Anda di halaman 1dari 8

Energi ikatan (Bahasa Inggris: bond energy) merupakan perubahan entalpi yang diperlukan untuk

memutuskan ikatan tertentu dalam satu mol molekul gas" [1] Semakin tinggi tingkat energi ikatan maka
semakin sulit pula ikatan tersebut untuk dilepaskan karena dibutuhkan lebih banyak energi yang
diperlukan untuk melepaskannya.

Geometri molekul adalah penataan atom yang menyusun molekul secara tiga dimensi. Geometri
molekul menentukan beberapa sifat zat termasuk reaktivitas, polaritas, wujud
zat, warna, magnetisme dan aktivitas biologisnya.[1][2][3] Sudut antara ikatan yang membentuk atom
hanya bergantung lemah pada molekul tersebut, yaitu, mereka dapat dipahami sebagai sifat lokal dan
karenanya dapat dipindahtangankan.

Sudut ikatan adalah sudut geometris antara dua ikatan yang berdekatan.

Orbital atom adalah sebuah fungsi matematika yang menggambarkan perilaku sebuah elektron ataupun
sepasang elektron bak-gelombang dalam sebuah atom.[1] Fungsi ini dapat digunakan untuk menghitung
probabilitas penemuan elektron dalam sebuah atom pada daerah spesifik mana pun di sekeliling inti
atom. Dari fungsi inilah kita dapat menggambarkan sebuah grafik tiga dimensi yang menunjukkan
kebermungkinan lokasi elektron. Oleh karena itu, istilah orbital atom dapat pula secara langsung
merujuk pada daerah tertentu pada sekitar atom yang ditentukan oleh fungsi matematis
kebermungkinan penemuan elektron.[2] Secara spesifik, orbital atom menyatakan keadaan-keadaan
kuantum yang mungkin dari suatu elektron dalam sekumpulan elektron di sekeliling atom.

Elektronegativitas atau keelektronegatifan (Simbol: χ) adalah sebuah sifat kimia yang menjelaskan
kemampuan sebuah atom (atau lebih jarangnya sebuah gugus fungsi) untuk menarik elektron (atau
rapatan elektron) menuju dirinya sendiri pada ikatan kovalen.[1] Konsep elektronegativitas pertama kali
diperkenalkan oleh Linus Pauling pada tahun 1932 sebagai bagian dari perkembangan teori ikatan
valensi[2]. Elektronegativitas tidak bisa dihitung secara langsung, melainkan harus dikalkulasi dari sifat-
sifat atom dan molekul lainnya. Beberapa metode kalkulasi telah diajukan. Walaupun pada setiap
metode terdapat perbedaan yang kecil dalam nilai numeris elektronegativitasnya, semua metode
memiliki tren periode yang sama di antara unsur-unsur. Elektronegativitas merupakan salah satu sifat
periodisitas unsur, selain afinitas elektron, jari-jari atom, dan energi ionisasi.

Polaritas (kimia)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jump to navigationJump to search


Sebuah molekul air, contoh polaritas yang umum digunakan. Dua muatan hadir dengan muatan negatif
di tengah (warna merah), dan muatan positif di ujungnya (biru).

Dalam kimia, polaritas (atau kepolaran) adalah pemisahan muatan listrik yang mengarah pada molekul
atau gugus kimia yang memiliki momen listrik dipol atau multipol.[1]

Molekul polar harus mengandung ikatan kimia polar karena perbedaan elektronegativitas antara atom
yang berikatan. Molekul polar dengan dua atau lebih ikatan kutub harus memiliki geometri asimetris
sehingga momen ikatan tidak saling meniadakan.[2]

Molekul polar berinteraksi melalui gaya antarmolekul dipol-dipol dan ikatan hidrogen. Polaritas
mendasari sejumlah sifat fisik termasuk tegangan permukaan, kelarutan[3], serta titik leleh dan titik
didih.

Polaritas ikatan[sunting | sunting sumber]

Tidak semua atom menarik elektron dengan kekuatan yang sama. Jumlah "tarikan" atom yang diberikan
pada elektron disebut elektronegativitas. Atom dengan elektronegativitas tinggi –
seperti fluor, oksigen dan nitrogen – mengerahkan daya tarik elektron lebih besar daripada atom
dengan elektronegativitas rendah. Dalam sebuah ikatan, ini menyebabkan pembagian elektron yang
tidak setara antara atom, karena elektron akan tertarik mendekati atom dengan elektronegativitas yang
lebih tinggi.[1]

Karena elektron memiliki muatan negatif, pembagian elektron yang tidak setara dalam ikatan mengarah
pada pembentukan dipol listrik: pemisahan muatan listrik positif dan negatif. Karena jumlah muatan
yang dipisahkan dalam dipol tersebut biasanya lebih kecil dari muatan elementer, maka disebut muatan
parsial, dilambangkan sebagai δ+ (delta plus) dan δ− (delta minus). Simbol tersebut diperkenalkan
oleh Christopher Kelk Ingold dan Edith Hilda Ingold pada tahun 1926.[4][5] Momen dipol ikatan dihitung
dengan mengalikan jumlah muatan yang dipisahkan serta jarak antar muatan.

Dipol ini dalam molekul dapat berinteraksi dengan dipol pada molekul lain, menciptakan gaya
antarmolekul dipol-dipol.

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]


Ikatan dapat dikategorikan secara ekstrem[6] – sangat nonpolar atau sangat polar. Ikatan yang benar-
benar nonpolar terjadi ketika elektronegativitas identik dan karenanya memiliki perbedaan nol. Ikatan
polar sepenuhnya lebih tepat disebut ikatan ionik, dan terjadi ketika perbedaan antara
elektronegativitas cukup besar sehingga satu atom benar-benar mengambil elektron dari yang lain.
Istilah "polar" dan "nonpolar" biasanya diterapkan pada ikatan kovalen, yaitu ikatan dimana polaritasnya
tidak lengkap. Untuk menentukan polaritas ikatan kovalen dengan menggunakan alat numerik,
perbedaan antara elektronegativitas atom digunakan.

Polaritas ikatan biasanya dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan perbedaan elektronegativitas
antara kedua atom yang berikatan. Menurut skala Pauling:

 Ikatan nonpolar umumnya terjadi ketika perbedaan elektronegativitas antara kedua atom
kurang dari 0.5

 Ikatan polar umumnya terjadi ketika perbedaan elektronegativitas antara kedua atom kira-kira
antara 0.5 dan 2.0

 Ikatan ionik umumnya terjadi ketika perbedaan elektronegativitas antara dua atom lebih besar
dari 2.0

Pauling mendasarkan skema klasifikasi ini pada karakter ionik parsial dari sebuah ikatan, yang
merupakan fungsi perkiraan dari perbedaan elektronegativitas antara kedua atom yang berikatan. Ia
memperkirakan bahwa selisih 1.7 sesuai dengan karakter ion 50%, sehingga perbedaan yang lebih besar
sesuai dengan ikatan yang sebagian besar bersifat ionik.[7]

Polaritas molekul[sunting | sunting sumber]

Sementara molekul dapat digambarkan sebagai "kovalen polar", "kovalen nonpolar", atau "ionik", hal ini
sering merupakan istilah relatif, dengan satu molekul hanya menjadi lebih polar atau lebih
nonpolar daripada yang lain. Namun, sifat berikut adalah ciri molekul tersebut.

Sebuah molekul terdiri dari satu atau lebih ikatan kimia antara orbital molekul dari berbagai atom.
Molekul dapat berupa kutub baik sebagai hasil ikatan polar karena perbedaan elektronegativitas seperti
yang dijelaskan di atas, atau sebagai akibat dari pengaturan asimetris ikatan kovalen nonpolar dan
pasangan elektron yang tidak terikat yang dikenal sebagai orbital molekul.

Molekul polar[sunting | sunting sumber]


Molekul air terdiri dari oksigen dan hidrogen, dengan elektronegativitas masing-masing 3.44 dan 2.20.
Dipol masing-masing ikatan (panah merah) ditambahkan bersama untuk membuat keseluruhan molekul
polar.

Molekul polar memiliki dipol bersih sebagai akibat dari muatan yang berlawanan (yaitu memiliki muatan
positif parsial dan parsial negatif) dari ikatan polar yang disusun secara asimetris. Air (H2O) adalah
contoh molekul polar karena memiliki muatan positif sedikit di satu sisi dan sedikit muatan negatif di sisi
lain.[8] Dipol tersebut tidak saling meniadakan sehingga menghasilkan dipol bersih. Karena sifat kutub
molekul air itu sendiri, molekul polar pada umumnya dapat larut dalam air. Contoh lainnya termasuk
gula (seperti sukrosa), yang memiliki banyak gugus oksigen-hidrogen (−OH) polar dan secara
keseluruhan sangat polar.

Jika momen dipol ikatan molekul tidak saling meniadakan, molekulnya bersifat polar. Misalnya,
molekul air (H2O) mengandung dua ikatan O−H polar dalam suatu geometri tekuk (nonlinear). Momen
dipol ikatan tidak meniadakan, sehingga molekul tersebut membentuk dipoldengan kutub negatif pada
oksigen dan kutub positif di antara dua atom hidrogen. Pada gambar setiap ikatan bergabung dengan
atom O pusat dengan muatan negatif (merah) ke atom H dengan muatan positif (biru).

Ketika membandingkan molekul kutub dan nonpolar dengan massa molar serupa, molekul polar pada
umumnya memiliki titik didih lebih tinggi, karena interaksi dipol-dipol antara molekul polar
menghasilkan daya tarik antarmolekul yang lebih kuat. Salah satu bentuk interaksi polar yang umum
adalah ikatan hidrogen, yang juga dikenal sebagai ikatan-H. Misalnya, air membentuk ikatan H dan
memiliki massa molarM = 18 dan titik didih +100 °C, dibandingkan dengan nonpolar metana dengan M =
16 dan titik didih –161 °C.

Molekul nonpolar[sunting | sunting sumber]


Dalam molekul boron trifluorida, penataan trigonal planar dari tiga ikatan polar menghasilkan tidak
adanya dipol keseluruhan.

Suatu molekul mungkin nonpolar baik bila terdapat pembagian elektron yang sama antara dua atom
dari molekul diatomik atau akibat susunan ikatan kutub simetris dalam molekul yang lebih kompleks.
Sebagai contoh, boron trifluorida (BF3) memiliki susunan trigonal planar dari tiga ikatan polar pada 120°.
Hal ini menghasilkan keseluruhan dipol dalam molekul.

Contoh senyawa nonpolar rumah tangga meliputi lemak, minyak, dan bensin. Oleh karena itu,
kebanyakan molekul nonpolar tidak larut dalam air (hidrofobik) pada suhu kamar. Banyak pelarut
organik nonpolar, seperti terpentin, yang mampu melarutkan zat polar.

Dalam molekul metana (CH4) empat ikatan C−H disusun secara tetrahedral di sekitar atom karbon.
Setiap ikatan memiliki polaritas (meski tidak terlalu kuat). Namun, ikatannya disusun secara simetris
sehingga tidak ada keseluruhan dipol dalam molekul. Molekul diatomik oksigen(O2) tidak memiliki
polaritas dalam ikatan kovalen karena elektronegativitas yang sama, maka tidak ada polaritas dalam
molekul.

Molekul amfifilik[sunting | sunting sumber]

Molekul besar yang memiliki satu ujung dengan gugus polar terlampir dan ujung lainnya dengan
kelompok nonpolar digambarkan sebagai molekul amfifil atau amfifilik. Mereka
merupakan surfaktan yang baik dan dapat membantu pembentukan emulsi stabil, atau campuran, air
dan lemak. Surfaktan mengurangi tegangan antar muka antara minyak dan air dengan mengadsorpsi
antarmuka cair-cair.

POLARITAS IKATAN DAN POLARITAS MOLEKUL

POLARITASAdalah sifat fisis kelistrikan karena ada dua kutub yang berbeda muatannya.

Polaritas Ikatan

Ikatan kimia yang terjadi antara dua atom karena kerja elektron valensi.1. Ikatan non polar terjadi jika
dua atom yang berikatan sama-sama tidak bermuatan. Pasanganelektron yang digunakan terletak pada
garis asimetri. Contoh: ikatan dalam molekul unsur H2,Cl2.2. Ikatan polar terjadi jika pasangan elektron
yang digunakan bersama lebih tertarik dengansalah satu atom . Contoh: HCl;HBr;NH3;H2O.

Polaritas Molekul

1. Senyawa polar : senyawa ion dan senyawa kovalen polar. Senyawa ion dalam molekul-molekulnya
terjadi dari bagian yang bermuatan positif dan bagian yang bermuatannegatif. Senyawa kovalen polar
terjadi jika dalam bentuk molekul tidak dijumpai garis atau bidang simetris; contoh: HCl. Sifat senyawa
tersebut dapat menghantarkan arus listrik biladilarutkan dalam air karena membentuk ion-ion. Besar
polaritas ikatan menentukan sifatsenyawa seperti titik leleh dan titik didih.2. Senyawa non polar:
senyawa yang mempunyai resultan semua momendipol sama dengan nol.Contoh: CH4, CCl4 dan
golongan senyawa alkana.

Soal-soal Latihan :

1. Tuliskan struktur Lewis untuk senyawa ion berikut :

a. BaO b. MgCl2 c. K2S

2. Gunakan rumus Lewis untuk membuat pembentukan ikatan kovalen dalam NH3, H2O, HCl.

3. Diantara senyawa berikut yang manakah tidak mengikuti aturan oktet ? ClF3, OF2, SF4, BCl3, PCl5,
PCl3.

4. Jelaskan tentangpengertian berikut :

a. Resonansi

b. Energi ikatan

c. Sudut ikatan

d. Orbital

e. Eleketronegativitas

f. Polaritas iakatn, polaritas molekul.

5. Gambarkan bentuk resonansi dari NO3- (ion nitrat), SO2(g) , SO2- (ion sulfit), SO42- (ion sulfat)
(termasuk muatan termal tiap atom !).

6. Apa sebabnya tidak semua molekul dengan rumus AB3 mempunyai bentuk yang sama.

7. Faktor apa saja yang menentukan bentuk suatu molekul kovalen ?

8. N2O adalah molekul linier yang polar. Bagaimana menjelaskannya ?


9. Apakah sudut ikatan dalam molekul atau ion berikut ? SO2, SO22-, CO2, NO3-, SO3, SO42- ?

10. Ramalkan bentuk geometri dari ClO3-, XeF4, dan I3-.

11. Jelaskan ikatan dalam molekul Cl2 dengan teori ikatan valensi.

12. Apa yang dimaksud dengan orbital hibrida ?

13. Jelaskan tentang iakatan dalam molekul N2 menurut teori orbital molekul.

14. Beleran dioksida SO2, dan nitrogen dioksida NO2 adalah polar, sedangkan CO2 adalah non polar.
Bagaimana menjelaskannya ?

15. Jelaskan perbedaan antara ke-elektronegativitas dan afinitas elektron.

2. Bentuk molekul dan Hibridisasi orbital XeF4:

Pada data difraksi elektron dan spektroskopi vibrasional XeF4 memperlihat molekul
yang berbentuk planar. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori ikatan valensi sebagai
berikut.

Satu orbital 5s, tiga orbital 5p, dan dua orbital 5d membentuk enam orbital hibrida
sp3d2 yang menempati sudut dari struktur yang akan dibentuk. Dua orbital yang terisi
pasangan elektron bebas akan menempati pada equatorial (bidang vertikal) dan 4
orbital masing–masing berisi 1 elektron yang menempati axial (bidang horizontal)
akan digunakan berikatan kovalen dengan 4 atom F yang masing-masing
menyumbang 1 elektron. Jadi bentuk geometri elektron–nya adalah oktahedral, tapi
geometri molekulnya adalah segiempat planar (segiempat datar), karena posisi
equatorial ini hanya berisi pasangan elektron bebas.

Anda mungkin juga menyukai