Anda di halaman 1dari 42

Teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion: "tolakan pasangan kulit elektron valensi")

adalah suatu model kimia yang digunakan untuk menjelaskan bentuk-bentuk molekul kimiawi
berdasarkan gaya tolakan elektrostatik antar pasangan elektron.[1] Teori ini juga dinamakan
teori Gillespie-Nyholm, dinamai atas dua orang pengembang teori ini. Akronim "VSEPR" diucapkan
sebagai "vesper" untuk kemudahan pengucapan.
Premis utama teori VSEPR adalah bahwa pasangan elektron valensi disekitar atom akan saling
tolak menolak, sehingga susunan pasangan elektron tersebut akan mengadopsi susunan yang
meminimalisasi gaya tolak menolak. Minimalisasi gaya tolakan antar pasangan elektron ini akan
menentukan geometri molekul. Jumlah pasangan elektron di sekitar atom disebut sebagai bilangan
sterik.
Teori VSEPR biasanya akan dibandingkan dengan teori ikatan valensi yang mengalamatkan bentuk
molekul melalui orbital yang secara energetika dapat melakukan ikatan. Teori ikatan valensi berkutat
pada pembentukan ikatan sigma dan pi. Teori orbital molekul adalah model lainnya yang digunakan
untuk menjelaskan bagaimana atom dan elektron tersusun menjadi molekul dan ion poliatomik.
Teori VSEPR telah lama dikritik oleh karena teori ini tidak memiliki perumusan yang kuantitatif,
sehingga teori ini hanya dapat digunakan untuk memprediksi bentuk molekul secara "kasar",
walaupun cukup akurat.

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Gagasan bahwa terdapat suatu korelasi antara geometri molekul dengan jumlah elektron valensi
pertama kali dicetuskan oleh Sidgwick dan Powell pada tahun 1940.[2] Pada tahun
1957, Gillespie dan Nyholm menyempurnakan konsep ini untuk membangun suatu teori yang
mampu memprediksi geometri molekul.[3][4]

Penjelasan[sunting | sunting sumber]


Teori VSEPR utamanya melibatkan prediksi susunan pasangan elektron di sekitar satu atau lebih
atom pusat pada suatu molekul. Jumlah pasangan elektron pada kelopak valensi atom pusat
ditentukan dengan menggambarkan struktur Lewis molekul tersebut. Ketika terdapat dua atau
lebih struktur resonansi yang dapat mewakili suatu molekul, model VSEPR dapat diterapkan pada
semua struktur resonansi tersebut. Pada teori VSEPR, pasangan elektron berganda pada ikatan
berganda diperlakukan sebagai "satu pasang" elektron.
Pasangan elektron diasumsikan berada pada permukaan bola yang berpusat pada atom pusat. Oleh
karena pasangan elektron tersebut bermuatan negatif, kesemuaan pasangan elektron akan
menduduki posisi yang meminimalisasi gaya tolak menolak antar sesamanya dengan
memaksimalkan jarak antar pasangan elektron. Jumlah pasangan elektron oleh karenanya akan
menentukan keseluruhan geometri molekul.
Sebagai contoh, ketika terdapat dua pasang elektron di sekitar atom pusat, gaya tolak-menolak di
antara keduanya akan menjadi minimal ketika keduanya berada pada posisi saling berseberangan.
Oleh karena itu, atom pusat diprediksikan mengadopsi geometri linear. Jika terdapat tiga pasang
elektron, maka gaya tolak-menolak diminimalkan dengan mengadopsi bentuk trigonal. Dengan cara
yang sama, untuk empat pasang elektron, susunan geometri yang optimal adalah tetrahedral.
Prediksi keseluruhan geometri ini disempurnakan lebih jauh dengan membedakan pasangan
elektron ikatan dan non-ikatan. Pasangan elektron ikatan terlibat dalam ikatan sigma dengan atom
bersebelahan, sehingga kedua elektron tersebut dikongsi oleh dua atom yang berikatan,
menyebabkan pasangan elektron tersebut berada lebih jauh dari atom pusat daripada pasangan
elektron non-ikatan (pasangan elektron menyendiri) yang akan berada lebih dekat dengan atom
pusat. Oleh karena itu, tolakan yang diakibatkan oleh pasangan elektron menyendiri akan lebih
besar daripada tolakan yang diakibatkan oleh pasangan elektron yang berikatan. Dengan demikian,
ketika geometri molekul memiliki dua set posisi yang menerima gaya tolak-menolak dengan derajat
yang berbeda, pasangan elektron menyendiri akan cenderung menduduki posisi yang menerima
gaya tolakan lebih kecil. Dengan kata lain, gaya tolak menolak antara pasangan elektron menyendiri
dengan pasangan elektron menyendiri (lone pair - lone pair) akan lebih kuat daripada gaya tolak
menolak antara pasangan elektron menyendiri dengan pasangan elektron berikatan (lone pair -
bonding pair), yang juga sendiri lebih kuat daripada gaya tolak-menolak antara pasangan elektron
berikatan dengan pasangan elektron berikatan (bonding pair - bonding pair). Secara ringkas dapat
ditulis: lp-lp > lp-bp > bp-bp.
Pembedaan ini sangat penting utamanya ketika dalam suatu geometri molekul terdapat dua atau
lebih posisi yang memungkinkan.

Metode AXE[sunting | sunting sumber]


Metode perhitungan elektron AXE umumnya digunakan ketika kita menerapkan teori
VSEPR. A mewakili atom pusat. X mewakili jumlah ikatan sigma antara atom pusat dengan atom
luar. Ikatan ganda kovalen dihitung sebagai satu X. E mewakili jumlah pasangan elektron
menyendiri yang ada disekitar atom pusat. Jumlah X dan E, disebut sebagai bilangan sterik juga
diasosiasikan dengan jumlah orbital hibridisasi yang digunakan dalam teori ikatan valensi.
Berdasarkan jumlah bilangan sterik dan distribusi X serta E, teori VSEPR akan memberikan prediksi
sebagai berikut:

Geometri dasar
Bil. 1 pasangan 2 pasangan 3 pasangan
0 pasangan
sterik menyendiri menyendiri menyendiri
menyendiri

2
Linear

datar trigonal
tekuk
4

tekuk
tetrahedral piramida trigonal

bipiramida trigonal jungkat jungkit bentuk T linear

Oktahedral piramida persegi datar persegi

bipiramida pentagonal piramida pentagonal datar pentagonal


Jenis molekul Bentuk Susunan elektron Geometri Contoh

AX1En Diatomik HF, O2

AX2E0 Linear BeCl2, HgCl2, CO2

AX2E1 Tekuk NO2−, SO2, O3

AX2E2 Tekuk H2O, OF2

AX2E3 Linear XeF2, I3−

AX3E0 Datar trigonal BF3, CO32−, NO3−, SO3

AX3E1 Piramida trigonal NH3, PCl3


AX3E2 Bentuk T ClF3, BrF3

AX4E0 Tetrahedral CH4, PO43−, SO42−, ClO4−

AX4E1 Jungkat-jungkit SF4

AX4E2 Datar persegi XeF4

AX5E0 Bipiramida trigonal PCl5

AX5E1 Piramida persegi ClF5, BrF5


AX5E2 Datar pentagonal XeF5−

AX6E0 Oktahedral SF6

AX6E1 Piramida pentagonal XeOF5−, IOF52− [5]

AX7E0 Bipiramida pentagonal IF7

† Susunan elektron meliputi pasangan menyendiri yang ditunjukkan oleh bola kuning
‡ Geometri yang terpantau (tidak termasuk pasangan menyendiri)
Ketika atom substituen (X) tidak sama, geometri di atas masih cukup baik untuk digunakan, namun
sudut ikatan akan berbeda sedikit. Sebagai contohnya, ikatan ganda karbon pada alkena
seperti etilena C2H4 adalah AX3E0, namun sudut ikatan tidaklah persis 120°. Hal yang sama juga
dapat terlihat pada SOCl2 yang termasuk AX3E1, namun karena substituen X tidaklah sama, sudut
XAX tidak akan sama.

Pengecualian[sunting | sunting sumber]


Terdapat berbagai kelompok senyawa yang geometrinya tidak dapat diprediksi secara tepat oleh
teori VSEPR.

Senyawa logam transisi[sunting | sunting sumber]


Banyak senyawa logam transisi yang geometrinya tidak dapat dijelaskan menggunakan teori
VSEPR.[6] Struktur beberapa senyawa ini, meliputi logam hidrida dan kompleks alkil
seperti heksametiltungsten dapat diprediksi dengan tepat menggunakan teori VALBOND, yang
didasarkan pada orbital hibrid sd dan model ikatan tiga-pusat empat-elektron.[7][8] Teori medan
kristal merupakan teori sering dapat memprediksi geometri kompleks koordinasi.
Senyawa halida golongan 2[sunting | sunting sumber]
Struktur senyawa halida triatomik dengan logam golongan 2 tidaklah linear pada fase gas seperti
yang diprediksi oleh teori VSEPR, melainkan berbentuk tekuk (sudut X-M-X:CaF2, 145°; SrF2,
120°; BaF2, 108°; SrCl2, 130°; BaCl2, 115°; BaBr2, 115°; BaI2, 105°).[9] Gillespie mengajukan bahwa
ini disebabkan oleh interaksi ligan dengan elektron pada inti atom logam yang menyebabkan
polarisasi atom, sehingga kelopak dalam atom tidaklah simetris berbentuk bola dan memengaruhi
geometri molekul.[6][10]

Beberapa molekul AX2E2[sunting | sunting sumber]


Salah satu contohnya adalah molekul litium oksida Li2O yang berbentuk linear daripada berbentuk
tekuk. Hal ini dikarenakan ikatan yang bersifat sangat ionik, menyebabkan gaya tolakan yang sangat
kuat antara atom litium.[11]
Contoh lainnya adalah O(SiH3)2 dengan sudut Si-O-Si 144,1°. Hal ini berbeda dengan sudut pada
Cl2O yang sebesar 110,9°, (CH3)2O 111.7°, dan N(CH3)3 110,9°. Gillespies mengajukan bahwa
terdapat lokalisasi pasangan menyendiri, sehingga kemampuan pasangan menyendiri tersebut
untuk menolak pasangan elektron lainnya akan menjadi sangat kuat ketika ligannya memiliki
elektronegativitas yang sama ataupun lebih kuat daripada atom pusat.[6] Ketika atom pusat lebih
elektronegatif, seperti pada O(SiH3)2, pasangan menyendirinya akan kurang terlokalisasi, sehingga
memiliki gaya tolakan yang lebih lemah. Kombinasi efek ini dengan gaya tolak antar ligan akan
menyebabkan sudut ikat Si-O-Si lebih besar daripada yang diprediksi.[6]

Beberapa molekul AX6E1[sunting | sunting sumber]


Beberapa molekul AX6E1, seperti anion Te(IV) dan Bi(III), TeCl62−, TeBr62−, BiCl63−, BiBr63− dan BiI63−,
berbentuk oktahedron sempurna dan pasangan menyendirinya tidak memengaruhi geometri
molekul.[12] Salah satu rasionalisasi pengamatan ini adalah bahwa sesakan sterik ligan tidak
menyediakan ruang untuk pasangan menyendiri yang tidak berikatan,[6] rasionalisasi lainnya
menjelaskannya menggunakan efek pasangan inert[13]

TEORI VSEPR DAN GEOMETRI MOLEKUL


12 KomentarPosted by Emel Seran pada 18 Juni 2011

Geometri molekul atau sering disebut struktur molekul atau bentuk molekul
yaitu gambaran tiga dimensi dari suatu molekul yang ditentukan oleh jumlah
ikatan dan besarnya sudut-sudut yang ada disekitar atom pusat.

Perlu ditekankan istilah molekul hanya berlaku untuk atom-atom yang berikatan
secara kovalen. Karena hal inilah, istilah geometri molekul hanya ditujukan pada
senyawa kovalen ataupun ion-ion poliatomik.
Di dalam sebuah molekul atau ion poliatom terdapat atom pusat dan substituent-
substituen. Substituent yang ada terikat pada atom pusat. Substituent-substituen ini
dapat berupa atom (misalnya Br atau H) dan dapat pula berupa gugus (misalnya NO2).
Terkadang sulit untuk menentukan atom pusat dari suatu molekul atau ion
poliatomik. Berikut beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan atom
pusat yaitu sebagai berikut.
1. Atom pusat biasanya ditulis di awal rumus formulanya.
2. Atom pusat biasanya atom yang lebih elektropositif atau kurang elektronegatif.

3. Atom pusat biasanya atom yang memiliki ukuran lebih besar dari atom atau
susbstituen-substituen yang ada. H ukuran paling kecil sehingga tidak pernah berlaku
sebagaia atom pusat.

Contoh

BeCl2 atom pusatnya adalah Be

NH3 atom pusatnya adalah N

Elektron valensi atom pusat yang digunakan pada pembentukan senyawa kovalen
terkadang digunakan untuk membentuk ikatan kadang tidak digunakan. Elektron yang
tidak digunakan ditulis sebagai pasangan elektron bebas (PEB), sedangkan elektron
yang digunakan dalam pembentukan ikatan ditulis sebagai pasangan elektron ikatan
(PEI). Selain PEB dan PEI pada atom pusat dapat pula terdapat elektron tidak
berpasangan seperti pada molekul NO2.
Dalam suatu molekul elektron-elektron tersebut saling tolak-menolak karena memiliki
muatan yang sama. Untuk mengurangi gaya tolak tersebut atom–atom yang berikatan
membentuk struktur ruang tertentu hingga tercapai gaya tolak yang minimum. Akibat
yang ditimbulkan dari tolakan yang yang terjadi yaitu mengecilnya sudut ikatan dalam
molekul. Urutan gaya tolak dimulai dari gaya tolak yang terbesar yaitu sebagai
berikut.
1. Gaya tolak antar sesama elektron bebas (PEB vs PEB)

2. Gaya tolak antara pasangan elektron bebas dengan elektron ikatan (PEB vs PEI)

3. Gaya tolak antar pasangan elektron ikatan (PEI vs PEI).

Teori yang digunakan untuk mempelajari gaya tolak antar sesama elektron valensi
disebut teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion) yang dikembangkan
oleh Gillespie dan Nylholm sehigga sering disebut sebagai teori Gillespie-
Nylholm. Dengan teori ini ternyata struktur ruang suatu senyawa dapat
ditentukan dengan memperhatikan elektron bebas dan elektron ikatan dari
senyawa yang bersangkutan.

Awal perkembangan teori VSEPR, pada tahun 1963 berdasarkan ide-ide yang
kembangkan oleh Sidwick dan Powell, Gillespie memberi ceramah tentang teori
VSEPR dalam suatu pertemuan yang di adakan oleh American Chemical Society
(ACS).
Setelah memberi ceramah ia ditantang oleh perserta ceramah yang lain yaitu Rundle.
Rundle menyatakan teori VSEPR terlalu “naive” dan satu-satunya cara pendekatan
dalam meramalkan bentuk molekul adalah teori orbital molekul. Setelah mengadakan
diskusi yang cukup panjang Gillespie menantang Rundle meramal bentuk molekul
dari ksenon fluorida (XeF6) yang pada saat itu baru saja disintesis oleh Malm dan
rekan-rekannya.

Berdasarkan terori orbital molekul, Rundle menyatakan bentuk molekul


XeF6 adalah oktahedral normal. Sedangkan Gillespie berdasarkan teori VSEPR
menyatakan bentuk molekul XeF6 adalah oktahedral terdistorsi.

Berdasarkan hasil eksperimen metode spektroskopi inframerah terhadap XeF6 yang


dilakukan oleh Bartell diperoleh fakta bahwa bnetuk molekul XeF6 adalah oktahedral
terdistorsi yang diramalkan Gillespie. Sejak saat itu teori VSEPR menjadi terkenal
dan Bartell menyatakan “The VSEPR model some capture the essence of molecular
behaviour” .

Beberapa Bentuk Molekul Berdasarkan Teori VSEPR

Pada penentuan struktur ruang molekul-molekul berdasarkan teori VSEPR umumnya


atom pusat atom pusat dilambangkan dengan A, jumlah atom yang diikat atau jumlah
pasangan elektron ikatan (PEI) dilambangkan dengan X dan pasangan elektron bebas
atom pusat dilambangkan dengan E. Berbagai struktur ruang molekul dapat dilihat
pada Tabel.
Nama Sud Jumla Jumla Rumus Bentuk Molekul Conto
ut h PEI h (AXnE h
ikata (X) PEB m) senya
n (E) wa

Linear 180 2 0 AX2 CO2

Trigonal planar 120 3 0 AX3 BF3


Planar huruf V 2 1 AX2E SO2

Tetrahedral 4 0 AX4 CH4

Piramida trigonal 3 1 AX3E NH3

Planar bentuk V 2 2 AX2E2 H2O

Bipiramida trig 5 0 AX5 PCl5


onal

Bipiramida 4 1 AX4E SF4


trigonal

Planar bentuk T 3 2 AX3E2 ClF3

Linear 2 3 AX2E3 XeF2


Oktahedral 90 6 0 AX6 SF6

Piramida 5 1 AX5E BrF5


segiempat

Segiempat datar 4 2 AX4E2 XeF4

Keterangan: PEI = pasangan elektron ikatan, PEB = pasangan elektron bebas, A=


atom pusat, Xn = jumlah atom yang diikat atom pusat, Em = jumlah pasangan elektron
bebas

Pada Tabel di atas, nama bentuk molekul yang diberi huruf tebal merupakan bentuk
molekul dasar karena semua elektron valensi atom pusat digunakan untuk membentuk
ikatan.

Jika terdapat elektron yang tidak digunakan untuk membentuk ikatan atau elektron
bebas ditunjukan dengan garis putus-putus kemudian dua titik yang menyatakan
pasangan elektron bebas.

LANGKAH-LANGKAH MERAMAL BENTUK MOLEKUL

Langkah-langkah yang digunakan untuk meramal struktur molekul tidak


berbeda jauh dengan langkah-langkah yang digunakan untuk menggambar
struktur Lewis suatu molekul atau ion poliatomik. Langkah-langkah yang
digunakan untuk meramal bentuk molekul sebagai berikut.
1. Menentukan atom pusat.

2. Tuliskan jumlah elektron valensi dari atom pusat.

3. Menentukan jumlah elektron valensi dari masing-masing substituen jika


berupa atom.
4. Satu elektron dari substituen dipasangkan dengan satu elektron dari atom
pusat sehingga membentuk pasangan elektron (pasangan elektron ikatan,
PEI). Perlu diperhatikan bahwa, bahwa jumlah elektron atom pusat tidak selalu
memenuhi kaidah oktet. Jika masih terdapat substituen dan masih terdapat
elektron pada atom pusat, maka semuanya harus dipasangkan.
5. Jika semua susbtituen telah dipasangkan dengan elektron atom pusat dan
masih terdapat elektron yang tidak berpasangan, maka elektron tersebut tetap
ditulis pada atom pusat sebagai elektron bebas atau pasangan elektron bebas
(PEB).

6. Jika berupa ion poliatomik, maka setelah semua substituen dipasangkan


kurangi elektron jika ion bermuatan positif dan tambahkan elektron jika ion
bermuatan positif.

7. Menentukan bentuk molekul serta memperkirakan besarnya sudut-sudut


ikatan disekitar atom pusat dengan memperhatikan tolakan-tolakan yang
terjadi agar diperoleh bentuk dengan tolakan yang minimum.

Contoh berilium klorida, BeCl2

Be sebagai atom pusat memiliki 2 elektron valensi dan Cl sebagai substituen memiliki
7 elektron valensi. Setelah satu elektron valensi dipasangkan dengan satu elektron dari
satu atom Be, masih terdapat satu elektron bebas pada atom Be. Oleh sebab itu, 1
elektron tersebut dipasangkan dengan satu elektron dari atom Cl. Setelah semua
dipasangkan tidak ada lagi elektron bebas pada atom Be. Agar tolakan minimum
maka kedua atom Cl letaknya berlawanan membentuk sudut 180°, seperti pada
Gambar.

Contoh Boron Trifluorida BF3

Boron sebagai atom pusat memiliki 3 elektron valensi sehingga setelah berikatan
dengan 3 atom F maka tidak ada lagi elektron bebas disekitarnya. Agar tolakan
pasangan elektron ikatan minimal maka setiap ikatan menata diri mengarah pada
pojok-pojok segitiga sama sisi. Bentuk molekul seperti ini
disebut trigonal planar dengan sudut ikatan sebesar 120°.
Contoh Metana, CH4

Agar keempat PEI tolakan minimal maka letaknya mengarah pada pojok-pojok
tetrahedral. CH4 berbentuk tetrahedral normal dengan sudut ikatan H-C-H sebesar
109,5°.

Contoh Fosfor(V) Fluorida PF5

Lima PEI posisinya `mengarah pada pojok-pojok trigonal bipiramidal. Bentuk PF5
adalah trigonal bipiramidal. Ikatan P-F yang tegak disebut ikatan aksial, sedangkan
ikatan P-F yang posisinya mendatar disebut ikatan ekuatorial.
PEI P-F aksial bertolakan dengan 3 PEI P-F ekuatorial dengan sudut ikatan 90° dan
PEI P-F aksial yang lain dengan sudut 180°. PEI P-F ekuatorial bertolakan dengan 2
PEI P-F ekuatorial yang lain dengan sudut ikatan 120° dan dengan 2 PEI P-F aksial
dengan sudut ikatan 90°.
PEI P-F aksial mempunyai 3 tolakan dengan sudut 90°, sedangkan PEI P-F ekuatorial
hanya memiliki 2 tolakan dengan sudut 90°. Karena hal inilah, maka dapat dianggap
tolakan yang dialami oleh PEI P-F ekuatorial lebih lemah daripada tolakan yang
dialami oleh PEI P-F aksial. Atau dapat dikatakan ikatan ekuatorial lebih longgar
daripada posisi aksial.
Tolakan yang dialami oleh PEI P-F aksial akan berkurang apabila PEI aksial menjadi
lebih kurus atau lebih ramping. Hal ini dapat dicapai bila ikatan P-F aksial lebih
panjang daripada ikatan P-F ekuatorial. Hal ini telah dibuktikan dengan eksperimen
bahwa ikatan P-F aksial dalam molekul PF5 lebih panjang dibanding ikatan P-F
ekuatorial.
Dalam sebuah molekul yang atom pusanya mengikat susbstituen sama dengan
bentuk molekul trigonal bipiramidal, ikatan aksial selalu lebih panjang daripada
ikatan ekuatorial.

Belerang Heksafluorida, SF6

Agar enam PEI tolakan minimal maka posisi 6 ikatan mengarah pada pojok-pojok
oktahedral normal.

Iod heptafluorida, IF7


7 PEI posisinya mengarah pada pojok-pojok dari pentagonal bipiramidal agar tolakan
antar PEI menjadi minimal.

Keterbatasan Teori VSEPR

Seperti teori-teori yang lain, teori VSEPR juga memiliki kelemahan-kelemahan.


Beberapa diantaranya sebagai berikut.

Banyak senyawa logam transisi strukturnya tidak dapat dijelaskan menggunakan teori
VSEPR. Teori VSPER gagal meramalkan struktur NH3+. Berdasarkan teori VSEPR
bentuk molekul NH3+ adalah trigonal bipiramidal dengan sudut ikatan lebih kecil dari
120° (sedut normal untuk atom dengan bilangan koordinasi 3) tetapi lebih besar dari
109,47° (sudut normal untuk atom bilangan koordiansi 4) karena terdapat satu
elektron tidak berpasangan pada atom N.

Namun berdasarkan hasil eksperimen ternyata bentuk dari NH3+ adalah segitiga planar
dengan sudut ikatan sebesar 120°. Hal ini disebabkan elektron bebas terdistribusi
secara merata pada bagian depan belakang atom N. Bentuk trigonal piramidal dan
trigonal planar seperti yang ditunjukan pada gambar.

Gambar bentuk molekul trigonal piramidal dan trigonal planar dari NH3+

Struktur senyawa halida triatomik dengan logam golongan 2 tidaklah linear pada fase
gas seperti yang diprediksi oleh teori VSEPR, melainkan berbentuk tekuk (sudut X-
M-X : CaF2, 145°; SrF2, 120°; BaF2, 108°; SrCl2, 130°; BaCl2, 115°; BaBr2, 115°;
BaI2, 105°). Gillespie mengajukan bahwa ini disebabkan oleh interaksi ligan dengan
elektron pada inti atom logam yang menyebabkan polarisasi atom, sehingga kelopak
dalam atom tidaklah simetris berbentuk bola dan memengaruhi geometri molekul.

Teori VSEPR dapat digunakan untuk meramal bentuk molekul dari hidrida-hidrida
unsur-unsur pada periode 3 dan 4 seperti H2S, H2Se, PH3, AsH3 dan SbH3, namun
gagal meramal besar sudut ikatan yang ada.
Berdasarkan teori VSEPR H2S dan H2Se berbentuk huruf V dengan besar sudut ikatan
H-E-H (E=S atau Se) sekitar 104,5°C seperti sudut ikatan H2O. Namun berdasarkan
eksperimen diperoleh besar sudut H-E-H mendekati 90° walaupun berbentuk V.
Sedangkan bentuk molekul PH3, AsH3 dan SbH3 berdasarkan teori VSEPR berbentuk
trigonal piramidal dengan sudut ikatan H-E-H (E = P, As atau Sb) sekitar 107,3°
seperti sudut ikatan NH3. Namun berdasarkan eksperimen diperoleh bahwa besar
sudut ikatan H-E-H m,endekati 90° walaupun berbentuk trigonal piramidal.

STRUKTUR MOLEKUL BERDASARKAN TEORI VSEPR


Ada beberapa teori yang dapat meramalkan bentuk struktur suatu molekul yaitu : teori VSEPR
yang dikemukakan oleh Lewis dan teori ikatan valensi orbital hibrid mekanika kuantum. Pada
kesempatan ini penulis akan mencoba untuk menuliskan dari sisi teori VSEPR.

Teori VSEPR merupakan kepanjangan dari Valence Shell Electron Pair Repulsion. Secara arti
harfiahnya adalah Teori Tolakan Pasangan Elektron Kulit Valensi. Teori ini adalah teori yang
dapat meramalkan bentuk molekul berdasarkan gaya tolak menolak elektron valensi atom
pusat. Prinsip utama teori ini adalah bahwa bentuk molekul itu ditentukan oleh ada atau
tidaknya tolakan elektron bonding dan non bonding elektron Dalam bahasa kita, teori ini
dikenal dengan istilah teori Domain Elektron. Untuk memahami teori ini anda sudah memahami
ikatan kimia. Karena dalam bahasan topik ini akan digunakan istilah bonding (PEI) dan non
bonding (PEB).

Elektron merupakan partikel bermuatan negatif (-) sehingga sesama elektron akan saling tolak
menolak satu sama lain, sehingga dalam suatu molekul awan elektron akan menyusun diri
untuk meminimalkan gaya tolak menolak tersebut. Berikut ini disajikan bentuk-bentuk dasar
suatu molekul, yang dimaksud bentuk dasar yaitu bentuk yang tidak mengalami distorsi dari non
bonding elektron (nol).
Sekarang, mari kita ambil satu contoh molekul dari data diatas, yaitu molekul methana CH 4 ,
molekul ini memiliki 4 domain elektron yang terdiri dari 4 buah elektron bonding dan tak memiliki
elektron non bonding (nol). Sehingga awan elektron disekitar atom pusat karbon tersebar pada
empat ikatan dengan atom hidrogen. Struktur lewis merupakan struktur 2-D, sehingga sudut
ikatan yang memungkinkan untuk struktur 2-D adalah 900 .

Namun bagaimanapun, bentuk molekul yang sesungguhnya digambarkan dalam bentuk 3-D
(model ball and stic) sudut ikatan yang dibuntuk antara atom Carbon dan Hydrogen adalah
sebesar 109,50
dan jika kita menggambar molekul CH4 dalam bentuk geometri maka akan diperoleh bentuk
tetrahedron.

Nah, jadi kesimpulannya bentuk geometri molekul untuk molekul CH4 menurut teori VSEPR
adalah tetrahedron.

Sekarang mari kita lihat bentuk geometri molekul lain yaitu molekul amonia NH3 , dimana jumlah
Domain molekul NH3 ini sama dengan jumlah domain pada CH4 yaitu sebanyak 4 domain.
Namun perbedaannya adalah Domain elektron NH3 terdiri dari 3 buah elektron bonding dan 1
buah elektron non bonding. Mari kita lihat struktur lewis atau struktur 2-D dari NH3
Dari gambar diatas terlihat adanya satu buah nonbonding elektron, Keberadaan 1 buah elektron
non bonding pada NH3 ini akan menyebabkan distorsi pada molekul NH3

Mari kita lihat dalam struktur 3-D berikut :

Namun bagaimanapun, ketika kita melihat bentuk molekul, kita tidak akan bisa melihat non
bonding elektron, karena ia tidak terpasang dengan atom. Sehingga gambar diatas jika dilihat
dalam bentuk molekul adalah sebagai berikut :

Sudut ikatan yang dibentuk oleh atom nitrogen dan hidrogen pada amonia adalah sebesar
107,50 . Jika kita menggambarkan bentuk geometri molekul NH3 maka gambarnya adalah
sebagai berikut :
Sehingga kesimpulannya bentuk geometri molekul untuk molekul NH3 menurut teori VSEPR
adalah trigonal piramida.

Selanjutnya mari kita lihat bentuk geometri molekul lain yaitu molekul air H2O , dimana jumlah
Domain molekul H2O ini sama dengan jumlah domain pada CH4 dan NH3 sebanyak 4 domain.
Namun perbedaannya adalah Domain elektron H2O terdiri dari 2 buah elektron bonding dan 2
buah elektron non bonding. Kita akan lihat bagaimana perubahan bentuk geometrinya. Mari kita
lihat struktur lewis atau struktur 2-D dari H2O

Dari gambar diatas terlihat adanya dua buah nonbonding elektron, Keberadaan 2 buah elektron
non bonding pada H2O ini akan menyebabkan distorsi pada molekul H2O

Mari kita lihat dalam struktur 3-D berikut :


Sudut ikatan yang dibentuk oleh atom oksigen dan hidrogen pada molekul air adalah sebesar
104,50 . Jika kita menggambarkan bentuk geometri molekul H2O maka gambarnya adalah
sebagai berikut :

Sehingga kesimpulannya bentuk geometri molekul untuk molekul H2O menurut teori VSEPR
adalah bentuk bent (bengkok) .

DOMAIN ELEKTRON

Suatu area dalam molekul yang ditempati elektron disebut sebagai domain elektron . Domain elektron meliputi
pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas (PEB) dan elektron tuggal ayng dalam banyak kasus
merupakan elektron bebas.

Unsur-unsur yang saling berikatan memiliki bentuk molekul berbeda-beda tergantung jumlah pasangan
elektron yang terlibat. Bentuk molekul dipengaruhi oleh susunan ruang pasangan elektron ikatan (PEI) dan
pasangan elektron bebas (PEB) pada atom pusat suatu molekul.

INGAT : PEI dan PEB ditentukan dari atom pusat.

Teori domain elektron menyatakan bahwa pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron bebas saling tolak-
menolak sehingga tiap-tiap pasangan elektron cenderung berjauhan satu sama lain untuk meminimalkan gaya
tolakan tersebut. Teori ini disebut juga teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion) yang dikembangkan
oleh R.J Gilespie (Kanada,1957)

INGAT : Domain elektron yang berupa pasangan elektron ikatan (PEI) baik ikatan tunggal, rangkap dua maupaun
rangkap tiga dianggap 1 (satu) domain.
Outbond Study

BENTUK MOLEKUL

Bentuk molekul senyawa kovalen ditentukan oleh susunan ruang pasangan elektron di sekitar atom pusat. Untuk
bisa menentukan domain elektron maka dipergunakan Struktur Lewis. Karena dengan struktur Lewis dapat
diketahui PEI dan PEB. Berdasarkan teori domain elektron ada 5 macam bentuk dasar molekul kovalen, yaitu :

1. Linear

Bentuk melekul ini disusun oleh tiga atom yang berikatan dalam satu garis lurus dan sebuah atom yang menjadi
atom pusatnya. Terdapat 2 domain dengan sudut ikatan 180

2. Segitiga Datar

Bentuk melekul ini segitiga sama sisi yang disusun oleh 4 buah atom. 1 buah atom pusat yang berikatan dengna
3 atom lainnya dengan sudut ikatan 120o

3. Tetrahedral

Bentuk melekul ini seperti piramida yang tersusun oleh 5 atom dengan 1 buah atom bertindak sebagai atom
pusat yang berikatan dengan 4 elektron ikatan dengan sudut ikatan 109,5o

4. Trigonal Bipiramidal

Bentuk melekul ini seperti dua piramida yang bergabung menjadi satu dimana atom pusat dikelilingi oleh 5 atom
lainnya dengan sudut 90o dan 120o

5. Oktahedral

Bentuk melekul ini terdiri atas delapan bidang yang merupakan segitiga sama sisi dimana atom pusat akan
dikelilingi oleh 6 atom lainnya dengan dusut ikatan 90o

Kelima bentuk dasar molekul kovalen hanya menggambarkan geometri domain elektron yang mengandung PEI,
namun dalam teori VSEPR gaya tolakan yang dihasilkan oleh pasangan elektron bebas berpengaruh terhadap
bentuk molekul. Bentuk molekul diberi notasi khusus untuk menunjukkan jumlah PEI dan PEB, yaitu :
AXnEn

Dimana A = atom pusat, X = PEI, E = PEB, n = jumlah masing-masing PEI/PEB

INGAT : untuk menggambarkan struktur Lewis suatu molekul, hitung elektron valensi unsur-unsur penyusunnya.

Outbond Study Analitic

Cara menentukan domain elektron :

1. Buat konfigurasi elektron masing-masing unsur dari Nomor Atomnya

2. Ketahui elektron valensi masing-masing unsur dari konfigurasinya

3. Buat struktur Lewisnya

4. Tentukan domainelektron (PEI dan PEB) pada atom pusat

5. Buat notasi VSEPR

Untuk meramal bentuk ion poliatomik, harus menggunakan rumus berikut :

1. Hitung jumlah pasangan elektron pada semua atom

Pasangan elektron = Jlh. Elektron valensi ± muatan ion / 2

2. Hitung jumlah pasangan elektron ikatan (PEI) pada atom pusat

PEI = Jumlah atom – 1

3. Hitung jumlah pasangan elektron yang berada di sekitar atom pusat

Pasangan pusat = pasangan elektron – (3 x jlh.atom ujung, kecuali H)

4. Hitung jumlah pasangan elektron bebas

PEB = pasangan pusat – PEI


INGAT : Dalam menghitung jumlah pasangan pusat, atom H tidak diperhitungkan karena atom H hanya memiliki
sebuah elektron dan tidak memiliki PEB

Teori domain elektron merupakan penyempurnaan dari teori VSEPR. Domain elektron berarti
kedudukan elektron atau daerah keberadaan elektron, dengan jumlah domain ditentukan sebagai
berikut (Ralph H. Petrucci, 1985).
1. Setiap elektron ikatan (baik itu ikatan tunggal, rangkap, atau rangkap tiga) berarti 1 domain.
2. Setiap pasangan elektron bebas berarti 1 domain.

Jumlah Domain Elektron dalam Beberapa Senyawa


Prinsip-prinsip Dasar Teori Domain Elektron
Teori domain elektron mempunyai prinsip-prinsip dasar sebagai berikut (Ralph H. Petrucci, 1985):
1. Antardomain elektron pada kulit luar atom pusat saling tolak-menolak sehingga domain elektron
akan mengatur diri (mengambil formasi) sedemikian rupa, sehingga tolak-menolak di antaranya
menjadi minimum. Susunan ruang domain elektron yang berjumlah 2 hingga 6 domain
yang memberi tolakan minimum, dapat dilihat pada tabel di bawah.

Susunan Ruang Domain Elektron yang Menghasilkan Tolakan Minimum


2. Urutan kekuatan tolak-menolak di antara domain elektron adalah:
tolakan antardomain elektron bebas > tolakan antara domain elektron bebas dengan domain elektron
ikatan > tolakan antardomain elektron ikatan.

Perbedaan daya tolak ini terjadi karena pasangan elektron bebas hanya terikat pada satu atom saja,
sehingga bergerak lebih leluasa dan menempati ruang lebih besar daripada pasangan elektron
ikatan. Akibat dari perbedaan daya tolak tersebut adalah mengecilnya sudut ikatan karena desakan
dari pasangan elektron bebas. Hal ini juga terjadi dengan domain yang mempunyai ikatan rangkap
atau rangkap tiga, yang pasti mempunyai daya tolak lebih besar daripada domain yang hanya terdiri
dari sepasang elektron.

3. Bentuk molekul hanya ditentukan oleh pasangan elektron terikat.

Jumlah domain (pasangan elektron) dalam suatu molekul dapat dinyatakan sebagai berikut.
 Atom pusat dinyatakan dengan lambang A.
 Domain elektron ikatan dinyatakan dengan X.
 Domain elektron bebas dinyatakan dengan E.

Tipe molekul dapat dinyatakan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.


1. Menentukan jumlah elektron valensi atom pusat (EV).
2. Menentukan jumlah domain elektron ikatan (X).
3. Menentukan jumlah domain elektron bebas (E).

Contoh Soal Teori Domain Elektron


Tentukan tipe molekul dari senyawa-senyawa biner berikut ini:
a. BF3
b. PCl3
c. ClF3
Jawab:
a. Jumlah elektron valensi atom pusat (boron) = 3
Jumlah domain elektron ikatan (X) = 3
Jumlah domain elektron bebas

Tipe molekul: AX3.

b. Jumlah elektron valensi atom pusat (fosfor) = 5


Jumlah domain elektron ikatan (X) = 3
Jumlah domain elektron bebas

Tipe molekul: AX3E.

c. Jumlah elektron valensi atom pusat (klorin) = 7


Jumlah domain elektron ikatan (X) = 3
Jumlah domain elektron bebas
Tipe molekul: AX3E2.

Berbagai Kemungkinan Bentuk Molekul


Cara penetapan tipe molekul dengan menggunakan langkah-langkah di atas hanya berlaku untuk
senyawa biner berikatan tunggal. Untuk senyawa biner yang berikatan rangkap atau ikatan kovalen
koordinasi, maka jumlah elektron yang digunakan untuk membentuk pasangan terikat menjadi dua
kali jumlah ikatan.

Teori domain elektron adalah suatu teori yang meramalkan geometri


molekul kimia berdasarkan teori tolak-menolak elektron pada kulit terluar atom
pusatnya. Nah, teori ini dulunya bernama VSEPR (Valence shell electron pair
repulsion).

Dalam menentukan domain elektron suatu senyawa kimia, kalian harus


mengikuti aturan-aturan berikut:
1. Setiap elektron ikatan (Ikatan kimia satu, rangkap dua, rangkap tiga) masuk
ke dalam satu paket domain
2. Setiap pasangan elektron bebas (PEB ; senyawa polar) masuk ke dalam
satu paket domain
Supaya memahami bagaimana sih domain elektron itu bisa dikatakan, yuk
masuk contoh soal pada 4 gambar berikut:

CONTOH SOAL 1

CONTOH 2
CONTOH 3

CONTOH 4

Selain 4 contoh di atas, teori domain elektron juga memiliki beberapa materi
lagi, di antaranya:
1. Domain elektron berjumlah 2-6 molekul memiliki tolakan minimum
2. Domain elektron yang berstatus PEB memiliki gaya tolak sedikit lebih kuat
daripada PEI (Pasangan Elektron Ikatan)
3. Susunan ruang domain elektron memiliki tolakan antar atomnya

Secara berurutan, urutan tolak-menolak di antara pasangan elektron adalah:


Tolakan antarpasangan elektron bebas –> Tolakan antara pasangan elektron
bebas (PEB) dengan pasangan elektron ikatan (PEI) –> Tolakan
antarpasangan elektron ikatan.
Nah, susunan ruang domain elektron tolakan minimum dijelaskan pada tabel
berikut:

Teori Domain Elektron


Aminu Irfanda Supanda
Pendahuluan
Anda tentu mengenal ikatan kovalen yang telah dipelajari di kelas X. Ikatan kovalen adalah
ikatan yang terbentuk akibat penggunaan pasangan elektron secara bersama-sama oleh 2 unsur
yang berikatan. Penggunaan pasangan elektron secara bersama-sama oleh setiap unsur akan
menstabilkan unsur tersebut, karena unsur-unsur tersebut akan memiliki susunan elektron seperti
susunan elektron pada gas mulia.
Untuk memudahkan Anda melukiskan ikatan kovalen, molekul-molekul yang akan berikatan
dapat digambarkan menggunakan struktur Lewis. Perhatikan struktur Lewis molekul air berikut
ini:

Dari struktur di atas digambarkan bahwa atom-atom penyusun air disusun secara garis lurus
(linear). Namun penentuan secara eksperimen menunjukkan bahwa bentuk molekul air tidak
linear, melainkan membentuk sudut. Mengapa demikian?
Unsur-unsur yang saling berikatan memiliki
bentuk yang berbeda-beda tergantung pada jumlah pasangan elektron yang terlibat. Bentuk
molekul dipengaruhi oleh susunan ruang pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron
bebas (PEB) pada atom pusat suatu molekul. Teori Domain Elektron menyatakan
bahwa “pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron bebas tolak-menolak sehingga tiap-
tiap pasangan elektron cenderung berjauhan satu sama lain untuk meminimalkan gaya tolakan
tersebut”. Teori ini juga disebut teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion) atau Teori
Tolakan Pasangan Elektron Valensi. Teori ini dikembangkan oleh R.J. Gillespie dan R.S.
Nyholm. Teori Domain Elektron menggambarkan arah pasangan elektron baik PEI dan PEB
terhadap atom pusat.

Menurut Ralph H. Petrucci (1985), teori Domain


Elektron merupakan penyempurnaan dari teori VSEPR. Teori ini adalah suatu cara meramalkan
bentuk molekul berdasarkan tolak menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusat. Domain
elektron berarti kedudukan elektron atau daerah keberadaan elektron. Jumlah domain elektron
ditentukan sebagai berikut:
1. Setiap elektron ikatan (apakah ikatan tunggal, rangkap atau rangkap tiga) merupakan 1 domain.
2. Setiap pasangan elektron bebas merupakan 1 domain.

Teori domain elektron mempunyai prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:


a. Antar domain elektron pada kulit luar atom pusat saling tolak-menolak sehingga domain
elektron akan mengatur diri (mengambil formasi) sedemikian rupa, sehingga tolak-menolak di
antaranya menjadi minimum.
b. Urutan kekuatan tolak-menolak di antara domain elektron adalah:
Tolakan antar domain elektron bebas > tolakan antara domain elektron bebasdengan
domain elektron ikatan > tolakan antara domain elektron ikatan.
c. Bentuk molekul hanya ditentukan oleh pasangan elektron terikat.
Bentuk Molekul
Metode AXE
Jumlah domain (pasangan elektron) dalam suatu molekul dapat dinyatakan sebagai berikut.

• Atom pusat dinyatakan dengan lambang A.


• Domain elektron ikatan dinyatakan dengan X.
• Domain elektron bebas dinyatakan dengan E.

jhja

Hibridisasi merupakan salah satu fenomena dalam bahasan sifat kimia yang terjadi saat pembentukan
suatu molekul kimia. Hibridisasi paling sering terjadi pada molekul hidrokarbon dengan atom karbon dan
hidrogen saat membentuk senyawa hidrokarbon.

Dengan adanya hibridisasi maka struktur dari molekul yang terbentuk memiliki panjang dan sudut ikatan
tertentu yang seragam sehingga membentuk geometri yang dapat ditentukan.

Hibridisasi
Dalam kimia, teori hibridisasi menjadi salah satu teori dasar yang harus dikuasai. Hal itu karena teori
hibridisasi akan berguna dalam penentuan bentuk geometri suatu molekul dan juga penentuan jenis
ikatan dari suatu atom. Selain itu, hibridisasi juga berpengaruh dalam tingkat energi dari suatu senyawa
serta tingkat kestabilannya.

Oleh karena itu dalam artikel ini akan dibahas secara lengkap tentang pengertian dan teori hibridisasi,
macam macam hibridisasi dalam atom karbon, proses terjadinya hibridisasi orbital dan juga contoh
senyawa yang dihasilkan dari hibridisasi.

Pengertian Hibridisasi
Hibridisasi adalah serangkaian proses penggabungan orbital dari suatu atom dengan atom lain ketika
terjadinya pemaknaan ikatan kimia sehingga mencapai energi yang lebih rendah atau kestabilan yang
tinggi.

Ketika dua atom akan berikatan secara kimia, maka dua atom ini membutuhkan sebuah orbital kosong
untuk ditempati elektron dari masing masing atom tersebut sehingga setelah berikatan maka kedua atom
akan menempati orbital yang sama pada elektron valensinya.

Oleh karena itu dalam proses hibridisasi ini melibatkan konfigurasi elektron terutama pada elektron
valensi yang digunakan untuk berikatan. Untuk mempelajari tentang elektron dan konfigurasi elektron
dapat anda baca lebih lengkap pada pengertian konfigurasi elektron.

Teori Hibridisasi
Ketika suatu molekul tidak mengalami hibridisasi orbital pada pembentukan ikatannya, maka yang teradi
yaitu panjang dan sudut ikatan yang terbentuk akan berbeda beda dan tingkat energinya pun berbeda.
Akibatnya akan menghasilkan bentuk yang tak beraturan, namun pada kenyataannya molekul kimia
memiliki panjang dan sudut ikatan yang seragam serta bentuk yang beraturan dan dapat ditentukan.

Sebagai contoh pada molekul metana (CH4) dimana atom karbon memiliki elektron valensi sebanyak 4
yang digunakan dapat untuk berikatan dengan atom lain dan terdapat pada orbital 2s dan 2p.

Ketika karbon membentuk ikatan misalnya dengan hidrogen, secara teoritis orbital 2s dan 2p yang
memiliki tingkat energi berbeda maka akan menghasilkan ikatan dengan panjang, sudut dan tingkat
energi yang berbeda pula karena jenis orbital yang berbeda.

Namun pada kenyataannya, senyawa CH4 memiliki panjang ikatan untuk setiap ikatan C-H yang sama,
selain itu sudut ikatan yang terbentuk dan energinya pun sama menghasilkan bentuk geometri
tetrahedral. Sehingga dipastikan bahwa terjadi sesuatu yang membuat orbital itu menghasilkan tingkat
energi yang setara, karena tidak mungkin karbon dan hidrogen berikatan dengan orbital 2s dan 2p yang
berbeda menghasilkan panjang, sudut, dan energi ikatan yang sama.

Peristiwa itu yang dinamakan hibridisasi orbital dimana orbital 2s bergabung dengan orbital 2p yang
terdiri dari 3 orbital p sehingga membentuk orbital sp3 yang mampu menghasilkan bentuk geometri
molekul CH4 sebagai tetrahedral.

Macam Hibridisasi
Pada atom karbon, dapat terjadi bebera jenis hibridisasi orbital yang menghasilkan panjang ikatan, sudut
ikatan, kekuatan ikatan serta energi ikatan yang berbeda untuk tiap hibridisasi. Materi tentang
hidrokarbon juga dapat anda pelajari secara lebih lengkap pada artikel pengertian hirdokarbon. Berikut ini
merupakan jenis jenis hibridisasi orbital pada atom karbon.
1. Hibridisasi sp3
Hibridisasi sp3 merupakan hibridisasi yang melibatkan penggabungan 1 orbital s dengan 3 orbital p yang
terdiri dari px, py, dan pz menghasilkan sp3 yang dapat digunakan untuk berikatan dengan 4 atom lain.

Hibridisasi sp3 memiliki jenis ikatan tunggal atau satu ikatan sigma dimana kekuatan ikatan pada
hibridisasi ini paling lemah diantara hibridisasi lainnya, sedangkan panjang ikatan pada hibridisasi ini
yang paling besar diantara lainnya. Molekul dengan hibridisasi sp3 akan menghasilkan bentuk geometri
tetrahedral. Contoh hibridisasi sp3 adalah pada molekul CH4.

2. Hibridisasi sp2
Pada hibridisasi sp2, sesuai namanya merupakan penggabungan 1 orbital s dengan 2 orbital p sehingga
terdapat 1 orbital p bebas yang tidak digunakan untuk hibridisasi. Hibridisasi sp 2 menghasilkan jenis
ikatan rangkap 2 sehingga kekutan ikatannya lebih tinggi daripada ikatan tunggal dan panjang ikatan
yang dihasilkan juga lebih pendek.

Dalam hibridisasi ini ikatan rangkap dapat terjadi karena adanya 1 orbital p bebas yang dapat
membentuk ikatan phi dengan orbital dari atom lain. Hibridisasi sp 2 akan menghasilkan bentuk geometri
planar dengan sudut ikatan 120. Contoh molekul yang memiliki hibridisasi sp 2 adalah C2H4.
3. Hibridisasi sp
Hibridisasi sp merupakan penggabungan antara 1 orbital s dengan 1 orbital p sehingga terdapat 2 orbital
p bebas yang tidak digunakan. Hibridisasi sp menghasilkan jenis ikatan rangkap 3 karena terdapat 2
orbital p bebas yang masing masing dapat menghasilkan ikatan phi dengan orbital atom lain sehingga
secara keseluruhan hibridisasi ini memiliki 1 ikatan sigma dan 2 ikatan phi.

Akibatnya, kekuatan ikatan menjadi kuat lebih kuat daripada dua hibridisasi lainnya dan jarak ikatan juga
paling pendek. Bentuk molekul yang dihasilkan hibridisasi sp adalah linear dengan sudut 180. Contoh
molekul dengan hibridisasi sp adalah C2H2.

Proses Terjadinya Hibridisasi


Dalam terjadinya hibridisasi melibatkan beberapa proses. Secara keseluruhan proses hibridisasi dapat
dilihat pada skema gambar berikut yang menampilkan proses atau tahapan hibridisasi yang disertai
dengan tingkat energi untuk setiap tahap dan setiap orbital.

1. Keadaan Dasar (Ground State)


Dalam keadaan dasar, semua atom memiliki konfigurasi elektron seperti pada umumnya. Pada kondisi
ini, tingkat energi dari masing masing orbital berbeda dan relatif lebih tinggi sehingga kurang stabil.

2. Eksitasi atau Promosi Elektron


Pada tahap eksitasi atau yang juga disebut dengan promosi, salah satu elektron dari orbital 2s akan
tereksitasi menuju ke orbital kosong pada 2p karena pada orbital 2p masih terdapat 1 orbital kosong.
Dengan hal tersebut, maka semua orbital yaitu 2s dan 2p terpenuhi oleh elektron dengan masing masing
terisi 1 elektron.

3. Hibridisasi
Tahap terakhir yaitu hibridisasi atau penggabungan antar orbital dimana pada sp 3 maka orbital 2s akan
bergabung dengan tiga orbital 2p membentuk sp3 dan seterusnya. Dengan adanya penggabungan
tersebut maka didapatkan level energi yang lebih rendah dan setara untuk keempat jenis orbital. Hal
itulah yang menyebabkan panjang ikatan, sudut ikatan, dan energi ikatannya sama.

Contoh Molekul dengan Hibridisasi Orbital


Adapun untuk memperjelaskanya berikut ini merupakan beragam contoh melekul dengan hibridisasi
orbital, antara lain adalah sebagai berikut;
1. Metana (CH4)
Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa pada senyawa metana memiliki hibridisasi sp 3 yang
menyebabkan tiap ikatan C-H memiliki panjang, sudut, dan energi ikatan yang setara. Molekul
CH4 umumnya memiliki sudut ikatan 109.5 dengan bentuk geometri tetrahedral. Hal itu merupakan hasil
dari hibridisasi orbital yang terjadi pada atom karbon tersebut.

2. Etilena (C2H4)
Etilena yang juga merupakan senyawa hidrokarbon memiliki hibridisasi orbital sp2 dimana antara atom C
pada senyawa tersebut dihubungkan melalui ikatan rangkap 2 yang terdiri dari satu ikatan sigma dan
satu ikatan phi.

Selain mengikat karbon yang lain, karbon pada senyawa etilena juga mengikat dua atom hidrogen
dengan sudut ikatan yang sama yaitu 120. Akibatnya didapatkan bentuk geometri berupa planar atau
datar pada senyawa etilena ini.

3. Asetilena (C2H2)
Berbeda dengan kedua senyawa di atas, asetilena merupakan senyawa hirdokarbon dengan ikatan
rangkap 3 yang terdiri dari 1 ikatan sigma dan 2 ikatan phi. Hal ini akibat dari hibridisasi orbital yang
merupakan hibridisasi sp sehingga menghasilkan 2 orbital p bebas.

Bentuk geometri dari senyawa ini adalah linear atau berupa garis lurus karena selain mengikat karbon
yang lain, karbon pada asetilena mengikat satu atom hidrogen lain.

Demikian artikel tentang pengertian dan teori hibridisasi, macam, proses terjadinya, dan contoh senyawa
yang melibatkan hibridisasi orbital. Teori dasar ini sebaiknya dikuasai terlebih dahulu sebelum belajar
tentang bentuk geometri dari suatu molekul. Hal itu karena dalam penentuan bentuk geometri suatu
molekul, maka kita harus dapat menentukan hibridisasi yang terjadi pada orbital atom yang berikatan
dalam molekul tersebut.

Mengenal Hibridisasi Kimia – Dalam ilmu kimia atom dikenal ada yang
namanya hibridisasi. Apa sebenarnya hibridisasi itu? Hibridisasi dapat
didefinisikan sebagai peleburan orbital-orbital dari tingkat energy yang
berbeda menjadi orbital yang orbital yang energinya setingkat. Menentukan
hibridisasi dapat diperoleh dari domain electron dengan melihat PEB dan PEI
yang dipromosikan atau perpindahan elektron diatom pusat yang memiliki
jumlah elektron penuh dalam orbital tersebut, harus dipromosi ke orbital
selanjutnya agar diperoleh orbital setengah penuh untuk mengikat elektron
pada ikatannya.

Bentuk-Bentuk Molekul dan Hibridisasinya


Domain Elek PEI PEB Hibridisasi Tipe Bentuk Contoh
tron Molekul Molekul
2 2 0 sp AX2 linier BeCl2

3 3 0 sp2 AX2 Segi tiga sam BCl3


a sisi

2 1 sp2 AX2E sudut SO2

4 4 0 Sp3 AX4 Tetra hedral CH4

3 1 Sp3 AX3E Trigonal pira NH3 ; PCl3


mida

2 2 Sp3 AX2E2 Bentuk V H2O

5 5 0 Sp3d AX5 Trigonal bipi PCl5


ramida

3 2 Sp3d AX3E2 Bentuk T IF3

2 3 Sp3d AX2E3 linier XeF2

6 6 0 Sp3d2 AX6 oktahedral SF6

4 2 Sp3d2 AX4E2 Segiempat pl XeF4


anar

5 1 Sp3d2 AX5E Piramida seg IF5


iempat

Untuk Lebih Jelasnya Mengenai hibridisasi ini mari sobat kita lihat bersama
contoh berikut:

BCl3 (senyawa Boron Triclorida)

Daari senyawa di atas unsur yang menjadi unsur pusat yaitu B (Boron). Maka,
B yag memiliki nomor atom 5, kemudian elektron dikonfigurasikan.

5 B = 1s , 2s , 2p
2 2 1

Elektron valensi = 3
Dari konfigurasi elektron di atas kita dapat digambarkan diagram orbital awal
dari elektron valensi Boron adalah

2s , 2p
2 1

Orbital di atas belum mengalami hibridisasi. Kemudia untuk dapat


memasankan elektron pada boron dengan elektro dari atom kloring diperlukan
3 buah elektron yang tidak berpasangan. Nah untuk mendapatkan 3 elektron
tidak berpasangan inilah dilakukan perpindahan elektron dari orbital yang
disebut hibridisasi. Berikut diagram orbital atom boron setelah hibridisasi

Dari diagram di atas terjadi hibridisasi yang terdiri


dari orbital s dan orbital p yang awalnya sp1 menjadi sp2 dan menghasilkan
molekul berbentuk segitiga sama sisi. Buat menambah pemahaman sobat kita
ulas lagi satu contoh berikut:

Hibridisasi dalam molekul PCl5


molekul PCl5 diketahui berbentuk bipiramida trigonal. Atom phosfor (nomor
atom =15)

mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut.

15P : [Ne] 3s2 3p3

Supaya dapat membentuk 5 ikatan kovalen, maka 1 elektron dari orbital 3s


harus dipromosikan ke orbital 3d. Selanjutnya orbital 3s , ketiga orbital 3p,
dan 1 orbital 3d mengalami hibridisasi membentuk orbital hibrida sp3d yang
berbentuk bipiramida trigonal.

15P : [Ne] 3s2 3p3 3d0


Promosi menjadi

15P : [Ne] 3s1 3p3 3d1

Hibridisasi dari atom P pada PCl5


adalah sp3d1. Demikian tadi sobat konsep sederhana hibridisasi dan contoh
hibridisasi kimia yang terjadi pada atom boron dan phosphor pada senyawa
BCl3 dan PCl5. Semoga bermanfaat dan selamat belajar.

Tips and Trick: Cara cepat


menentukan hibridisasi atom dalam
senyawa unsur golongan utama
Hibridisasi atom dalam senyawa unsur golongan utama berkaitan erat dengan domain elektron
atom dalam senyawa tersebut. Jumlah domain elektron setara dengan jumlah orbital hibrida
atom yang bersangakutan. Domain elektron pertama mewakili s, tiga domain berikutnya (jika
ada) masing-masing mewakili p, lima domain berikutnya lagi (jika ada) masing-masing
mewakili d, dan seterusnya.

Mantra 1: Tiap ikatan tunggal dihitung sebagai satu domain elektron.

Contoh: H2 memiliki satu ikatan tunggal

Maka hibridisasi masing-masing hidrogen adalah s. Kita ambil contoh lain, misal
etana
Tiap karbon dalam etana memiliki 4 domain elektron, maka hibridisasi tiap karbonnya adalah
sppp = sp3. Tiap atom hidrodgen dalam etana memiliki 1 domain elektron, maka hibrisasi
hidrogennya adalah s.

Mantra 2: Tiap ikatan rangkap 2 dihitung sebagai satu domain elektron.

Contoh: etena

Tiap karbon dalam etena memiliki 3 domain elektron, maka hibridisasi masing-masing karbon
adalah spp = sp2. Tiap atom hidrogen dalam etena memiliki satu domain elektron, maka
hibridisasi hidrogennya adalah s.

Mantra 3: Tiap ikatan rangkap 3 dihitung sebagai satu domain elektron.

Contoh: etuna

Tiap karbon dalam etuna memiliki 2 domain elektron, maka hibridisasi tiap karbonnya adalah
sp.

Mantra 4: Tiap pasangan elektron bebas dihitung sebagai satu domain elektron
Contoh: N2

Tiap nitrogen dalam N2 memiliki 2 domain elektron (satu pasang elektron bebas dan ikatan
rangkap 3), maka hibridisasi tiap N adalah sp.

Cara ini juga dapat diterapkan untuk senyawa yang melanggar aturan oktet seperti molekul
AlCl3 dan SF6.

Al dalam AlCl3 memiliki tiga domain elektron, maka hibridisasi


Al tersebut adalah spp = sp2. Cl dalam AlCl3 memiliki empat domain elektron, maka hibridisasi
Cl tersebut adalah sppp = sp3.

S dalam SF6 memiliki 6 domain elektron, maka hibridisasi S tersebut adalah spppdd = sp3d2. F
dalam SF6 memiliki 4 domain, maka hibridisasi F tersebut adalah sppp = sp3.

Cara ini juga dapat diterapkan pada ion seperti H3O+.


O pada H3O+ memiliki 4 domain elektron, maka hibridisasi O tersebut adalah sp3.

Anda mungkin juga menyukai