Anda di halaman 1dari 6

GAYA ANTARMOLEKUL DAN CAIRAN DAN PADATAN

1. Teori Kinetik Molekul Cairan dan Padatan


Cairan memiliki volume tertentu, di mana molekul – molekul yang
ada pada cairan saling berdekatan atau rapat yang membuat cairan
memiliki sedikit ruang kosong, sehingga cairan sulit dimampatkan.
Namun, molekul – molekul tersebut dapat bertukar tempat dengan bebas,
yaitu cairan dapat mengalir, dituang, dan mengikuti bentuk seperti
wadahnya. Gerak molekul pada cairan yaitu meluncur satu terhadap yang
lain dengan bebas. Berbeda halnya dengan padatan, di mana molekul –
molekul di dalam padatan terikat dengan kaku pada wadahnya, sehingga
sulit untuk bebas bergerak. Padatan mempunyai ruang kosong jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan cairan. Oleh karena itu, padatan hampir tidak
dapat dimampatkan sama sekali. Namun, kerapatan padatan jauh lebih
tinggi daripada cairan untuk zat – zat tertentu. Gerak molekul pada
padatan yaitu bergetar di tempat tertentu.

2. Gaya Antarmolekul
Gaya antarmolekul adalah gaya aksi di antara molekul-molekul yang
menimbulkan tarikan antarmolekul dengan berbagai tingkat kekuatan.
Pada suhu tertentu, kekuatan tarikan antarmolekul menentukan wujud zat,
yaitu gas, cair, atau padat. Kekuatan gaya antarmolekul lebih lemah
dibandingkan gaya intramolekul. Gaya intramolekul biasanya mengikat
atom – atom dalam molekul dan menstabilkan moleku. Sedangkan gaya
antarmolekul menyebabkan sifat – sifat materi dalam jumlah besar, seperti
titik leleh dan titik didih. Energi yang cukup pada titik didih harus
diberikan untuk mengatasi tarik menarik antarmolekul untuk dapat
memasuki fase uap. Misalnya, jika energi yang diperlukan lebih banyak
untuk memisahkan molekul – molekul dalam zat A daripada zat B, karena
molekul – molekul A terikat bersama dengan gaya antarmolekul yang
lebih kuat daripada molekul – molekul B, maka titik didih A lebih tinggi
daripada titik didih B. Ada beberapa jenis gaya antarmolekul diantaranya
sebagai berikut.

2.1. Gaya Dipol – Dipol


Gaya dipol – dipole adalah gaya yang terjadi di antara molekul-
molekul yang memiliki sebaran muatan tidak homogen, yaitu molekul -
molekul polar. Semakin kuat gaya interaksi antarmolekul, semakin besar
energi yang diperlukan untuk memutuskannya, dengan kata lain semakin
tinggi titik didihnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam molekul polar
terjadi gaya interaksi yang relatif lebih kuat dibandingkan dalam molekul
nonpolar.

2.2. Gaya Ion – Dipol


Gaya ion – dipol adalah gaya yang terjadi antara suatu ion (kation atau
anion) dengan suatu molekul polar. Kekuatan interaksi tergantung pada
muatan dan ukuran ion, serta pada besarnya momen dipol dan ukuran
molekul. Muatan kation lebih terpusat daripada anion karena kation
biasanya lebih kecil daripada anion. Oleh karena itu, jika muatannya sama,
maka kation berinteraksi lebih kuat daripada anion.

2.3. Gaya Dispersi


Gaya dispersi adalah gaya yang timbul dari dipol terinduksi sementara
pada atom atau molekul. Ada dua jenis interaksi pada gaya disperse yaitu
interaksi dipole terinduksi ion dan interaksi dipole terinduksi dipole.
Momen dipole akan terinduksi jika bergantung pada keterpolaran atom
atau molekul. Keterpolaran adalah kemudahan terganggunya distribusi
electron dalam suatu atom atau moekul. Semakin banyak jumlah electron
dan semakin menyebar awan electron dalam atom atau molekul, maka
akan semakin besar keterpolarannya. Awan yang menyebar adalah awan
electron yang tersebar dalam volume yang cukup besar, sehingga electron
– electron tersebut tidak terikat kuat oleh inti.

2.4. Ikatan Hidrogen


Ikatan hidrogen yaitu ikatan yang terbentuk antara hidrogen yang
terikat pada atom yang bersifat elektronegatif (F, O, dan N). Misalnya,
air : H-O-H  yaitu H terikat di O, karena ikatan H bersifat cenderung
positif dan elektron lebih tertarik ke O, sehingga ketika H bertemu dengan
unsur elektronegatif yang lain seperti O dari air yang lain, maka akan
terjadi tarik menarik muatan positif H dengan muatan negatif O, sehingga
terjadi suatu ikatan, dan terbentuklah H2O (air) seperti yang terlihat pada
gambar 1.1
Gambar 1.1 Ikatan hidrogen pada H2O

3. Wujud Cair
3.1. Tegangan permukaan
Tegangan permukaan adalah jumlah energy yang dibutuhkan untuk
menarik atau memperluas permukaan sebesar satu satuan luas. Ada dua
jenis gaya yang menyebabkan terjadinya aksi kapiler (bentuk lain
perwujudan dari tegangan permukaan), yaitu kohesi dan adesi. Kohesi
adalah gaya tarik menarik antarmolekul antara molekul – molekul yang
sama. Adesi adalah gaya tarik menarik antara molekul – molekul yang
berbeda

3.2. Viskositas
Viskositas adalah ukuran hambatan suatu fluida untuk mengalir.
Semakin besar viskositas, maka semakin lambat aliran cairan. Cairan yang
mempunyai gaya antarmolekul yang kuat memiliki viskositas yang lebih
besar dibandingkan dengan cairan yang memiliki gaya antarmolekul yang
lemah.

3.3. Struktur dan Sifat Air


Air merupakan zat umum atau pelarut yang sangat baik untuk berbagai
senyawa ionic dan untuk zat lain bisa membentuk ikatan hidrogen dengan
air. Sifat air yaitu bentuk padatnya kurang rapat dibandingkan dengan
bentuk cairnya. Misalnya sepotong es batu terapung di atas permukaan air
di dalam gelas. Kerapatannya hampir semua zat yang lain selalu lebih
besar saat berwujud padat daripada saat berwujud cair.

4. Struktur Kristal
Padatan terbagu menjadi dua jenis yaitu padatan Kristal dan padatan
amorf. Padatan Kristal adalah padatan yang memiliki keteraturan yang
kaku dan menjangkau jauh atom – atomnya, molekul – molekulnya, atau
ion – ionnya untuk menempati tempat tertentu. Padatan amorf adalah
padatan yang memiliki susunan yang tidak tertata dengan baik dan
keteraturan molekul yang menjangkau jauh. Satuan struktur dasar yang
berulang pada padatan kristal disebut sel satuan.
4.1. Penataan bola-bola
Struktur tiga dimensi dapat dibuat dengan menempatkan satu lapisan di
atas dan di bawah, sehingga bola – bola di dalam satu lapisan secara tidak
langsung berada di atas bola – bola di lapisan bawahnya. Setiap bola
dengan susunan tersebut memiliki bilangan koordinasi 6, karena bola
tersebut memiliki enam tetangga langsung. Bilangan koordinasi adalah
jumlah atom di sekitar satu atom dalam sisi kristal. Satuan berulang dalam
kumpulan bola – bola tersebut disebut sel kubus sederhana. Berbeda
dengan susunan pemusatan ruang memiliki struktur bilangan kordinasi
sebanyak 8, sedangkan susunan pemusatan sisi sebanyak 12.

5. Ikatan dalam padatan


5.1. Kristal ionic
Struktur kristal ionic mengandung ion – ion yang terikat oleh ikatan ionik
dan bergantukm pada muatan kation dan anion, serta pada jari – jarinya.
Padatan ionic mempunyai titik leleh tingi, suatu tanda kuatnya gaya kohesi
mengikat ion- ion tersebut. Padatan tersebut tidak menghantarkan listrik
karena ion – ion tersebut tetap pada posisinya. Namun, ketika padatan
tersebut dilelehkan atau dilarutkan dalam air, maka ion – ion akan bebas
bergerak dan menghasilkan cairan yang dapat menghantarkan listrik.
5.2. Kristal molecular
Molekul – molekul dalam kristal molekuler tersusun sedekat yang
dimungkinkan oleh ukuran dan bentuknya. Kristal molekuler lebih mudah
diputuskan dripada kristal ionic dan kristal kovalen, serta sebagian besar
kristal molekuler meleleh pada 200oC.
5.3. Kristal kovalen
Contoh kristal kovalen adalah intan dan grafit. Intan, setiap atom karbon
terikat secara tetrahedral dengan empat atom yang lain. Ikatan kovalen
yang kuat dalam tiga dimensi menyumbang pada kekerasan intan yang
tidak umum dan titik leleh yang tinggi (3550 oC). Grafit, atom karbon
tersusun dalam cincin beranggota enam. Ikatan kovalen dalam grafit
menjelaskan kekerasannya, tetapi karena lapisan – lapisan tersebut dapat
bergeser satu terhadap yang lain, grafit juga terasa licin jika disentuh dan
efektik sebagai pelumas.
5.4. Kristal logam
Ikatan dalam logam berbeda dengan ikatan dalam jenis yang lainnya, di
mana electron – electron ikatan pada logam tersebar di seluruh kristal.
Gaya kohesi yang kuat yang dihasilkan dari delokalisasi menyebabkan
kekuatan logam, yang meningkat dengan bertambahnya jumlah electron
yang tersedia untuk bertambahnya ikatan.

6. Perubahan fasa
Perubahan fasa adalah peralihan dari satu fasa ke fasa yang lain dan terjadi
apabila energy ditambahkan atau dilepaskan.
6.1. Kesetimbangan cair-uap
Penguapan adalah sejumlah tertentu molekul dalam cairan memiliki
energy kinetic yang cukup untuk meninggalkan permukaan. Apanila
cairan menguap, molekul – molekul gasnya memberikan tekanan uap.
Tekanan uap hanya dapat terukur jika sudah terdapat cukup banyak uap.
Tetapi, proses penguapan tidak berlangsung terus – menerus tanpa batas.
Molekul – molekul selama penguapan bergerak dari cairan ke ruang
kosong. Saat konsentrasi molekul dalam fasa uap meningkat, beberapa
molekul kembali ke fasa cair, suatu proses yang disebut pengembunan.
Pengembunan terjadi karena molekul yang menumbuk permukaan cairan
terjebak oleh gaya antarmolekul dalam cairan. Kalor penguapan molar
adalah ukuran seberapa kuat molekul – molekul dipertahankan dalam
cairan atau energi yang dibutuhkan untuk menguapkan satu mol cairan.
Titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan
luar. Titik didih normal cairan adalah titik didih ketika tekanan luar adalah
1 atm. Suhu kritis merupakan suhu tertinggi di mana suatu zat dapat
berada dalam keadaan cair. Tekanan minimum yang harus diberikan untuk
menyebabkan pencairan pada suhu kritis disebut tekanan kritis.
6.2. Kesetimbangan cair padat
Titik leleh adalah suhu pada saat fasa padat dan cair berada dalam
kesetimbangan. Energy yang dibutuhkan untuk melelehkan 1 mol padatan
disebut kalor peleburan molar. Ketika cairan menguap, molekul –
molekulnya terpisah jauh satu sama lain dan membutuhkan energy lebih
banyak untuk mengatasi gaya tari menarik.
6.3. Kesetimbangan padat uap
Proses di mana molekul – molekul langsung berubah dari fasa padat
menjadi fasa uap disebut penyubliman dan kebalikannya disebut
penghabluran. Molekul – molekul terikat lebih kuat dalam padatan,
tekanan uap padatan jauh lebih kecil daripada tekanan uap cairannya.
Energy yang dibutuhkan untuk menyublim 1 mol padatan disebut kalor
penyubliman molar.

7. Diagram fasa
Diagram fasa adalah meringkaskan kondisi – kondisi saat suatu zat berada
pada wujud padat, cair atau gas.
7.1. Air
Garis yang memisahkan setiap dua daerah menandai kondisi di mana
kedua fasa tersebut berada dalam kesetimbangan. Kurva antara fasa cair
dan uap menunjukkan variasi tekanan uap terhadap suhu. Kedua kurva
yang lain menandai kondisi – kondisi untuk kesetimbangan antara es
dengan air cair dan antara es dan uap air. Titik di mana ketiga kurva
bertemu disebut titik tripel.
7.2. Karbon Dioksida
Diagram fasa karbon dioksida sama dengan diagram fasa air, dengan satu
pengecualiam yaitu kemiringan kurva antara padat dan cair adalah positif.

Anda mungkin juga menyukai