Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KIMIA DASAR

KEPOLARAN

Dosen Pembimbing : Ir. Pamilia Coniwati, M. T.


NIP : 195512151985032001

Disusun oleh:

Albroston Simanjuntak ( 03031281924120 )


Setiawan ( 03031281924128 )

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2019

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................
1
DAFTAR ISI..............................................................................................................
2
BAB I KEPOLARAN................................................................................................
3
1. PENGERTIAN KEPOLARAN.....................................................................
3
2. POLARITAS IKATAN..................................................................................
3
BAB II........................................................................................................................
4
1. IKATAN KOVALEN POLAR......................................................................
4
2. IKATAN KOVALEN NON POLAR.............................................................
5
BAB III SENYAWA KOVALEN POLAR DAN NON POLAR................................
6
1. SENYAWA KOVALEN POLAR..................................................................
6
2. SENYAWA KOVALEN NON POLAR.........................................................
8
BAB IV MOMEN DIPOL.........................................................................................
10
BAB V KEELEKTRONEGATIFAN.........................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
18

2
BAB 1
PENGERTIAN KEPOLARAN
A. Pengertian Polaritas
Dalam kimia, polaritas (atau kepolaran) adalah pemisahan muatan listrik
yang mengarah pada molekul atau gugus kimia yang memiliki momen listrik
dipol atau multipol. Molekul polar harus mengandung ikatan kimia polar karena
perbedaan elektronegativitas antara atom yang berikatan. Molekul polar dengan
dua atau lebih ikatan kutub harus memiliki geometri asimetris sehingga momen
ikatan tidak saling meniadakan. Molekul polar berinteraksi melalui gaya
antarmolekul dipol-dipol dan ikatan hidrogen. Polaritas mendasari sejumlah sifat
fisik termasuk tegangan permukaan, kelarutan, serta titik leleh dan titik didih.

Sebuah molekul air, contoh polaritas


yang umum digunakan. Dua muatan
hadir dengan muatan negatif di tengah
(warna merah), dan muatan positif di
ujungnya (biru).

B. Polaritas Ikatan

3
Tidak semua atom menarik elektron dengan kekuatan yang sama. Jumlah
"tarikan" atom yang diberikan pada elektron disebut elektronegativitas. Atom
dengan elektronegativitas tinggi – seperti fluor, oksigen dan nitrogen –
mengerahkan daya tarik elektron lebih besar daripada atom dengan
elektronegativitas rendah. Dalam sebuah ikatan, ini menyebabkan pembagian
elektron yang tidak setara antara atom, karena elektron akan tertarik mendekati
atom dengan elektronegativitas yang lebih tinggi. Karena elektron memiliki
muatan negatif, pembagian elektron yang tidak setara dalam ikatan mengarah
pada pembentukan dipol listrik: pemisahan muatan listrik positif dan negatif.
Karena jumlah muatan yang dipisahkan dalam dipol tersebut biasanya lebih kecil
dari muatan elementer, maka disebut muatan parsial, dilambangkan sebagai δ+
(delta plus) dan δ− (delta minus).
Kepolaran akan merujuk pada ikatan kovalen, yaitu ikatan yang dimana
terjadi pemakaian bersama-sama elektron untuk mencapai keseimbangan. Ikatan
kovalen terbagi atas kovalen polar dan kovalen

BAB II
IKATAN KOVALEN POLAR DAN NON POLAR
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi jika ada pemakaian pasangan
elektron secara bersama- sama oleh atom-atom yang berikatan, dikarenakan
ketidak mampuan salah satu atom yang akan berikatan untuk melepaskan elektron
( terjadi pada atom – atom non logam).
Sifat – sifat atom yang membentuk ikatan kovalen sebagai berikut :
1.Terbentuk diantara dua atom yang sama-sama ingin menangkap elektron
2.Sesudah berikatan tiap atom harus dikelilingi 2 atau 8 elektron
3.Atom-atom yang memiliki afinitas elektron tinggi serta beda
keelektronegatifannya lebihkecil dibandingkan ikatan ion.

Ikatan kovalen terbagi atas dua macam berdasarkan kepolarannya antara


lain :
A) Ikatan Kovalen Polar
Ikatan kovalen polar terjadi jika pasangan elektronnya yang dipakai bersama-
sama, tertarik lebih kuat ke salah satu atom yang berikatan (berdasarkan atas
keelektronegatifan unsurnya berbeda).

4
Elektron akan tertarik lebih kuat ke atom yang elektronegatif lebih besar
(cenderung menangkap elektron)
Contoh :

B) Ikatan Kovalen Non Polar


Ikatan kovalen non polar terjadi jika pasangan elektron yang dipakai bersama,
sama kuat ke semua atom yang berikatan. Ikatan ini terjadi dengan syarat dua
atom yang berikatan mempunyai keelektronegativitas yang sama.
Pada molekul yang simetris seperti CaCl2, BaCl2 , AlCl3 dan CCl4 polaritas
masing – masing ikatan akan saling meniadakan sehingga molekul tersebut
bersifat non polar.
Contoh :

5
BAB III
SENYAWA KOVALEN POLAR DAN NON POLAR
Sifat fisis senyawa kovalen ada 2 yaitu kovalen polar dan non
polar .Perbedaan keelektronegatifan dua atom menimbulkan kepolaran senyawa.
Adanya perbedaan keelektronegatifan tersebut menyebabkan pasangan elektron
ikatan lebih tertarik ke salah satu unsur sehingga membentuk dipol. Adanya dipol
inilah yang menyebabkan seyawa menjadi polar. Pada senyawa HCl, pasangan
elektron milik bersama akan lebih dekat pada Cl karena daya tarik terhadap
elektronnya lebih besar dibandingkan H. Hal itu menyebabkan terjadinya
polarisasi pada ikatan H – Cl. Atom Cl lebih negatif daripada atom H, hal tersebut
menyebabkan terjadinya ikatan kovalen polar.Pada ikatan kovalen H ─ H, gaya
tarik menarik inti seimbang terhadap pasangan electron ikatan sehingga tidak
terjadi pengkutuban atau kepolaran muatan. Ikatan kovalen demikian disebut
ikatan kovalen non-polar.
A) Senyawa kovalen polar
Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen yang terbentuk ketika elektron
sekutu di antara atom tidak benar-benar dipakai bersama. Hal ini terjadi ketika
satu atom mempunyai elektronegativitas yang lebih tinggi daripada atom yang
lainnya. Atom yang mempunyai elektronegativitas yang tinggi mempunyai tarikan
elektron yang lebih kuat. Akibatnya elektron sekutu akan lebih dekat ke atom

6
yang mempunyai elektronegativitas tinggi.Dengan kata lain, akan menjauhi atom
yang mempunyai elektronegativitas rendah. Ikatan kovalen polar menjadikan
molekul yang terbentuk mempunyai potensial elektrostatis. Potensial ini akan
membuat molekul lebih polar, karena ikatan yang terbentuk dengan molekul polar
lain relatif lemah.
Jadi Senyawa kovalen dikatakan polar jika senyawa tersebut memiliki
perbedaan keelektronegatifan. Dengan demikian, pada senyawa yang berikatan
kovalen terjadi pengutuban muatan. . Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen
yang Pasangan Elektron Ikatannya (PEI) cenderung tertarik ke salah satu atom
yang berikatan. Senyawa kovalen polar biasanya terjadi antara atom-atom unsur
yang beda keelektronegatifannya besar, mempunyai bentuk molekul asimetris,
mempunyai momen dipol (µ= hasil kali jumlah muatan dengan jaraknya) ≠ 0.

7
Ciri-ciri senyawa polar:
- dapat larut dalam air dan pelarut polar lain
- memiliki kutub + dan kutub - , akibat tidak meratanya distribusi elektron
- memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau
memiliki perbedaan keelektronegatifan
- Contoh : alkohol, HCl, PCl3, H2O, N2O5

Syarat ikatan kovalen di katakan polar adalah:


· Terjadi pada 2 atom yang berlainan Sehingga terjadi tarik menarik antar atom
· Ada atom elektronegatif
· Ada PEB(pasangan elektron bebas) di atom Pusat
· Atom harus beda

Contoh ikatan kovalen polar


Dalam pembentukan molekul HF, kedua elektron dalam ikatan kovalen digunakan
tidak seimbang oleh inti atom H dan inti atom F sehingga terjadi
pengutuban atau polarisasi muatan.

Contoh senyawa kovalen polar adalah NH3,PCl3, H2O, dan Cl2O. Perhatikan
struktur Lewis untuk senyawa PCl3 dan H2O berikut:

8
B) Senyawa kovalen non polar

Ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan kovalen yang terbentuk ketika atom
membagikan elektronnya secara setara (sama). Biasanya terjadi ketika
ada atom mempunyai afinitas elektron yang sama atau hampir sama.
Semakin dekat nilai afinitas elektron, maka semakin kuat ikatannya.
Ikatan kovalen nonpolar terjadi pada molekul gas, atau yang sering
disebut sebagai molekul diatomik. Ikatan kovalen nonpolar mempunyai
konsep yang sama dengan ikatan kovalen polar, yaitu atom yang
mempunyai nilai elekronegativitas tinggi akan menarik elektron lebih
kuat. Pernyataan tesebut benar, namun jika terjadi pada molekul diatom
(dimana atom penyusunnya adalah sama) maka elektronegativitas juga
sama. Sehingga tidak terjadi perkutuban atau kuat antar elektron adalah
setara dan tidak tertarik ke salah satu atom melainkan sama kuat.
Senyawa kovalen dikatakan non polar jika senyawa tersebut tidak
memiliki perbedaan keelektronegatifan. Ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan
kovalen yang Pasangan Elektron Ikatannya (PEI) tertarik sama kuat ke arah atom-
atom yang berikatan. Senyawa kovalen nonpolar terbentuk antara atom-atom
unsur yang mempunyai beda keelektronegatifan nol atau mempunyai momen
dipol = 0 (nol) atau mempunyai bentuk molekul simetri.

Ciri-ciri senyawa non polar:


- Tidak larut dalam air dan pelarut polar lain
- Tidak memiliki kutub + dan kutub - , akibat meratanya distribusi electron
- Tidak memiliki pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau
keelektronegatifannya sama
Contoh : Cl2, PCl5, H2, N2, CaCl2

Syarat ikatan kovalen dikataan no polar adalah:


· Adanya 2 atom yang sejenis
· Kebalikan dari syarat senyawa polar

Contoh Ikatan Kovalen non Polar


Misalnya pada Iodine (I). Dalam pembentukan molekul I2, kedua elektron dalam
ikatan kovalen digunakan secara seimbang oleh kedua inti atom iodin
tersebut. Oleh karena itu, tidak akan terbentuk muatan (tidak terjadi
pengutuban atau polarisasi muatan).

9
Contoh senyawa lain yang memiliki bentuk molekul simetris dan bersifat
nonpolar adalah CH4, BH3, BCl3, PCl5, dan CO2. Perhatikan struktur
salah satu ikatan kovalen non Polar dari CH4 berikut:

Produk :
1. Pengertian Kepolaran
2. Pengertia Ikatan kovalen polar dan non polar
3. Pengertian senyawa kovalen polar non polar
4. Momen dipol senyawa kovalen polar dan kovalen nonpolar

10
BAB IV

MOMEN DIPOL

I. Pengertian Momen Dipol

Momen dipole ( μ ) merupakan suatu besaran vektor yang digambarkan


menggunakan moment ikatan. Jika jumlah vektor momen-momen ikatan
(momen dipole μ ) > dari nol atau < 0, maka molekul tersebut bersifat polar,
sebaliknya jika jumlah vektor momen ikatan (momen dipole μ ) = 0, maka
maka molekul tersebut bersifat nonpolar. Secara kuantitatif, momen dipol
(µ) merupakan hasil kali muatan Q dan jarak antar muatan r.

µ=Qxr

keterangan:

µ = momen dipol (D, debye)

Q = selisih muatan (Coulomb)

r = jarak antara muatan positif dengan muatan negatif (m)

Semakin besar harga momen dipol, semakin polar senyawa yang


bersangkutan bahkan mendekati ke sifat ionik. Pada penentuan momen dipol
digunakan data hasil eksperimen.

II. Pembentukan Momen Ikatan

Momen ikatan terbentuk jika dua atom yang berikatan dalam suatu
senyawa memiliki perbedaan keelektronegatifan. Elektron yang yang ditarik
oleh atom yang lebih elektronegatif menunjukan arah momen ikatan dan
ditunjukan menggunakan tanda → dari atom yang kurang elektronegatif
menuju atom yang lebih elektronegatif. Akibat tarikan elektron yang terjadi,
terbentuk semacam kutub negatif pada atom yang lebih elektronegatif,

11
sedangkan pada atom yang kurang elektronegatif akan terbentuk semacam
kutub positif.

Kutub positif atau negatif yang terbentuk disebut muatan parsial, yang
digambarkan menggunakan simbol delta (δ). Muatan parsial negatif (δ¯)
diberikan pada unsur yang lebih elektronegatif dan muatan parsial positif
(δ+) diberikan pada unsur yang kurang elektronegatif (lebih elektropositif).
Berikut contoh menggambar muatan parsial pada molekul HCl.

Dari contoh di atas terlihat bahwa terdapat muatan positif dan negatif pada
tanda δ yang digunakan. Tanda tersebut tidak sama dengan +1 atau -1 seperti
pada simbol ion, tetapi tanda ini hanya menggambarkan elektron ikatan
tidak sepenuhnya dipindahkan ke atom Cl.

Untuk senyawa diatom yang disusun oleh unsur yang sejenis, molekul
yang dimiliki selalu bersifat nonpolar kecuali ozon yang bersifa polar. Hal
ini disebabkan dua atom penyusun senyawa memiliki keelektronegatifan
sama sehingga tidak terbentuk momen ikatan. Sedangkan untuk senyawa
diatom yang disusun oleh dua atom yang berbeda molekul yang dimiliki
selalu bersifat polar karena adanya perbedaan keelektronegatifan.

III. Momen dipole dan karakter ionik

Harga momen dipol suatu senyawa polar dapat digunakan untuk


memperkirakan besarnya karakter ionik pada senyawa tersebut. Pada
molekul HF bila ikatannya dianggap 100 % ionic, maka muatan pada ion H+
dan ion F- adalah sebesar 1,6 × 10-19 C. Harga momen dipolnya adalah :

12
(µ)adalah momen dipole HF berdasarkan data eksperimen. Jadi karakter ionic HF
adalah 40,05 %

IV. Pengaruh arah momen PEB dan momen ikatan terhadap kepolaran
molekul
Pengaruh arah momen PEB dan momen ikatan terhadap kepolaran
molekul dapat ditunjukkan dengan besarnya harga momen dipol dari NH3
dan NF3. Kedua molekul tersebut merupakan molekul polar dengan arah
momen ikatan dan momen PEB tinjukkan pada gambar dibawah ini :

Pada NH3 momen tiga ikatan N-H dan momen PEB searah, sedangkan pada
NF3 momen tiga ikatan N-F dan momen ikatan PEB arahnya berlawanan
sehingga momen dipole NH3 lebih besar dari pada momen dipole NF3,
akibatnya kepolaran NH3 lebih tinggi daripada kepolaran NF3.

V. Penentuan kepolaran molekul berdasarkan momen-momen ikatan


(momen dipol)

13
Kepolaran suatu molekul ditentukan oleh harga momen dipolnya. Perbedaan
keelektronegatifan 2 atom yang membentuk ikatan kovalen menyebabkan
atom yang lebih elektro positive kekurangan rapatan elektron, sebaliknya
atom yang lebih elektronegatif akan kelebihan rapatan elektron. Akibatnya
pada atom yang elektropositif terjadi muatan parsial positif (δ+) sedangkan
pada atom yang elektronegatif terjadi muatan parsial negative (δ¯).
Meskipun memiliki ikatan kovalen polar, tetapi molekul CCl 4, CO2 dan
BeCl2 merupakan molekul-molekul nonpolar karena bentuk molekulnya
menyebabkan jumlah vector dari momen ikatan dan momen pasangan
electron bebasnya sama dengan nol. Secara sederhana dalam menentukan
polar tidaknya suatu molekul cukup dengan menjumlahkan secara vector
momen-momen ikatan yang ada tanpa memperhatikan momen pasangan
electron bebas.

Pada molekul CCl4, yang mempunyai bentuk molekul tetrahedaral


dengan C sebagai atom pusat dan dikelilingi oleh 4 atom Cl seperti pada
Gambar.

Perbedaan keelektronegatifan C dan Cl adalah sebesar 3-2,5 = 0,5. Jadi


ikatan C–Cl termasuk ikatan kovalen (tepatnya ikatan kovalen polar) karena
perbedaan keeltronegatifan lebih kecil 1,7. Walaupun ikatan C–Cl berupa
ikatan kovalen polar tetapi molekulnya bersifat nonpolar. Hal ini
disebabkan, bentuk tetrahedral dari molekul CCl4 dapat dikatakan simetrism
karena memiliki pusat simetri pada atom C ditengah, sehingga jumlah
momen ikatan yang sama dengan nol. Atau dapat dikatan tarikan elektron
akibat adanya perbedaan keelektronegatifan saling meniadakan atau saling

14
menguatkan (perhatikan tanda panah pada strutur). Hal ini dapat diandaikan,
suatu benda yang berada di tengah-tengah ditarik dari empat sudut dengan
kekuatan sama, maka benda tersebut tidak akan bergerak. Karena hal inilah
molekul CCl4 bersifat nonpolar.

Jika CCl4 salah satu atom Cl diganti oleh atom lain misalnya H, maka
sifat molekul yang awalnya nonpolar berubah menjadi polar. Hal ini
disebabkan kepolaran ikatan C-H berbeda dengan kepolaran ikatan C-Cl,
sehingga momen dipol yang terbentuk tidak saling meniadakan. Tetapi
apabila semua atom C diganti oleh atom H maka molekulnya bersifat
nonpolar karena kepolaran semua ikatan C–H sama besar sehingga momen
ikatan yang terbentuk saling meniadakan.

Molekul H2O walaupun rumus molekulnya mirip dengan CO2 dan BCl2
tetapi bersifat polar.

Hal ini disebabkan, pada molekul H2O, atom O sebagai atom pusat masih
memiliki pasangan elektron bebas. Hal ini menyebabkan molekul H2O tidak
berbentuk linear seperti molekul CO2 dan BCl2, sehingga momen ikatan
yang terbentuk tidak saling menguatkan atau tidak saling meniadakan.

BAB V

KEELEKTRONEGATIFAN

15
Elektronegativitas atau keelektronegatifan (Simbol: χ) adalah sebuah sifat
kimia yang menjelaskan kemampuan sebuah atom (atau lebih jarangnya
sebuah gugus fungsi) untuk menarik elektron (atau rapatan elektron) menuju
dirinya sendiri pada ikatan kovalen.[1] Konsep elektronegativitas pertama kali
diperkenalkan oleh Linus Pauling pada tahun 1932 sebagai bagian dari
perkembangan teori ikatan valensi[2]. Elektronegativitas tidak bisa dihitung secara
langsung, melainkan harus dikalkulasi dari sifat-sifat atom dan molekul lainnya.
Beberapa metode kalkulasi telah diajukan. Walaupun pada setiap metode terdapat
perbedaan yang kecil dalam nilai numeris elektronegativitasnya, semua metode
memiliki tren periode yang sama di antara unsur-unsur. Elektronegativitas
merupakan salah satu sifat periodisitas unsur, selain afinitas elektron, jari-jari
atom, dan energi ionisasi.

Metode yang umumnya sering digunakan adalah metode Pauling. Hasil


perhitungan ini menghasilkan nilai yang tidak berdimensi dan biasanya dirujuk
sebagai skala Paulingdengan skala relatif yang berkisar dari 0,7 sampai dengan
4,0 (hidrogen = 2,2). Bila metode perhitungan lainnya digunakan, terdapat sebuah
konvensi (walaupun tidak diharuskan) untuk menggunakan rentang skala yang
sama dengan skala Pauling: hal ini dikenal sebagai elektronegativitas
dalam satuan Pauling.

Elektronegativitas bukanlah bagian dari sifat atom, melainkan hanya


merupakan sifat atom pada molekul. Sifat pada atom tunggal yang setara dengan
elektronegativitas adalah afinitas elektron. Elektronegativitas pada sebuah unsur
akan bervariasi tergantung pada lingkungan kimiawi, namun biasanya dianggap
sebagai sifat yang terpindahkan, yaitu sebuah nilai elektronegativitas dianggap
akan berlaku pada berbagai situasi yang bervariasi.

Dalam satu golongan yang sama, keelektronegatifan unsur dari atas ke


bawah semakin berkurang. Jumlah muatan inti bertambah positif jumlah kulit
bertambah maka kemampuan inti untuk menarik electron menjadi lemah.
Akibatnya keelektronegatifan unsur semakin lemah.

16
Dalam satu periode yang sama, keelektronegatifan unsur dari kiri ke kanan
cenderung naik. Muatan inti bertambah positif jumlah kulit tetap, menyebabkan
gaya tarik inti terhadap elektron makin kuat. Akibatnya kemampuan atom untuk
menarik electron makin besar.

SOAL

1. Diantara senyawa berikut bersifat polar, Kecuali...


a. H2S
b. NH3
c. BCl3
d. H2O
e. HI

2. Momen dipol H2O adalah 1,85 D sedangkan F2O adalah 0,297D. Jika
dicermati sudut ikatan H2O hampir sama dengan sudut ikatan F 2O. Apakah
penyebab perbedaan yang besar tersebut?

3. Hidrogen khlorida HCl dan karbon tetrakhlorida CCl 4. Tunjukkan


bagaimana arah momen dipol untuk tiap senyawa. Usulkan apakah
senyawa ini memiliki momen dipol atau tidak ?

4. Gambarkan arah momen ikatan dari senyawa NH3 dan NF3 dengan sudut
ikatan H-H 107,3 0 dan F-F 102,5 0.

5. Bagaimana sifat keelektronegatifan unsur-unsur satu golongan


dibandingkan dengan kenaikan nomor atomnya, dan bagaimana sifat
keelektronegatifan unsur-unsur satu periode dibandingkan dengan
kenaikan nomor atomnya?

JAWABAN

17
1.
Molekul Penyusun ikatan Keterangan
H2S Semua non logam Kovalen Punya 2 PEB = polas

NH3 Semua non logam Ion Punya 1 PEB = polar

BCl3 B = logam ion


H2O Semua non logam Kovalen Punya 2 PEB = polar

HI Semua non logam Kovalen 2 atom tidak sejenis = Polar

2. Momen dipol H2O adalah 1,85 D dan F2O adalah 0,297D Atom H bersifat
lebih elektropositif daripada atom F, sedangkan atom O sangat
elektronegatif. Sehingga pada molekul H2O, terjadi perbedaan
keelektronegatifan yang besar yang menyebabkan momen dipol yang lebih
besar daripada molekul F2O. Atom F lebih elektronegatif daripada atom O,
kedua atom ini memiliki perbedaan keelektronegatifan yang relatif kecil,
sehingga perbedaan momen dipolnya lebih kecil.

3. Arah momen dipol ikatan ditunjukkan di bawah ini. HCl memiliki dipol
molekular, sementara CCl4 tidak memiliki momen dipol sebab momen
dipol ikatan akan menghilangkan satu sama lain.

4.

18
5. Dalam satu periode bertambahnya nomor atom, keelektronegatifan makin
besar .Dalam satu golongan bertambahnya nomor atom,
keelektronegatifan makin kecil.

Daftar Pustaka
Keenan, Charles W. 1980. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Jilid 1 Edisi Ketiga. Bandung : Erlangga

Fessenden, R. Fessenden, J. 1986. Kimia Organik Jilid 1. Jakara : Erlangga

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung : Institut Teknologi Bandung

Katherine E. 2004. Kimia Untuk Pemula.Jakarta : Erlangga

Jasin maskoeri, 2009, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta : PT. Raja Gelora Aksara
Pratama

19

Anda mungkin juga menyukai