Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN

“Penyempurnaan kostisasi kain poliester-rayon”

Disusun oleh :
Nama : Yulian Eka Permana
Nrp : 99.P.2341
Grup : K-4
Dosen : H. Indarto,S.Teks.M.
Asisten : Widodo,AT.
Desiriana
Tgl. Praktikum : 1 April 2002

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
2001 / 2002
I. MAKSUD / TUJUAN.
Melakukan proses kostisasi pada bahan poliester-rayon untuk memberikan
efek mengkeret, pegangan yang baik, menambah daya absorpsi dan menambah
kekuatan tarik.

II. ALAT/BAHAN DAN ZAT KIMIA.


2.1.Zat kimia yang digunakan :
- Bak impregnasi kostik
- Frame
- Bak celup
II.1. Zat kimia yang digunakan :
- Kostik soda 220 Be – 380 Be
- Asam cuka 5%
- Pembasah tahan alkali 1 g/l
- Zw reaktif 2%
- NaCl 10 g/l
- Na2CO3 2 g/l
II.2. Fungsi zat-zat kimia :
- Kostik soda : sebagai zat pemerser yang akan
menggelembungkan serat selulosa sehingga pegangannya lebih penuh
karena permukaan seratnya mengembung dan lebih rata.
- Asam cuka : sebagai zat penetral untuk menetralkan bahan
yang telah dikerjakan dalam kostik yang bersifat alkali tersebut. Dan
mempermudah pencucian.
- Pembasah tahan alkali : untuk mempercepat penetrasi kostik
soda kedalam pori-pori serat selulosa.
- Zat warna reaktif : sebagai zat pencelup untuk mengetahui
perubahan/perbedaan yang terjadi pada bahan poliester-rayon yang
sudah di kostisasi terhadap penyerapan zat warnanya dibandingkan
dengan kain grey serupa.
- NaCl : sebagai elektrolit pada pencelupan zat warna reaktif
agar penyerapan selulosa terhadap zat warna reaktif lebih baik,
sehingga zat warna dengan selulosa lebih mudah berdifusi kedalam
serat.
- Na2CO3 : sebagai alkali dalam fiksasi zat warna reaktif pada
serat selulosa. Dan sebagai pengondisi alkali dalam proses
penyabunan.
- Teepol : sebagai detergent agent untuk proses penyabunan
(menghilangkan kotoran/minyak yang menempel).

III. TEORI PENDEKATAN.


3.1. Rayon.
Rayon viskosa adalah serat selulosa yang diregenerasi sehingga strukturnya
sama dengan selulosa yang lain, kecuali derajat polimerisasinya lebih rendah
karena terjadinya degradasi rantai polimer selama pembuatan seratnya. Serat
ini juga disebut sebagai serat buatan.
Serat rayon ini dibuat dari kayu yang dimurnikan dan dengan natrium
hidroksida diubah menjadi selulosa alkali. Kemudian dengan karbon disulfida
diubah menjadi natrium selulosa xantat dan selanjutnya dilarutkan dalam
larutan Natrium Hidroksida encer.Larutan tersebut kemudian diperam dan
akhirnya dipintal dengan cara pemintalan basah mempergunakan larutan asam.
Rayon viskosa mempunyai kekuatan basah yang lebih kecil dibanding
kekuatan keringnya. Dibandingkan dengan kapas, rayon viskosa lebih cepat
rusak oleh asam terutama dalam keadaan panas. Pengerjaan dengan asam
encer dingin dalam waktu singkat biasanya tidak akan berpengaruh tetapi pada
suhu tinggi akan merusak serat serat rayon viskosa.

Penampang melintang penampang membujur


Gambar 3.1
Penampang Rayon viskosa
Bentuk penampang membujur serat rayon viskosa seperti silinder bergaris dan
penampang melintangnya bergerigi, seperti terlihat pada gambar 3.1.

3.2. Poliester
Poliester adalah serat sintetik yang dibuat dari asam tereftalat dan etilena
glikol yang dipintal dengan cara pemintalan leleh.
Poliester mempunyai moisture regain yang kecil 0,4%.
Poliester tahan terhadap asam lemah meskipun pada suhu didih dan tahan
asam kuat dingin. Poliester tahan basa lemah, tetapi kurang tahan basa kuat,
sehingga poliester akan terkikis.

Penampang melintang penampang membujur


Gambar 3.2
Penampang Poliester
Bentuk penampang membujurnya berbentuk silinder dan dengan penampang
melintangnya yang bulat seperti tercantum pada gambar 3.2.

3.3. Kostik soda.


Dalam pengerjaan merserisasi ataupun kostisasi ini digunakan zat kimia
yang bisa berupa NaOH ataupun KOH. Tapi bisa juga digunakan secara
bersamaan (campur) karena memengingat KOH yang lebih mahal
dibandingkan dengan NaOH.
Kostik soda yang digunakan untuk proses adalah sebagai berikut :
- Kostisasi = 18 – 240 Be
- Merserisasi = 28 – 320 Be
Dengan suhu pengerjaan yang rendah, untuk hasil yang terbaik, dilakukan
pada suhu  200 C yang tetap. Sedangkan pada suhu  300 C kostik soda
(NaOH) merusak selulosa.
Pengerjaan tersebut dilakukan pada  40 detik, yaitu waktu penyerapan kostik
soda dalam serat. Pengerjaan yang lebih lama tidak memberikan hasil yang
lebih baik.

3.4. Kostisasi kain Poliester-Rayon dengan Kostik soda.


Kostisasi ataupun merserisasi adalah hampir sama, yaitu pengerjaan untuk
menggelembungkan serat selulosa sehingga diperoleh kain yang lebih penuh
pegangannya, yang menambah daya serap bahan, kekuatan, dan kilaunya.
Hanya saja perbedaannya antara kostisasi dengan merserisasi adalah bahwa
kostisasi tidak dilakukan dengan tegangan, sehingga kilau bukan hal yang
utama.
Kostisasi itu sendiri dilakukan untuk serat selulosa. Dan rayon sebagai serat
selulosa bisa dikerjakan kostisasi, walaupun sebenarnya rayon sudah memiliki
kilau yang baik.
Serat rayon biasanya dilakukan kostisasi karena rayon sudah mempunyai
kilap, dan kekuatan basahnya jelek, sehingga jika rayon dikerjakan merser
dengan cara ditegang maka dikhawatirkan terjadi putus.
Pada kain poliester-rayon kostisasi dilakukan untuk memperbaiki mutu
rayonnya, sehingga rayonnya lebih mengkilat, kehalusan yang lebih baik,
afinitas dalam pencelupan, bertambah, kestabilan yang lebih baik, kekuatan
tarik yang lebih baik, dan reaktifitas kimia yang lebih tinggi, terutama hal ini
penting untuk pengerjaan-pengerjaan yang memberikan ikatan silang (cross-
linkingtreatments).
Jadi poliesternya tidak mengalami perubahan sifat pada pengerjaan kostisasi
ini, kecuali itu poliester tidak akan tahan jika dikerjakan pada NaOH pekat dan
pada temperatur tinggi dan dalam waktu yang lama, karena akan mengikis
permukaan serat poliesternya. Jadi selama proses ini poliesternya tidak
mengalami kerusakan yang besar.
IV. PERCOBAAN.
IV.1. Kostisasi :
a) Bahan
- Poliester-Rayon
b) Resep umum
- Kostik soda 220 Be – 380 Be
- Asam cuka 5%
- Pembasah tahan alkali 1 g/l
- Waktu 30 – 60 – 90 – 120 – 150 – 180 (detik)
c) Cara kerja
- Bahan dipotong 30 x 30 cm, dipasang pada rangka
- Direndam pada larutan kostik sesuai dengan resep
- Bahan dibilas dengan air dingin mengalir, kemudian dibilas air panas
- Bahan dinetralkan dengan asam cuka 5% (check pH)
- Bahan dilepas, cuci lagi, lalu dikeringkan.

IV.2. Pencelupan :
a) Bahan
- Kain hasil kostisasi
- Kain grey yang serupa (pembanding)
b) Resep umum
- Zat warna reaktif 2%
- NaCl 10 g/l
- Na2CO3 2 g/l
- Vlot 1:30
- Waktu 60 menit
c) Perhitungan resep
Berat bahan : 133 gram
Vlot (1 : 30) : 30 x 133 = 3990 ml
Zw 2% : 2 x 133 = 2,669 gram
100
NaCl : 10 x 3990 = 39,90 gram
1000
Na2CO3 : 2 x 3990 = 7,98 gram
1000
Kebutuhan air : 3990 – 2,669 – 39,90 – 7,98 = 3439,45 ml
d) Cara kerja
- Masukkan zw dan bahan pada air vlot dengan suhu 600 C.
Aduk selama 10 menit.
- Masukkan NaCl dan naikkan temperaturnya sampai
mendidih.
- Tambahkan Na2CO3 dan celup selama 60 menit.
- Skema pencelupan zat warna reaktif panas :

- Bahan
- Zw Reaktif panas Na2CO3 Na2CO3
NaCl 800 C

0 10’ 20’ 50’ 80 menit

IV.3. Penyabunan :
a) Bahan
- Kain yang telah dicelup
b) Resep umum
- Na2CO3 1 g/l
- Detergent/teepol 1 ml/l
- Temperatur 700 C
- Waktu 15 menit
c) Perhitungan resep
Na2CO3 : 1 x 3990 = 3,990 gram
1000
detergent : 1 x 3990 = 3,990 ml
1000
Kebutuhan air dibuat dengan vlot yang sama dengan pencelupan :
Kebutuhan air : 3990 – 3,99 – 3,99 = 3982 ml
d) Cara kerja
- Kerjakan bahan yang akan dicuci dalam larutan yang berisi
Na2CO3 dan detergent pada temperatur 700 C selama 15 menit
- Kemudian bilas dengan air bersih.

V. PEMBAHASAN.
Dari hasil percobaan kostisasi pada kain poliester-rayon diatas dapat dikemukakan
hasil sebagai berikut :
V.1. Daya serap
Pada pengerjaan bahan dalam larutan celup terdapat hasil yang berbeda dari
ketuaan warna yang diserap bahan. Bahan yang di kostisasi setelah dicelup
menghasilkan warna yang lebih tua dibandingkan bahan grey serupa, hal ini
membuktikan bahwa daya serap bahan setelah di kostisasi meningkat sehingga
mampu menyerap lebih banyak zat warna.
Sedangkan pada bahan yang di kostisasi selama 30 dan 60 detik diperoleh
hasil ketuaan yang hampir serupa (lebih rendah).
Sedangkan untuk bahan yang di kostisasi selama 90, 120, 150 dan 180 detik,
hasilnya lebih tua dibandingkan bahan yang dimerser dengan waktu 30 dan 60
detik. Dan hasil dari ketuaan warna pada pencelupan bahan dengan kostisasi
90 – 180 detik adalah hampir sama.
Jika menurut pada teori yang ada, bahwa kostisasi/merserisasi yang baik itu
selama 40 detik, maka pada pengerjaan selama 60 detik adalah didapat
ketuaan yang berbeda dari pengerjaan 30 detik, tapi pada pelaksanaannya
diketahui bahwa konsentrasi sangat mungkin berubah karena adanya air yang
terbawa pada setiap perubahan praktikan dari frame yang dipakai. Karena
pada percobaannya, pengerjaan dilakukan dengan terlebih dahulu untuk waktu
yang terlama.

V.2. Kekuatan tarik


Untuk mengetahui perubahan kekuatan tarik dari bahan hasil kostisasi
seharusnya dilakukan pengujian terhadap kekuatan tariknya. Karena kekutan
tariknya akan bertambah pada bahan yang mengalami kostisasi/merserisasi.
Karena terjadinya penggelembungan mengakibatkan penampang membujur
seratnya rata, sehingga terjadi penyebaran kekuatan yang sama.

V.3. Pegangan
Pegangan bahan setelah kostisasi lebih lembut dan halus dibandingkan bahan
serupa tanpa kostisasi. Selain itu pegangan terasa lebih penuh.

VI. KESIMPULAN.
Dari hasil percobaan pada bahan poliester-rayon dengan pengerjaan kostisasi
dengan NaOH dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
- Penyempurnaan kostisasi pada bahan poliester-rayon
dilakukan untuk memperbaiki sifat rayonnya, sehingga rayon lebih lembut,
pegangannya lebih penuh, dan daya serap terhadap zat kimianya lebih baik.
- Penambahan lamanya waktu kostisasi, pada waktu tertentu
tidak menambah sifat-sifatnya lebih baik.
- Hasil kostisasi yang baik dari percobaan ini terlihat pada
kostisasi dengan waktu 90 detik.

VII. SARAN.
1. Sebaiknya pada saat percobaan , pengerjaan kostisasi dan merserisasi tidak
disatukan karena adanya perbedaan konsentrasi kostik soda.
2. Pada saat mengerjakan merserisasi/kostisasi pada frame, maka frame yang
akan digunakan kembali harus dicuci agar asam cuka pada saat penetralan
tidak tertinggal dalam frame sehingga pada saat dicelupakn dilarutan kostik,
asam akan mempengaruhi/merubah konsentrasi kostik.
3. Untuk mengetahui perubahan kekuatan, mengkeret, ataupun daya kilap
sebaiknya dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai perubahan tersebut.
Terutama karena pengerjaan ini perbedaan hasil sebelum dan sesudahnya
lebih sulit untuk dinyatakan secara visual.
LAMPIRAN

SAMPEL BAHAN VARIASI

Poliester-rayon di kostisasi –
tanpa celup reaktif
Poliester-rayon grey tanpa
kostisasi + celup reaktif

Poliester-rayon di kostisasi
30 detik+ celup reaktif

Poliester-rayon di kostisasi
60 detik+ celup reaktif

Poliester-rayon di kostisasi
90 detik+ celup reaktif

Poliester-rayon di kostisasi
120 detik+ celup reaktif

Poliester-rayon di kostisasi
150 detik+ celup reaktif

Poliester-rayon di kostisasi
180 detik+ celup reaktif

DAFTAR PUSTAKA

- Soeparman S.Teks, Dr. N.M. Surdia M.Sc, Budiarti M.Sc,


Hendrodyantopo Bk. Teks., Teknologi Penyempurnaan Tekstil, Institut
Teknologi Tekstil, Bandung, 1973.
- Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi Tekstil, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai