Anda di halaman 1dari 37

Modul 1

Sinar X
Dra. Wiendartun, M.Si.

PEN D A HU L UA N

P ada Tahun 1985 Sinar X pertama kali ditemukan oleh Roentgen. Pada
saat ditemukan, sifat-sifat Sinar X ini tidak dapat langsung diketahui
karena sifat-sifat alamiah Sinar X baru secara pasti ditemukan pada
tahun 1912 bersamaan dengan ditemukannya difraksi Sinar X oleh kristal.
Teori difraksi Sinar X dapat melihat objek yang berukuran sekitar orde satu
Å (satu Angstroom) karena panjang gelombang Sinar X berada pada daerah
0,5 Å hingga 2,5 Å. Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik yang
tidak dapat ditembus oleh mata serta daya tembusnya sangat tinggi apabila
dibandingkan dengan cahaya tampak sehingga dapat menembus beberapa
lapis logam tebal serta dapat menembus tubuh manusia. Selain itu, salah satu
pengaruh penting dari Sinar X terhadap keberadaan Fisika zat padat antara
lain tidak hanya kemampuannya untuk mendeteksi suatu bahan serbuk atau
logam padat dengan cara pola difraksi, tetapi juga dapat menganalisis secara
kualitatif dan kuantitatif dan kontrol kualitas dari bahan-bahan mentah (raw
materials) dalam zat padat.
Dalam modul ini Anda akan mempelajari tentang Sinar X, yang meliputi
Sumber Sinar X serta Energi Sinar X. Materi kuliah dalam modul ini
merupakan dasar untuk mempelajari modul-modul berikutnya. Terutama
untuk Modul 2 dari mata kuliah Pengantar Fisika Zat Padat serta ilmu-ilmu
Fisika pengayaan lainnya.
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat mencapai
beberapa tujuan instruksional khusus, antara lain:
1. menjelaskan 2 jenis sumber Sinar X;
2. membedakan sumber spektrum Bremstrahlung dengan sumber spektrum
karakteristik;
3. menyebutkan sifat-sifat Sinar X;
4. menghitung energi Sinar X;
5. menjelaskan peristiwa transisi elektron dalam anoda;
1.2 Pengantar Fisika Zat Padat 

6. menghitung panjang gelombang karakteristik dengan menggunakan


persamaan Mosely.

Untuk mencapai tujuan instruksional ini maka Kegiatan Belajar akan


disusun sebagai berikut.
Kegiatan Belajar 1 : Sumber Sinar X, Anda akan mempelajari subpokok
bahasan Sumber Sinar X anoda diam, sumber Sinar
X anoda berputar, Spektrum Bremstrahlung dan
Sifat-sifat Sinar X.
Kegiatan Belajar 2 : Energi Sinar X, Anda akan mempelajari tentang
Panjang gelombang karakteristik, Teori kuantum
untuk panjang gelombang karakteristik serta Lebar
alamiah setiap garis karakteristik.

Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam mempelajari modul ini,


ikutilah petunjuk belajar berikut ini.
1. Bacalah tujuan instruksional khusus untuk modul ini.
2. Pelajarilah dengan teliti setiap kegiatan belajar mengajar.
3. Salinlah konsep dasar dan rumus-rumus penting ke dalam buku latihan
Anda.
4. Pelajarilah dan kerjakan sendiri contoh-contoh soal dalam setiap
kegiatan belajar mengajar.
5. Kerjakanlah sendiri semua soal latihan dan usahakan tanpa melihat kunci
jawaban terlebih dahulu.
 PEFI4315/MODUL 1 1.3

Kegiatan Belajar 1

Sumber Sinar X

U ntuk membangkitkan Sinar X salah satu caranya adalah dengan


menembakkan elektron yang berenergi kinetik tinggi pada suatu target
anoda. Berdasarkan keadaan target anodanya, pembangkit (sumber) Sinar X
ini dapat dibedakan ke dalam dua jenis sumber Sinar X antara lain Sumber
Sinar X yang beranoda diam (Fixed anode x-ray) serta Sumber Sinar X yang
beranoda berputar (Rotating anode x-ray source).

A. SUMBER SINAR X BERANODA DIAM

Sumber Sinar X tipe ini secara garis besar dapat digambarkan seperti
pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1.
Skema Sumber Sinar X Beranoda Tetap

Komponen-komponen utama untuk sumber Sinar X beranoda diam,


antara lain berikut ini.
1. Anoda (A), sebuah katoda (K), sebuah filamen (F) sebagai sumber
elektron, sebuah sumber tegangan tinggi untuk anoda dan katoda (HV)
dan untuk filamen diberikan sebuah tegangan rendah (V).
2. Filamen (F) yang diberi satu daya dari sumber tegangan rendah (V) akan
mengeluarkan elektron secara termal. Elektron-elektron ini selanjutnya
1.4 Pengantar Fisika Zat Padat 

dipercepat oleh tegangan tinggi (HV) yang terjadi antara katoda dan
anoda sehingga sistem ini akan mempunyai energi kinetik yang sangat
besar. Pada saat menumbuk anoda elektron- elektron ini akan
melepaskan energi kinetiknya. Ternyata sebagian besar dari energi
kinetik itu berubah menjadi energi panas yang akan menumbuk pada
anoda. Sedangkan sebagian kecil dari energi tersebut akan berubah
menjadi gelombang elektromagnetik yang sering kita sebut dengan Sinar
X. Berkas Sinar X yang dihasilkan dapat terdiri atas dua jenis Sinar X,
jenis pertama adalah Sinar X polikromatik, yaitu Sinar X yang berasal
akibat pengereman elektron oleh anoda. Berkas Sinar X jenis ini sering
disebut Sinar X Bremstrahlung, (bahasa Jerman) yang artinya
pengereman. Jenis kedua adalah Sinar X monokhromatik, yaitu Sinar X
yang berasal dari adanya transisi eksitasi elektron di dalam katoda.

Selain komponen-komponen utama tersebut, sumber Sinar X ini sering


juga dilengkapi dengan komponen lainnya, seperti aliran air dingin melalui
anoda yang berfungsi untuk mengeluarkan panas pada anoda.

B. SUMBER SINAR X DENGAN ANODA BERPUTAR

Pada dasarnya komponen utama untuk sumber Sinar X dengan anoda


berputar adalah sama dengan komponen utama untuk sumber Sinar X dengan
anoda diam. Hanya ada perbedaan yang paling mencolok di antara keduanya,
yaitu anoda pada sumber Sinar X ini diputar oleh sebuah motor listrik dengan
kecepatan yang sangat tinggi. Hal ini dimaksudkan agar elektron-elektron
dapat menumbuk anoda pada tempat yang selalu berbeda. Keuntungan dari
cara ini adalah untuk mengurangi panas yang timbul pada anoda sehingga
sumber Sinar X jenis ini dapat menghasilkan berkas Sinar X yang berdaya
besar. Sebagai perbandingan, sumber Sinar X yang beranoda diam hanya
mampu menghasilkan sumber Sinar X yang berdaya kurang lebih 2 kilowatt
(kW) sementara sumber Sinar X dengan anoda berputar mampu
menghasilkan berkas Sinar X dengan daya maksimum sebesar 18 kilowatt
(kW).
Keuntungan lain dari sumber Sinar X dengan anoda berputar, antara lain
berikut ini.
1. Bahan anoda dapat diubah dengan mudah tanpa harus mengganti tabung
sumber Sinar X secara keseluruhan. Penggantian bahan anoda sering
 PEFI4315/MODUL 1 1.5

dilakukan apabila energi berkas Sinar X karakteristik yang dibutuhkan


harus bermacam-macam.
2. Untuk jenis dan ukuran filamen dapat diubah dengan mudah sehingga
ukuran noktah Sinar X yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
3. Orientasi anoda dan filamen dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanpa
harus memilih arah berkas Sinar X yang dihasilkan. Hal ini sangat
menguntungkan karena kita tidak perlu mengubah susunan alat-alat
eksperimen lainnya, seperti goniometer 0- 20, yang biasanya sangat sulit
untuk disetel dan kalibrasi ulang.
Orientasi yang dapat dibuat oleh sumber Sinar X ini adalah orientasi
geometri titik seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.2a dan orientasi
geometri garis seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.2b.
4. Pada orientasi geometri titik, noktah sumber Sinar X pada anoda akan
tampak dari jendela seperti sebuah titik sumber seperti Gambar 1.2a
berikut ini.

Gambar 1.2a.
Orientasi Anoda dan Filamen pada Sumber Sinar X dengan
Anoda Berputar untuk Orientasi Geometri Titik

Sedangkan pada orientasi geometri garis, noktah tersebut akan nampak


dari jendela seperti sebuah garis sumber, seperti ditunjukkan dalam
Gambar 1.2b berikut ini:
1.6 Pengantar Fisika Zat Padat 

Gambar 1.2b.
Orientasi Anoda dan Filamen pada Sumber Sinar X dengan
Anoda Berputar untuk Orientasi Geometri Garis

Kedua jenis orientasi ini dengan mudah dapat diperoleh dari sumber
Sinar X jenis anoda berputar ini tanpa harus mengganggu susunan alat-alat
percobaan lainnya.
Di lain pihak, kelemahan sumber Sinar X dengan anoda berputar, antara
lain berikut ini.
1. Harganya sangat mahal.
2. Untuk mendapatkan Sinar X dengan daya yang besar, sumber ini
memerlukan pompa pengisap udara yang sangat baik agar dapat
memvakumkan antara ruang anoda dan katoda.

C. SPEKTRUM BREMSTRAHLUNG

Berkas Sinar X yang dihasilkan oleh sebuah sumber dapat terdiri atas
dua jenis spektrum, yaitu spektrum kontinu atau sering disebut spektrum
polikhromatik dan spektrum diskrit atau sering disebut spektrum
monokhromatik.
Spektrum kontinu Sinar X timbul akibat adanya pengereman elektron-
elektron yang berenergi kinetik tinggi (berkecepatan tinggi) oleh anoda. Pada
saat terjadi pengereman tersebut, sebagian kecil energi kinetiknya berubah
menjadi panas. Proses pengereman ini dapat berlangsung secara mendadak
(tiba-tiba) ataupun secara perlahan-perlahan, akibatnya energi Sinar X yang
 PEFI4315/MODUL 1 1.7

dihasilkannya akan memiliki rentang energi yang sangat lebar. Jika elektron-
elektron tersebut direm secara tiba-tiba maka seluruh energi kinetiknya akan
diubah seketika menjadi energi Sinar X dan energi panas yang menumpuk
pada anoda. Energi Sinar X ini ternyata merupakan energi tertinggi yang
dapat dihasilkan oleh Sinar X. apabila dinyatakan dalam bentuk matematik
menurut teori Planck energinya menjadi:

E = hυ

Dengan h adalah tetapan Planck yang berharga 6,64 x 10-34 Joule detik
 adalah frekuensinya (Hertz)

Oleh karena kita tahu bahwa hubungan antara frekuensi () adalah
perbandingan antara kecepatan cahaya (c) terhadap panjang gelombangnya
(λ) atau dapat dinyatakan:
c c
υ = sehingga energi Sinar X menjadi E = h
λ λ

dengan c adalah kecepatan cahaya yang besarnya 3  108 meter/detik


atau dengan kata lain panjang gelombangnya Sinar X ini merupakan panjang
gelombang terpendek  λ min  yang dapat dihasilkan oleh sebuah sumber
Sinar X.

Contoh:
Pada suatu sumber Sinar X yang beranoda diam mempunyai panjang
gelombang 1 Angstrom. Berapakah energi yang diperlukannya?
c
Jawab: E = h
λ
 
= 6,64.10-34 Joule detik.3x108 meter/detik /10-10 m

= 19,89.10-16 Joule

Akan tetapi, seandainya elektron-elektron itu direm secara perlahan-


lahan maka energi kinetiknya akan diubah secara perlahan-lahan menjadi
energi Sinar X dan energi panas sehingga Sinar X yang dihasilkan akan
berenergi yang bervariasi sesuai dengan besarnya energi kinetik yang
1.8 Pengantar Fisika Zat Padat 

diubahnya. Sinar X ini akan memiliki panjang gelombang (energi), yang


berbeda sehingga karena alasan itulah Sinar X ini sering disebut Sinar X
polikhromatik.
Sedangkan Sinar X yang dihasilkan oleh adanya pengereman elektron
baik secara tiba-tiba ataupun secara perlahan, sering disebut Sinar X
Bremstrahlung.
Spektrum Sinar X Bremstrahlung ini dapat ditunjukkan seperti
Gambar 1.3 berikut.

Gambar 1.3.
Menunjukkan Spektrum Sinar X Bremstrahlung untuk
Beberapa Variabel Tegangan tinggi (V1 < V2 < V3)

Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa makin besar tegangan tinggi
yang digunakan maka akan makin kecil harga λ min yang dihasilkan.
Jika elektron yang berenergi kinetik tinggi itu direm secara tiba-tiba oleh
anoda maka seluruh energi kinetiknya akan secara tiba-tiba pula diubah
menjadi energi Sinar X maximum  h υmax  dan energi panas (Q). Jadi,
apabila energi kinetik elektron yang bergerak di dalam medan listrik yang
ditimbulkannya oleh tegangan tinggi dinyatakan oleh eV maka:
eV = h υmax +Q
atau
eV - hc / λ min = Q
 PEFI4315/MODUL 1 1.9

Sehingga Nilai λ min secara matematik dapat diturunkan sebagai berikut.

hc
λ min =
eV -Q
Dengan:

h = konstanta planck 6, 626.10-34 J.s 

c = cepat rambat cahaya 3.108 m/s 

e = muatan listrik elektron 1,6 10 -19
Coulomb 
Dalam kenyataannya, spektrum Bremstrahlung jarang digunakan untuk
kegiatan eksperimen dan bahkan sering dihindari karena memiliki panjang
gelombang yang bermacam-macam. Posisi puncak spektrum Bremstrahlung
2 2
terletak pada E max atau pada E max karena E max berbanding terbalik
3 3
dengan λ min .
Untuk menghindari penumpukan panas (Q) pada anoda, setiap sumber
Sinar X yang berdaya besar biasanya selalu dilengkapi dengan aliran air
dingin untuk membuang energi panas yang timbul.

D. SIFAT-SIFAT SINAR X

Pada tahun 1895 Roentgen menemukan pertama kali tentang Sinar X.


Pada saat ditemukan sifat-sifat Sinar X ini tidak langsung dapat diketahui.
Baru pada tahun 1912 sifat-sifat alamiah (nature) Sinar X ini baru secara
pasti ditentukan seiring dengan penemuan difraksi Sinar X oleh kristal.
Difraksi Sinar X ini dapat membedakan objek yang berukuran sangat kecil
ukurannya sekitar orde Angstrom (Ǻ). Sifat-sifat Sinar X tersebut adalah:
1. Tidak dapat dilihat oleh mata, bergerak dalam lintasan lurus dan dapat
mempengaruhi film fotografi sama, seperti cahaya tampak.
2. Daya tembusnya lebih tinggi dari pada cahaya tampak dan dapat
menembus tubuh manusia, kayu serta beberapa lapis logam tebal.
3. Dapat dipergunakan untuk membuat gambar bayangan sebuah obyek
pada film fotografi (radiograf).
1.10 Pengantar Fisika Zat Padat 

4. Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik dengan energi sebesar


E = h.
5. Orde panjang gelombang Sinar X ini sekitar 0,5 Å hingga 2,5 Å,
sedangkan orde panjang gelombang untuk cahaya tampak sebesar 6000
Å sehingga letak Sinar X dalam diagram spektrum gelombang
elektromagnetik adalah antara sinar ultra violet dan sinar gamma.
6. Satuan panjang gelombang Sinar X sering dinyatakan dalam dua jenis
satuan:
1) Angstroom (Å)
2) Satuan Sinar X (XU = X Unit).
Dengan didefinisikan 1kXU = 1000 XU = 1,00202 Å.
Dengan demikian, 1 XU = 1,00202. 10-3 Å.
7. Persamaan panjang gelombang untuk medan listrik Sinar X yang
x 
terpolarisasi bidang adalah E = A sin 2π  - vt 
λ 
dE
Intensitas (I) Sinar X adalah (rata-rata aliran energi persatuan
dt
waktu) per satuan luas yang tegak lurus arah rambatannya.
Nilai rata-rata intensitas Sinar X ini adalah berbanding lurus dengan
erg
kuadrat amplitudo A2 Satuan intensitas dalam cgs adalah: .
det.cm
Apabila digambarkan:

Gambar 1.4.
Arah Vektor Medan Listrik dan Medan Magnet dari
Sebuah Gelombang yang Terpolarisasi Bidang
 PEFI4315/MODUL 1 1.11

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Berdasarkan keadaan target anodanya, tuliskan dua sumber Sinar X yang
Anda ketahui!
2) Apakah yang dimaksud dengan spektrum Bremstrahlung. Jelaskan
semua sifat-sifatnya yang Anda ketahui!
3) Dalam radiasi Sinar X, apabila tegangan tinggi yang diberikan sebesar
50kV dan energi panas yang dihasilkan diabaikan. Carilah panjang
gelombang terkecil (minimum) serta berapakah frekuensi
maksimumnya?
4) Apabila Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik dengan energi
sebesar 104 eV dan laju cahaya (c) = 3.108 m/s, serta tetapan Planck
sebesar 6,63.10-34 J.s. Berapakah besarnya panjang gelombang Sinar X
tersebut, apabila dinyatakan dalam XU?
5) Apabila diketahui persamaan gelombang untuk medan listrik Sinar X
x 
yang terpolarisasi bidang adalah: E = A sin 2π  - vt  = sin  kxωt 
 λ 
Berapakah besarnya intensitas Sinar X yang dihasilkan setelah 1 detik,
apabila amplitudo gelombang setinggi 1 cm, pada frekuensi 1 Hz dan
bergeser sepanjang 1cm.

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Berdasarkan target anodanya terdapat 2 macam sumber Sinar X, yaitu:


a) beranoda diam;
b) Sumber Sinar X beranoda berputar.
2) Hal yang dimaksud dengan spektrum Bremstrahlung, yaitu
Spektrum Sinar X yang dihasilkan akibat proses pengereman elektron
oleh anoda. Panjang gelombang terpendek dari spektrum ini timbul
akibat adanya pengereman yang mendadak sehingga elektron itu
berhenti seketika. Panjang gelombang terpendek ini bergantung tegangan
tinggi yang diberikan pada anoda-katoda. Posisi puncak dari spektrum
1.12 Pengantar Fisika Zat Padat 

ini terletak di 2/3 dari energi maksimum. Sinar X Bremstrahlung


merupakan spektrum polikhromatis.
3) Tegangan tinggi yang diberikan 50 Kvolt = 50.000 Volt.
E kinetik = e V = h vmax + Q. apabila energi panas diabaikan maka Q = 0.
hc hc
Sehingga: eV = h. atau λ min =
λ min eV
Apabila tetapan Planck (h) = 6,63.10-34 Js, laju cahaya c = 3.108 m/s,
muatan elektron
(e) = 1,6.10-19 Coulomb dan tegangan tinggi (V) dimasukkan maka akan
Anda dapatkan untuk panjang gelombang minimumnya sekitar 0,25 Å.
Apabila frekuensi maksimum adalah perbandingan antara kecepatan
cahaya (c) terhadap panjang gelombang minimum atau vmax = c/(λmin)
maka akan didapat harga frekuensi maksimum sekitar 1,2.10 -19 Hz.
4) Untuk menentukan panjang gelombang Sinar X, apabila energi Sinar X
c
sebesar 104 eV Anda dapat menggunakan persamaan E = hv = h
λ
104 eV = (6,63.10-34 J.s  3.108 m/s) / λ.
Dengan menyeragamkan dahulu satuannya yaitu 1 eV = 1,6.10 -19 J maka
akan Anda dapatkan satuan panjang gelombang dalam satuan meter.
Hubungan antara satuan Angstrom dengan meter 1 A = 10 -10m.
Dan dari hubungan antara XU dengan Angstrom, yaitu
1
1Å = .103 XU
1, 0020
Maka, akhirnya akan didapat harga panjang gelombang Sinar X dalam
bentuk satuan XU.
5) Untuk menentukan harga intensitas Sinar X, Anda gunakan persamaan
x 
E = A sin 2π  - vt  , kemudian didiferensiasikan terhadap t, akan
 λ 
didapat,
dE d  x 
Intensitas (I) = = A sin 2π  - vt  
dt dt  λ 
x 
Hasilnya menjadi: I = - 2AπvA cos 2π  - vt 
 λ 
 PEFI4315/MODUL 1 1.13

Kemudian, masukkan harga-harga tetapannya, yaitu A= 1 cm, x = 1 cm


dan V = 1 Hz dalam waktu satu detik maka akan Anda dapatkan harga
erg
intensitas dalam satuan .
det.cm

R A NG KU M AN

Berdasarkan apa yang telah Anda pelajari dalam Modul 1 untuk


Kegiatan Belajar 1 maka dapat kita simpulkan sebagai berikut.
1. Pembangkit (sumber) Sinar X berdasarkan keadaan target anodanya
ada 2, yaitu sebagai berikut.
a. Sumber Sinar X yang beranoda tetap.
b. Sumber Sinar X yang beranoda berputar.
2. Berkas Sinar X yang dihasilkan terdiri dari 2 jenis Sinar X, yaitu
sebagai berikut.
a. Sinar X polikhromatik, yaitu Sinar X yang berasal akibat
adanya pengereman elektron oleh anoda yang sering disebut
Sinar X Bremstrahlung dengan spektrum Sinar X yang kontinu.

b.Sinar X monokhromatik, yaitu Sinar X yang berasal dari adanya


transisi eksitasi atom dalam anoda. Spektrum Sinar X ini
bersifat diskrit dan sering disebut Sinar X karakteristik.
3. Spektrum Bremstrahlung
a. Jika elektron yang berenergi kinetik (EK) tinggi itu direm secara
tiba-tiba oleh anoda maka seluruh energi kinetiknya akan segera
tiba-tiba pula diubah menjadi energi Sinar X maksimum (hmax)
dan energi panas. Untuk perhitungan biasanya energi panasnya
diabaikan.
b. Jika energi kinetik elektron yang bergerak di dalam medan
listrik yang ditimbulkan oleh tegangan tinggi dinyatakan oleh
eV maka dari (a) dan (b) akan menjadi,
eV= (hmax) + Q
c. Satuan panjang gelombang Sinar X sering dinyatakan dalam
dua jenis satuan:
1) Angstrom (Å)
2) Satuan Sinar X (XU = X Unit).
Dengan didefinisikan 1kXU = 1000 XU = 1,00202 Å.
Dengan demikian, 1 XU = 1,00202. 10-3 Å.
1.14 Pengantar Fisika Zat Padat 

d. Persamaan panjang gelombang untuk medan listrik Sinar X


x 
yang terpolarisasi bidang adalah: E = A sin 2π  - vt 
λ 
dE
intensitas (I) Sinar X adalah (rata-rata aliran energi
dt
persatuan waktu) persatuan luas yang tegak lurus arah
rambatannya.

Nilai rata-rata intensitas Sinar X ini adalah berbanding lurus dengan


erg
kuadrat amplitudo A2. Satuan intensitas dalam cgs adalah .
det.cm

TES F OR M AT IF 1

Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini dengan benar!


1) Jelaskan secara singkat cara kerja dari sumber Sinar X beranoda diam!
2) Jelaskan secara singkat cara kerja dari sumber Sinar X beranoda
berputar!
3) Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang Sinar X polikhromatik!
4) Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang Sinar X monokhromatik!
5) Sebuah mesin Sinar X dapat menghasilkan panjang gelombang
minimum sebesar 0,5 Å. Berapakah tegangan tinggi yang harus dipasang
(dipergunakan) apabila energi panas yang dihasilkan pada anoda
diabaikan?
6) Apabila diketahui persamaan gelombang untuk medan listrik Sinar X
x 
yang terpolarisasi bidang adalah E = A sin 2π  - vt 
λ 
Berapakah besar intensitas Sinar X setelah 10 detik pertama?
7) Berapakah energi Sinar X yang mempunyai panjang gelombang
1
k XU ?
1, 0020
8) Sebutkan empat sifat-sifat Sinar X yang Anda ketahui!
9) Seberkas Sinar X mempunyai panjang gelombang 0,25 Å. Berapa
frekuensi Sinar X Tersebut?
 PEFI4315/MODUL 1 1.15

10) Sebutkan masing-masing arti notasi pada persamaan ini:


x 
E = A sin 2π  - vt  !
 λ 

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.16 Pengantar Fisika Zat Padat 

Kegiatan Belajar 2

Energi Sinar X

A. PANJANG GELOMBANG KARAKTERISTIK

Sinar X yang lebih bermanfaat dan sering dipergunakan dalam setiap


kegiatan percobaan adalah Sinar X monokhromatik yang sering disebut Sinar
X karakteristik. Sinar X karakteristik ini timbul secara tumpang tindih
dengan spektrum Bremstrahlung. Di samping panjang gelombangnya yang
monokhromatik, intensitas Sinar X karakteristik ini jauh lebih besar dari pada
intensitas Sinar X Bremstrahlung.
Proses terjadinya Sinar X karakteristik ini dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Jika energi kinetik elektron itu sama dengan atau lebih besar dari pada
energi eksitasi atom-atom di dalam anoda maka pada saat elektron-elektron
tersebut menumbuk anoda maka atom-atom tersebut akan tereksitasi
sehingga pada saat atom-atom tersebut kembali ke keadaan setimbang
mereka akan melepaskan energinya dalam bentuk foton gelombang
elektromagnetik yang sering disebut Sinar X karakteristik.
Oleh karena tingkat-tingkat energi di dalam atom-atom itu terkuantisasi
maka Sinar X yang dipancarkannya akan memiliki panjang gelombang atau
energi tertentu sehingga Sinar X ini sering disebut sebagai Sinar X
monokhromatik atau Sinar X karakteristik.
Misalnya, apabila Sinar X ini timbul akibat transisi elektron dari kulit L
ke kulit K maka Sinar X ini akan memiliki energi sebesar E = EL- EK. Garis
spektrum Sinar X tersebut lazim dinamai Kα sehingga panjang
gelombangnya menjadi λKα. Nama-nama garis spektrum lainnya adalah:
Kβ = Untuk transisi dari kulit M ke kulit K dan,
Kγ = Untuk transisi dari kulit N ke kulit K dan seterusnya.

Jika transisi itu terjadi dari tingkat-tingkat energi yang lebih tinggi ke
kulit L maka nama-nama untuk garis-garis spektrum Sinar X yang
dihasilkannya adalah Lα, Lβ, Lγ …… dst., serta untuk transisi yang terjadi
masing-masing dari kulit M, N,O.... dst.
Apabila dibandingkan dengan Sinar X Bremstrahlung maka Sinar X
karakteristik tersebut akan muncul secara tumpang tindih di dalam spektrum
 PEFI4315/MODUL 1 1.17

Bremstrahlung seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.5. Nilai panjang


gelombang Sinar X karakteristik ini hanya bergantung pada jenis bahan
anoda yang digunakan dan tidak bergantung pada besarnya tegangan tinggi
yang digunakan.

Gambar 1.5.
Sinar X Karakteristik Kα dan Kβ yang Tumpang Tindih
di Dalam Spektrum Bremstrahlung

Garis-garis spektrum tersebut sebetulnya masih dapat diuraikan menjadi


beberapa panjang gelombang, misalnya Kα menjadi Kα1 dan Kα2 dan Kβ
menjadi Kβ1, dan Kβ2 sehingga istilah “monokhromatik” tersebut masih
belum tepat. Akan tetapi, perbedaan antara panjang gelombang Kα1 dan Kα2
tersebut sangatlah kecil, akibatnya sangat sulit untuk membedakannya,
akhirnya orang masih lazim menyebut dengan garis-garis spektrum Kα dan
Kβ tersebut sebagai garis spektrum monokhromatik.
Untuk menentukan proses terjadinya Kα1, dan Kα2 serta Kβ1, dan Kβ2,
adalah sebagai berikut:
Peristiwa transisi eksitasi yang terjadi dalam atom-atom di dalam anoda
untuk menghasilkan Kα1, dan Kα2 serta Kβ1, dan Kβ2 dan sebagainya diatur
oleh kaidah seleksi.
Kaidah seleksi menyatakan bahwa transisi yang diizinkan terjadi di dalam
sebuah atom harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
1.18 Pengantar Fisika Zat Padat 

Λl = ±1 dan Δj, ±1 dengan l adalah bilangan kuantum orbital dan j adalah


momentum sudut total.
Dari mekanika kuantum kita tahu bahwa hubungan antara bilangan kuantum
orbital (I) dengan bilangan kuantum utama (n) dinyatakan oleh hubungan
berikut.
l = 0, 1, 2, 3, 4, 5, ……… (n- 1)

Contoh:
Untuk n = 5, nilai-nilai l yang mungkin adalah 0, 1, 2, 3, dan 4.
Sedangkan momentum sudut total (j) ialah jumlah dari vektor-vektor
momentum sudut j1, j2, j3, j4 .... dst. Dengan kata lain, j merupakan jumlah
dari momentum sudut orbital elektron (l) dengan momentum sudut intrinsik
elektron (s) yang sering disebut spin elektron (s = ½)
Dari mekanika kuantum pula kita dapat mengetahui bahwa nilai-nilai j yang
mungkin adalah:
J = (l + s), (l + s-1), (l + s-2), (l + s-3), ………… | l – s |

Contoh:
Untuk n = 3, nilai-nilai yang mungkin adalah 0, 1, dan 2.
Sehingga nilai-nilai j yang mungkin untuk,
a. l = 0 maka j = 0 + ½ = ½
b. l = 1 maka j = 1 + ½ = 3/2 dan 1 + ½-1 = ½
c. l = 2 maka j = 2 + ½ = 5/2 dan 2 + ½- 1 = 3/2 dan seterusnya.

Sebelum menjelaskan secara lengkap kaidah seleksi, marilah kita tinjau


terlebih dahulu jumlah elektron yang dapat menempati suatu tingkat energi
tertentu. Jumlah elektron yang menempati tiap tingkat energi yang ditandai
oleh bilangan kuantum utama (n) dapat dianalisis dengan cara: menentukan
jumlah komponen momentum sudut total dalam arah sumbu z. Jika J
menyatakan operator momentum sudut total maka JZ menyatakan operator
momentum sudut dalam arah sumbu z. Di dalam mekanika kuantum kita
biasa menyatakan keadaan eigen (eigen state) atau keadaan yang cocok untuk
kedua operator tersebut dengan notasi keterangan sebagai berikut.
j,m
 PEFI4315/MODUL 1 1.19

Jika j, m merupakan eigen state bersama untuk J dan JZ maka eigen


value (nilai yang cocok) untuk kedua operator J 2 dan JZ dapat dinyatakan
sebagai berikut:
J 2 j, m = j  j+1 h 2 j, m
J z j, m =  m  h 2 j, m

Dengan j  j± l  h 2 merupakan eigen value dari operator J 2 sehingga


eigen value-eigen value tersebut merupakan kuadrat dari nilai momentum
sudut total dan nilai komponen momentum sudut total dalam arah sumbu z.
Nilai ini memiliki rentang sebesar j < m < j artinya nilai-nilai yang mungkin:
(-j), (-j + 1), (-j + 3), ……….. (j-3), (j-2) (j-1), (j).

Jadi, jumlah komponen momentum sudut total dalam arah sumbu z


adalah sebanyak (2j + 1). Dengan demikian jumlah elektron dalam setiap
tingkat energi juga sebanyak (2j + 1).

Contoh:
Tentukanlah jumlah elektron yang dapat menempati tingkat energi pada
saat bilangan kuantum utamanya n = 4 (untuk kulit N).

Jawab:
Untuk nilai n =4, nilai-nilai l yang mungkin adalah (a) =0, (b) = 1,
(c) = 2 dan (d) = 3. Jadi, nilai-nilai yang mungkin adalah:

(a) Untuk l = 0 maka j = (l + s) = (0 + ½) = ½


Jadi jumlah elektron yang dapat menempati tingkat energi j = ½ untuk
  
n = 4 dan l = 0 adalah  2j+1 = 2  1 +1 = 2 buah , yaitu untuk nilai
2
m =-½ dan m = ½.

(b) Untuk l = 1 maka j = (l + s) = (1 + ½) = 3/2 dan j = (l+s-1) = ½ sehingga


jumlah elektron yang dapat menempati tingkat energi j = 3/2, n = 4, dan
  
l = 1 adalah  2j+1 = 2  3 +1 = 4 buah , jadi nilai m yang mungkin
2
-3/2,-½, ½, dan 3/2.
1.20 Pengantar Fisika Zat Padat 

Jumlah elektron yang dapat menempati tingkat energi: j = ½ untuk n = 4


  
dan l = 1 adalah:  2j+1 = 2  1 +1 = 2 buah , jadi nilai m yang
2
mungkin -½ dan ½.

(c) Untuk l =2 maka j = (l + s) = 2 + ½ = 5/2 dan


J = (l + s- 1) = 2 + ½- 1 = 3/2
Oleh karena itu, jumlah elektron yang dapat menempati tingkat energi
j = 5/2 untuk n = 4 dan 1 = 2 adalah (2j + 1) = {(2  5/2) + 1} = 6
buah,
Jadi, nilai yang mungkin adalah -5/2,-3/2,-½, ½, 3/2, 5/2 dan jumlah
elektron yang dapat menempati tingkat energi j = 3/2 untuk n = 4 dan
l = 2 adalah: (2j + 1) = {(2  3/2) + 1} = 4 buah,
Jadi nilai m yang mungkin adalah -3/2,-½, ½, 3/2.

(d) Untuk l = 3 maka j = (l +s) = (3+ ½) dan


J = (l + s-1) = (3 + ½- l) = 5/2.
Jumlah elektron yang dapat menempati tingkat energi j = 7/2 untuk n = 4
dan l = 3 adalah: (2j + 1) = {(2  7/2) + 11 = 8 buah,
Jadi nilai m yang mungkin adalah -7/2, -5/2, -3/2, -½, ½, 3/2, 5/2, dan
7/2.
Jumlah elektron yang dapat menempati tingkat energi j = 5/2 untuk n = 4
dan l = 3 adalah (2j + 1) = {(2  5/2) + 1 } = 6 buah, jadi nilai m yang
mungkin adalah -5/2, -3/2, -½, ½, 3/2, dan 5/2.
Akibatnya jumlah elektron yang dapat menempati tingkat energi n = 4
(kulit N) adalah (2) + (4+2) + (6+4) + (8+6) = 32 buah.

Berdasarkan contoh-contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa jumlah


elektron yang dapat menempati tingkat ke-n dapat dinyatakan dalam bentuk
rumus matematik sebesar 2n2 dengan nilai n adalah bilangan kuantum utama.
Penjelasan tersebut dapat dirangkum dalam bagan transisi eksitasi seperti
Gambar l.6 berikut.
 PEFI4315/MODUL 1 1.21

Gambar 1.6.
Bagan transisi eksitasi yang diizinkan oleh kaidah seleksi: Δl = ± 1 dan Δj = 0,
± 1. Setiap baris dalam tabel sebelah kanan bersesuaian dengan setiap
tingkat energi dalam bagan di sebelah kanan.

Dengan menggunakan kaidah seleksi Δl = ± 1 dan Δj = 0, ± 1. dengan l


adalah bilangan kuantum orbital dan j adalah momentum sudut total. Kita
dapat memahami proses transisi eksitasi yang diizinkan terjadi dalam sebuah
atom. Perhatikan bagan transisi yang ditunjukkan dalam Gambar 1.6 untuk
tingkat energi K, L, dan M. Dalam bagan di sebelah kanan pada Gambar 1.6
tersebut ialah ditunjukkan semua transisi yang mungkin terjadi yang sesuai
dengan kaidah seleksi untuk n = 1 hingga n = 3. Semua transisi yang
diizinkan ditunjukkan oleh anak panah dua arah. Dapat terlihat di sini bahwa
akan terdapat beberapa proses transisi yang tidak mungkin terjadi, seperti
dari L ke K ini disebabkan karena  l = 0 dilarang oleh kaidah seleksi.
1.22 Pengantar Fisika Zat Padat 

Demikian pula untuk transisi dari subkulit M v ke L1 ini dilarang tidak


hanya karena Δl ≠ 1, tetapi juga karena Δ j ≠ 0, ± 1. Sedangkan transisi dari
Mv ke L11 dilarang, hanya karena Δ j ≠ 0, ± 1.
Akhirnya dalam Gambar 1.6 tersebut dapat terlihat bahwa Kα akan
terurai menjadi Kα1 dan Kα2 di samping itu juga Kβ menjadi Kβ1 dan Kβ2.
Dengan cara yang sama Anda dapat juga menentukan spektrum garis deret L.
Perhatikan juga bahwa dalam kolom l kita juga dapat mencantumkan
notasi untuk subkulit (s,p,d,f dan seterusnya) yang sesuai dengan setiap nilai
l. Notasi subkulit ini apabila dihubungkan dengan l dapat dibuat bagan seperti
Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1.1.
Hubungan Nilai l dengan Notasi Subkulit

Nilai (l) Nama Subkulit


0 s
1 p
2 d
3 f
Dst. Dst.

1. Teori Kuantum tentang Panjang Gelombang Karakteristik


Dalam uraian sebelumnya dinyatakan bahwa Sinar X karakteristik
tersebut dapat pula dikatakan secara sederhana dengan nama lain, yaitu deret
Sinar X K, Sinar X L, Sinar X M, Sinar X N dan seterusnya.
Sebagai contoh, apabila kita tinjau selisih energi dari subkulit dalam
kulit utama, seperti Sinar X Lα dapat berasal dari salah satu subkulit tingkat
n = 3 (3s, 3p, 3d) dan berakhir pada salah satu subkulit tingkat n = 2 (2s, 2p).
Oleh karena energi subkulit ini berbeda-beda maka akan terjadi banyak sekali
Sinar X Lα. Akan tetapi, energi tiap-tiap subkulitnya kecil sekali apabila
dibandingkan dengan beda energi antara Sinar X L alfa dan Sinar X L beta.
Untuk transisi dari 3s ke 2s akan menghasilkan Sinar X Lα1, sedangkan untuk
transisi dari 3p ke 2s menghasilkan Sinar X Lα2, dan untuk transisi dari 3d ke
2s akan menghasilkan Sinar X Lα3, begitu seterusnya.
Sebagai contoh, apabila kita tinjau Sinar X Kα secara rinci maka sebuah
elektron pada kulit L akan dihalangi oleh dua elektron 1s sehingga muatan
inti efektif yang dirasakannya adalah Zeffektif sebanding dengan Z-l. Di dalam
 PEFI4315/MODUL 1 1.23

perhitungan ini kita mengabaikan efek halang oleh elektron-elektron terluar


karena sangat kecil, rapat kemungkinannya memang tidak nol di dalam orbit
kulit-L, tetapi pengaruhnya pada Zeffektif sangat kecil sehingga dapat
diabaikan. Berdasarkan hal tersebut dan dengan menggunakan persamaan
Bohr diperoleh hubungan:
c 2 e
4 1 1
 
= v = m  Z -1 .h 3  2 - 2 
λ 8 Î02

 ni nf 

Keterangan: ni = bilangan kuantum kulit terluar.


nf = bilangan kuantum kulit terdalam.
c
Dengan energi Sinar X yang diperolehnya sebesar: E = hv = h
λ

Energi ini akan meningkat secara halus dengan bertambahnya nomor


atom Z, sebagai contoh untuk Fe mempunyai nomor atom Z = 56 ternyata
energinya 7,8 ke V. Untuk Cs (Z = 55) energinya = 38,2 ke V, untuk Pb
(Z = 82) energinya 87 ke V. Energi-energi ini sesuai dengan kuantitas energi
yang diperkirakan oleh Bohr untuk sistem satu elektron. Susunan halus dari
tingkat-tingkat energi ini digambarkan dalam koefisien penyerapan linier
untuk efek fotolistrik. Jika sebuah elektron pada kulit L dihilangkan maka
ada 3 kemungkinan energi ionisasi ELI ELII, dan ELIII bergantung pada
keadaan kulit mana yang ditinggalkannya. Dengan cara yang sama jika
elektron dihilangkan pada kulit M maka akan ada 5 keadaan energi ionisasi,
dan seterusnya.
Dari uraian sebelumnya ternyata panjang gelombang Sinar X
karakteristik ini tidak bergantung pada besarnya tegangan tinggi yang
digunakan, tetapi hanya bergantung pada bahan yang akan digunakan yang
akan diulas dalam fenomena Mosely.
Sebagaimana telah diketahui bahwa Sinar X merupakan radiasi
gelombang elektromagnetik yang mempunyai rentang panjang gelombang
0,01 nm sampai 10 nm. Panjang gelombang ini sangat pendek sehingga
kemampuan daya tembusnya sangat besar dengan energi sekitar 100 eV
sampai 100 ke V.
Menurut Mosely penempatan unsur-unsur dalam tabel periodik yang
disusun oleh Mendeleyev kurang tepat jika disusun berdasarkan berat
atomnya karena ada beberapa pasang unsur yang harus dibalik
1.24 Pengantar Fisika Zat Padat 

kedudukannya. Saat itu, nomor atom setiap unsur tidak mempunyai arti yang
mendasar karena hanya merupakan nomor unit dari susunan unsur-unsur
pada tabel.
Pada tahun 1914 H.G.J Mosely mengamati bermacam-macam spektrum
Sinar X dengan bahan target yang berbeda-beda. Spektrum Sinar X yang
diamati ini oleh Mosely dinamakan spektrum karakteristik. Menurut Mosely
frekuensi garis spektrum yang dihasilkan untuk suatu deret spektrum
karakteristik berhubungan dengan nomor atomnya (Z) seperti dinyatakan
dalam bentuk rumus:

c
= Cn  Z-σ  = υ
λ

Dengan c : adalah cepat rambat cahaya.


Cn : adalah sebuah tetapan yang tidak bergantung pada Z (nomor
atom)
υ : adalah frekuensi Sinar X karakteristik.
σ : bernilai antara 1 dan 2 untuk deret K (Kα, Kβ, Kγ) dan
bernilai 7,4 sampai 9,4 untuk deret L

Penemuan Mosely ini mengungkapkan bahwa Z bukanlah sekadar


nomor unit susunan unsur-unsur dalam tabel periodik, melainkan mempunyai
arti fisis yang penting. Untuk itu Mosely memplot grafik  terhadap Z
seperti gambar berikut.

Gambar 1.7.
Plot  sebagai Fungsi Z untuk Garis Kα
 PEFI4315/MODUL 1 1.25

Grafik  terhadap Z ini lebih halus dari pada grafik  terhadap


berat atomnya. Hasil eksperimen Mosely ini memberikan jalan eksperimental
untuk menentukan suatu unsur dengan mengidentifikasi nomor atomnya.
Dengan demikian, Mosely berhasil menemukan deretan unsur-unsur yang
benar yang disusun berdasarkan nomor atomnya. Misalnya, unsur ke-18
adalah Kalium dengan berat atomnya 39,948. Susunan ini menempatkan
Argon pada kolom alkali dan Kalium pada kolom gas mulia, hal ini
bertentangan dengan sifat kimiawi dari unsur-unsur tersebut. Untuk menjaga
sifat kimiawi dari unsur-unsur tersebut maka kedudukan Argon dan Kalium
tersebut harus dibalik, menjadi unsur Argon harus diberi nomor 18 dan unsur
Kalium harus diberi nomor atom 19.

2. Lebar Alamiah Setiap Garis Spektrum Karakteristik


Pada pokok bahasan sebelumnya yaitu pokok bahasan panjang
gelombang karakteristik Sinar X, telah dibahas bahwa garis-garis Kα, Kβ
yang masing-masing disebut Sinar X monokhromatik ternyata masih dapat
diuraikan lagi, masing-masing menjadi Kα1 dan Kα2 serta Kβ1 dan Kβ2. Hal
ini menunjukkan bahwa garis-garis spektrum Kα1 dan Kα2 serta Kβ1 dan Kβ2
lebih monokhromatik atau lebih halus dari pada garis Kα dan K β itu sendiri.
Meskipun kenyataan memang demikian, tetapi sesungguhnya garis-garis Kα1
dan Kα2 serta Kβ1 dan Kβ2 masih memiliki lebar garis yang tidak dapat
diabaikan sehingga garis-garis Kα1 dan Kα2, serta Kβ1 dan Kβ2 tersebut tidak
benar- benar hanya terdiri dari satu panjang gelombang (λ) lebar garis-garis
Kα1 dan Kα2 serta Kβ1 dan Kβ2 inilah yang sering disebut dengan lebar
alamiah Sinar X karakteristik. Dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1.8.
Grafik Hubungan antara Intensitas (I) terhadap Panjang Gelombang
1.26 Pengantar Fisika Zat Padat 

Lebar alamiah atau natural width (Full Width at Half Maximum atau
lebar penuh pada harga setengah maksimum). Sehingga lebar alamiah dapat
dikatakan lebar yang mempunyai Intensitas (I) Kα1 = ½ intensitas Kα2
Fine structure (struktur halus: Kα, Kβ, Kγ)
Hyper fine structure (struktur sangat halus) Kα1, Kβ1, dan Kγ1. Atau
apabiladinyatakan dalam bentuk lain:

Fine Structure Super fine structure


K K
L LI
……LII
LIII
M ……MI
MII
….MIII
MIV
…….Mv

Lebar alamiah ini juga bergantung pada nomor atom bahan anoda.
Banyak ahli fisika yang telah melakukan pengukuran lebar alamiah Sinar X
dari beberapa unsur dengan menggunakan bermacam-macam metode. Salah
satu contohnya adalah pada tahun 1955 Gosta Brogen dengan menggunakan
difraktometer yang memfokuskan Sinar X.
Akan tetapi, hasil yang diperoleh dengan cara menggunakan
difraktometer yang memfokuskan Sinar X ternyata kurang dapat dipercaya
karena dengan cara ini akan menimbulkan efek pelebaran (broading effect)
pada lebar alamiah yang diakibatkan oleh deformasi kristal yang digunakan
di dalam difraktometer tersebut. Untuk itu tim tersebut menyempurnakan lagi
penelitiannya sehingga pada tahun 1962 melaporkan hasil penelitian yang
baru dengan menggunakan difraktometer kristal ganda (double crystal
difraktometer). Kedua kristal yang digunakan dalam difraktometer ini adalah
kristal kuarsa (quartz) dan kristal kalsit (calcite). Ternyata hasil yang
diperoleh jauh lebih baik karena tidak menimbulkan efek pelebaran sehingga
semua lebar alamiah yang terukur jauh lebih sempit dari pada lebar alamiah
hasil pengukuran pada penelitian sebelumnya.
 PEFI4315/MODUL 1 1.27

Hasil pengukuran tersebut dapat ditunjukkan dalam gambar berikut.

Gambar 1.9.
Lebar Alamiah Sinar X Karakteristik sebagai Fungsi Nomor Atom (Z)

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan dengan teori kuantum mengapa jumlah elektron di dalam kulit
L hanya terisi 8 elektron!
2) Dengan teori selection of rule gambarkan spektrum garis-garis pada kulit
L tersebut!
3) Berapakah panjang gelombang karakteristik dari suatu bahan
Alumunium (Al) apabila nomor atom Alumunium adalah 13, dan tetapan
σ mempunyai harga satu?
4) Jelaskan makna dari spektrum Sinar X Kβ!
5) Jelaskan bahwa panjang gelombang karakteristik itu bergantung pada
jenis bahan anoda yang digunakan!
1.28 Pengantar Fisika Zat Padat 

Petunjuk Jawaban Latihan

1) a) Tingkat-tingkat energi menurut teori atom Bohr bahwa untuk kulit L


mempunyai bilangan kuantum (n) = 2.
b) Buat hubungan antara bilangan kuantum orbital (l) dan bilangan
kuantum utama (n) adalah l = 0,1,2 (n-1) maka untuk kulit L harga
yang mungkin adalah l= 0 dan 1.
c) Buat hubungan antara momentum sudut total (j) terhadap bilangan
kuantum orbital (l) serta spin elektron (momentum sudut intrinsik
elektron), yaitu j = 1 + s; l + s-1 ; 1+s-2; ….. l-s.
Apabila harga spin (s) = ½ untuk: l = 0 maka j = ½
l = 1 maka j = 3/2 dan ½
d) Buat hubungan antara bilangan kuantum spin (m) dengan
momentum sudut total (j) seperti ditunjukkan:
m = - j, - j+1; j + 2; j-1, j.
-j< m < j
Maka, untuk l = 0, j = ½ dan ms =-½ dan ½ sehingga jumlah
elektron = 2e. Untuk l = 1 maka j = ½ ms =-½ dan ½ sehingga
jumlah elektron = 2e
Untuk j = 3/2 harga ms =-3/2;-½, ½, dan 3/2 sehingga jumlah
elektron = 4e
Jadi, terbukti bahwa jumlah elektron untuk kulit L sebanyak 8
elektron
2) Dengan menggunakan hasil soal data soal nomor 1 kemudian Anda
gabungkan dengan kaidah seleksi atau “selection of rule”, yaitu Δl = ± 1
dan Δj = 0, ± 1
Maka, akhirnya didapat spektrum-spektrum garis Kα1 dan Kα2.
Gambar spektrum
 PEFI4315/MODUL 1 1.29

Dengan menggunakan kaidah seleksi, dari kulit K ke kulit L:


Δl = ± 1 artinya dari kulit K ke kulit L1 maka Δl = 0- 0 = 0 (tidak boleh)
K ke kulit L2 maka Δl = 1- 0 = 1 (boleh)
K ke kulit L3 maka Δl = 1- 0 = 1 (boleh)

Δj = 0, ± 1 artinya dari kulit K ke kulit L1 maka Δj = ½–½ = 0


(boleh)
K ke kulit L2 maka Δj = ½ – ½ = 0
(boleh)
K ke kulit L3 maka Δj = 3/2 – ½ = 1
(boleh)
3) Untuk menentukan panjang gelombang karakteristik dari sebuah bahan
Alumunium maka Anda dapat pergunakan persamaan:
c
 Cn  Z     

Dengan memasukkan harga kecepatan cahaya c = 3.108 m/s, nomor atom
(Z) untuk Alumunium sebesar 13 serta tetapan σ =1 maka akan Anda
dapatkan harga panjang gelombang karakteristik λ, sebagai fungsi
tetapan Cn.
4) Pengertian tentang spektrum Sinar X untuk Kβ adalah:
Sinar X yang dihasilkan akibat posisi elektron dari kulit M ke kulit K
maka Sinar X ini akan memiliki energi sebesar E Kβ = EM- EK sehingga
panjang gelombangnya sering disebut λ-Kβ.
c
5) Dari persamaan Mosley, yaitu  Cn  Z     

Dari persamaan tersebut maka panjang gelombang karakteristik,
tergantung pada konstanta Cn, kecepatan cahaya (c), tetapan σ dan
nomor atom Z yang mengidentifikasi adanya jenis bahan.

R A NG KU M AN

Setelah Anda mempelajari Kegiatan Belajar 2 maka dapat


disimpulkan bahwa:
1. Panjang gelombang karakteristik (λ karakteristik) ternyata
bergantung pada jenis bahan anoda yang dipergunakan.
1.30 Pengantar Fisika Zat Padat 

2. Peristiwa transisi eksitasi yang terjadi dalam atom-atom di dalam


anoda untuk menghasilkan.
a. Garis-garis spektrum pada kulit K (Kα)
kulit L (Kβ)
kulit M (Kγ).
Seterusnya diatur oleh kaidah seleksi atau “selection of rule” dengan
syarat terjadinya transisi adalah: Δl = ± 1 dan Δ j = 0, ± 1.
Dengan l = bilangan kuantum orbital
j = momentum sudut total
b. Dari mekanika kuantum kita mengetahui bahwa hubungan
antara bilangan kuantum orbital (l) dengan bilangan kuantum
utama (n) dinyatakan oleh: l = 0,1,2,3... (n - 1)
c. Dari mekanika kuantum pula didapat hubungan antara j
(momentum sudut total) yang merupakan jumlah dari
momentum sudut orbital (l) elektron ditambah momentum sudut
intrinsik elektron (spin elektron).
j = l + s dengan harga s =1 2
Nilai-nilai yang mungkin: j =l + s; l + s-1 ; l + s-2; ……l- s.
d. Bilangan kuantum spin (ms) ditentukan oleh hubungan
m =-j; -j + 1; j + 2; ....j-2; j-1, j.
atau:-j < m < j

3. Keteraturan tentang ketergantungan ini dipelajari dan diteliti oleh


Mosley pada tahun 1914 dengan menggunakan sampel 39 jenis
bahan anoda, mulai dari Alumunium (Al) sampai bahan emas (Au).
Hubungan antara panjang gelombang karakteristik (λ karakteristik)
dengan nomor atom (Z) bahan anoda tersebut, apabila dinyatakan
dalam bentuk rumus matematik
c
 Cn  Z     

1
c1 2
 2 
Cn     
Dengan:
  1 2 = panjang gelombang karakteristik
c = kecepatan rambat cahaya
Cn = adalah sebuah tetapan yang tidak bergantung
pada (Z) nomor atom
σ = bernilai antara 1 dan 2 untuk deret K (Kα Kβ Kγ)
 PEFI4315/MODUL 1 1.31

dan bernilai antara 7,4 sampai 9,4 untuk deret L


(Lα Lβ Lγ)

4. Lebar alamiah untuk garis spektrum karakteristik


a. Garis-garis spektrum Sinar X karakteristik kita lihat bahwa garis
Kα dan Kβ yang masing-masing disebut monokhromatik,
ternyata masih dapat diuraikan menjadi garis-garis spektrum
Kα1, Kα2, Kβ1, Kβ2. Akibatnya garis-garis spektrum tersebut
mempunyai lebar garis dengan arti lain. Tidak benar-benar
hanya terdiri dari satu panjang gelombang saja.
b. Lebar alamiah juga bergantung pada nomor atom bahan anoda.

TES F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Apabila unsur emas (Au) mempunyai nomor atom sebesar 79 dan


tetapan σ bernilai 2. Berapakah panjang gelombang karakteristik bahan
emas tersebut?
2) Jelaskan makna arti spektrum Sinar X dari Kγ!
3) Jelaskan bahwa lebar alamiah juga bergantung pada nomor atom bahan
anoda!
4) Apakah yang dimaksud dengan panjang gelombang karakteristik yang
Anda ketahui!
5) Jelaskan dengan teori kuantum, mengapa jumlah elektron di kulit K ada
2 buah elektron!
1
C1 2
6) Jelaskan masing-masing notasi dari persamaan    2  !
Cn     
7) Jelaskan masing-masing notasi dari persamaan Mosley, yaitu
c
 Cn  Z      !

8) Tuliskan syarat pada selection of rule!
9) Peristiwa transisi eksitasi yang terjadi dalam atom-atom di dalam anoda
untuk menghasilkan spektrum apa saja?
10) Bagaimanakah hubungan antara bilangan kuantum spin dengan
momentum sudut total?
1.32 Pengantar Fisika Zat Padat 

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 PEFI4315/MODUL 1 1.33

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) Cara kerja sumber Sinar X dengan anoda diam adalah:
Elektron-elektron yang dipercepat dengan tegangan tinggi yang terjadi
antara katoda dan anoda sehingga sistem ini akan mempunyai energi
kinetik yang sangat besar. Pada saat menumbuk anoda, elektron ini akan
melepaskan energi kinetiknya. Ternyata sebagian besar dari energi
kinetik itu berubah menjadi energi panas yang menumpuk pada anoda.
Karena anodanya diam maka bagian anoda yang dikenai elektron lama
kelamaan akan rusak.
2) Cara kerja sumber Sinar X beranoda berputar.
Cara kerja dari sumber Sinar X dengan anoda berputar ialah:
Pada prinsipnya sama dengan cara kerja dari sumber Sinar X dengan
anoda diam, hanya karena anodanya berputar maka bagian anoda yang
dikenai elektron akan berubah-ubah sehingga anoda akan tahan lebih
lama.
3) Sinar X polikhromatik
Sinar X yang berasal akibat adanya pengereman elektron oleh anoda
yang sering disebut Sinar X Bremstrahlung dengan spektrum Sinar X
yang kontinu.
4) Sinar X monokhromatik: Sinar X yang berasal dari adanya transisi
eksitasi atom dalam anoda. Spektrum Sinar X ini bersifat diskrit dan
sering disebut Sinar X karakteristik.
hc
5) Dari persamaan λ min =
eV
Maka, tegangan V =  hc/e  λ min
Dengan memasukkan harga-harga yang diketahui dan mengganti
1 Å = 10-10 m maka akan Anda dapatkan harga V sebesar 1,24 .105 Volt.
6) Untuk menentukan harga intensitas Sinar X, Anda dapat gunakan
persamaan
x 
E = A sin 2π  - vt  , kemudian diferensiasikan terhadap t, akan didapat
λ 
dE d   x 
Intensitas (I) = = A sin 2π   
dt dt   λ 
1.34 Pengantar Fisika Zat Padat 

x 
Hasilnya menjadi I = - 2A πvA cos 2π  - vt 
λ 
Dengan memasukkan harga t sebesar 10 detik maka akan Anda dapatkan
harga intensitas Sinar X yang ditanyakan.
7) Untuk menentukan energi Sinar X apabila panjang gelombang Sinar X
1
tersebut sebesar kXU Anda dapat menggunakan persamaan:
1, 00202
c

E = hv = h = 6, 63.10-34 J.s 3.108 m/s
λ
 /  1, 00202
1 
kXU 

Dengan menyeragamkan dahulu satuannya, yaitu 1 XU = 1,00202 Å,
sedangkan 1 Å = 10-10 m.
Maka, akhirnya akan Anda dapatkan energi Sinar X dalam bentuk satuan
Joule.
8) Sifat-sifat Sinar X.
a) Tidak dapat dilihat oleh mata, bergerak dalam lintasan lurus dan
dapat mempengaruhi film fotografi sama seperti cahaya tampak.
b) Daya tembusnya lebih tinggi dari pada cahaya tampak, dan dapat
menembus tubuh manusia, kayu serta beberapa lapis logam tebal.
c) Dapat dipergunakan untuk membuat gambar bayangan sebuah objek
pada film fotografi (radiograf).
d) Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik dengan energi
sebesar E = h v.
9) Seberkas Sinar X mempunyai panjang gelombang 0,25 A maka
frekuensinya adalah
v = c / λ =3.108 m/s / 0, 25Å =1, 2.1019 Hz
x 
10) Arti masing-masing notasi. dari E = A sin 2π  - vt 
λ 
E = medan listrik
A = amplitudo
x = panjang lintasan
λ = panjang gelombang
v = kecepatan rambat gelombang
t = waktu yang diperlukan
 PEFI4315/MODUL 1 1.35

Tes formatif 2
1) Untuk menentukan panjang gelombang karakteristik dari sebuah bahan
emas maka Anda dapat pergunakan persamaan Mosley:
c
= Cn  Z - σ  = υ
λ
1
c1 2
λ2 =
Cn  Ζ - σ 
Dengan memasukkan harga kecepatan cahaya c sebesar 3.10 8 m/s nomor
atom Z untuk alumunium sebesar 79 serta tetapan = 2 untuk deret atau
kulit K maka Anda dapatkan harga panjang gelombang karakteristik
lamda sebagai fungsi tetap Cn.
2) Pengertian tentang spektrum Sinar X Ky.
Sinar X yang ditimbulkan akibat transisi elektron dari kulit N ke kulit K
maka Sinar X ini akan memiliki energi sebesar EKγ = EN- EK Sehingga
panjang gelombangnya sering disebut λKγ.
c
3) Dari persamaan Mosley, yaitu = Cn  Z-σ  = υ
λ
Dari persamaan tersebut maka panjang gelombang karakteristik
tergantung pada konstanta Cn, kecepatan cahaya (c), tetapan a dan
nomor atom Z
Dari persamaan Mosley Anda dapatkan persamaan:
c
 Cn  Z     

c1 2
 
1
2 
Cn     
Dari persamaan tersebut panjang gelombang karakteristik, tergantung
pada konstanta Cn, kecepatan cahaya (c), tetapan σ, dan nomor atom Z.
4) Hal yang dimaksud dengan panjang gelombang karakteristik adalah
panjang gelombang Sinar X yang timbul akibat proses eksitasi atom di
dalam anoda. Panjang gelombang ini tidak bergantung pada tegangan
tinggi yang diberikan, tetapi bergantung pada bahan anodanya. Sinar X
karakteristik ini merupakan Sinar X yang polikhromatik.
5) Pada kulit K maka bilangan kuantum (n) =1
Bilangan kuantum orbital (1) yang berlaku adalah l = 0,1,2,3,... (n-1)
Jadi, l yang mungkin adalah 0
1.36 Pengantar Fisika Zat Padat 

Dari mekanika kuantum kita ketahui bahwa momentum sudut total yang
mungkin adalah j = ½ karena harga mutlak maka harga-½ tidak berlaku.
Apabila bilangan kuantum spin ditentukan oleh hubungan ms = -j, -j + 1,
-j + 2…(j - 2), (j - 1), (j).
maka pada saat j = ½, ms berharga-½ dan ½ sehingga ada dua buah
elektron.
c1 2
6) Arti notasi dari:   
1
2 
Cn     

 
1
2 = panjang gelombang karakteristik.
c = kecepatan rambat cahaya.
Cn = sebuah tetapan yang tidak bergantung pada (Z) nomor
atom.
σ = bernilai antara 1 dan 2 untuk deret K (Kα Kβ Kγ)
dan bernilai antara 7,4 sampai 9,4 untuk deret L (Lα Lβ Lγ)
c
7.) Persamaan Mosley:  Cn  Z     

c = kecepatan cahaya =3.108 m/s,
(Z) = nomor atom
σ = Tetapan,
λ = panjang gelombang karakteristik.
Cn = tetapan.
8) Persamaan selection of rule: Δ l = ± 1 dan Δ j = 0, ± 1.
Dengan l = bilangan kuantum orbital
j = momentum sudut total
9) Garis-garis spektrum pada kulit K (Kα)
kulit L (Kβ)
kulit M (Kγ)
10) Hubungan antara momentum sudut total dengan bilangan kuantum spin.
M = -j; -j + 1; j + 2; …j - 2; j - 1, j.
-j < m < j
 PEFI4315/MODUL 1 1.37

Daftar Pustaka

Charles. Kittel. (1986). Introduction to Solid State Physics. 6th ed. New York:
John Wiley & Sons, Inc.

M.A. Omar. (1975). Elementary Solid State Physics. London: Addison-


Wesley Publ. Company.

Ashcroft/Mermin. (1976). Solid State Physics. Philadelphia: Saunders


College.

B.K. Agarwal. (1991). X-Ray Spectroscopy an Introduction. 2th ed. London:


Springer-Verlag..

Anda mungkin juga menyukai