Anda di halaman 1dari 15

Nama : Ami Rizki Andriani

Nim : 06101381520046
Prodi : Pendidikan Kimia 2015 Palembang

Pengertian Ikatan Van Der Waals

Ikatan van der Waals adalah ikatan antarmolekul karena adanya gaya tarik
menarik van der Waals. Ikatan ini lebih lemah dibandingkan ikatan hidrogen,
mudah sekali putus oleh perubahan suhu atau tekanan yang kecil saja.Contoh pada
cairan HBr dan HCl yang menguap. Begitu juga iodium padat, jika diletakkan
didalam botol bermulut lebar, akan mudah menyublim setelah tiutup botol dibuka.

Ikatan van der waals terdapat dalam 3 bentuk sebagai berikut:

a. Ikatan antar molekul yang memiliki dipol

Ikatan van der waals terjadi pada senyawa polar yang tidak membentuk
ikatan hydrogen seperti HBr dan HCl, atau senyawa nonpolar yang mengandung
sedikit perbedaan keelektronegatifan. Ikatan van der waals yang terjadi dari dipol-
dipol dapat tersusun secara teratur seperti pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Ikatan Van Der Waals Dengan Susunan Teratur

1
Zat yang memiliki ikatan van der waals dalam susunan yang teratur,
biasanya berwujud padat. Adapun zat yang memiliki ikatan van der waals dalam
susunan yang tidak teratur (random) biasanya berwujud cair.

Gambar 2. Ikatan Van Der Waals Dengan Susunan Tidak Teratur

Molekul seperti HCl memiliki dipol permanen karena klor lebih


elektronegatif disbanding hidrogen. Kondisi permanen ini, pada saat pembentukan
dipol akan menyebabkan molekul saling tarik menarik satu sama lain lebih yang
biasa dilakukan jika hanya menyandarkan pada gaya dispersi saja.

Gambar 3. Gaya Tarik Menarik Antar Molekul HCl

2
Ikatan hydrogen berpengaruh terhadap titik didih. Adapun ikatan var der
waals yang ikatan anatar molekulnya lebih lemah tidak menyebabkan terjadinya
lonjakan yang berarti pada titik didih. Gaya yang menyebabkan terbentuknya
ikatan dipol-dipol disebut gaya dipol-dipol atau orientasi.

b. Ikatan antara molekul yang memilik dipol dan molekul yang tidak
memiliki dipol

Gaya tarik menarik anatara molekul yang memiliki dipol dan yang tidak
memilik dipol terjadi secara induksi.Ujung molekul dipol yang bermuatan positif
menginduksi awan electron molekul yang tidak memiliki dipol. Akibatnya,
molekul yang tidak memiliki dipol membentuk dipol sesaat (dipol sementara).
Setelah terbentuk dipol sesaat, akan terjadi ikatan anatara molekul dipol dan
molekul dipol sesaat seperti gambar 7.4 berikut ini.

induksi
+
Molekul dipol Molekul tidak
memiliki dipol

+ Ikatan Van Der Waals +


Molekul dipol Molekul dipol
sesaat

Gambar 4. Ikatan Anatar Molekul Dipol dan Molekul Dipol Sesaat

3
c. Ikatan antar molekul tidak memiliki dipol

Antara senyawa yang tidak memilik dipol dapat membentuk ikatan, karena
pada kenyataannya molekul-molekul tersebut jika didinginkan dapat berwujud
cair dan ada juga molekul diatomik yang pada suhu kamar dapat berwujud cair
atau padatan.

Molekul – molekul diatomic, seperti Nitrogen (N 2), Oksigen (O2), dan


Hidrogen (H2) tidak memilik dipol karena harga perbedaan
keleeloktronegatifannya nol. Akan tetapi, jika gas-gas tersebut didinginkan dapat
berubah menjadi cair.

Begitu juga molekul bromin (Br2), dan molekul iodin (I2), yang tidak
memiliki dipol, tetapi pada suhu kamar molekul bromin berwujud cair dan
molekul iodin berwujud padat. Atom gas helium tidak memilik dipol, tetapi jika
didinginkan Helium dapat berubah wujud dari gas menjadi cair.

Suatu zat berada dalam wujud cair atau padat kareana adanya ikatan antar
atom atau antar molekul.Jadi, pada nitrogen cair, hydrogen cair, oksigen cair,
bromin cair, atau pada iodin padat pasti terdapat ikatan antar molekul.

Gaya tarik-menarik antar molekul yang tidak memiliki dipol ini pertama
kali dikemukakan oleh seorang ahli bernama F. London pada tahun 1932 sehingga
gaya ini disebut gaya London. Gaya London terjadi karena inti atom yang
bermuatan positif dari salah satu molekul yang mengiduksi awan electron molekul
lain sehingga kedua molekul membentuk dipol sesaat. Setelah membentuk dipol
sesaat terjadi gaya tarik-menarik yang disebut gaya London sperti terlihat pada
gambar 7.5. Adanya gaya tarik menarik antardipol sesaat menyebabkan
terbentuknya ikatan van der waals. Kemudahan suatu molekul untuk membentuk
dipol sesaat untuk mengimbas dinamakan polarisabilitas.

4
Gambar 5. Gaya London

Dalam banyak kasus, gaya London atau gaya dispersi sebanding atau
bahkan lebih besar daripada dipol-dipol antara molekul-molekul polar. Sebagai
ilustrasi titik didih CH3F (-78,4oC) dan CCl4 (76,5oC). Walaupun CH3F memiliki
momen dipol sebesar 1,8 D, zat ini mendidih pada suhu yang lebih rendah
daripada CCl4 suatu molekul non polar. CCl4 mendidih pada suhu yang lebih
tinggi karena hanya mengandung lebih banyak electron. Sebagai hasilnya, gaya
disperse antara molekul CCl4 lebih kuat daripada gaya dispresi plus gaya dipol-
dipol antara molekul CH3F.

Kekuatan gaya London menyebabkan kekuatan ikatan antar molekul yang


dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu jumlah awan electron dan bentuk molekul.

a. Jumlah Awan Elektron


Semakin banyak awan electron, gaya tarik-menarik molekul dipol sesat
semakin besar sehingga ikatannya semakin kuat. Hal ini dapat dilihat dari data
pada table 7.1. titik didih terhadap jumlah electron senyawa.

Tabel 1. Jumlah Elektron dan Titik Didih Bebrapa Senyawa

Senyawa Rumus molekul Jumlah Titik didih (oC)


elektron
Hydrogen H2 2 -253
Nitrogen N2 14 -196
Oksigen O2 16 -183
Klorin Cl2 34 -35

5
Jadi, kenaikan titik didih sesuai dengan kenaikan jumlah electron.
Kenaikan titik didih dalam data tersebut juga dipengaruhi oleh massa molekul
relative, karena semakin kebawah, massa molekul relative semakin besar.
Lemahnya gaya London terjadi pada saat inti atom menginduksi awan electron,
ada tolakan yang berasal dari inti atom.

b. Bentuk Molekul
Kekuatan gaya tarik London juga dipengaruhi oleh bentuk molekul.
Bentuk molekul panjang, lebih memudahkan inti atom mengindusi awan electron
sehingga memilik gaya tarik yang lebih besar, sedangkan, jika bercabang inti atom
sukar mengiduksi awan electron sehinga gaya London akan lebih lemah.
Hubungan bentuk molekul dan titik didih tesaji dalam table 7.2

Table 2. Hubungan Bentuk Molekul dan Titik Didih Senyawa

Senyawa Massa molekul Bentuk molekul Titik didih


relatif (oC)
n-pentana 72 panjang 36,1
neopentana 72 bercabang 9,5

Jadi, untuk massa molekul relative sama, bentuk molekul


panjang akan memiliki titik didih yang lebih besar bentuk molekul
bercabang sehingga bentuk molekul panjang memiliki gaya London
yang lebih besar daripada bentuk molekul bercabang.

Kristal Molekuler

Satuan–satuan dalam Kristal molekuler dapat berupa atom seperti gas-gas


mulia, dapat juga berbentuk molekul sperti dalam klor, benzene, dan sebagainya.
Untuk atom dan molekul-molekul kecil, struktur kristalnya tersusun rapat atau
close packed, karena gaya van der waals tidak mempunyai arah dalam ruang.
Struktur ini terdapat pada gas mulia, halogen, H2, O2, CO2, HCl, HBr, CH4, C2H6,
NH3, PH3, dan H2S.untuk molekul-molekul besar strukturnya lebih sulit, walaupun
pada dasarnya adalah tersusun rapat. Contoh – contohnya antara lain:

6
1. Gas mulia
Gas mulia terdiri atas molekul-molekul tunggal dalam kedaan gas. Dalam
kedaan padat, zat ini tersusun dengan struktur kubus tersusun rapat, tiap atom
mempunyai bilangan kordinasi 12. Gaya van der waals yang bekerja antara atom-
atomnya sangat lemah, hal ini ternyata dari erndahnya titik lebur dan titik didih.

7
Table 3. Hubungan Nomor Atom, Titik Didih, dan Titik Lebur Senyawa

He Ne Ar Kr Xe Rn
No. atom 2 10 18 36 54 86
t.l. (oK) - 24,6 83,9 116 161 202
t.d. (oK) 4,2 27,2 87,3 120 165 211

Titik lebur He = 0,9 oK pada tekanan 26 atm. Makin tinggi momor atom
dalam table diatas, makim tinggi pula titik lebur dan titik didihnya sehingga
semaikn besar pula gaya van der waals.

2. Halogen
Halogen terdiri dari molekul – molekul diatomic, tetapi struktur kristalnya
berbeda-beda. Iodium mempunyai Kristal seperti gambar 7.

Gambar 7. struktur Kristal Iodium

Jarak I-I : 2,68 A, dalam gas jarak ini besarnya 2,66 A. makin besar nomor
atom dari halogen, semakin besar gaya van der waals sehingga titik lebur
dan titik didihnya tinggi.

8
Tabel 4. Hubungan Nomor Atom, Titik Didih dan Titik Lebur Senyawa

F2 Cl2 Br2 I2
o
t.l. ( K) -218 -101 -7,3 114
t.d. (oK) -188 -34,1 58,8 184
3. Grafit
Grafit tersusun dari Kristal molekuler atom karbon yang berbentuk
heksagonal, terikat dengan ikatan kovalen. Lapisan heksagonal ini terikat dengan
lapisan lain dengan ikatan van der waals terlihat pada gambar 8. Karena lemahnya
ikatan ini, lapisan satu mudah bergerak terhadap lapisan lain., hingga grafit
bersifat lunak dan dapat dipakai sebagai pelumas padat.
Grafit menyerap K cair, membentuk aliage dengan susunan KC8, KC16,
KC24 dan KC40.Dalam hal ini K terdapat dalam lapisan-lapisan heksagon C.

Gambar 8. Struktur Kristal Grafit

Grafit beraksi dengan oksidator-oksidator kuat sperti HNO 3 atau KClO3,


membentuk oksida dengan susunan C2, O9, sampai dengan C3, O5. Dengan flour
membentuk (CF)n dengan H2SO4 membentuk C24HSO4.2H2SO4. Boron nitrida BN,
mempunyai struktur sepert grafit dengan letak B dan N yang selang – seling.

4. Kisi Lapisan Lain


Struktur lapisan grafit disebut kisi laipasan atau layer lattice, banyak
senyawa di atau tri klorida, bromide, dan atau iodide serta beberapa sulfide dan
hidroksida membentuk senyawa jenis ini.
Pada senyawa CdCl2, tiap-tiap Cd2+ dikelilingi oeh 6 ion Cl- membentuk
struktur octahedral. Dalam tiap-tiap lapisan tersusun satuan CdCl6. Atom – atom
dari lapisan-lapisan diikat oleh gaya – gaya van der waals. Dalam hidroksida-
hidroksida Zn, Be, Al dan Be, lapisan-lapisan diikat oleh ikatan hydrogen.

9
Gambar 9. Lapisan Kisi Kristal CdCl

5. Benzena
Satuan satuan kristalnya berbentuk heksagonal planar, dengan satuan
satuan CH. Molekul-molekul benzene ini tersusun dalam Kristal sedemikian
sehingga tiap-tiap atom karbon dikelilingi oleh 12 atom terdekatnya., empat
terletak sebidang, empat diatas dan empat dibawah.

Gambar 10. Struktur Kristal Benzene

Sifat – Sifat Gaya Van Der Waals


Gaya tarik van der waals, tersusun dari bebrapa gaya tarik antar molekul.
Gaya – gaya tersebut ialah : gaya orientasi (kiesom, 1912), gaya induksi (Debey,
1920), dan gaya disperse (London, 1930).
Bila molekul-molekul yang membentuk Kristal molekuler mempunyai
momen dipol, seperti molekul HCl, H2O dan NH3 maka akan terjadi gaya tarik
dipol-dipol, apabila molekul-molekul mempunyai orientasi yang tepat. Gaya yang
timbul disebut gaya orientasi.
Gaya tarik molekul atau atom nonpolar dengan atom polar cukup besar
karena adanya induksi kepada molekul atau atom yang nonpolar. Gaya tarik yang
terjadi disebut gaya induksi. Molekul-molekul nonpolar seperti I2 atau gas-gas
mulia tidak memiliki dipol, molekulnya simetris. Namun demikian adanya
perpindahan sedikit dari kedudukan inti dan electron dalam molekul,

10
menyebabkan terjadinya dipol, walaupun sebentar. Hal ini menyebabkan
terjadinya dipol pada molekul lain akibat induksi, hingga terjadi gaya tarik yang
disebut gaya tarik disperse.
Gaya dispersi ini ternyata besar, walaupun pada molekul-molekul yang
polar. Untuk memecah Kristal NH3 diperlukan 7,1 kkal dan terdiri atas : 3,18 kkal
karena gaya orientasi 0.37 kkal kerana gaya induksi, dan 5,32 kkal karena gaya
disperse. Energy sebesar 7,1 kkal ini merupakan ukuran bagi gaya tarik van der
waaals. Gaya ini kecil bila dibandingkan dengan gaya ikat pada ikatan kovalen,
yang umumnya berkisar 100 kkal/mol.

Jari – Jari Van Der Waals

Setiap atom yang sama dapat memiliki jari-jari yang berbeda bergantung
dari atom yang berapitan dengannya. Seperti terlihat pada gambar 11, kedua atom
ini saling tarik menarik satu sama lain sehingga jari-jarinya lebih pendek
dibandingkan jika mereka hanya bersentuhan. Hal ini kita dapatkan pada atom-
atom logam dimana mereka membentuk struktur logam atau atom-atom secara
kovalen berikatan satu sama lain/ tipe dari jari-jari atom sperti ini disebut jari-jari
(radius) logam dan jari-jari kovalen, tergantung dari ikatannya.

Gambar 11. Jari Jari Van Der Waals

Kedua atom ini saling menarik satu sama lain sehingga jari-jarinya lebih
pendek dibandingkan jika mereka hanya bersentuhan. Hal ini kita dapatkan pada
atom-atom logam dimana mereka membentuk struktur logam atau atom-atom
secara kovalen berikatan satu sama lain/ tipe dari jari-jari atom sperti ini disebut
jari-jari (radius) logam dan jari-jari kovalen, tergantung dari ikatannya.
Gambar pada bagian kanan menunjukkan kedaan dimana kedua atom
hanya bersentuhan.Daya tarik antara keduanya sangat sedikit. Tipe dari jari-jari
atom seperti ini dinamakan jari-jari (radius) van der waals dimana terjadi daya

11
tarik yang lemah diantara kedua atom tersebut. Jari-jari van der waals hamper
sama dengan jari-jari ion maun lebih besar dari jari – jari kovalen.

Kristal Clathrite
Didalam banyak Kristal, ada ruang yang kosong antara satuan-satuan
penyusun Kristal.Ruang kosong ini dapat diisi oleh atom-atom atu molekul-
molekul tertentu yang mempunyai besar yang cocok.Senyawa yang terjadi disebut
clathrite.
Quinol atau hidroquinon mempunyai Kristal yang terbuka, terikat satu
dengan lainnya dengan ikatan hidroegen.Pada kristalisasi dari larutannya dalam
air yang berisi argon pada tekanan 40 atm, terentuk senyawa clathrite. Dalam hal
ini, Ar disebut tamu sedang hidroquinon dmerupakan tuan rumahnya.
Senyawa tersebut ialah [C6H4(OH)3]Ar. Senyawa yang sama dapat
terbentuk antara Xe, Kr, H2S, HCl, HCN, SO2 dan CO2 dengan hidroquinon
sebagai tuan rumah atau host dan zat-zat tersebut sebagai tamunya atau guest.
Hidrat-hidrat Xe6 H2O dan Cl2. 8H2O juga merupakan clathrite dengan es sebagai
tuan rumahnya.

Aplikasi Ikatan Van Der Waals

Abstrak

Dalam Penelitian ini adsorben polimer baru yaitu 2 tipe dari polistiren pemblok
polimer( N-isopropilakrilamid) yang memiliki inti hidrofobik dan hidrofilik yang
dikembangkan dan digunakan untuk menghilangkan polutan organic dari air
limbah. Enkapsulasi/Penyelimutan polutan organic dengan N- isopropilamid
menghasilkan peningkatan hidrofobisitas dari PSN(Polistiren N-akrilamid).
Mekanisme enkapsulasi BTEX (Benzene, Toluene, Etil Benzen dan Xylene) telah
di ketahui dipengaruhi oleh gaya Van Der Waals antara cincin aromatis dari BTEX
dan inti hidrofobik dari PSN. Senyawa ini menunjukkan sebagai adsorben yang
baru dan lebih efektif sebagai tritmen air limbah.

1. Pendahuluan

Kontaminan organik secara alami berada di lingkungan, terurai secara


perlahan-lahan, menyebabkan kerusakan signifikan pada sistem air alami dan
akibatnya mendatangkan masalah bagi kesehatan manusia. Untuk menghilangkan
substansi racun organic, metode pengolahan air limbah seperti adsorpsi,

12
biodegradasi, oksidasi kimiawi, insenerasi dan ekstraksi pelarut telah diteliti.
Secara praktis metode adsorpsi lebih banyak digunakan sebagai metode efektif
untuk menghilangkan kontaminan organic dalam air limbah. Beberapa adsorben
diantaranya karbon aktif. Material alami dan organoclay telah diketahui dapat
menghilangkan kontaminan organic. Namun adsorben2 tersebut memiliki
kekurangan masing-masing. Adapun alternatif metode yang telah dipelajari yaitu
polimer yang memiliki kelebihan dibandingkan adsorben tradisional yang telah
dipakai.

2. Metode Penelitian

a. Alat dan bahan

bahan yang digunakan adalah asam tritiokarbonat, BTEX p.a, polistiren,


N-isopropil akrilamid.

13
b. Cara Kerja

2.2 Sintesis Polistrien n isopropilakrilamid

2.3 Analisa Polistiren n-isopropilakrilamid

Polistiren n-isopropilamid dikarakterisasi dengan Kromatografi size exclusion


dengan dimetilformaid sebagai eluen, dengan laju alir 1 ml/menit. Untuk
menidentifikasi berat molekul dilakukan dengan TGA.

2.3 Prosedur enkapsulasi

Prosedur reaksi enkapsulasi dilakukan secara invitro dalam vial reactor 25 ml


dengan Teflon dan stirrer. 1 ml aliquot sampel diambil dari reactor dalam interval
waktu tertentu, keseimbangan adsorpsi terjadi pada rentang waktu 24 jam.

2.4 analisa enkapsulasi

BTEX standar 20,10,5,1 dan 0,1 ppm, dan ditempatkan dalam vial 10 ml untuk
dianalisa dengan GC. 10 ml BTEX

Hasil dan oembahasan

PSN akan membentuk struktur misel saat dilarutkan dalam air sehingga bagian
hidrofobik akan berada pada bagian dalam struktur. Proses
enkapsulasi/penyelubungan kontaminan organic terjadi dengan mekanisme vander
waals antara cincin aromatic senyawa organic dengan bagian hidrofobik PSN

14
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta. Erlangga


Choi.J.W,dkk. Amphiphilic block copolymer for adsorption of organic
contaminants. Advances in Chemical Engineering and Science, 2011, 1,
77-82.
Sukandar, Dede.2010.Ikatan Kimia.Jakarta.GP Press
Fessenden & Fessenden. 1995. Kimia Organik. Jakarta. Erlangga
Sukardjo. 1990. Ikatan Kimia. Yogyakarta: Rineka Cipta
Syarifuddin, Nuraini. 1985. IKATAN KIMIA. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada

15

Anda mungkin juga menyukai