Kelompok 4
01 Hukum Ohm
Rangkaian Rangkaian
Hambatan Seri Hambatan paralel
Rangkaian Hambatan Seri
Pada rangkaian seri arus yang mengalis pada tiap hambatan besarnya s
ama. Gambar (a) menunjukan rangkaian hambatan seri, dan gambar (b)
menunjukan hambatan pengganti seri. hambatan-hambatan yang
dirangkai seri akan memberikan hambatan total (pengganti) yang lebih
besar daripada nilai setiap hambatannya.
Rangkaian Hambatan Paralel
adalah sebesar:
Selanjutnya konstanta pembanding dikenal sebagai koefisisen mobilitas.
Dari persamaan (13) dan (15) akhirnya diperoleh bahwa:
Gaya Gerak Listrik
Jumlah arus listrik yang menuju (masuk ke) titik percabangan (titik A)
sama dengan jumlah arus yang menjauhi (keluar dari) titik percabanga
n tersebut. Dengan demikian secara matematis:
I1 I 2 I 3 I 4
atau
I1 I 2 I 3 I 4 0
I 0
Contoh Soal:
Dari gambar berikut ini, tentukanlah besarnya I.
Jawab
Gunakan Hukum Arus Kirchhoff. Beri tanda positif pada arus yang ma
suk titik cabang dan beri tanda negative pada arus yang keluar dari tit
ik cabang.
I 0
4 A 3A 2 A I 0
Sehingga diperoleh I=3A
Hukum Tegangan Kirchhoff
Hukum Tegangan Kirchhoff didasarkan pada Hukum Kekekalan Energi.
Ketika muatan listrik berpindah dari potensial rendah dengan beda pot
ensial energi muatan itu akan turun sebesar:
V 0
Elektron dapat mengalir dalam
konduktor yang diberi beda
potensial karena adanya energi
listrik.
Energi dan Daya Listrik
Energi dan Daya Listrik
ILUSTRASI
Energi yang dihasilkan
dari aliran muatan
listrik dalam suatu
rangkaian listrik Energi
tertutup disebut
dengan energi listrik
Listrik
Tinjau sebuah konduktor yang diberi beda potensial Vab = V, seperti
diperlihatkan pada Gambar diatas.
Dalam SI, satuan dari energi listrik adalah joule (disingkat J). Satuan lain
yang juga sering digunakan adalah kilowattjam, disingkat kWh (kilowatthour),
dengan 1 kWh = 3,6 × 106 J.
Daya atau laju energi listrik adalah energi listrik yang dihasilkan/diserap ti
ap satuan waktu. Secara matematis, daya listrik (diberi simbol P) ditulis
Daya
Listrik
dengan:
P = daya listrik (watt; W),
t = waktu (sekon; s).
Satuan daya listrik, dalam SI, adalah joule/sekon (disingkat J/s). Satuan i
ni diberi nama watt, disingkat W, dengan 1 W = 1 J/s.
Alat Ukur Listrik
Istilah dalam Pengukuran
Alat Ukur Kepekaan
Perangkat untuk mengukur suatu besaran. Ratio dari sinyal output.
Akurasi Resolusi
Kedekatan pembacaan skala alat ukut. Perubahan terkecil dari nilai pengukuran
Presisi Kesalahan
Hasil pengukuran yang dihasilkan dari Angka penyimpangan dari nilai variabel
proses pengukuran yang diukur
Alat Ukur Listrik
Sistem analog berhubungan dengan informasi dan data Sistem digital berhubungan dengan informasi dan
analog. Sinyal analog berbentuk fungsi kontinyu dan data digital. Penunjukan angka digital berupa angka
ditunjukkan oleh skala, penunjuk jarum pada skala diskret dan pulsa diskontinyu tanpa harus membaca
meter, atau penunjukan skala elektronik dari skala meter.
Klasifikasi Alat Ukur Listrik
Berdasarkan Prinsip Kerja dan Konstruksi Alat Ukur
Konstruksi terdiri dari kumparan putar dan kumparan tetap, medan magnet dibangkitkan oleh
kumparan tetap yang mempunyai bagian dua gulungan yang dipasang pararel satu sama lain
sedang rangkaian elektrisnya dari kedua kumparan tersebut terhubung seri atau pararel.
Pemakaian alat ukur elektrodinamik sebagai pengukur daya listrik atau wattmeter.
Alat Ukur Elektrostatis
01 Voltmeter
02 Amperemeter
03 Ohmmeter
04 Oscilloscope
Voltmeter
Tegangan pada R sebelum dan sesudah voltmeter
digunakan akan berbeda. Oleh karena tegangan pada seti
ap hambatan yang dirangkai paralel besarnya sama
𝑰𝟏 𝑹 = 𝑰𝟐 𝑹𝒗 = (𝑰 − 𝑰𝟏 )𝑹𝒗
atau
𝑰𝟏 𝑹 + 𝑹𝒗 = 𝑰𝑹𝒗
Sehingga diperoleh :
𝑹𝒗
Arus pada hambatan R 𝑰𝟏 = 𝑰
a. Sebelum voltemeter digunakan
𝑹𝒗 + 𝑹
b. Ketika voltmeter digunakan
Voltmeter
𝐼𝑅 = 𝐼 ′ 𝑅 + 𝑅𝑑
Sehingga
𝑹
𝑰′ = 𝑰
𝑹 + 𝑹𝒅 Arus pada hambatan R
a. Sebelum dipasang amperemeter
b. Ketika dipasang amperemeter
Amperemeter
Arus yang diukur adalah I = 𝑛𝑉𝑚 , dengan 𝑛 bilangan
bulat positif dan 𝐼𝑚 adalah batas ukur amperemeter.
Hambatan paralel atau hambatan shunt (𝑅𝑠ℎ ) dipasang ag
ar membagi arus. Tegangan pada keduanya sama
sehingga berlaku :
(𝑛 − 1)𝐼𝑚 𝑅𝑠ℎ = 𝐼𝑚 𝑅𝑎
Dan diperoleh
𝑹𝒂
𝑹𝒔𝒉 = Batas ukur amperemeter dapat ditingkatkan
𝒏−𝟏 dengan memberikan hambatan shunt
Ohmmeter
Untuk mengukur tahanan dengan pembacaan langsung didapat digunakan ohmmeter yan
g rangkaiannya sebagai berikut:
Oscilloscope
Cathoda Ray Oscilloscope (CRO) sangat berguna untuk mempelajari atau mengukur sun
yalsinyal periodik berdasarkan X-Y ploter yang sangat cepat dengan frekuensi
yang tinggi dan impedansi input yang tinggi. Chatode Ray Tube (CRT) merupakan
bagian terpenting dari oscilloscope yang terdiri dari elektron gun (katoda) yang
memancarkan elektron
Oscilloscope
1 𝑞𝑞′ 2
𝐹ത = 𝑟
4𝜋𝜀𝑜 𝑟 3
02 Hukum Gauss
Hukum Gauss untuk Magnetisme menggambarkan hubungan antara
integral komponen normal dari medan listrik pada suatu permukaan
04 tertutup dan muatan total yang dilingkupi permukaan tersebut.
q
E . nˆ da o
(Jika muatan q berada dalam permukaan)
𝑑𝜙 𝑑𝜙
𝑒𝑚𝑓 = − 𝑑𝑡 𝑉 bila sirkuit terdiri dari N lilitan 𝑒𝑚𝑓 = − 𝑑𝑡 𝑉
01
04 Hukum Ampere
Ampere menyatakan bahwa medan magnet dapat ditimbul
kan melalui dua cara yakni melalui arus listrik (hukum
dasar Ampere), dan medan magnet (tambahan Maxwell).
Persamaan Maxwell
1. Persamaan Maxwell untuk medan listrik dan medan magnetik stasioner.
Untuk medan listrik statik dan magnetik stasioner (tunak), persamaan-persa
maan Maxwell bentuk diferensial adalah:
∇ ∙ 𝑫 = 𝜌𝑣
∇×𝑬 = 0
∇ ×𝑯 = 𝑱
∇×𝑩 = 0
D . dS dv Q
S
v
E . dI 0
H . dI J . dS 1
B . dS 0
S
2. Persamaan Maxwell untuk medan listrik dan medan magnet yang berubah
terhadap waktu
a. Persamaan Maxwell pada bahan
B . D v
xE
t
D
xH J .B 0
t
D . dS dV v
V volume
B . dS 0
b. Persamaan Maxwell pada ruang vakum atau diudara bebas terdapat
perambatan gelombang datar
1 D E
E xH 0
o t t
B H
xE 0 x o J o o
t t t
. B 0 . H 0
. D 0 . E 0
Qs
E . dA o
. d 0
B, s
E . dL t
E , S
dl
s
o I s o o
t
Vektor yang Mendukunng konsep Elektrodinamika
𝐴 ∙ (𝐵 × 𝐶) = 𝐵 ∙ (𝐶 × 𝐴) = 𝐶 ∙ (𝐴 × 𝐵)
𝐴 × (𝐵 × 𝐶) = (𝐴 ∙ 𝐶)𝐵 − (𝐴 ∙ 𝐵)𝐶
(𝐴 × 𝐵) ∙ (𝐶 × 𝐷) = (𝐴 ∙ 𝐶)(𝐵 ∙ 𝐷) − (𝐴 ∙ 𝐷)(𝐵 ∙ 𝐶)
∇∙𝐴=0
∇ × ∇𝜓 = 0
∇ ∙ (∇ × 𝐴) = 0
∇ × (∇ × 𝐴) = ∇(∇ ∙ 𝐴) − ∇2 𝐴
∇ ∙ (𝜓𝐴) = 𝐴 ∙ ∇𝜓 + 𝜓∇ ∙ 𝐴
∇ × (𝜓𝐴) = ∇𝜓 × 𝐴 + 𝜓∇ × 𝐴
∇∙𝑥 = 3 ∇×𝑥 = 0
2 𝜕𝑓
∇ ∙ 𝑛𝑓(𝑟) = 𝑓+ ∇ × 𝑛𝑓(𝑟) = 0
𝑟 𝜕𝑟
𝑓(𝑟) 𝜕𝑓
(𝐴 ∙ ∇)𝑛𝑓(𝑟) = 𝐴 − 𝑛(𝐴 ∙ 𝑛) + 𝑛(𝐴 ∙ 𝑛)
𝑟 𝜕𝑟
∇(𝑥 ∙ 𝐴) = 𝐴 + 𝑥(∇ ∙ 𝐴) + 𝑖(𝐿 × 𝐴)
1
dimana 𝐿 = 𝑥 × 𝛻 adalah operator momentum angular.
𝑖
Aplikasi Elektrodinamika dalam Berbagai Bidang
Bidang Komunikasi