Anda di halaman 1dari 34

HALAMAN PENGESAHAN

Pengalaman Terbaik Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Menggunakan Simulasi PhET untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMAS
PGRI 2 Kota Jambi yang disusun oleh Anjar Widaningrum NIM. A1C315022 telah
diperiksa dan disetujui pada tanggal ………………………

Dosen Pembimbing Guru Pamong

Dian Pertiwi Rasmi, S.Pd., M.Pd. Neni Febrinarti, S.Pd.

NIDN. 201704052001

Mengetahui,

Kepala SMAS PGRI 2 Kota Jambi

Sarmadan, S.Pd., M.Pd


NIP. 196911032008011001

i
ABSTRAK
Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) merupakan salah satu mata kuliah
wajib yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Negeri Jambi. Mata kuliah ini dijadikan sebagai salah
satu syarat kelulusan dalam menyelesaikan gelar sarjana pendidikan. Selain itu,
Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) juga merupakan langkah untuk
melengkapi kompetensi mahasiswa sebagai calon tenaga kependidikan. Dengan
adanya kegiatan PLP mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu akademisnya yang
telah diperoleh selama perkuliahan di lapangan seacara langsung. Sebalikknya,
mahasiswa juga dapat belajar dari lapangan tempat dimana akan melakukan
Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP). Mahasiswa praktikan akan mendapatkan
pengalaman sebagai calon tenaga pendidik. Program PPL dilaksanakan pada tanggal
29 Agustus 2018 sampai dengan tanggal 27 Oktober 2018 di SMA PGRI 2 Kota
Jambi. Selama kegiatan PLP berlangsung telah terdapat beberapa program yang
dilaksanakan. Program-program tersebut meliputi latihan membuat perangkat
pembelajaran, latihan pembuatan media pembelajaran, latihan mengajar, dan latihan
mengelola administrasi sekolah, serta latihan mengelola perpustakaan, dan latihan
mengelola kegiatan ekstrakulikuler. Pada saat praktek mengajar di sekolah,
mahasiswa praktikan berperan langsung di dalam pembelajaran layaknya seorang
guru. Mahasiswa praktikan juga dibimbing oleh guru pembimbing dan Dosen
Pembimbing. Selain melakukan praktek mengajar dan mengelola administrasi dan
perpustakaan sekolah, penulis juga berperan aktif dalam kegiatan sekolah. Kegiatan
sekolah tersebut meliputi piket dan membantu mengawasi peserta didik ulangan
harian. Dengan demikian, dengan adanya program tersebut, diharapkan mahasiswa
praktikan akan mempunyai bekal sebagai calon pendidik yang profesional.
Kendala yang terdapat di SMA PGRI 2 Kota Jambi adalah kurangnya motivasi
dan keaktifan peserta didik yang ditandai dengan peserta didik tidak serius dalam
mengikuti proses pembelajaran, tidak memperhatikan guru ketika sedang
menjelaskan suatu materi. Untuk mengatasi kendala tersebut maka dilakukanlah
pembinaan dengan menggunakan pendekatan personal, dan dengan memvariasikan

ii
metode dalam mengajar. Setelah melakukan langkah demi langkah di atas peserta
didik tidak lagi mengalami kendala tersebut.

iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahNya lah penulis dapat menyelesaikan laporan PLP yang berjudul
“Pengalaman Terbaik Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menggunakan Simulasi PhET untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di
SMAS PGRI 2 Kota Jambi”.
Laporan ini merupakan salah satu syarat bagi setiap mahasiswa FKIP Prodi
Pendidikan Fisika untuk menyelesaikan studinya, sehingga kelak dari pengalaman ini
dapat menambah pengalaman dan wawasan yang lebih luas. Keberhasilan penulisan
laporan ini tidak terlepas dari bantuan serta arahan dari berbagai pihak baik itu secara
individu maupun secara umum terutama bimbingan dan pengarahan yang tulus dan
ikhlas dari dosen pembimbing dan guru pamong, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini, terutama kepada:
1. Bapak Drs. H. Haryanto, M. Kes selaku kepala UPT PLP
2. Bapak Sarmadan, S.Pd., M.Pd selaku kepala sekolah SMA PGRI 2 Kota Jambi
3. Ibu Dian Pertiwi Rasmi, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing
4. Ibu Neni Febrinarti, S.Pd selaku guru pamong
5. Bapak dan Ibu guru, seluruh staff pengajar dan staf tata usaha yang telah
mendukung dan membantu penulis dalam melaksanakan PLP di SMA PGRI 2
Kota Jambi
6. Teman–teman PLP FKIP UNJA di SMA PGRI 2 Kota Jambi
7. Seluruh peserta didik SMA PGRI 2 Kota Jambi terutama kelas X IPS 1.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan penyusunan pengalaman terbaik ini. Akhir kata
penulis berharap semoga ini dapat bermanfaat bagi semua. Atas perhatian dari semua
pihak, penulis mengucapakan terima kasih.

Jambi, Oktober 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................ Error! Bookmark not defined.


ABSTRAK .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Pendekatan Penyelesaian.................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 4
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 6
2.1 Deskripsi Singkat SMA PGRI 2 Kota Jambi.................................................. 6
2.2 Belajar .............................................................................................................. 13
2.3 Pembelajaran ................................................................................................... 14
2.4 Model Pembelajaran ....................................................................................... 15
2.5 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) ....................... 15
2.6 Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry).......... 17
2.7 Pengertian Motivasi Belajar........................................................................... 19
BAB III PEMBAHASAN MASALAH .......................................................................... 22
3.1 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data ....................................................... 22
3.2 Subjek Pengumpulan Data ............................................................................. 22
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ....................................................................... 22
3.4 Langkah-langkah dalam pemecahan masalah ............................................. 22
3.5 Hambatan yang Dihadapi dalam pemecahan masalah ............................... 23
BAB IV HASIL YANG DICAPAI ................................................................................. 25
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 27
5.1 Simpulan .......................................................................................................... 27
5.2 Saran ................................................................................................................ 27

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang amat penting dalam komunitas besar suatu
negara, di mana pendidikan merupakan ujung tombak untuk menciptakan
perkembangan dan kemajuan negara itu sendiri. Tidak diragukan lagi bahwa
generasi muda setiap negara membutuhkan peran pendidikan yang besar.
Tanpanya, generasi muda akan layu dan tertinggal sehingga ini akan
mempengaruhi kualitas maju atau tidaknya negara itu, karena generasi muda
adalah tulang punggung negara.
Demikian pula halnya, karena pendidikan dinilai sangat penting, tentu saja
pendidikan tidak akan berjalan semestinya tanpa sebuah tujuan. Di sinilah
pentingnya tujuan pendidikan, dan tentu juga tujuan tersebut harus matang, jelas,
dan direalisasikan secara nyata. Jika sudah demikian, maka peluang untuk
melahirkan generasi muda yang cerdas, tangguh, dan bermoral juga akan semakin
besar.
Dalam undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pasal 3, “tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Dalam pasal 31
ayat 3, undang-undang dalam versi amandemen juga menuturkan “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang". Hal ini
dikuatkan pula dalam pasal 31 ayat 5 "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia"
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda yang ada di alam,
kejadian-kejadian alam serta interaksi dari benda-benda di alam tersebut secara
fisik, serta mencoba merumuskannya secara matematis sehingga dapat dimengerti.
Seperti ilmu pengetahuan lainnya, ilmu fisika berdasarkan pada pengamatan

1
eksperimental dan pengukuran kuantitatif (Serway dan Jewett, 2009).
Pembelajaran fisika memiliki tujuan, yaitu pembelajaran yang membekali siswa
pengetahuan, pemahaman, serta sejumlah kemampuan untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Proses pembelajaran menggunakan Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk
aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran yang
terjadi adalah berpusat pada siswa sedangkan guru sebagai fasilitator. Oleh sebab
itu, fisika merupakan sarana untuk melatih siswa dalam mengembangkan
pengetahuan berupa konsep-konsep maupun asas-asas yang mendorong siswa
untuk memiliki keterampilan berpikir kritis dan kecakapan ilmiah dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, banyak siswa masih menganggap fisika
merupakan mata pelajaran yang sulit dan membosankan, sehingga siswa kurang
berminat dan kurang termotivasi dalam menerima pembelajaran. Kurangnya
kerjasama antar siswa secara positif dalam proses pembelajaran juga merupakan
salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa.
Sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan model
pembelajaran yang tepat, sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa dan
membantu siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Sejalan dengan pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa pendidikan terletak
pada tanggung jawab guru, bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat
dipahami oleh anak didik secara benar karena haknya siswa mendapatakan
pengetahuan yang mudah dipahami dan membekas.
Adapun tujuan dari Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) harus
mempunyai sasaran yang jelas, tepat dan terukur, sehingga setelah menyelesaikan
mata kuliah ini, mahasiswa sarjana pendidikan mempunyai wawasan lengkap
tentang segala aspek yang berhubungan dengan praktik atau pelaksanaan
pendidikan di satuan pendidikan. Di samping itu, Mata Kuliah PLP juga harus
mampu memberikan kontribusi kepada satuan pendidikan dalam usaha
pembangunan pendidikan baik hal-hal segi konseptual, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Secara umum aspek-aspek praktik pendidikan yang
harus diamati, dianalisis, dipelajari, dan dipahami oleh mahasiswa PLP adalah:

2
kurikulum pendidikan, implementasi kurikulum, perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, penilaian hasil belajar,
pelaporan hasil belajar, kesiswaan, manajemen persekolahan, manajemen kelas,
manajeman sumber belajar, kebijakan pendidikan, dan lingkungan internal
persekolahan.
Sifat Mata Kuliah PLP berbentuk penelitian, pengabdian dan pemagangan
dengan jenis kegiatan bervariasi. Namun demikian, tujuan umum yang harus
dicapai oleh mahasiswa PLP ialah agar mereka memahami bahwa persekolahan
adalah suatu lembaga pendidikan yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan
kompleks dalam fungsinya sebagai instansi pendidikan. PLP merupakan bentuk
pengabdian kepada masyarakat dari mahasiswa FKIP Universitas Jambi.
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar
mengajar. Seorang guru ikut berperan serta dalam usaha membentuk sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan. Guru adalah semua orang yang
mempunyai wewenang serta mempunyai tanggung jawab untuk membimbing
serta membina murid. Guru yang profesional adalah guru yang mampu mendidik
anak muridnya menjadi generasi yang mampu bersaing dan memiliki moral yang
baik, seorang pendidik hendaknya memiliki prilaku yang baik yang mampu
menjadi tauladan yang patut diikuti oleh siswa, keprofesionalitas guru sangat bagi
para pendidik sehingga ia mampu menjalankan tugasnya dengan baik,
keprofesionalitas seorang guru sangat penting bagi peserta didik Karena guru
mempunyai tugas yang sangat berat dalam mendidik, mengarahkan dan
memotifasi peserta didik untuk menjadi siswa yang pandai dan bermoral. Untuk
mencapai pendidik yang baik maka para pendidik hendaknya mampu memiliki
karakter yang baik pula.
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa kemampuan memberikan
pelajaran saja tanpa dibarengi dengan kemampuan mengorganisasi kelas tidak
akan memberikan prestasi belajar seperti yang diharapkan. Regoul and Moril
(1978) mengatakan: “eksitensi seorang guru tidak hanya diukur dengan
menciptakan kondisi belajar mengajar yang optimal”. PLP menjadikan ajang
pelatihan lapangan ini sebagai bentuk proses pencapaian jiwa-jiwa guru-guru
professional di masa yang akan datang.

3
Beberapa uraian diatas, telah ditemukan oleh Penulis dalam mengikuti
Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP). Penulis memperoleh beranekaragam
pengalaman dari kegiatan tersebut. Salah satunya kurangnya motvasi siswa dalam
belajar khususnya mata pelajaran fisika. Dengan demikian, Penulis membuat
sebuah pegalaman terbaik Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) di SMA
PGRI 2 Kota Jambi.

1.2 Pendekatan Penyelesaian


Adapun pendekatan penyelesaian yang dilakukan dalam pengalaman terbaik
ini adalah dengan pendekatan personal dan pendekatan saintifik. Pendekatan
personal merupakan bimbingan yang dilakukan guru kepada masing-masing
peserta didik. Pendekatan personal bertujuan agar guru dapat membimbing setiap
peserta didik yang mempunyai kendala yang berbeda-beda.
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan” (Kurinasih, 2014:29) . Pendekatan saintifik dimaksudkan
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal
dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada infromasi searah guru. Oleh
karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi dan bukan hanya diberi tahu.

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka tujuan laporan
ini adalah:
1. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi peserta didik di SMA PGRI
2 Kota Jambi ketika proses belajar mengajar terjadi.

4
2. Untuk mengetahui cara mengatasi kendala yang dihadapi oleh peserta didik di
SMA PGRI 2 Kota Jambi.

1.4 Manfaat
Hasil laporan ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik
Dapat mengurangi dan mengatasi kendala yang dihadapi oleh
peserta didik dan Meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada
mata pelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri
terbimbing menggunakan simulasi PhET.

2. Bagi guru
Dapat mengetahui dan menanggulangi kendala yang dihadapi oleh

peserta didik dan Memberikan gambaran kepada guru mengenai penerapan

model pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) menggunakan

simulasi PhET. Serta sebagai salah satu alternatif dalam memilih model

pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Bagi penulis
Memperoleh pengalaman langsung dalam menanggulangi kendala
yang dihadapi peserta didik dan berlatih untuk merencanakan tindak disiplin
yang akan diberikan kepada peserta didik serta sebagai sarana untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai model pembelajaran
yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa melalui model
pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) menggunakan simulasi
PhET.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Singkat SMA PGRI 2 Kota Jambi
2.1.1 Struktur Organisasi
Jati diri PGRI tertulis dalam Anggaran Dasar PGRI Bab. III Pasal 3, hasil
keputusan kongres PGRI XVIII 1998, dinyatakan bahwa PGRI adalah
Organisasi perjuangan, organisasi profesi dan organisasi ketenagakerjaan yang
berdasarkan Pancasila, bersifat Unitaristik Independent dan tidak berpolitik
praktis.
Dalam rangka menjalankan proses belajar mengajar, maka memerlukan
pengorganisasian yang jelas dan terarah sesuai dengan aturan yang ada
disekolah tersebut. Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur
atau susunan yakni dalam penyusunan penempatan orang-orang dalam suatu
kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-
orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-
masing. Berdasarkan struktur yang ada, maka dapat dilihat garis fungsi dan
tanggung jawab masing- masing melalui organisasi berikut:

6
Struktur Organisasi SMA PGRI 2Jambi

Kepala Sekolah

Sarmadan.H , M.Pd.

Nip:1969113020081101

Wakil Bidang Kurikulum Wakil Bidang Kesiswaan

Hj. Jasriani, S.Pd. Amat nawir,S.Ag.

Ka. Tata Usaha BENDAHARA

Nurlina Rosniati

WALI KELAS MAJELIS GURU OSIS

1. Febby Dwi Tantri 1. Sarmadan.H, M.Pd. PRAMUKA


Arinda, S.Pd. 2. Hj. Jasriani,S.Pd.
(X Ipa.1) 3. Amat Nawir, S.Ag. PMR
2. Neni Febrinarti, S.Pd 4. Drs. Humala Manik
(X.Ipa.2 ) 5. Dwi Anggriyani,S.Pd.
3. M. Ridwan, S.Pd 6. Essy Susilawati,S.Pd.
(X.Ips.1) 7. Leni Marlina,S.Pd.
4. Riri Ramadani, S.Pd. 8. Nelfita,S.Pd.
(X. Ips.2 ) 9. Gressina Magner,M.H.
10. Neni Febrinarti,S.Pd.
5. Nia Wulandari, S.Pd
11. Musku Aini,S.Pd.
(XI. Ipa.1) 12. Asni,HS.,S.H. KARYAWAN
6. Kiki Gusmar, S.Pd 13. Abdul Muis,S.Pd.
(XI. Ipa.2) 14. Ferry Firnandes,S.Kom. 1.Nurlina
6. Feri Firnandes, S.Kom. 15. Arifuddinsah,S.Pd.
(XI. Ips.1) 16. Febby Dwitantri Arinda,S.Pd. 2.Rosmiati
7. Musku Aini, S.Pd. 17. M.Ridwan,S.Pd.
(XI.Ips.2) 18. Nia Wulandari,S.Pd. 3.Subaiti
8. Gressina 19. Nurun Najmi,S.s.
Magner,SH.MH. 20. Kiki Gusmar,S.Pd. 4.Mardiana
(XI. Ips.3) 21. Riri Dwi Ramadani,S.Pd.
9. Leni Marlina, S.Pd. (XII 22. Dwi Setiowati,S.Pd.
Ipa)
10. Dwi Anggriyani,S.Pd.
(XII Ips.1) 7
11. Nelfita,S.Pd. (XII. Ips.2)
VISI SMA PGRI 2 KOTA JAMBI

“Disiplin Dalam Belajar dan tertib Dalam Bertingkah Laku”

Penjelasan dan Indikator visi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Disiplin dalam kegiatan proses belajar mengajar


2. Disiplin dalam kegiatan ekstra kulikuler
3. Disiplin dan sopan santun terhadap guru, orangtua dan masyarakat
4. Disiplin dalam bergaul dengan sesamanya dilingkungan sekolah maupun
dilingkungan masyarakat
5. Disiplin dalam kegiatan organisasi siswa
6. Disiplin dalam aktivitas kesepawaian
7. Disiplin dalam kegiatan sosial
8. Memberikan teladan ditengah- tengah masyarakat melalui tertib dalam
bertingkah laku.

MISI SMA PGRI 2 KOTA JAMBI

1. Memberikan layanan pendidikan yang disiplin sehingga setiap siswa dapat


berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang
dimiliki.
2. Menciptakan gairah dan semangat belajar dilingkungan sekolah dan
masyarakat untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
3. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan berwibawa sehingga
tercipta suasana proses belajar mengajar yang baik, lancar dan mampu
mengembangkan daya kreasi dan inovasi warga sekolah yang dilandasi
oleh ketertiban, disiplin dan dedikasi yang tinggi.
4. Menciptakan hubungan yang baik.
5. Menyiapkan siswa agar mandiri dan dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan teknologi dimasyarakat sesuai dengan
jurusannya.
6. Menjadikan sekolah sebagai pusat pertahanan dan pusat kebudayaan.

8
7. Menumbuhkan kecintaan terhadap ajaran yang dianut sehingga dapat
menjadi motivasi untuk berlomba- lomba berbuat kebaikan dan menjadi
sumber kearifan dalam bertindak.

10 BUTIR BUDAYA MALU SMA PGRI 2 KOTA JAMBI

1. Malu karena terlambat atau pulang cepat.

2. Malu karena melanggar aturan.

3. Malu karena berbuat salah.

4. Malu karena tidak melaksanakan kewajiban.

5. Malu karena melihat rekan sibuk melakukan aktivitas.

6. Malu karena tidak berprestasi.

7. Malu karena tugas tidak terlaksana tepat waktu.

8. Malu karena tidak berperan aktif dalam mewujudkan kebersihan kantor dan
sekolah.

9. Malu karena tidak ikut upacara.

10. Malu karena sering tidak masuk tanpa alasan dan sering meminta izin

Di SMA PGRI 2 Jambi siswanya tergabung dalam suatu organisasi yaitu OSIS.
Dalam organisasi siswa ini dapat memantapkan kegiatan ekstrakurikuler dan
kurikuler dalam menunjang pencapaian peningkatan apresasi dan penghayatan
seni, menumbuhkan sikap berbangsa dan bernegara, mengembangkan siswa
dalam meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani.Kegiatan sekolah sering
ditangani oleh OSIS.Kegiatan rutin yang sering di lakukan adalah upacara
bendera setiap hari senin pagi. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang berada di
bawah naungan OSIS antara lain PMR dan Pramuka, yang dilakukan setiap hari
jumat dan hari sabtu.

9
Agar proses kegiatan belajar mengajar di SMA PGRI 2 Jambi dapat
terlaksana dengan baik, diperlukan peraturan yang harus dipatuhi oleh siswa
antara lain:

a. Proses belajar mengajar dimulai pada pukul 07.15 – 13.45 WIB dan pada
hari jum’at 07.15 – 10.50 serta pada hari sabtu 07.15 – 13.45.
b. Bagi siswa yang terlambat tidak dibenarkan untuk masuk kelas kecuali
setelah mendapatkan izin dari guru piket.
c. Selama jam sekolah siswa tidak dibenarkan untuk meninggalkan halaman
sekolah kecuali atas izin guru piket saat itu.
d. Setiap siswa wajib mengikuti upacara setiap hari senin dan hari – hari
yang ditentukan.
e. Setiap kelas mendapat giliran sholat berjamaah (dzuhur).
f. Siswa yang tidak hadir ke sekolah karena sakit atau hal lain maka dapat
memberi keterangan melalui surat.
g. Siswa wajib mengikuti seluruh peraturan yang berlaku di SMA PGRI 2
Jambi.
2.1.2 Tata Tertib Siswa
a. Ketentuan Umum
1. Seragam
a. Celana panjang abu-abu, baju putih dilengkapi badge OSIS, nama dan
lokasi sekolah untuk siswa putra tanpa modifikasi. Rok abu-abu, baju
putih dilengkapi badge OSIS, nama dan lokasi sekolah atau rok abu-
abu panjang, kemeja putih panjang dan jilbab putih untuk putri tanpa
modifikasi.
b. Celana panjang abu-abu, baju batik dilengkapi badge OSIS, nama dan
lokasi sekolah untuk siswa putra tanpa modifikasi. Rok abu-abu, baju
batik dilengkapi badge OSIS, nama dan lokasi sekolah atau rok abu-
abu panjang, baju batik panjang dan jilbab putih untuk putri tanpa
modifikasi.
c. Celana panjang cokelat tua, baju muslim berwarna kuning untuk siswa
putra tanpa modifikasi. Rok batik hijau tua, baju muslim lengan

10
panjang berwarna kuning dengan jilbab untuk putri yang berbusana
muslim.
d. Celana panjang cokelat tua, baju muslim muda tanpa atribut pramuka
untuk siswa putra tanpa modifikasi. Rok coklat tua, baju cokelat muda
tanpa atribut pramuka atau rok panjang cokelat tua, baju cokelat muda
lengan panjang dengan jilbab cokelat muda untuk putri yang
berbusana muslim.
e. Seragam olahraga sekolah.
f. Topi warna abu-abu dilengkapi identitas sekolah.
2. Penggunaan seragam sekolah
a. Putih abu-abu dilengkapi ikat pinggang dan topi warna abu-abu pada
hari senin sampai dengan rabu.
b. Baju batik digunakan pada hari kamis.
c. Baju muslimdilengkapi dengan jilbab untuk siswi putri pada hari
jum’at.
d. Pakaian pramuka tanpa peralatan lengkap digunakan pada hari sabtu.
e. Pakaian olahraga sekolah pada pelajaran pendidikan jasmani/olahraga
digunakan pada saat jam pelajaran olah raga.
3. Kegiatan Belajar Mengajar
a. KBM diatur menggunakan jadwal pelajaran.
b. Siswa hadir 5 menit sebelum bel tanda masuk dibunyikan.
c. Siswa yang terlambat harus melaporkan diri kepada guru piket.
d. Siswa yang berhalangan masuk (izin) harus memberitahukan
secara tertulis dan diketahui oleh orang tua.
e. Piket kelas berkewajiban menjaga kebersihan kelas dan menyiapkan
alat pelajaran.
f. Setiap kelas harus melaksanakan pembacaan doa sebelum KBM
dimulai, dipimpin ketua atau guru yang mengajar di kelas.
b. Larangan

Berikut ini merupakan larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan siswa:

1. Siswa dilarangan untuk menggunakan pakaian berbeda dengan sesuai


dengan ketentuan sekolah.

11
2. Siswa dilarang untuk keluar pekarangan sekolah tanpa sepengetahuan guru
piket.
3. Siswa dilarang untuk jajan dikantin pada saat jam pelajaran sedang
berlangsung.
4. Siswa dilarang merokok dilingkungan sekolah maupun diluar pekarangan
sekolah dengan masih menggunakan pakaian lengkap sekolah.
5. Siswa dilarang membawa senjata tajam, mirasdan obat-obat terlarang
dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah.

2.1.3 Lingkungan Fisik dan Sosial Sekolah


a. Letak Geografis SMA PGRI 2 Jambi
SMA PGRI 2 Kota Jambi terletak di Jelutung Kecamatan Kotabaru, Kota
Jambi.Lokasi bangunan cukup strategis.Jauh dari keramaian lalu lintas namun
dekat dengan jalan raya, sehingga transportasi menuju kesekolah pun mudah.
Kawasan SMA PGRI 2 Kota Jambi memiliki batas- batas sebagai berikut :

1. Sebelah barat berbatasan dengan perumahan penduduk


2. Sebelah timur berbatasan dengan jalan.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan.
4. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk.
Data mengenai luas lokasi SMA PGRI 2 Kota Jambi sebagai berikut :

Luas tanah selurushnya : 6.972 m2

Luas bangunan : 2.767 m2

Luas tanah yang digunakan : 3.000 m2

Tanah kosong : 1.205 m2

Status tanah : Bersetifikat

Listrik : ada

12
b. Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung terlaksananya proses belajar mengajar disekolah yang


efektif dan efisien, SMA PRGI 2 Jambi dilengkapi dengan sarana dan prasarana
sebagai berikut :

1. Perpustakaan

Perpustakaan adalah suatu sarana bagi siswa untuk menambah ilmu dan
pengetahuannya dengan membaca buku–buku yang tersedia baik itu buku
pelajaran maupun buku pengetahuan umum merupakan perpustakaan.
Perpustakaan juga merupakan suatu organisasi yang menyimpan,
menghimpun dan menyediakan buku-buku, majalah dan materi sejenisnya.
Fungsi perpustakaan sekolah adalah sebagai wahana komunikasi antar
petugas dan sumber informasi. Selain itu juga berfungsi menghimpun,
memproses dan menyebarkan informasi berbagai disiplin ilmu.

Perpustakaan sekolah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kurikulum


bagi guru, murid dan staf di lingkungan sekolah. Perpustakaan sekolah
bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan pengadaan buku. Bukunya
berhubungan dengan guru karena berkaitan erat dengan kurikulum.

2. Laboratorium
Laboratorium merupakan salah satu sarana pendukung pendidikan guru
dansiswa melakukan praktek pelajarannya.Adapun laboratorium di SMA
PGRI 2 Jambi ini terdiri atas 2 bagian yaitu laboratorium MIPA dan
laboratorium komputer.
3. Ruang Osis
Merupakan tempat pengurus OSIS bertemu dan menyusun rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan.

2.2 Belajar
James O. Whittaker dalam Abu Ahmadi (2004: 126) menjelaskan belajar
sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman. Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi tersebut

13
dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang berjudul education psychology
sebagai berikut: learning is shown by change in behaviour as a result of
experience. Dengan demikian belajar yang efektif adalah melalui pengalaman.
Dalam proses belajar, seseorng berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan
menggunakan semua alat inderanya.
Witherington dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 155-156)
menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru dan terbentuk keterampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).
Winaputra (2007:1.4) belajar diartikan sebagai proses mendapatkan
pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai
pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang. Sedangkan
Hergenhahn dan Olson (2010:2) mendefinisikan belajar adalah suatu bentuk
mendapatkan pengetahuan, pemahaman atau penguasaan melalui pengalaman atau
studi. Sedangkan menurut Hamalik (2009:28) belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang secara bertahap untuk
memperoleh perubahan-perubahan yang dapat meningkatkan pengetahuan,
kecakapan, keterampilan, daya fikir, kebiasaan, sikap dan tingkah laku kearah
yang lebih baik.

2.3 Pembelajaran
Menurut Sagala (2012) Pembelajaran ialah membelajarkan siswa
menggunakan asas kependidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh siswa”. Konsep belajar, “Menurut Corey dalam Sagala (2012)
pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja

14
dikelola untuk memungkinkan turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu”.
Pembelajaran memiliki tujuan, suatu tujuan pembelajaran oleh Hamalik
(2009) seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya dalam
situasi bermain peran.
2. Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan
dapat diamati.
3. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya
pada peta pulau jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada
sekurangkurangnya tiga gunung utama.

2.4 Model Pembelajaran


Menurut Joyce dalam Nurul Kindy (2015, h.6) Model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancangan
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Soekamto, dkk dalam Nurul Kindy (2015, h.6)
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kutikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain
(Joyce & Weil dalam Rusman, 2013, h.133).

2.5 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)


Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan
berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses
interaksi (hubung-an timbal balik) antara guru dengan siswa. Guru memberikan

15
materi sementara siswa tidak hanya sekedar menerima begitu saja melainkan ada
interaksi diantara keduanya sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Salah satu pembelajaran seperti ini adalah model pembelajaran
inkuiri.
Menurut Suyanti (2010), pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran
yang berpusat pada siswa yang memiliki peran untuk mencari dan menemukan
sendiri materi pe-lajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator untuk
mendorong siswa dapat me-ngembangkan disiplin intelektual dan keterampilan
berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
Sun dan Trowridge (1973: 67) mengemukakan mengenai macam-macam
model pembelajaran inkuiri, yaitu :
1. Inkuiri terbimbing (guided inquiry)
2. Inkuiri yang dimodifikasi (modified inquiry)
3. Inkuiry bebas (free inqury)
Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang
dapat melatih keterampilan siswa dalam melaksanakan proses investigasi untuk
mengumpulkan data berupa fakta dan memproses fakta tersebut sehingga siswa
mampu membangun kesimpulan secara mandiri guna menjawab pertanyaan atau
permasalahan yang diajukan oleh guru (teacher-proposed research question) Bell
dan Smetana (dalam Maguire dan Lindsay, 2010: 55). Dalam penerapan model
pembelajaran ini, Ibrahim (dalam Paidi, 2007: 8) menerangkan guided inquiry
sebagai kegiatan inkuiri di mana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja
merumuskan prosedur, menganalisis hasil, dan mengambil kesimpulan secara
mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan, dan bahan
penunjang, guru hanya sebagai fasilitator. Sementara itu, menurut Suparno (2007:
68) Inkuiri Terbimbing adalah Inkuiri yang banyak mengarahkan dan memberikan
petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan
pengarahan selama proses Inkuiri. Guru banyak memberikan pertanyaan di sela-
sela proses, sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil.
Menurut Suryosubroto (2002: 200) kelebihan metode inkuiri terbimbing
adalah:

16
1. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak
persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.
Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi
seseorang belajar bagaimana belajar.
2. Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat kukuh dalam arti
pendalaman dan pengertian.
3. Strategi inkuiri terbimbing membangkitkan gairah belajar pada siswa.
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai
kemampuannya sendiri.
5. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya,
sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar.
6. Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan
diri melalui proses-proses penemuan.
Selain itu, menurut Suryosubroto (2002: 201) kelemahan metode inkuiri
terbimbing ini antara lain:
1. Siswa yang lebih pandai memungkinkan akan memonopoli jawaban dan
akan menimbulkan pesimis pada siswa lain yang kurang pandai.
2. Fasilitas yang digunakan untuk mencoba ide-ide mungkin kurang tersedia.
3. Mengajar dengan metode inkuiri dianggap terlalu mementingkan
memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap.

Metode ini kurang cocok untuk mengajar pada kelas besar, karena mengingat
efektifitas waktu yang digunakan.

2.6 Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)


Gulo (dalam Trianto 2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran
inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau
permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan
hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis

17
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi per-
masalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini,
guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan de-ngan
permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru
membimbing siswa untuk dapat menentukan langkah-langkah peng-
umpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumus-kan
dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah mem-peroleh
kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang
telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa
dapat menjelaskan sesuai dengan proses pembelajaran inkuiri yang telah
dilakukannya.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesim-pulan
berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Sementara itu, menurut Trianto (2010:172), Sintak Inkuiri Terbimbing
adalah sebagai berikut:
a. Menyajikan pertanyaan atau masalah: Membimbing siswa
mengidentifikasi masalah, kemudian dituliskan di papan tulis. Guru
membagi siswa dalam kelompok.
b. Membuat hipotesis: Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa
dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan mana yang menjadi prioritas penyelelidikan.
c. Merancang percobaan: Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan
dilakukan. Guru membimbing siswa mengurtkan langkah-langkah
percobaan.

18
d. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi: Guru membimbing
siswa dalam mendapatkan informasi melalui percobaan.
e. Mengumpulkan data dan menganalisis data: Guru membri kesempatan
pada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang
terkumpul.
f. Membuat kesimpulan: Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan.

2.7 Pengertian Motivasi Belajar


Menurut Mukiyat dan Asnawi dalam Sumantri (2015), motivasi adalah
setiap perasaan yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang sehingga orang
itu didorong untuk bertindak atau pengaruh kekuatan yang menimbulkan perilaku
dan proses dalam diri seseorang yang menentukan gerakan atau tingkah laku
kepada tujuan-tujuan. Hal ini berarti bahwa motivasi merupakan sebuah
bkonstruksi dan proses interaksi antara harapan dan kenyataan masa yang akan
datang baik dalam jangka pendek, sedang ataupun panjang. Lebih lanjut Asnawi
mengemukakan motivasi dapat mendotong bila digunakan ketika dalam
diriseseorang muncul keinginan (initiate) dan menggerakkan,serta mengarahkan
tingkah laku. Semakin tinggi motivasi seseorang, semakin tinggi intensitas
perilakunya.
Sumantri (2015) mengemukakan bahwa …yang dimaksud dengan
motivasi adalah suatu rangkaian usaha berbentuk kekuatan yang berfungsi
mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Sumantri (2015),… motivasi belajar adalah daya penggerak yang
ada dalam diri seseorang baik bersifat intrinsik maupun ekstrinsik yang dapat
menimbulkan kegiatan belajar, member arah dan menjamin kelangsungan belajar
serta berperan dalam hal penumbuhan beberapa sikap positif, seperti kegairahan,
rasa senang belajar sehingga menambah pengetahuan dan keterampilan dengan
indikator: (1) adanya hasrat dan keinginan untuk sukses dan berhasil; (2) adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa
depan; (4) adanya penghargaan dalam kelompok; (5) adanya kegiatan yang

19
menarik dalam belajar; serta (6) adanya lingkungan yang kondusif sehingga siswa
dapat belajar dengan baik.
Menurut Wexley & Yukl (dalam Majid, 2016) motivasi adalah pemberian
atau penimbulan motif.Dapat pula diartikan sebagai hal atau keadaan yang
menjadi motif.Menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili
proses-proses psikolog yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan
terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan pada
tujuan tertentu. Gray (dalam Winardi, 2002) mendefinisikan motivasi sebagai
sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam hal
melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
Soemanto (1987) (dalam Majid, 2016) secara umum mendefinisikan
motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan
reaksi reaksi pencapaian tujuan. Karena perilaku manusia itu selalu bertujuan, kita
dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi
tingkah laku mencapai tujuan telah terjadi didalam diri seseorang
Morgan (dalam Majid, 2016) mengemukakan bahwa motivasi bertalian
dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal
tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states).
tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan
tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior). McDonald
(dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di
dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi
mencapai tujuan.Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi karena
kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang
lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara
biologi maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang
berbeda pula.
Motivasi merupakan kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu
untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan. Misalnya, kebutuhan seseorang
akan makanan menuntut seseorang terdorong untuk bekerja. Kebutuhan akan
pengakuan sosial mendorong seseorang untuk melakukan berbagai upaya kegiatan

20
sosial. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari
luar individu. Terhadap tenaga-tenaga tersebut para ahli memberikan istilah yang
berbeda, seperti desakan atau drive, motif atau motive, kebutuhan atau need dan
keinginan atau wish (Majid, 2016).
Desakan atau drive diartikan sebagai dorongan yang diarahkan kepada
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani. Motif adalah dorongan yang terarah
kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rohaniah. Kebutuhan atau need adalah
suatu keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan atau ketiadaan
sesuatu yang diperlukannya, sedangkan wish adalah harapan untuk mendapatkan
atau memiliki sesuatu yang dibutuhkan. Kondisi-kondisi yang mendorong
individu untuk melakukan suatu kegiatan disebut motivasi (Majid, 2016).
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai sesuatu tujuan.Motivasi juga bisa dikatakan sebagai
rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan
hidup. Dengan kata lain, motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu
tujuan (Majid, 2016).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah terjadinya
suatu perubahan pada 308 I Strategi Memotivasi Siswa untuk Belajar diri
sesorang yang tampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi sehingga
mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya
tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan (Majid, 2016)
Dalam konteks studi psikologi. Abin Syamsuddin (dalam Majid, 2016)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari
beberapa indikator, diantaranya: 1) durasi kegiatan, 2) frekuensi kegiatan: 3)
persistensi pada kegiatan; 4) ketabahan, keuletan dalam mengahadapi rintangan
dan kesulitan: 5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; 6) tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan: 7) tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (output) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan: 8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.

21
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data
Waktu dilakukannya pengamatan terhadap peserta didik SMA PGRI 2 Kota
Jambi adalah ketika kegiatan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP)
dilakukan, yaitu pada tanggal 29 Agustus 2018 sampai 27 Oktober 2018. Adapun
tempat pengumpulan data mengenai kendala peserta didik yaitu bertempat di
SMA PGRI 2 Kota Jambi.

3.2 Subjek Pengumpulan Data


Subjek pengumpulan data dalam laporan ini adalah peserta didik kelas X
IPS 1 SMA PGRI 2 Kota Jambi yang berjumlah 25 orang yang terdiri dari laki-
laki 16 orang dan perempuan 9 orang.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2010). Hal ini diperkuat
dengan pendapat Arikunto (2000) yang menyatakan bahwa, pengumpulan data
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penulis dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya.
Dalam penelitian pengembangan, jenis data yang dihasilkan adalah jenis
data kualitatif dan data kuantitiatif. Berdasarkan jenis data yang telah
diungkapkan maka instrumen yang digunakan adalah:
1. Lembar observasi
2. Aktifitas peserta didik

3.4 Langkah-langkah dalam pemecahan masalah


Langkah-langkah dalam memecahkan masalah pada laporan ini adalah:
1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, guru dalam mengajar harus
melibatkan anak secara aktif melalui kegiatan diskusi, tugas kelompok agar
anak tidak bosan di dalam kelas. Karena metode guru yang mengajar dengan

22
berceramah saja akan membuat siswa merasa bosan dan tidak
memperhatikan. Selain itu, guru juga harus mempunyai model pembelajaran
yang bervariasi dalam setiap pertemuan agar tidak monoton, sehingga siswa
semangat dengan metode pembelajaran yang baru.
2. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, guru juga harus menggunakan
media pembelajaran yang menarik seperti simulasi PhET agar siswa tidak
merasa bosan dan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
3. Membina peserta didik yang memiliki kendala
Pembinaan yang dilakukan di SMA PGRI 2 Kota Jambi dilakukan
oleh guru pamong, guru piket, guru BK yang bertanggung jawab piket pada
hari tersebut, dan penulis. Pembinaan yang di dapatkan oleh peserta didik
biasanya berupa essai, tugas, pembersihan lingkungan, dan latihan fisik.
4. Memberikan tindakan disiplin kepada peserta didik yang memiliki kendala
berat
Jika telah dibina dengan binaan yang telah disebutkan diatas,
namun peserta didik tidak memperlihatkan perubahan yang ada pada dirinya
maka tindakan tegas atau tindakan disiplin akan dilakukan. Tindakan
disiplin yang dimaksud adalah menghubungi orangtua peserta didik untuk
mendiskusikan solusi yang akan di beri kepada peserta didik dan dapat juga
dengan tindakan skorsing.

3.5 Hambatan yang Dihadapi dalam pemecahan masalah


Dalam memecahkan kendala dan masalah pasti akan ada hambatan yang
mengiringinya. Adapun hambatan yang terjadi dalam penyelesaian kendala di
SMA PGRI 2 Kota Jambi adalah sarana dan prasarana yang kurang memadai,
seperti infocus. SMA PGRI 2 Kota Jambi hanya memiliki satu buah infocus
sehingga ketika akan mengajar menggunakan infocus susah. Selain itu siswa-siswi
SMA PGRI 2 Kota Jambi khususnya kelas X IPS 1 jarang yang mempunyai
laptop hanya satu atau dua orang saja yang memiliki laptop sehingga ketika akan
melakukan percobaan dengan menggunakan simulasi PhET tidak bisa juga karena
tidak semua siswa mempunyai laptop. Di kelas X IPS 1 mata pelajaran fisika

23
diletakkan di jam terakhir atau jam ke 7 sampai jam ke 8 yaitu dari jam 12.15
WIB sampai jam 13.45 WIB. Jam tersebut adalah jam rawan hal ini menyebabkan
siswa kurang konsentrasi dan kurang fokus dalam mengikuti proses pembelajaran
dikarenakan kelelahan, hal ini ditandai dengan banyak siswa yang tidak
memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan suatu materi di depan kelas selain
itu juga ada beberapa siswa yang tidur di kelas.

24
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI
Hasil yang dicapai selama penulis melakukan kegiatan Pengenalan
Lapangan Persekolahan (PLP) di SMA PGRI 2 Kota Jambi sangat banyak. Hasil
yang dicapai tidak hanya dari segi latihan mengajar saja tetapi juga pengalaman
yang sangat berharga. Pengalaman yang didapat seperti, mengelola kelas,
mengelola perpustakaan, mengelola administrasi sekolah, interaksi antar guru dan
staf tata usaha, serta memahami karakter peserta didik yang beraneka ragam.
Pengalaman yang telah disebutkan diatas tentu saja sangat berguna bagi
penulis untuk menghadapi proses belajar mengajar yang sesungguhnya.
Pengalaman yang tidak kalah pentingnya adalah membina peserta didik yang
memiliki kendala atau masalah dalam pembelajaran baik dalam bidang akademis
maupun non-akademis. Selanjutnya untuk hasil dari penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan simulasi PhET pada materi gerak
parabola siswa lebih bersemangat dan lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Peserta didik yang terlambat masuk kelas diberikan pembinaan oleh guru
pamong, guru piket dan guru BK yang sedang bertugas serta penulis ikut serta
dalam membina peserta didik. Pendekatan penyelesaian pembinaan yang
dilakukan dalam pengalamain terbaik ini adalah dengan pendekatan personal.
Pendekatan personal merupakan bimbingan yang dilakukan guru kepada masing-
masing peserta didik. Pendekatan personal bertujuan agar guru dapat
membimbing setiap peserta didik yang mempunyai kendala yang berbeda-beda.
Sebelum memberikan pembinaan guru piket dan guru BK yang sedang
bertugas mewawancara peserta didik terlebih dahulu. Hal yang diwawancarakan
mengenai pelannggaran apa yang telah peserta didik perbuat, kenapa pelanggaran
tersebut bisa terjadi, dan melihat perubahan yang ada pada diri peserta didik.
Adapun pembinaan yang diberikan kepada peserta didik yang telah
melakukan pelanggaran adalah sebagai berikut:

1. Essai
Essai diberikan guna mengasah keterampilan pesera didik dalam menulis
dan mendeskripsikan suatu kejadian. Essai yang dibuat adalah mendeskripsikan

25
bagaimana peserta didik tersebut melanggar aturan sekolah. Peserta didik di tuntut
untuk menceritakan sedetail mungkin kejadian yang ia alami, dan memberikan
pendapat jika setiap peserta didik melakukan pelanggaran seperti yang ia lakukan.

2. Tugas
Tugas yang di berikan untuk mengasah keterampilan peserta didik dalam
menyelesaikan beragam soal. Tugas yang diberikan berupa soal mata pelajaran
ketika terjadinya pelanggaran.
3. Pembersihan lingkungan
Pembinaan yang didapat oleh peserta didik juga dapat berupa pembersihan
lingkungan sekitar persekolahan. Pembinaan ini dilakukan agar peserta didik tetap
mencintai kebersihan di lingkungan sekitar sekolah.

26
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) yang dilakukan di SMAN Titian
Teras H. Abdurrahman Sayoeti, memberikan pengalaman bagi penulis. Dari
uraian diatas penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Kendala yang dihadapi oleh peserta didik di SMA PGRI 2 Kota Jambi
dalam kegitan belajar mengajar adalah kurangnya motivasi siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran khususnya mata pelajaran fisika.
2. PLP membawa manfaat yang besar untuk penulis yaitu penulis memperoleh
pengalaman seperti ilmu pengetahuan, pengalaman dan teknik-teknik
mengajar yang baik, cara mengkondisikan kelas yang baik, cara berinteraksi
secara langsung dengan peserta didik dan penulis mendapatkan pengalaman
dalam mengelola administrasi sekolah, dan mengelola perpustakaan.
3. Kegiatan PLP ini juga bermanfaat bagi proses pendewasaan diri penulis
secara bertahap. Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas tidak
hanya menguasai materi saja, tetapi dari penulis juga harus bisa
mengkondusifkan kelas bagaimanapun suasana dan keadaan kelas yang di
hadapi oleh seorang guru
4. Perlunya penguasaan materi yang lebih mendalam sebelum ,melakukan
proses belajar mengajar. Penguasan materi bukan hanya pada bidang studi
yang dipegang saja, tetapi dituntut lebih banyak menguasai disiplin ilmu
yang lain.
5. Perlunya hubungan yang harmonis dengan pihak sekolah sehingga
mempermudah mendapatkan pengalaman yang baik. Mahasiswa PLP perlu
mengenal secara cermat lingkungan fisik, administratif, akademik, dan
sosial selama PLP agar memperoleh kemudahan dalam menambah
pengetahuan dan berbagi pengalaman.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengalaman selama mengikuti PLP, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:

27
1. Bagi mahasiswa yang akan mengikuti PLP harus mempersiapkan diri
dengan baik serta dapat mengikuti kegiatan PLP dengan penuh kesungguhan
dan kesabaran, karena kegiatan ini sangat mendukung serta merupakan titik
awal keprofesionalan tugas kita sebagai guru di masa yang akan datang.
2. Bagi SMAS PGRI 2 Kota Jambi penulis menyarankan untuk
mempertahankan kualitasnya sebagai sekolah yang sudah terakreditasi dan
tetap mengembangkan potensi yang dimiliki dalam berbagai bidang serta
semakin bisa memperbanyak fasilitas pembelajaran untuk peserta didik.
Dengan tetap menjunjung tinggi visi “Disiplin Dalam Belajar dan tertib
Dalam Bertingkah Laku “.
3. Bagi Universitas Jambi seharusnya banyak berterimakasih kepada pihak di
SMA Negeri Titian Teras H. Abdurrahman Sayoeti karena banyak sekali
dukungan yang diberikan kepada mahasiswa PLP sehingga bisa belajar
menjadi calon guru yang profesional di bidangnya serta mendapat
pengalaman dalam bidang mengelola administrasi sekolah, mengelola
perpustakaan dan mengelola kegiatan ekstrakulikuler dan tetap menjaga
kerjasama yang baik sehingga tahun-tahun selanjutnya masi berkenan
menerima mahasiswa PLP Univesitas Jambi.

28
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Winaputra. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Majid, Abdul. 2016. Strategi Pembelajaran. Bandung; PT Remaja Rosdakarya

Paidi. 2007. Peningkatan Scientific Skill Siswa Melalui Implementasi Metode


Guided Inquiry Pada Pembelajaran Biologi. FMIPA: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Sumantri, Mohamad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di


Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas


Sanata Dharma.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta : Rineka


Cipta.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Bumi Aksara.

29

Anda mungkin juga menyukai