IKATAN LOGAM
Ikatan logam adalah suatu jenis ikatan yang dapat mengikat atom-atom logam. Kekuatan
ikatan logam ditentukan oleh besarnya gaya tarik-menarik antara ion-ion positif dan elektron-
elektron bebas. Semakin besar jumlah muatan positif ion logam yang berarti semakin banyak
jumlah ikatan bebasnya, maka semakin besar kekuatan logam.
b. Sifat-sifat Logam
Logam bersifat padat pada temperatur dan tekanan standar, dengan pengecualian unsur
merkuri dan galium yang keduanya berupa cairan. Berikut adalah sifat-sifat logam :
1. Mempunyai konduktivitas termal dan listrik yang tinggi.
2. Berkilau dan memantulkan cahaya.
3. Dapat ditempa.
4. Mempunyai variasi kekuatan mekanik.
Sifat-sifat logam tidak dapat dimasukkan dalam kriteria ikatan seperti ikatan kovalen maupun
ikatan ion. Senyawa ionik tidak dapat mengantarkan listrik pada fase padatan, dan senyawa ionik
bersifat rapuh (berlawanan dengan sifat logam). Atom dari senyawa logam hanya mengandung
satu sampai tiga elektron valensi. Dengan begitu atom tersebut tidak mampu membentuk ikatan
kovalen. Senyawa kovalen merupakan penghantar listrik yang buruk dan umumnya berupa
cairan. Dengan demikian, logam membentuk model ikatan yang berbeda.
c. Gaya London
Gaya London adalah gaya tarikan lemah yang disebabkan oleh dipol imbasan sekejap
atau sesaat yang terjadi karena adanya pergerakan elektron dalam suatu orbital. Pergerakan
tersebut dapat mengakibatkan tidak meratanya kepadatan elektron pada atom, sehingga atom
tersebut mempunyai satu sisi dipol dengan muatan lebih negatif dibandingkan sisi yang lain.
Mudahnya suatu atom untuk membentuk dipol sesaat disebut dengan polarisabilitas. Dipol sesaat
pada suatu atom dapat mengimbas (menginduksi) atom yang berada di sekitarnya sehingga
terjadi dipol terimbas. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya gaya tarik-menarik antara dipol
sesaat dengan dipol terimbas. Kekuatan gaya London bergantung pada beberapa faktor, antara
lain kerumitan molekul dan ukuran molekul.
1. Kerumitan Molekul
Lebih banyak terdapat interaksi pada molekul kompleks dari molekul sederhana,
sehingga Gaya london lebih besar dibandingkan molekul sederhana.
2. Ukuran Molekul
Molekul yang lebih besar mempunyai tarikan lebih besar dari pada molekul berukuran
kecil, sehingga mudah terjadi kutub listrik sesaat yang menimbulkan gaya london besar. Gaya
London biasanya terjadi pada gas mulia yang mempunyai keelektronegatifan nol (stabil).
Contohnya pada Neon, dimana gas Neon bisa dicairkan pada suhu yang tinggi atau rendah.
3. Kepolaran Senyawa
kepolaran senyawa atau molekul adalah suatu karakteristik senyawa yang berkaitan
dengan muatan listrik dan magnet. Kepolaran dapat mempengaruhi sifat-sifat fisik suatu zat. Kita
dapat meramalkan kepolaran suatu molekul jika kita mengetahui elektronegativitas atom-atom
penyusun molekul tersebut.
a. Molekul Polar
Molekul polar merupakan molekul yang mampu menghasilkan muatan positif dan negatif
di tempat yang berbeda. Hal ini akan menyebabkaan molekul tersebut mempunyai kutub negatif
dan kutub positif yang disebut dipol. Oleh karena itu, molekul tersebut berperilaku seperti
sebuah magnet dengan kutub utara dan kutub selatan. Ukuran kekuatan dipol dalam suatu
molekul polar disebut momen dipol. Momen dipol merupakan jumlah vektor dipol-dipol individu
dalam suatu molekul. Kekuatan momen dipol bergantung pada besarnya muatan listrik, jarak
antar muatan dan susunan muatannya. Untuk molekul-molekul polar mempunyai nilai momen
dipol tertentu, sedangkan molekul-molekul nonpolar nilai momen dipolnya sama dengan nol.
Molekul-molekul polar terbentuk ketika suatu atom elektronegatif berikatan dengan atom
elektropositif, sehingga atom yang yang elektronegatif menarik pasangan-pasangan elektron
ikatan ( PEI ) menjauh dari atom yang lain. Dengan kata lain, satu sisi dari molekul yang
terbentuk bermuatan negatif dan sisi yang lain bermuatan positif. Contoh molekul-molekul polar
adalah HCl, H2O, NH3, HF, dan lain-lain. Semakin besar nilai selisih elektronegativitas antara
atom-atom dalam suatu molekul, semakin kuat kepolaran molekul tersebut. Tidak hanya
perbedaan keelektronegtifan, tetapi geometri suatu molekul dapat mempengaruhi kepolarannya.
Sebagai contoh ikatan antara atom C dan atom Cl merupakan ikatan polar, tetapi
CCl4 merupakan molekul nonpolar. Hal ini karena geometri molekul ini simetris, sehingga dipol-
dipol dalam ikatan-ikatannya saling meniadakan satu sama lain dan momen dipol sama dengan
nol.
b. Molekul Nonpolar
Molekul nonpolar merupakan suatu molekul yang menghasilkan muatan positif dan
negatif di tempat yang sama, sehingga molekul tersebut tidak mempunyai dipol. Dalam hal ini
dipol merupakan dua kutub yang sama dan berlawanan yang bermuatan listrik yang dipisahkan
oleh jarak. Dipol-dipol individu terdapat dalam ikatan–ikatan suatu molekul. Akan tetapi karena
geometri molekul tersebut, maka dipol-dipol itu secara efektif saling meniadakan satu sama lain.
Biasanya geometri molekul-molekul nonpolar adalah simetris secara keseluruhan dan molekul-
molekul tersebut tidak mempunyai muatan. Dua buah atom dengan nilai elektronegativitas yang
sama atau hampir sama akan membentuk suatu molekul nonpolar. Dalam molekul nonpolar ini,
elektron-elektron terluar dari atom tersebut akan terdistribusi merata di sekitar pusat molekul dan
antarpasangan elektron memiliki ikatan yang kuat. Molekul–molekul nonpolar dapat berupa
molekul-molekul monoatomik, seperti H2, I2, O2, Cl2, P4, dan S8 atau molekul-molekul yang atom
pusatnya tidak mempunyai pasangan elektron bebas, seperti CO2, CH4, dan C2H6.
c. Perbandingan antara Senyawa Kovalen Nonpolar dan Kovalen Polar
OLEH :