Hochne.; Arachis glabrata Benth. Varietas-varietas kacang tanah unggul yang dibudidayakan para petani biasanya bertipe tegak dan berumur pendek (genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik sebagai berikut: Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari. Hasilnya stabil. Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun). Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.
Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-15 Bab II Tinjauan Pustaka Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu: Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan). Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan).
(Wikipedia, 2010)

Minyak Kacang Tanah Minyak kacang tanah merupakan minyak nabati yang dipergunakan untuk minyak goreng, bahan dasar pembuatan margarin mayonnaise, salad dressing dan mentega putih (shortening), dan mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan minyak jenisl ainnya, karena dapat dipakai berulang-ulang untuk menggoreng bahan pangan. Selain itu minyak kacang tanah banyak digunakan dalam industri sabun, face cream, shaving cream, pencuci rambut dan bahan kosmetik lainnya. Dalam bidang farmasiminya kacang tanah dapat digunakan untuk campuran pembuatan adrenalin danobatasma (Hartono, 2012). Dari jumlah 9,1 persen kadar nitrogen kacang tanah, sebesar 8,74 % diantaranya terdiri dari fraksi albumen, gluten dan globulin. Kandungan asam amino esensial pada kacang tanah seperti yang tertera pada tabel berikut : Tabel II.1 Kandungan Asam Amino Minyak Kacang Tanah Asam Amino Arginin Fenilalanin Histidin Isoleusin Leusin Lisin Methionin Tritophan Valin
(Hartono, 2012)

Jumlah (%) 2,72 1,52 0,51 0,99 1,92 1,29 0,33 0,21 1,33

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-16 Bab II Tinjauan Pustaka

Tabel II.2 Komposisi Biji Daging Kacang Tanah Komposisi Kadar Air Protein Kasar Lemak Serat kasar Ekstrak tanpa N Abu
(Hartono, 2012)

Jumlah (%) 4,6-6,0 25,0-30,0 46,0-52,0 2,8-3,0 10,0-13,0 2,5-3,0

Minyak kacang tanah mengandung 76-82 % asam lemak tidak jenuh, yang terdiri dari 40 45 % asamo leat dan 30-35 % asam linoleat. Asam lemak jenuh sebagian besar terdiri dari asam palmitat, sedangkan kadar asam miristat sekitar 5 %. Kandungan asam linoleat yang tinggi akan menurunkan kestabilan minyak (Hartono, 2012). Kestabilan minyak akan bertambah dengan cara hidrogenasi atau dengan penambahan anti-oksidan. Dalam minyak kacang tanah terdapat persenyawaan toko ferol yang merupakan anti oksidan alami dan efektif dalam menghambat proses oksidasi minyak kacang tanah
(Hartono, 2012).

Manfaat Kacang Tanah Di bidang industri, digunakan sebagai bahan untuk membuat keju, mentega, sabun dan minyak goreng. Hasil sampingan dari minyak dapat dibuat bungkil (ampas kacang yang sudah dipipit/diambil minyaknya) dan dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat daunnya selain dibuat sayuran mentah ataupun direbus, digunakan juga sebagai bahan pakan ternak serta pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein (27%), karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung mineral antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium dan Sulphur (Hartono, 2012).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

II-17 Bab II Tinjauan Pustaka Sifat Fisika dan Kimia Minyak Kacang Tanah Sifat fisika-kimia minyak kacang tanah sebelum dan sesudah dimurnikan adalah sebagai berikut : Tabel II.3 Sifat Fisika-Kimia Minyak Kacang Tanah Sebelum dimurnikan Karakterisktik Tipe Virgina Bilangan Iod Bilangan penyabunan Bilangan Polenske Bilangan Reichert-Meissl Bilangan asetil Titer (0C) Titik cair Titik asap (0C) Indeks bias nD 60 0C Berat jenis
(Hartono, 2012)

Sesudah dimurnikan Bermacam-macam varietas 90,0-94,0 186,0-192,0 0,2-0,7 0,1-1,0 9,0 - 9,1 28 - 30 -5,5 2,2 226,6 1,4558 0,910-0,915

Tipe Spanis 90,10 188,20 0,12 0,27 8,7 0,9148

94,80 187,80 0,29 0,21 9,5 0,9136

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


III.1 Variabel Percobaan 1. 2. Variabel kontrol Variabel terikat : Tekanan udara, suhu, waktu pada proses destilasi : Volume minyak kacang tanah dan densitas minyak kacang tanah 3. Variabel bebas : Serbuk kacang tanah sebanyak 500 gram

III.2 Alat Percobaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Beaker Glass Erlenmeyer Stopwatch Piknometer Pipet tetes Serangkaian alat destilasi uap, terdiri dari : 1) Boiler 2) Kompor 3) Kondensor 4) Statif dan Klem Holder 7. Thermometer

III.3 Bahan Percobaan 1. 2. Air Serbuk kacang tanah sebanyak 500 gram

III.4 Prosedur percobaan III.4.1 Proses Destilasi Uap 1. Menyiapkan semua peralatan dan bahan. 2. Memastikan perangkat destilasi uap terpasang dengan baik. 3. Mengisi labu distilat dengan 500 gr kacang tanah yang telah di haluskan. 4. Mengisi boiler dengan air secukupnya, kemudian menyalakan kompor. III-1

III-2 Bab III Metodologi Percobaan 5. Menutup valve yang ada pada boiler saat uap pada panci sudah mengepul. 6. Menyalakan stopwatch sebagai awal mula perhitungan waktu distilasi uap hingga batas waktu 160 menit. 7. Mengukur suhu dan tekanan yang ada pada labu distilat saat destilat pertama kali menetes. 8. Mengamati volume hasil destilasi yang ada pada labu erlenmeyer, sebelum penuh harus diganti dengan labu erlemeyer yang lain. 9. Mengambil minyak kacang dengan cara menyedot hasil destilasi dengan pipet tetes. 10. Mencatat semua data yang diperlukan dalam analisa, seperti persen minyak yang dihasilkan dalam proses destilasi. 11. Melakukan perhitungan massa jenis minyak kacang tanah.

III.4.2 Menghitung Densitas Minyak Kacang 1. Menimbang piknometer yang akan diisi minyak kacang pada keadaan kosong terlebih dahulu. 2. Memasukkan minyak kacang pada piknometer berukuran 5 ml, pada percobaan ini didapat minyak kacang sebanyak 6 ml. 3. Menimbang kedua piknometer yang berisi minyak kacang. 4. Menghitung berat (massa) minyak kacang dengan mencari selisih antara berat piknometer yang telah terisi minyak dengan berat piknometer yang kosong. 5. Setelah diketahui massanya, densitas dapat dihitung dengan menggunakan cara berikut :

m = v
Keterangan : m v : massa jenis atau densitas (gr/ml) : massa (gram) : volume (ml)

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-3 Bab III Metodologi Percobaan III.5 Diagram Alir Percobaan III.5.1 Percobaan Destilasi Uap Mulai

Menyiapkan semua peralatan dan bahan.

Memastikan perangkat destilasi uap terpasang dengan baik.

Mengisi labu distilat dengan 500 gr kacang tanah yang telah di haluskan.

Mengisi boiler dengan air secukupnya, kemudian menyalakan kompor.

Menutup valve yang ada pada boiler saat uap pada panci sudah mengepul.

Menyalakan stopwatch sebagai awal mula perhitungan waktu distilasi uap hingga batas waktu 160 menit.

Mengukur suhu dan tekanan yang ada pada labu distilat saat destilat pertama kali menetes.

Mengamati volume hasil destilasi yang ada pada labu erlenmeyer, sebelum penuh harus diganti dengan labu erlenmeyer yang lain.

Mengambil minyak kacang dengan cara menyedot hasil destilasi dengan pipet tetes.

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-4 Bab III Metodologi Percobaan A

Mencatat semua data yang diperlukan dalam analisa, seperti persen minyak yang dihasilkan dalam proses destilasi.

Melakukan perhitungan massa jenis minyak kacang tanah.

Selesai

III.5.2 Perhitungan Massa Jenis atau Densitas Mulai

Menimbang piknometer yang akan diisi minyak kacang pada keadaan kosong terlebih dahulu.

Memasukkan minyak kacang pada piknometer berukuran 5 ml, pada percobaan ini didapat minyak kacang sebanyak 6 ml.

Menimbang kedua piknometer yang berisi minyak kacang.

Menghitung berat (massa) minyak kacang dengan mencari selisih antara berat piknometer yang telah terisi minyak dengan berat piknometer yang kosong.

Setelah diketahui massanya, densitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan.

Selesai

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

III-5 Bab III Metodologi Percobaan III.6 Gambar Alat

Beaker Glass

Erlenmeyer

Labu destilat

Piknometer

Pipet Tetes 6

Thermometer

3 4 8 5

Serangkaian Alat Destilasi Uap Keterangan : 1. Kompor 2. Boiler 3. Labu destilat 4. Kondensor 5. Erlenmeyer (Wadah Destilat) 6. Barometer 7. Thermometer 8. Kaki tiga

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil Percobaan Tabel IV.1 Hasil Percobaan Saat Destilat Pertama Kali Menetes Waktu (t) Suhu (T) 97 0C Tekanan (P) 600 mBar

Tabel IV.2 Hasil Percobaan Destilasi Uap pada Kacang Tanah Waktu Tekanan Uap Suhu Bahan 100 0C Suhu Hasil Destilasi 59 0C Berat Bahan Hasil Minyak Densitas

160 menit

560 mBar

350 gram

6 ml

0,9 gr/ml

Tabel IV.3 Hasil Analisis Perhitungan Destilat Hasil Destilat Masaa Sampel (serbuk kacang tanah) Waktu Pengambilan Destilat Suhu Konstan Tekanan Total (Po) Volume Minyak Volume Destilat Massa Piknometer + minyak Massa Minyak 500 gram 160 menit 100 0C 600 mBar 6 ml 4000 ml 15,5 gram 4,5 gram

IV-1

IV-2 Bab IV Hasil Dan Pembahasan IV.3 Pembahasan Tujuan dari percobaan destilasi uap minyak kacang tanah adalah untuk memperlajari dan mengetahui pengaruh uap terhadap titik didih kacang tanah dan untuk menghitung serta mengetahui densitas dari minyak kacang tanah sebagai hasil dari destilasi uap. Meskipun alat destilasi kurang memadai, pada percobaan ini tetap menggunakan prosedur yang sesuai. Pertama-tama dilakukan pemanasan air pada boiler. Setelah itu, tunggu hingga air di dalam boiler mengeluarkan steam dan masuk ke dalam labu destilat. Setelah itu, mencatat waktu, tekanan, dan suhu pada tetesan destilat pertama yang keluar. Pada saat destilat pertama kali keluar, kita belum mengetahui apakah yang keluar berupa air atau minyak kacang tanah. Dari hasil percobaan, destilat pertama kali keluar pada suhu 97 oC dengan tekanan awal 600 mBar. Pada percobaan destilasi uap yang menggunakan bahan kacang tanah ini didapatkan hasil minyak nabati yaitu minyak kacang tanah. Untuk mendapatkan

minyak kacang tanah harus mengalami berbagai proses di dalam rangkaian alat destilasi uap. Serbuk kacang tanah diletakkan dalam labu destilat. Kemudian air dalam boiler dipanaskan hingga mendidih. Setelah tekanan uap mencapai titik jenuh maka uap air keluar menuju labu destilat ketika tutup valve menutup. Aliran uap air yang berasal dari dalam boiler mengalir menuju labu destilat untuk memanaskan serbuk kacang tanah sehingga terjadi penguapan pada serbuk kacang tanah. Uap serbuk kacang tanah kemudian dialirkan ke kondensor untuk mengubah fasa gas menjadi fasa cair. Dalam destilat lebih banyak mengandung air daripada minyak kacang tanah karena kacang tanah memiliki tekanan yang tinggi dan suhunya hanya 100 0C. Suhu untuk menguapkan minyak yang terkandung dalam kacang tanah yaitu lebih dari 200
0

C. Sementara suhu yang dicapai pada saat itu 100 0C dimana pada keadaan suhu 100 0C

hanya air yang dapat menguap. Sehingga uap yang terkondesasi dari labu destilat yaitu air yang terkandung dalam kacah tanah tersebut. Hal itu disebabkan pula oleh

kandungan air yang terkandung dalam kacang tanah yang masih banyak sehingga terdapat banyak air yang terkondensasi menjadi destilat. Berdasarkan Elma Seran (2010), dengan tercampurnya air dengan minyak maka akan menyebabkan terjadinya hidrolisa. Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

IV-3 Bab IV Hasil Dan Pembahasan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat menyebabkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut. Cara mendapatkan minyak kacang tanah dalam percobaan ini tidak sesuai dengan prosedur percobaan. Hal ini dikarenakan terjadi kerusakan di beberapa bagian alat destilasi uap yaitu terjadi kebocoran pada pipa besi saluran uap ke kondensor dan manometer. Oleh karena itu minyak kacang tanah tidak dapat menguap secara sempurna untuk dapat terkondensasi dalam kondensor. Pada t = 160 menit, minyak yang dihasilkan pada destilat sangat sedikit. Hanya tetesan-tetesan kecil saja. Jadi untuk mendapatkan minyak kacang tanah tersebut dilakukan ekstraksi pada kacang tanah, yaitu dengan memeras bahan yang telah didestilasi sampai keluar minyak dari kacang tanah. Setelah diperas, minyak kacang tanah yang dihasilkan banyak. Namun minyaknya masih sangat kental dan perlu dilakukan penyaringan kembali agar mendapatkan hasil yang sempurna dan minyak tidak terlalu kental. Selain untuk membuktikan pengaruh tekanan uap terhadap titik didih, percobaan kami juga bertujuan untuk mengetahui massa jenis minyak kacang tanah. Dalam perhitungan didapatkan bahwa massa jenis minyak kacang tanah adalah 0,9 gram /ml. Berdasarkan Elma Seran (2010) menyebutkan bahwa massa jenis minyak kacang tanah adalah 0,91-0,915 gram/ml. Jadi massa jenis yang didapatkan dari hasil percobaan mendekati massa jenis minyak kacang tanah yang disebutkan oleh Elma Seran (2010).

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS

BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa : 1. Minyak kacang tanah yang diperoleh dari percobaan destilasi uap pada suhu 100oC dan tekanan 560 mBar dalam waktu 160 menit adalah sebanyak 6 ml dengan massa jenis 0,9 gram/ml. 2. Destilat pertama kali keluar pada suhu 97 oC pada tekanan 600 mBar dan destilat yang keluar berupa campuran minyak kacang tanah dan air. 3. Minyak kacang tanah tidak dapat menguap pada suhu100oC karena uap air yang berasal dari boiler banyak yang keluar melalui manometer yang bocor, akibatnya uap air tersebut belum cukup untuk membantu menguapkan minyak kacang tanah pada suhu 100oC. 4. Suhu akhir dari destilat pada destilasi uap minyak kacang tanah adalah 59oC pada tekanan 560 mBar. 5. Faktor yang mempengaruhi kegagalan pada proses pengambilan minyak kacang tanah yaitu kurang memadainya alat destilasi uap yang tersedia di laboratorium kimia fisika yakni berupa kebocoran pada manometer dan terjadi kesalahan pada treatment awal bahan.

V-1

DAFTAR PUSTAKA
Agustina. (2012, 11). Diakses Oktober 21, 2013, dari

http://agustinakimia2010.files.wordpress.com/2012/11/destilasi-kelompok.docx. Cut Fatimah Zuhra, S. M. (2003). Diakses Oktober 25, 2013, dari

http://www.agussuwasono.com/artikel/oil-knowledge/159-penyulingan-pemrosesan-danpenggunaan-minyak-bumi.html Fitrah. (2012, Januari 22 ). MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA FISIKA. Diakses Oktober 25, 2013, dari Warung artikel: http://fitrahchem.blogspot.com/2013/01/makalah-praktikum-kimiafisika.html Hartono, P. (2012). Diakses dari http://data-smaku.blogspot.com/2012/10/karya-tulis-minyakkacang-tanah-arachis.html#_ ITB, M. T. (2009, Februari). Modul Destilasi. Diakses Oktober 25, 2013, dari http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-205-distilasi.pdf Maron and Lando. (1944). Fundamental of Physical Chemestry . New York. Rahayu, S. S. (2009, Agustus 20). Diakses Oktober 2013, dari http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/penyulingan-distillation/ Skysang. (2012). Destilasi. Diakses dari http://skysang.blogspot.com/2012/01/distilasi.html Sukardjo. (1997). Kimia Fisika. Yogyakarta. Susanto, K. K. (2010). Permurnian Zat Cair dengan Destilasi. Diakses Oktober 21, 2013, dari http://alchemist08.files.wordpress.com/2012/05/percobaan-ii-pemurnian-zat-cair-dengandestilasi.docx. Wikipedia. (2010). Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Distilasi

vi

DAFTAR NOTASI
Notasi m P V T Satuan Gram Gr/ml Bar ml
o

Keterangan massa Massa jenis Tekanan Volume Suhu

vii

APPENDIKS
1. Menghitung densitas minyak kacang tanah m piknometer kosong m pycno + isi Vminyak minyak = 11 gram = 15,5 gram = 5 ml = mminyak Vminyak = (mpiknometer+isi - mpiknometer kosong) Vminyak = (15,5 - 11) gram 5 ml = 4,5 gram 5 ml = 0,9 gram/ml

2. Menghitung perbandingan volume destilat minyak kacang tanah dan air Vminyak / Vair = 6 ml : 4000 ml = 1 : 666,7 3. Menghitung perbandingan densitas destilat minyak kacang tanah dan air minyak / air = 0,9 gr/ml : 1 gr/ml

viii

Anda mungkin juga menyukai