Mahasiswa mampu menjelaskan gaya antar molekul, jenis larutan, proses pelarutan
dari sudut pandang molekul, satuan konsentrasi larutan, dan perubahan energi yang
menyertai kelarutan, serta pengaruh suhu, tekanan terhadap kelarutan dan sifat
koligatif larutan.
1
Molekul-molekul dalam cairan berinteraksi melalui satu atau lebih jenis gaya tarik. Cairan juga
memiliki volume tertentu, karena molekul-molekul dalam cairan tidak saling memisah karena
adanya gaya tarik tersebut. Tetapi, molekul-molekul tersebut dapat bertukar tempat dengan
bebas, sehingga cairan dapat mengalir, dapat dituang, dan memiliki bentuk seperti wadahnya.
1. Gaya Antarmolekul
Gaya tarik di antara molekul-molekul, disebut gaya antarmolekul (intermolecular forces),
menyebabkan perilaku gas non ideal, dan menentukan keberadaan materi terkondensasi, berupa
cairan dan padatan. Ketika suhu gas turun, energi kinetik rata-rata molekulnya turun. Akhirnya,
pada suhu cukup rendah, molekul-molekul itu tidak lagi memiliki cukup energi untuk
memisahkan diri dari tarikan molekul lainnya.
Berbeda dengan gaya antarmolekul, gaya intramolekul (intramolecular forces) adalah
gaya yang mengikat atom-atom dalam molekul. Gaya intramolekul, misalnya ikatan kovalen,
menstabilkan molekul masing-masing, sedangkan gaya antarmolekul terutama menyebabkan
sifat-sifat materi dalam jumlah besar (misalnya: titik leleh dan titik didih). Umumnya, gaya
antarmolekul jauh lebih lemah daripada gaya intramolekul. Misalnya, diperlukan sekitar 41 kJ
energi untuk menguapkan 1 mol air pada titik didihnya; sedangkan energi yang diperlukan
untuk memutuskan dua ikatan O―H dalam 1 molekul air adalah sebesar 930 kJ.
Berbagai jenis gaya antarmolekul, yaitu: gaya dipol-dipol (dipol permanen), gaya dipol-
dipol terinduksi, dan gaya antar dipol-terinduksi (disebut juga gaya dispersi atau gaya London)
tercakup dalam gaya van der Walls. Gaya antar molekul lainnya yang tidak termasuk ke dalam
kelompok gaya van der Walls, yaitu gaya ion-dipol dan ikatan hidrogen. Tarik-menarik antara
ion dan dipol dengan gaya elektrostatik disebut gaya ion-dipol. Sedangkan ikatan hidrogen
merupakan interaksi dipol-dipol yang cukup kuat.
1.1 Gaya Dipol-Dipol
Gaya dipol-dipol (dipole-dipole forces) merupakan gaya yang bekerja antara
molekul-molekul polar, yaitu antara molekul-molekul yang memiliki momen dipol. Asal
gaya ini adalah gaya elektrostatik. Makin besar momen dipolnya, makin kuat gayanya.
Gambar 1.1.1 menunjukkan orientasi molekul polar dalam suatu padatan. Dalam cairan,
molekul-molekul tidak terikat sekaku seperti pada padatan, tetapi molekul-molekul
cenderung tersusun sedemikian rupa sehingga, secara rata-rata, interaksi tarik-menarik
pada keadaan maksimum.
2
Gambar 1.1.1 Molekul-molekul yang memiliki momen dipol permanen cenderung mengatur diri
dengan kepolaran yang berlawanan dalam fasa padat untuk menghasilkan interaksi tarikan
yang maksimum.
1.2 Gaya Ion-Dipol
Interkasi elektrostatik juga menjelaskan gaya ion-dipol (ion-dipole forces)
yang terjadi antara suatu ion (bisa kation atau anion) dengan suatu molekul polar
(Gambar 1.2.1). Kekuatan interaksi ini bergantung pada muatan dan ukuran ion dan pada
besarnya momen dipol dan ukuran molekul. Muatan kation umumnya lebih terpusat,
karena kation biasanya lebih kecil dari pada anion. Jadi, untuk muatan yang sama, kation
berinteraksi lebih kuat dari pada anion.
3
London sering juga disebut dengan gaya tarik menarik dipol terimbas. Gaya London
menyebabkan senyawa nonpolar dapat berkondensasi menjadi cairan dan membeku
menjadi padatan ketika suhu diturukan secara drastis. Contohnya terjadi antara dua
molekul I2 berikut:
4
1.4 Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen (Hydrogen bond) adalah jenis khusus interaksi dipol-dipol
antara atom hidrogen dalam ikatan polar, seperti N-H, O-H atau F-H dengan atom
elektronegatif O, N, F (Gambar 1.4.1)
Gambar 1.4.1 Ikatan Hidrogen antar molekul-molekul air, ammonia, dan hydrogen
flourida. -Garis tidak putus-putus mewakili ikatan hydrogen, ikatan kovalen, dan garis ptus-putus
mewakili ikatan hydrogen.
Bukti awal adanya ikatan hidrogen berasal dari kajian mengenai titik didih
senyawa. Biasanya, titik didih sederet senyawa yang mengandung unsur-unsur dalam
golongan yang sama meningkat dengan meningkatnya massa molar. Tetapi, seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 1.4.2, senyawa hidrogen unsur-unsur golongan 5A, 6A, dan
7A tidak mengikuti kecenderungan ini. Dalam setiap deret ini, senyawa yang paling
ringan (NH3, H2O, dan HF) memiliki titik didih tertinggi. Alasannya adalah adanya ikatan
hidrogen yang meluas antara molekul-molekul dalam senyawa ini.
Gambar 1.4.2 Titik didih senyawa hydrogen untuk unsur-unsur golongan 5A, 6A, dan 7A
Dalam wujud cair raitai zigzag ini putus, tetapi molekul-molekul tetap saling
berikatan hydrogen satu sama lain. Molekul – molekul yang terikat melalui ikatan
hidrogen lebih sulit untuk dipisahkan, sehingga cairan HF memiliki titik didih tinggi yang
5
tidak biasa. Kekuatan ikatan hidrogen ditentukan oleh interaksi coulomb antara pasangan
elektron bebas pada atom elektronegatif dan inti hidrogen. Flourin lebih elektronegatif
dibandingkan oksigen, sehingga diharapkan ikatan hidrogen yang lebih kuat terdapat
dalam cairan HF daripada dalam H2O. Tetapi, H2O termasuk unik karena molekul-
molekulnya terlibat dalam empat ikatan hidrogen antarmolekul, dan karena itu molekul
H2O saling terikat lebih kuat. Kekuatan ikatan hidrogen dalam molekul-molekul secara
berurutan adalah H2O > HF > NH3.
2. Jenis Larutan
Larutan ialah campuran homogen dari dua zat atau lebih. Karena definisi ini tidak
menyatakan batasan mengenai jenis zat yang terlibat, kita dapat membedakan enam jenis
larutan, bergantung pada wujud asal (padatan, cairan, dan gas) komponen larutan (Tablel 2.1).
Kimiawan juga membedakan larutan berdasarkan kemampuannya melarutkan zat terlarut.
Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam pelarut, pada suhu tertentu,
dinamakan larutan jenuh (saturated solution). Sebelum titik jenuh tercapai, larutannya disebut
larutan tak jenuh (unsaturated solution); larutan ini mengandung zat terlarut lebih sedikit
dibandingkan dengan kemampuannya untuk melarutkan. Jenis ketiga, larutan lewat jenuh
(supersaturated solution), mengandung lebih banyak zat terlarut dibandingkan yang terdapat di
dalam larutan jenuh, walaupun keadaan ini sulit untuk dicapai. Larutan lewat jenuh bukanlah
larutan yang sangat stabil. Pada saatnya, sebagian zat terlarut akan terpisah dari larutan lewat
jenuh sebagai kristal. Proses terpisahnya zat terlarut dari larutan dan membentuk kristal
dinamakan pengkristalan (crystallization). Pengendapan dan pengkristalan kedua-duanya
menjelaskan terpisahnya zat padat berlebih dari larutan lewat jenuh. Namun, padatan yang
terbentuk berbeda penampilannya. Endapan berbentuk partikel kecil dan kristal berukuran besar
dan bentuknya bagus.
6
3. Proses Pelarutan dari Sudut Pandang Molekul
Dalam cairan dan padatan, molekul-molekul saling terikat akibat adanya tarik-menarik
antarmolekul. Gaya ini yang memainkan peranan penting dalam pembentukkan larutan. Bila
suatu zat (zat terlarut) larut dalam zat lainnya (pelarut), partikel zat terlarut akan menyebar ke
seluruh pelarut. Partikel zat terlarut ini menempati posisi yang biasanya ditempati molekul
pelarut. Kemudian zat terlarut menggantikan molekul pelarut bergantung pada kekuatan relatif
dari tiga jenis interaksi: a. Interaski pelarut-pelarut b. Interaski zat terlarut-zat terlarut c.
Interaski pelarut- zat terlarut
Gambar 3.1 Proses pelarutan dari sudut pandang molekul digambarkan berlangsung dalam tiga tahap
Untuk sederhananya, kita dapat membayangkan proses pelarutan ini berlangsung dalam
tiga tahap berbeda (Gambar 3.1). Tahap 1 ialah pemisahan molekul pelarut, dan tahap 2 adalah
pemisahan molekul zat terlarut. Kedua tahap ini memerlukan input energi untuk memutuskan
tarik-menarik antarmolekul; dengan demikian tahap ini adalah tahap endoterm. Pada tahap 3
molekul pelarut dan molekut zat terlarut becampur. Tahap ini dapat bersifat eksoterm atau
endoterm. Kalor pelarutan ∆H larutan mengikuti rumus:
∆Hlarutan = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3
7
Proses pelarutan, seperti halnya semua proses fisis dan kimia, dipengaruhi oleh dua
faktor. Faktor pertama adalah energi, yang menentukan apakah proses pelarutan bersifat
eksoterm atau endoterm. Faktor kedua ialah kecenderungan hakiki menuju ketidakteraturan
dalam semua kejadian di alam. Ketika molekul zat terlarut dan molekul pelarut bercampur
membentuk larutan, ketidakteraturan akan meningkat. Dalam keadaan murni, pelarut dan zat
terlarut memiliki derajat keteraturan yang cukup tinggi, tampak dari cukup teraturnya susunan
atom, molekul atau ion dalam ruang tiga dimensi. Keteraturan yang tinggi ini akan hancur bila
zat terlarut larut dalam pelarut (Gambar 3.1). Jadi, proses pelarutan diiringi oleh peningkatan
ketidakteraturan atau keacakan. Meningkatnya ketidakteraturan sistem inilah yang
menyebabkan zat apapun larut, sekalipun proses pelarutannya bersifat endoterm.
Kelarutan merupakan ukuran banyaknya zat terlarut yang akan melarut dalam pelarut
pada suhu tertentu. Ungkapan “yang sejenis melarutkan yang sejenis/like dissolved like”
membantu kita memprediksikan kelarutan zat dalam pelarut. Ungkapan ini menyatakan bahwa
dua zat dengan jenis dan besar gaya antarmolekul yang sama akan cenderung saling melarutkan.
Sebagai contoh, baik CCl4 maupun C6H6 adalah cairan nonpolar. Gaya-gaya antarmolekul yang
ada dalam kedua zat ini hanyalah gaya dispersi. Bila kedua cairan dicampurkan, keduanya
segera saling melarutkan, sebab tarik-menarik antara molekul CCl4 dan C6H6 setara besarnya
dengan tarik-menarik antara sesama molekul CCl4 dan antara sesama molekul C6H6. Bila dua
cairan saling melarutkan dengan sempurna dalam segala perbandingan, keduanya disebut
mampu bercampur (miscible). Alkohol seperti metanol, etanol, dan etilena glikol mampu
bercampur dengan air karena kemampuannya membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air.
Bila natrium klorida dilarutkan dalam air, ion-ionnya distabilkan dalam larutan melalui
hidrasi, yang melibatkan interaksi ion-dipol. Secara umum, kita meramalkan bahwa senyawa
ionik akan jauh lebih larut dalam pelarut polar, seperti amonia, dan cairan hidrogen flourida,
dibandingkan dalam pelarut nonpolar, seperti benzena dan karbon tetraklorida. Karena molekul
pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol, molekul seperti ini tidak dapat secara efektif
mensolvasi ion Na+ dan Cl-. Solvasi (solvation) ialah proses di mana ion atau molekul
dikelilingi oleh molekul pelarut yang memiliki susunan tertentu. Bila pelarutnya air, prosesnya
dinamakan hidrasi. Interaksi antarmolekul yang menonjol antara ion-ion dan senyawa nonpolar
ialah interaksi ion dipol terinduksi, yang jauh lebih lemah dibandingkan interaksi ion-dipol.
Akibatnya, senyawa ionik biasanya memiliki kelarutan yang sangat rendah dalam pelarutan
nonpolar
4. Satuan Konsentrasi
8
Konsentrasi larutan yaitu banyaknya zat terlarut yang ada dalam sejumlah larutan
tertentu. Kimiawan menggunakan beberapa satuan, antara lain:
4.1 Persen berdasar massa
Persen berdasar massa (percent by mass) dengan simbol besaran %m, dan
didefinisikan sebagai:
Contoh:
a. Berapa % gula dalam larutan yang dibuat dengan melarutkan 10 g gula dalam 70
g air.
b. Berapa gram gula yang terdapat dalam 500 gram larutan 12% massa gula.
Jadi, kemolaran mempunyai satuan mol per liter (mol/L) atau molar (M).
Contoh:
Jika di dalam suatu botol pereaksi terdapat terdapat 250 mL larutan NaOH (Mr = 40)
yang konsentrasinya 0,4M. maka
a. Berapa jumlah mol NaOH yang terkandung di dalam larutan tersebut?
b. Berapa gram NaOH yang terlarut di dalam larutan tersebut?
9
Jawab:
a. Volume larutan = 250 mL = 0,25 L
Mol NaOH yang terlarut = 0,25 L x 0,4 mol/L = 0,10 mol
b. Gram NaOH yang terlarut dalam larutan = mol NaOH x Mr NaOH
= 0,1 mol x 40 g/mol = 4 g
4.3 Molalitas (m) / Kemolalan
Kemolalan (molality) ialah banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg (1000 g) pelarut,
artinya:
Misalnya, untuk menyiapkan 1 molal atau 1 m larutan natrium sulfat (Na2SO4), perlu
melarutkan 1 mol (142,0 g) zat tersebut dalam 1000 g (1 kg) air. Bergantung pada jenis
interaksi zat terlarut-pelarut, volume akhir larutan bisa lebih atau kurang dari 1000 mL
Contoh:
a. Berapa molal larutan NaCl jika diketahui persen massa NaCl = 10%
𝑛𝑡 𝑛𝑝
Xt = dan Xp =
𝑛𝑡 +𝑛𝑝 𝑛𝑡 +𝑛𝑝
10
Penyelesaian:
Diketahui:
Massa etanol (C2H5OH) = 27,6 gram
Massa air (H2O) = 54 gram
Ar C = 12, O = 16, H = 1
Ditanya:
X etanol dan X air?
Jawab:
Mr. C2H5OH = (2 x 12) + (6 x 1) + (1 x 16) Mr H2O = (2 x 1) + (1x 16)
= 24 + 6 + 16 = 2 + 16
= 46 gr/mol = 18 gr/mol
Kemudian hitung jumlah mol dari etanol dan air:
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎
n. C2H5OH = 𝑀𝑟 𝐶2𝐻5𝑂𝐻 n. H2O = 𝑀𝑟 𝐻2𝑂
27,6 𝑔𝑟 54 𝑔𝑟
= 46 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 = 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
11
Kelarutan didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang akan melarut dalam
sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu.
5.1 Kelarutan Padatan dan Suhu
Gambar 5.1.1 menunjukkan pengaruh suhu terhadap kelarutan beberapa senyawa ionik
dalam air. Secara umum, kelarutan zat padatan meningkat dengan meningkatnya suhu.
Secara umum, pengaruh suhu terhadap kelarutan lebih baik ditentukan melalui
percobaan.
Gambar 5.1.1 Kelarutan beberapa senyawa ionik dalam air terhadap suhu
Gambar 5.2.1 Kelarutan gas O2 dalam air yang bergantung pada suhu
Pengetahuan tentang variasi kelarutan gas terhadap suhu dapat meningkatkan
hasil tangkapan ikan ketika memancing. Pada hari yang panas, seorang
12
pemancing berpengalaman biasanya melempar umpan di bagian dalam dari
sungai atau danau. Karena kandungan oksigen lebih banyak di bagian yang lebih
dalam dan lebih dingin.
6. Pengaruh Tekanan terhadap Kelarutan Gas
Hubungan kuantitatif antara kelarutan gas dan tekanan ditunjukkan oleh hukum Henry
(Henry’s Law), yang menyatakan bahwa kelarutan gas dalam cairan berbanding lurus dengan
tekanan gas di atas larutannya:
CM = kP
CM = konsentrasi kemolaran (mol/L) gas yang terlarut
P = tekanan gas di atas larutan (atm)
k = konstanta (mol/L.atm)
Hukum Henry dapat dipahami secara kualitatif ditinjau dari segi teori kinetik molekul.
Banyaknya gas yang akan terlarut dalam pelarut bergantung pada seberapa sering molekul-
molekul dalam fasa gas bertumbukkan dengan permukaan cairan dan terjebak oleh fasa cairan.
Andaikan kita mempunyai gas dalam kesetimbangan dinamis dengan larutan (Gambar 6.1).
Pada setiap saat, jumlah molekul gas yang memasuki larutan sama dengan jumlah molekuk
terlarut yang bergerak memasuki fasa gas. Bila tekanan parsial dinaikkan, semakin banyak
molekul yang larut dalam cairan karena semakin banyak molekul yang menabrak permukaan
cairan. Proses ini terus berlanjut sampai konsentrasi larutan kembali sedemikian rupa sehingga
jumlah molekul yang meninggalkan larutan per detik sama dengan jumlah molekul yang
memasuki larutan. Karena meningkatnya konsentrasi molekul dalam fasa gas dan juga dalam
fasa larutan, jumlah molekul akan lebih banyak dalam (b) dibandingkan dalam (a), di mana
tekanan parsialnnya lebih rendah,
6.1 Interpretasi molekular berdasarkan hukum Henry. Bila tekanan parsial gas di atas larutan
meningkat dari (a) ke (b), konsentrasi gas terlarut juga meningkat
13
Contoh praktis dari hukum Henry ialah pembuihan minuman berkarbonasi bila tutup
botol dibuka. Sebelum botol ditutup, botol diberi tekanan berupa campuran udara dan CO2 yang
dijenuhkan dengan uap air. Karena tingginya tekanan parsial CO2 di dalam campuran gas
penekan, jumlah CO2 yang terlarut dalam minuman berkarbonasi beberapa kali lebih tinggi
dibandingkan yang terlarut pada kondisi atmosfer normal. Bila tutup dibuka, gas yang tertekan
akan terlepas, pada akhirnya tekanan dalam botol menurun mencapai tekanan atmosfer, dan
banyaknya CO2 yang tersisa dalam minuman ditentukan hanya oleh tekanan parsial atmosfer
normal dari CO2, yaitu 0,0003 atm. Kelebihan CO2 yang terlarut akan keluar dari larutan,
menyebabkan pembuihan.
7. Sifat – Sifat Koligatif Larutan
Beberapa sifat penting larutan bergantung pada jumlah relatif partikel zat telarut dalam
larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat-sifat seperti ini disebut sifat
koligatif (colligative properties). Sifat koligatif mencakup penurunan tekanan uap, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.
7.1 Penurunan Tekanan Uap
Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap (non-volatile, artinya tidak memiliki
tekanan uap yang dapat diukur), tekanan uap dari larutan selalu lebih kecil daripada
pelarut murninya. Hubungan antara tekanan uap larutan dan tekanan uap pelarut
bergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam larutan, dirumuskan melalui hukum
Raoult (kimiawan Perancis, Francois Raoult). Hukum Raoult menyatakan bahwa
tekanan larutan (P1), adalah tekanan uap pelarut murni (P1°) dikalikan fraksi mol
pelarut dalam larutan (X1), seperti berikut:
𝑃1 = 𝑋1 𝑃1 𝑜
Dalam larutan yang mengandung hanya satu zat terlarut yang sulit menguap (atau
berwujud padat), X1 = 1 – X2, dimana X2 adalah fraksi mol zat terlarut, dengan demikian
dapat dituliskan sebagai persamaan berikut:
𝑃1 = (1 − 𝑋2 )𝑃1 𝑜
𝑃1 𝑜 − 𝑃1 = ∆𝑃 = 𝑋2 𝑃1 𝑜
Penurunan tekanan uap (∆P), berbanding lurus terhadap konsentrasi (diukur dalam
fraksi mol) zat terlarut yang ada.
14
Contoh:
Berapa mmHg tekanan uap larutan sukrosa 2 m pada suhu 20oC, jika diketahui tekanan
uap air murni pada suhu tersebut adalah 17,40 mmHg dan Mr air 18?
Penyelesaian:
Diketahui:
m=2m
Po = 17,40 mmHg
Mr air = 18
Ditanya:
P?
Jawab:
Jika massa dan volume air tidak diketahu maka massanya dianggap 1 Kg dan volumenya
dianggap 1 liter
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1
𝑚= .
𝑀𝑟 𝑝
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1
2= .
324 1
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 324 . 2
= 684 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑃 = 𝑃𝑜 . 𝑋𝑃
𝑛𝑝
= 𝑃𝑜 . 𝑛𝑝+𝑛𝑡
1000
= 17,40 . 18
1000 684
18 + 342
55,5
= 17,40 .
55,5 + 2
= 17,40 . 0,97
= 16,88 𝑚𝑚𝐻𝑔
15
Pada hasil penelitian, ternyata didalam titik didih larutan selalu lebih tinggi
dibandingkan dengan titik didih pelarut murninya.Karena disebabkan oleh adanya
partikel – partikel zat terlarut pada suatu larutan yang menghalangi proses penguapan
partikel – partikel pelarut. Dengan begitu, penguapan partikel – partikel pelarut sangat
membutuhkan energi yang lebih besar.
Perbedaan pada titik didih larutan dab titik didih pelarut murni disebut sebagai kenaikan
titik didih yang akan dinyatakan dengan (∆Tb). Persamaan kenaikan titik didih yaitu:
Contoh:
Berapakah titik didih larutan yang terbentauk dari 20 gram urea CO(NH2)2 dalam 80
gram air jika diketahui kb air 0,52oC/molal?
Penyelesaian:
Diketahui:
g terlatut = 20 gram
g pelarut = 80 gram
Kb = 0,52oC/molal
Ditanya:
Titik didih larutan (Tb)?
Jawab:
16
7.3 Penurunan Titik Beku
Adanya suatu zat terlarut pada larutan akan membuat sebuah titik beku larutan lebih
kecil dibandingkan dengan titik beku pelarutnya. Persamaan penurunan titik beku :
Contoh:
Sebanyak 8 gram zat A dilarutkan dalam 200 gram air. Jika diketahui tetapan penurunan
titik beku air (Kf) air 1,86oC/molal dan massa molar zat tersebut adalah 40 g/mol,
hitunglah titik beku larutan?
Penyelesaian:
Diketahui:
G terlatut = 8 gram
17
G pelarut = 200 gram
Kf = 1,86oC/molal
Mr = 40 g/mol
Ditanya:
Titik beku larutan (Tb)?
Jawab:
Contoh:
Sebanyak 18 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan dalam air hingga volumenya menajdi
250 mL. Hitung tekanan osmosis larutan tersebut pada suhu 27oC?
Penyelesaian:
Diketahui:
G = 18 gram
Mr = 180
V = 250 mL
T = 27oC → 300 K
18
Ditanya:
Tekanan osmosis (π)?
Jawab:
19
20
21
22