Anda di halaman 1dari 17

PEMBUATAN DESINFEKTAN AIR GARAM

MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

Disusun Oleh :
Else Putri Ayu Prameswari 1808521005
Widya Karulina Imanda Muhamad 1808521006
Ni Wayan Ekayani 1808521008
Komang Sugiarta 1808521010
Dinda Ajeng Cintia Imelda 1808521011
Made Aditya Jaya Mahardika 1808521012

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan selesai dengan tepat waktu. Makalah
yang berjudul “Pembuatan Desinfektan Air Garam Menggunakan Metode Elektrolisis”
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Eksperimen Fisika Radiasi.

Makalah ini berisi tentang bagaimana cara pembuatan suatu desinfektan


menggunakan air garam yang mana dalam pembuatan atau pengaplikasian tekhnologi
tersebut menggunakan ilmu fisika yaitu metode elektrolisis. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih atas segala dukungan yang diberikan untuk menyelesaikan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis sebagai
manusia biasa sangat menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan masih
jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Jimbaran, 30 September 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................................................3
2.1 Garam....................................................................................................................................3
2.2 Elektrolisis Garam..................................................................................................................5
2.3 Elektroda................................................................................................................................7
BAB III METODE PELAKSANAAN......................................................................................................10
3.1 Alat dan Bahan.....................................................................................................................10
3.2 Cara Kerja.............................................................................................................................10
3.2 Dokumentasi Pelaksanaan...................................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................................................12
4.1 Hasil Pengamatan................................................................................................................12
4.2 Pembahasan........................................................................................................................12
BAB V PENUTUP.............................................................................................................................13
5.1 Kesimpulan...............................................................................................................................13
5.2 Saran.........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan adanya wabah covid-19 saat ini, banyak sekali kebutuhan antiseptik guna
menjaga kebersihan. Akan tetapi bagaimana jika kandungan dalam antiseptik tersebut malah
membahayakan kesehatan. Maka kami selaku mahasiswa Fisika Medis ingin menginisiasi
cairan antiseptik penyemprot pada bilik sanitasi yang aman dan ramah lingkungan.
pembuatan cairan antiseptik ramah lingkungan pada bilik disinfektan merupakan upaya
untuk mencegah COVID-19. Larutan antiseptik ion garam (yang dielektrolisis) dapat
membunuh dan mensterilkan hidung dan tenggorokan pengguna selama inhalasi tanpa
menyebabkan kesulitan bernapas, tanpa iritasi pada kulit.
Selama ini kita dapat dengan mudah menemui disinfektan di pasaran. Seperti, minyak
pinus, fenol, NaOCl, H2O2, dan Etanol. Namun bahan-bahan tersebut memiliki efek
samping bagi tubuh dan kesehatan. Untuk itu kami menggunakan bahan anolyte sebagai
bahan cairan disinfektan yang aman dan ramah lingkungan.
Anolyte merupakan hasil elektrolisis dari larutan garam (NaCl). Anolyte berfungsi sebagai
cairan disinfektan yang dapat membersihkan dan memiliki keuntungan dibanding senyawa
klorin lainnya. Selain itu cairan ini tidak memiliki efek samping bagi manusia dan hewan,
menjamin tidak ada racun dan dapat terurai dengan sendirinya tanpa harus mencemarkan
lingkungan. Disinfektan anolyte ini terbukti secara klinis 100 kali lebih efektif dibanding
pembersihan dengan pemutih dan membunuh lebih banyak 99% bakteri, virus, kuman dan
pembawa penyakit berbahaya lainnya.
Anolyte dibuat melalui aktivasi elektrokimia (Electro-Chemical Activation = ECA) yang
dipatenkan pertama kali di Rusia dan dikembangkan lebih dari 40 tahun. Proses aktivasinya
menggunakan air, garam dan listrik. Sehingga dapat menghasilkan kandungan disinfektan
yang kuat dan alami. Anolyte dengan bahan aktif HOCl mempunyai pH antara 2.5-5 atau pH
< 5 dan baik untuk kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara mengubah air garam menjadi desinfektan alami yang siap digunakan?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat membuat alat yang dapat menghasilkan desinfektan tanpa menggunakan
pemutih.
2. Dapat mengetahui proses pembuatan desinfektan alami yang berbahan dasar air garam
(larutan garam).

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Garam
Secara fisik, garam adalah padatan berwarna putih yang berbentuk kristal yang
merupakan kumpulan senyawa dengan bahagian terbesar Natrium Chlorida (> 80%) serta
senyawa lainnya seperti Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, Calsium Clorida. Garam
mempunyai sifat karakteristik hidroskopis sehingga mudah menyerap air (Herman, 2015).
Garam merupakan salah satu komoditi strategis karena selain merupakan suatu kebutuhan
pokok manusia, juga digunakan sebagai bahan baku industri. Untuk kebutuhan garam
konsumsi manusia, garam lebih dijadikan sarana fortifikasi zat iodium, menjadi garam
konsumsi beriodium dalam rangka penanggulangan GAKI. Garam merupakan salah satu
sumber sodium dan klorida dimana kedua unsur tersebut diperlukan untuk metabolisme
tubuh. Penggunaan garam secara garis besar dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
1.Garam untuk konsumsi manusia.
2.Garam untuk pengasinan dan aneka pangan.
3.Garam untuk industri.
Garam adalah kumpulan senyawa kimia dengan komponen utamanya Natrium
Klorida (NaCL) sama saja dengan garam dapur. Garam mempunyai sifat/karakteristik
higroskopis yang berarti mudah menyerap air dan titik lebur pada tingkat suhu 801°C
(www.wikipedia.org).
Natrium klorida membentuk kristal pada keadaan kering, tetapi seperti garam lainnya
dalam tubuh, mudah dilarutkan dalam air. Jika garam larut dalam air, komponennya terpisah
sebagai partikel yang disebut ion. Partikel ion terlarut ini dikenal sebagai elektrolit. Kadar
(konsentrasi) setiap elektrolit dalam larutan dari garam terlarut dapat diukur dan biasanya
dihitung dalam satuan miliekuivalen dalam setiap volume larutan (mEq/L).Berikut ini
merupakan karakteristik natrium klorida (NaCl):
Nama IUPAC : Natrium klorida
Nama lain : Garam dapur, halit
Molecular formula : NaCl
Massa molar : 58,443 g/mol
Penampilan : Tak berwarna/putih kristal padat
Kepadatan : 2,165 g/cm3
Titik lebur : 801 °C, 1074 K, 1474 °F

3
Kelarutan dalam air : 356 g/L (0 °C) 359 g/L (25 °C) 391 g/L (100 °C)
Natrium (Na) adalah salah satu unsur alkali utama dan merupakan kation yang penting
di perairan. Hampir semua senyawa natrium mudah larut dalam air dan bersifat sangat rektif.
Hampir semua perairan alami mengandung natrium, dengan kadar bervariasi antara 1 mg/liter
hingga ribuan mg/liter. Kadar natrium pada perairan laut dapat mencapai 10.500 mg/liter atau
lebih. Satu liter air laut mengandung sekitar 30 gr NaCl yang terdiri atas ± 11 gram natrium.
Proses pembuatangaram di Indonesia pada umumnya dengan cara menguapkan air laut
dengan menggunakan sinar matahari atau dengan sumber panas lainnya. Tetapi ada juga yang
diperoleh melalui penambangan dari tanah di bekas daerah lautan. Kadar natrium pada
perairan tawar alami kurang dari 50 mg/liter, sedangkan pada air tanah dalam dapat lebih dari
50 mg/liter. Pada brine, kadar natrium berkisar antara 25.000-100.000 mg/liter (Hefni, E.,
2003). Berikut ini 4 jenis garam yang dikelompokkan berdasarkan komponen kation dan
anionnya.
1. Garam Sederhana
Garam yang terbentuk dari reaksi netralisasi asam dan basa. Jenis garam sederhana
dibagi lagi menjadi 3:
a. Garam normal, terbentuk bila pada reaksi netralisasi, ion H+ dari asam tepat habis
bereaksi dengan ion OH– dari basa.
Contoh: NaCl, MgSO4, K2SO4, Al2(SO4)3, Ca3(PO4)2.
HCl(aq) + NaOH(aq) → H+(aq) + Cl–(aq) + Na+(aq) + OH–(aq)
HCl(aq) + NaOH(aq) → H+(aq) + OH–(aq) + Na+(aq) + Cl–(aq)
HCl(aq) + NaOH(aq) → H2O(l) + Na+(aq) + Cl–(aq)
Na+ + Cl– → NaCl
b. Garam asam, terbentuk bila pada reaksi netralisasi tidak semua ion H + dari asam
habis bereaksi dengan basa. Biasanya asam pada reaksi ini merupakan asam
poliprotik. Contoh: NaHCO3, NaH2PO4, Na2HPO4
H2CO3(aq) + NaOH(aq) → H+(aq) + HCO3–(aq) + Na+(aq) + OH–(aq)
H2CO3(aq) + NaOH(aq) → H+(aq) + OH–(aq) + Na+(aq) + HCO3–(aq)
H2CO3(aq) + NaOH(aq) → H2O(l) + Na+(aq) + HCO3–(aq)
Na+(aq) + HCO3–(aq) → NaHCO3
c. Garam basa, terbentuk bila pada reaksi netralisasi tidak semua ion OH – dari basa
habis bereaksi dengan asam. Biasanya basa pada reaksi ini merupakan basa
poliprotik.

4
Contoh: Ba(OH)Cl, Fe(OH)2Cl, Al(OH)Cl2.
HCl(aq) + Fe(OH)3(aq) → H+(aq) + Cl–(aq) + Fe(OH)2+(aq) + OH–(aq)
HCl(aq) + Fe(OH)3(aq) → H+(aq) + OH–(aq) + Fe(OH)2+(aq) + Cl–(aq)
HCl(aq) + Fe(OH)3(aq) → H2O(l) + Fe(OH)2+(aq) + Cl–(aq)
Fe(OH)2+ + Cl– → Fe(OH)2Cl
2. Garam Ganda
Senyawaan garam yang dibentuk oleh kombinasi dua garam sederhana disebut garam
ganda. Ketika dilarutkan dalam air, kedua garam sederhana tersebut akan terurai menjadi
ion-ion penyusunnya. Contoh garam ganda: FeSO4.(NH4)2(SO4)3.6H2O dan
K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O. Bila garam-garam ganda ini dilarutkan dalam air masih
memiliki sifat dari senyawa-senyawa penyusunnya.
3. Garam Kompleks
Garam kompleks merupakan penggabungan garam-garam sederhana membentuk garam
kompleks (senyawa kompleks).
Contoh garam kompleks: K4[Fe(CN)6] dan [Co(NH3)6]SO4
FeSO4 + 6KCN → K4[Fe(CN)6] + K2SO4
CoSO4 + 6NH3 → [Co(NH3)6]SO4
Garam-garam kompleks tersebut bila dilarutkan dalam air tidak kembali menjadi
senyawa-senyawa penyusunnya, melainkan menjadi ion kompleks. Dengan begitu
sifatnya jauh berbeda dibanding senyawa semula.
4. Garam Campuran
Garam campuran adalah jenis garam yang bila dilarutkan dalam air akan terionisasi
menjadi beberapa kation dan anion atau terionisasi menjadi kation dan beberapa anion.
Contoh garam campuran: kalsium klorida hipoklorit* (CaCl(OCl)), natrium kalium
sulfat (NaKSO4), amonium sodium hidrogen fosfat (NaNH4HPO4).

2.2 Elektrolisis Garam


Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh arus listrik.
Dalam sel volta/galvani, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi
kimia yang menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi listrik. Sedangkan elektrolisis
merupakan reaksi kebalikan dari sel volta/galvani yang potensial selnya negatif.

Sel Elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan reaksi
redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di dalam masyarakat kita. Baterai aki yang

5
dapat diisi ulang merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis dalam kehidupan
sehari-hari. Baterai aki yang sedang diisi kembali (recharge) mengubah energi listrik yang
diberikan menjadi produk berupa bahan kimia yang diinginkan. Air, H2O, dapat diuraikan
dengan menggunakan listrik dalam sel elektrolisis. Proses ini akan mengurai air menjadi
unsur-unsur pembentuknya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2 H2O(l) ——>  2 H2(g) + O2(g)

Rangkaian sel elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel


elektrolisis dari sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti
dengan sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis,
ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam larutan maupun
lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang digunakan umumnya merupakan
elektroda inert, seperti Grafit (C), Platina (Pt), dan Emas (Au). Elektroda berperan sebagai
tempat berlangsungnya reaksi. Reaksi reduksi berlangsung di katoda, sedangkan
reaksi oksidasi berlangsung di anoda. Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda
(sebab memerlukan elektron) dan kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda.
Akibatnya, katoda bermuatan negatif dan menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi
endapan logam. Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan menarik anion-anion yang
akan teroksidasi menjadi gas. Terlihat jelas bahwa tujuan elektrolisis adalah untuk
mendapatkan endapan logam di katoda dan gas di anoda.

Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis lelehan (leburan) dan elektrolisis larutan. Pada


proses elektrolisis lelehan, kation pasti tereduksi di katoda dan anion pasti teroksidasi di
anoda. Sebagai contoh, berikut ini adalah reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl (yang
dikenal dengan istilah sel Downs) :

Katoda (-)            :   2 Na+(l) + 2 e– ——>  2 Na(s) ……………….. (1)

Anoda (+)            :   2 Cl–(l) Cl2(g) +  2 e– ……………….. (2)

Reaksi sel            :   2 Na+(l) +  2 Cl–(l) ——>  2 Na(s) +  Cl2(g) ……………….. [(1) + (2)]

Reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium di


katoda dan gelembung gas Cl2 di anoda.

Pada katoda, terjadi persaingan antara air dengan ion Na +. Berdasarkan Tabel


Potensial Standar Reduksi, air memiliki E°red yang lebih besar dibandingkan ion Na+. Ini
berarti, air lebih mudah tereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi
di katoda adalah air. Sementara, berdasarkan Tabel Potensial Standar Reduksi, nilai E°red ion
Cl– dan air hampir sama. Oleh karena oksidasi air memerlukan potensial tambahan
(overvoltage), maka oksidasi ion Cl– lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu,
spesi yang bereaksi di anoda adalah ion Cl–. Dengan demikian, reaksi yang terjadi
pada elektrolisis larutan garam NaCl adalah sebagai berikut :

Katoda (-)            :   2 H2O(l) +  2 e– ——>  H2(g) +  2 OH–(aq) ……………….. (1)

6
Anoda (+)            :   2 Cl–(aq) ——>  Cl2(g) +  2 e– ……………….. (2)

Reaksi sel            :   2 H2O(l) +  2 Cl–(aq) ——>  H2(g) +  Cl2(g) +  2 OH–(aq) …………………….


[(1) + (2)]

Reaksi elektrolisis larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H2 dan ion OH-



(basa) di katoda serta gelembung gas Cl 2 di anoda. Terbentuknya ion OH– pada katoda dapat
dibuktikan dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda setelah diberi
sejumlah indikator fenolftalein (pp). Dengan demikian, terlihat bahwa produk elektrolisis
lelehan umumnya berbeda dengan produk elektrolisis larutan.

2.3 Elektroda
Elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan bagian atau
media non-logam dari sebuah sirkuit (misal semikonduktor, elektrolit atau vakum).
Ungkapan kata ini diciptakan oleh ilmuwan Michael Faraday dari bahasa Yunani elektron
(berarti amber, dan hodos sebuah cara). Elektroda adalah suatu sistem dua fase yang terdiri
dari sebuah penghantar elektrolit (misalnya logam) dan sebuah penghantar ionik (larutan)
(Rivai,1995).
Elektroda positif (+) disebut anoda sedangkan elektroda negatif (-) adalah katoda
(Svehla,1985). Reaksi kimia yang terjadi pada elektroda selama terjadinya konduksi listrik
disebut elektrolisis dan alat yang digunakan untuk reaksi ini disebut sel elektrolisis. Sel
elektrolisis memerlukan energi untuk memompa elektron. (Brady, 1999).
Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, yaitu anion (ion negatif) ditarik oleh anoda 20
sehingga jumlah elektronnya berkurang atau bilangan oksidasinya bertambah. Jika elektroda
inert (Pt, C, dan Au), ada 3 macam reaksi:
1. Jika anionnya sisa asam oksi (misalnya NO3 - , SO4 2- ), maka reaksinya
2H2O → 4H + + O2 + 4 e
2. Jika anionnya OH- , maka reaksinya
4 OH - → 2H20 + O2 + 4 e
3. Jika anionnya berupa halida (F - , Cl- , Br - ), maka reaksinya adalah
2 X(halida) → X (halida)2 + 2 e
Pada katoda terjadi reaksi reduksi, yaitu kation (ion positif) ditarik oleh
katoda dan menerima tambahan elektron, sehingga bilangan oksidasinya berkurang.
4. Jika kation merupakan logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr), IIA (Be, Mg, Cr, Sr,
Ba, Ra), Al, dan Mn, maka reaksi yang terjadi adalah:
2H2O + 2 e → H2 + 2 OH –
5. Jika kationnya berupa H +, maka reaksinya

7
2H+ + 2 e → H2
6. Jika kation berupa logam lain maka reaksinya
(nama logam)x+ + xe → (nama logam)

2.3.1 Jenis Elektroda


Jenis-jenis elektroda terbagi menjadi empat bagian diantaranya :
a. Elektroda order pertama
Pada elektroda ini ion analit berpartisipasi langsung dengan logamnya dalam
suatu reaksi paruh yang dapat dibalik. Beberapa logam seperti Ag, Hg, Cu,
dan Pb dapat bertindak sebagai elektroda indikator bila bersentuhan dengan
ion mereka. Ag + + e - Ag Eo = +0.80 V Pada reaksi sebelumnya, potensial
sel berubah ubah menurut besarnya aktivitas ion perak (Ag + ). Sesuai dengan
persamaan.
b. Elektroda order kedua
Ion-ion dalam larutan tidak bertukar elektron dengan elektroda logam secara
langsung, melainkan konsentrasi ion logam yang bertukar elektron dengan
permukaan logam. Elektroda ini bekerja sebagai elektroda refrensi tetapi 21
memberikan respon ketika suatu elektroda indikator berubah nilai ax-nya
(misalkan KCl jenuh berarti x= Cl).
c. Elektroda Order Ketiga
Elektroda jenis ini dipergunakan sebagai elektroda indicator dalam titrasi
titrasi EDTA potensiometrik dari 29 ion logan. Elektrodanya sendiri beripa
suatu tetesesan atau genangan kecil raksa dalam suatu cangkir pada ujung
tabung- J dengan suatu kawat sirkuit luar. d. Elektroda Inert Elektroda Inert
merupakan elektroda yang tidak masuk ke dalam reaksi. Contohnya adalah
platina (Pt), emas (Aurum/Au), dan karbon (C). Elektroda ini bekerja baik
sebagai elektroda indikator. Fungsi logam Pt adalah membangkitkan
kecendrungan sistem tersebut dalam mengambil atau melepaskan elektron,
sedangkan logam itu tidak ikut secara nyata dalam reaksi redoks. Salah satu
contoh logam inert yang banyak digunakan dan relative lebih murah adalah
baja tahan karat Stainless Steel. Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan
Stainless Steel adalah senyawa besi yang mengandung setidaknya 10,5%
kromium untuk mencegah proses korosi (pengkaratan logam). Lima golongan
utama Stainless Steel adalah Austenitic, Ferritic, Martensitic, Duplex dan
8
Precipitation Hardening Stainless Steel. Pada rancang bangun ini kami
menggunakan Austenitic Stainless Steel (grade standar untuk 304) karena
Austenitic cocok dipakai untuk aplikasi temperature rendah disebabkan unsur
Nickel membuat Stainless Steel tidak menjadi rapuh pada temperatur rendah.
Austenitic Stainless Steel mengandung sedikitnya 16% Chrom dan 6%
Nickel. Kandungan kromium tersebut berfungsi untuk mencegah terjadinya
korosi pada plat tersebut. Pada penelitian ini Stainless Steel yang dipakai
dibuat dalam bentuk lempengan supaya luas permukaan plat yang digunakan
untuk menghantarkan listrik semakin besar sehingga suplai arus listrik dapat
bekerja dengan baik.

Gambar 2.1 Skema rangkaian Elektrolisis Garam

9
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Peralatan yang digunakan
a. 2 buah elektroda karbon
b. 1 buah wadah
c. 1 buah baterai 9V
d. Kabel penghubung
e. Jepit buaya
f. Soket baterai
3.1.2 Bahan-bahan yang digunakan
a. 250 gram garam dapur
b. 500 mL air

3.2 Cara Kerja


1. Dirangkaai peralatan seperti gambar 3.1, yaitu sumbe tengangan
dihubungkan pada kedua elektroda.

Gambar 3.1 Rangkaian peralatan elektrolisis


2. Dimasukkan 250 gram garam dapur kedalam wada yang berisi 500
mL air, kemudian diaduk hingga rata.
3. Elektroda yang sudah dihunungkan dengan sumber tegangan,
kemudian dimasukkan ke dalam wadah.
4. Tunggu selama 2 jam hingga terbentuk larutan hasil elektrolisisis yang
diinginkan.

10
5. Jika sudah selesai, larutan dapat dipindahkan ke dalam wadah lain.
6. Desinfektan hasil elektrolisis air garam siap untuk digunakan.

3.2 Dokumentasi Pelaksanaan

Gambar 3.2 Proses elektrolisis larutan air garam

11
Gambar 3.3 Larutan hasil elektrolisis

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Adapun hasil yang didapat setelah melakukan percobaan elektrolisis yaitu sebagai
berikut:
a. Dihasilkan 500 mL larutan hasil elektrolilis.
b. Air garam berubah warna menjadi keruh kecokelatan setelah dielektrolisis.
c. Terdapat gelembung-gelembung pada elektroda ketika dilakukan elektrolisis.
d. Bau larutan hasil elektrolisis yaitu sepetri bau kaporit.

4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini, dilakukan elektrolisis larutan garam NaCl. Jenis garam yang
digunakan yaitu garam meja. Proses elektrolisis larutan garam ini dilakukan dengan
mencampur 250 gram garam dengan 500 ml air murni. Proses elektrolisis ini memerlukan
waktu selama 90 menit hingga dapat dihasilkan desinfektan. Pada percobaan ini terjadi reaksi
redoks antara NaCl dengan H2O menjadi NaOH, H2 dan Cl2. Pada praktikum ini elektroda
yang digunakan adalah elektroda carbon. Carbon merupakan elektroda jenis inert. Anion
yang digunakan adalah Cl sedangkan kation yang digunakan adalah Na. Pada anoda akan
terjadi reduksi dan pada katoda akan terjadi oksidasi.
Reaksi yang terjadi pada elektrolisis larutan NaCl adalah sebagai berikut :
Katoda (-)         :   2 H2O(l) +  2 e–         ——>  H2(g) +  2 OH–(aq)
Anoda (+)         :   2 Cl–(aq                              ——>  Cl2(g) +  2 e–
Reaksi sel         :   2 H2O(l) +  2 Cl–(aq)     ——>  H2(g) +  Cl2(g) +  2 OH–
Pada katoda Na⁺ tidak direduksi karena potensial reduksi Na lebih kecil dari H maka yang
reduksi adalah air.
Hasil pengamatan yang didapat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan yaitu:
a. Dihasilkan 500 mL larutan hasil elektrolilis.
b. Air garam berubah warna menjadi keruh kecokelatan setelah dielektrolisis.
c. Terdapat gelembung-gelembung pada elektroda ketika dilakukan elektrolisis.
d. Bau larutan hasil elektrolisis yaitu sepetri bau kaporit.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dikatakan bahwa hasil elektrolisis air garam dapat
digunakan sebagai desinfektan alami yang ramah lingkungan.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
desinfektan dapat dibuat dengan menggunakan metode elektrolisis air garam. Hasil
percobaan yaitu:
a. Dihasilkan 500 mL larutan hasil elektrolilis.
b. Air garam berubah warna menjadi keruh kecokelatan setelah dielektrolisis.
c. Terdapat gelembung-gelembung pada elektroda ketika dilakukan elektrolisis.
d. Bau larutan hasil elektrolisis yaitu sepetri bau kaporit.

5.2 Saran
Dalam proses melakukan elektrolisis sebaiknya menggunakan sumber tegangan yang
cukup besar supaya waktu yang diperlukan untuk melakukan elektrolisis menjadi lebih
singkat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J.E dan Humiston., (1999), General Chemistry Principle and Structure, 4th Edition,
New York: John Willey & Sons,Inc.
Svehla,G., (1985), Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro, Edisi kelima,
Bagian I, Kalman Media Pusaka, Jakarta.
Rivai Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia (UI Press)
Herman, Herman dan Willy Joetra. 2015. Pengaruh garam dapur terhadap kembang susut
tanah Lempung. Vol. 17 No 1
Hoiriyah, Yuliana Ulfidatul. 2019. Peningkatan Kualitas Produksi Garam Menggunakan
Tekhologi Geomembran.Jurnal Studi Manajemen dan Bisnis Vol.6(2) Halaman 35-
42.

14

Anda mungkin juga menyukai